Anda di halaman 1dari 6

a.

Vitamin B1( tiamin) : merupakan salah satu jenis vitamin yang memiliki peranan penting

dalam menjaga kesehatan kulit dan membantu mengkonversi karbohidrat menjadi energi

yang diperlukan tubuh. Di samping itu, vitamin B1 juga membantu proses metabolisme

protein dan lemak. Kurangnya vitamin B1 akan menyebabkan gangguan pada kulit, seperti

kulit kering dan bersisik. Tubuh juga dapat mengalami beri-beri, gangguan saluran

pencernaan, jantung, dan sistem saraf. Vitamin B1 dapat di peroleh dari gandum, nasi,

daging, susu, telur, dan tanaman kacang-kacangan.

Farmakodinamik :

Tiamin pirofosfat adalah bentuk aktif tiamin yang berfungsi sebagai koenzim

dalam karboksilasi asam piruvat dan asam ketoglutarat. Peningkatan asam piruvat

dalam darah merupakan salah satu tanda defisiensi tiamin.

Pada dosis kecil atau dosis terapi tiamin tidak memperlihatkan efek

farmakodinamik yang nyata. Pada pemberian IV secara cepat dapat terjadi efek

langsung pada pembuluh darah perifer berupa vasodilatasi ringan, disertai penurunan

tekanan darah perifer berupa vasodilatasi ringan, disertai penurunan tekanan darah

yang bersifat sementara. Meskipun tiamin berperan dalam metabolisme karbohidrat,

pemberian dosis besar tidak mempengaruhi kadar gula darah. Dosis toksik pada

hewan coba adalah 125-350 mg/kgBB secara IV kira-kira 40 kali pemberian oral.

Pada manusia reaksi toksik setelah pemberian parenteral biasanya karena reaksi

alergi.

Farmakokinetik :

Setelah pemberian parenteral absorpsi berlangsung cepat dan sempurna.

Absopsi per oral berlangsung dalam usus halus dan deodenum, maksimal 8-15

mg/hari yang dicapai dengan pemberian oral sebanyak 40 mg. Dalam satu hari

sebanyak 1mg tiamin mengalami degradasi di jaringan tubuh. Jika asupan jauh
melebihi jumlah tersebut, maka zat ini akan dikeluarkan melalui urin sebagai tiamin

atau piridimin.

Sediaan dan Indikasi:

Tiamin HCl (vitamin B1, aneurin HCl) tersedia dalam bentuk tablet 5-500 mg,

Larutan steril 100-200 mg untuk penggunaan parenteral, dan eliksir mengandung 2-25

mg tiamin tiap ml.

Tiamin diindikasikan pada pencegahan dan pengobatan defisiensi tiamin

dengan dosis 2-5 mg/hari untuk pencegahan defisiensi dan 5-10 mg tiga kali sehari

untuk pengobatan defisiensi. Dosis lebih besar secara parenteral diindikasikan untuk

kasus berat, akan tetapi respon tidak meningkat dengan dosis lebih dari 30 mg/hari.

b. Vitamin B6 atau piridoksin : merupakan vitamin yang esensial bagi pertumbuhan tubuh.

Selain itu, vitamin ini juga berperan dalam metabolisme nutrisi dan memproduksi antibodi

sebagai mekanisme pertahanan tubuh terhadap antigen atau senyawa asing yang berbahaya

bagi tubuh. Vitamin ini merupakan salah satu jenis vitamin yang mudah didapatkan karena

vitamin ini banyak terdapat di dalam beras, jagung, kacang-kacangan, daging, dan ikan.

Kekurangan vitamin dalam jumlah banyak dapat menyebabkan kulit pecah-pecah, keram

otot, dan insomnia

Farmakodinamik :

Pemberian piridoksin secara dan parenteral tidak menunjukkan efek

farmakodinamik yang nyata. Dosis sangat besar yaitu 3-4 g/kgBB dapat menyebabkan

kejang dan kematian pada hewan coba, tetapi dosis kurang dari ini umumnya tidak

menimbulkan efek yang jelas. Piridoksal fosfat dalam tubuh merupakan koenzim

yang berperan penting dalam metabolisme berbagai asam amino, diantaranya

dekarboksilasi, transaminasi dan rasemisasi triptofan, asam-asam amino yang

bersulfur dan asam amino hidroksida


Farmakokinetik :

Piridoksin, piridoksaldan piridoksamin mudah diabsopsi melalui saluran

cerna. Metabolit terpenting dari ketiga bentuk tersebut adalah 4-asam piridoksat.

Ekskresi melalui urin terutama dalam bentuk 4-asam piridoksat dan piridoksal.

Sedian dan Indikasi:

Piridoksin tersedia sebagai tablet piridoksin HCl 10-100 mg dan sebagai larutan steril

100mg/ml piridoksin HCl untuk injeksi. Selain untuk mencegah dan mengobati

defisiensi vitamin B6, vitamin ini diberikan bersama vitamin B lainnya atau sebagai

multivitamin untuk pencegahan dan pengobatan defisiensi vitamin B kompleks.

Pemberiannya pada wanita yang menggunakan kontrasepsi oral yang mengandung

estrogen dibenarkan, karena kemungkinan terjadinya defisiensi piridoksin pada

wanita tersebut. Piridoksin juga dilaporkan dapat memperbaiki gejala keilosis,

dermatitis seboroik, glositis dan stomatitis yang tidak memberikan respon terhadap

tiamin, riboflavin dan niasin serta dapat mengurangi gejala-gejala yang menyertai

tegangan prehaid (premenstrual tension). Piridoksin diindikasikan untuk anemia yang

responsif terhadap piridoksin yang biasanya sideroblastik dan mungkin disebabkan

kelainan genetik. Sebaliknya pemakaian piridoksin hendaknya dihindarkan pada

penderita yang mendapat levadopa.

c. Vitamin B12 (kobalamin) : berperan sebagai koenzim bagi konversi metilmalonil-koA

menjadi suksinil koA. Hal ini merupakan reaksi yang penting dalam lingkup konversi

propionat menjadi siklus asam sitrat. Dengan demikian kobalamin berperan dalam proses

glukoneogenesis. Vitamin B12 atau sianokobalamin merupakan jenis vitamin yang hanya

khusus diproduksi oleh hewan dan tidak ditemukan pada tanaman. Oleh karena itu,

vegetarian sering kali mengalami gangguan kesehatan tubuh akibat kekurangan vitamin ini.

Vitamin ini banyak berperan dalam metabolisme energi di dalam tubuh. Vitamin B12 juga
termasuk dalam salah satu jenis vitamin yang berperan dalam pemeliharaan kesehatan sel

saraf, pembentukkan molekul DNA dan RNA, pembentukkan platelet darah. Telur, hati, dan

daging merupakan sumber makanan yang baik untuk memenuhi kebutuhan vitamin B12

Farmakokinetik :

Vitamin ini disimpan dalam jumlah besar terutama di hati, pada orang dewasa

rata-rata simpanan vitamin B12 secara keseluruhan sebesar 3000-5000 g. Hanya

sedikit sekali jumlah vitamin B12 yang biasanya hilang dalam urine dan feses. Karena

kebutuhan normal vitamin B12 setiap harinya sekitar 2g, maka akan membutuhkan

waktu 5 tahun untuk menghabiskan semua simpanan vitamin B12 yang ada. Vitamin

B12 dalam jumlah fisiologis diabsopsi hanya setelah vitamin ini bergabung dengan

faktor intrinsik, suatu glikoprotein yang disekresi oleh sel-sel parietal dari mukosa

lambung. Faktor intrinsik ini bergabung dengan deodenum, dan kompleks vitamin

B12. Faktor instrinsik selanjutnya di absopsi di ileum distal oleh sistem transport yang

diperantarai oleh reseptor yang sangat spesifik. Kekurangan vitamin B12 pada

manusia sangat sering disebabkan oleh mal absopsi vitamin B12, sebagai akibat dari

hilangnya faktor intrinsik atau hilangnya atau malfungsi dari mekanisme absopsi

spesifik dalam ileum distal.

Setelah di absorpsi, vitamin B12 diangkut ke berbagai sel-sel tubuh terikat

pada glokoprotein plasma, transcobalamin II. Kelebihan vitamin B12 ditranspor ke

hati untuk disimpan. Jumlah vitamin B12 yang signifikan dieksresi dalam urine hanya

jika jumlah vitamin B12 yang sangat besar diberikan secara parenteral, melebihi

kapasitas pengikatan trasncobalamin tersebut (50-100 g).

Sediaan dan indikasi :

Vitamin B12 diindikasikan untuk penderita defisiensi vitamin B12, misalnya

anemia perniciosa. Pada penderita tanpa komplikasi perbaikan subyektif dan obyektif
cepat diperoleh. Karena kausa tidak dihilangkan (kekurangan FIC tidak diperbaiki),

penderita memerlukan terapi seumur hidup.

Dosis untuk defisiensi B12 : oral atau sublingual 2 dd 1 mg selama 1 bulan,

pemeliharaan 1 mg sehari. Profilaksis dalam multivitamin 1-10 mcg sehari, i.m 0,5-1

mg/minggu, pemeliharaan 1 mg setiap 2 bulan.

Vitamin B12 tersedia dalam bentuk tablet untuk pemberian oral dan larutan

untuk suntikan. Penggunaan oral pada anemia perniciosa kurang bermanfaat dan

biasanya terapi oral lebih mahal dibanding terapi parenteral. Sediaan oral dapat

bermanfaat sebagai suplemen diit, namun kecil manfaatnya untuk penderita yang

kekurangan faktor intrinsik atau penderita dengan gangguan ileum, karena absorpsi

secara difusi tidak dapat diandalkan sebagai terapi efektif. Maka cara pemberian yang

terbaik adalah secara IM atau SK yang disuntikkan dalam.

Defisiensi kobalamin ditandai dengan gangguan hematopoesis, gangguan

neurologi, kerusakan sel epitel, terutama epitel saluran cerna, dan debilitas umum.

Defisiensi ini dapat didiagnosis dengan mengukur kadar vitamin B12 dalam plasma

dan dengan uji fungsi lambung. Defisiensi vitamin B12 pada orang dewasa lebih

sering disebabkan oleh gangguan absorpsinya, misalnya pada defisiensi vitamin B12

yang klasik yang disebut anemia perniciosa Addison. Pada penyakit tersebut terjadi

kegagalan sekresi faktor intrinsik castle (FIC) oleh sel parietal lambung yang

berfungsi dalam absorpsi vitamin B12 di ileum. Selain itu sekresi FIC juga dapat

berkurang pada kerusakan mukosa lambung oleh berbagai sebab. Gangguan fungsi

ataupun struktur pada ileum, penyakit pankreas dan adanya infestasi parasit dalam

usus dapat pula menyebabkan defisiensi vitamin B12.

Anda mungkin juga menyukai