Anda di halaman 1dari 7

PERAN PENDAPATAN ASLI DAERAH

DALAM MENUNJANG DESENTRALISASI FISKAL


DAN PEMBANGUNAN DAERAH
(Studi pada Dinas Pendapatan Kota Batu)

Anastasia Sianturi, Sjamsiar Sjamsuddin, Tjahjanulin Domai


Jurusan Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya, Malang
E-mail: anastasia.sianturi22@gmail.com

Abstract: Supporting Local Revenue in Fiscal Decentralization and Regional Development (The
Study in The Departement of Revenue at Batu). In the framework of the implementation of
regional autonomy in accordance with UU No.32 Tahun 2004 on local government. Local
governments are required to be able to organize and manage his own household Sweeping based
regulations and develop and increase revenue. This study aims to determine, describe and analyze
the role of local revenues to support fiscal decentralization and regional development. By using
this type of qualitative research method with a descriptive approach. The analytical method used
is through an interactive method of Miles and Huberman. It can be concluded that the local
revenue Batu City still has a low degree of fiscal decentralization, the high degree of dependence
on the central government means that there is a low contribution to the financing of development
in the Batu City, especially in the construction of road infrastructure, irrigation and network.

Keywords: revenue, fiscal decentralization, the degree of fiscal

Abstrak: Pendapatan Asli Daerah dalam Menunjang Desentralisasi Fiskal dan


Pembangunan Daerah (Studi pada Dinas Pendapatan Kota Batu). Dalam rangka
penyelenggaraan otonomi daerah sesuai dengan Undang-undang No.32 Tahun 2004 tentang
pemerintah daerah. Pemerintah daerah dituntut agar mampu mengatur dan mengurus rumah
tangganya sendiri secara luas dan menyeluruh berdasarkan peraturan yang berlaku dan
mengembangkan dan meningkatkan pendapatan asli daerah. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui, mendeskripsikan dan menganalisi peran pendapatan asli daerah dalam menunjang
desentralisasi fiskal dan pembangunan daerah. Dengan menggunakan jenis metode penelitian
kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Metode analisis yang digunakan adalah melalui metode
interaktif Miles dan Huberman. Dapat disimpulkan bahwa pendapatan asli daerah Kota Batu masih
memiliki derajat desentralisasi fiskal yang rendah, tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap
pemerintah pusat berarti menunjukan adanya konstribusi yang rendah terhadap pembiayaan
pembangunan pada pemerintah Kota Batu, khususnya dalam pembangunan infrastuktur jalan,
irigasi dan jaringan.

Kata kunci: pendapatan asli daerah, desentralisasi fiskal, derajat desentralisasi fiskal

Pendahuluan dan desentralisasi ekonomi. Dari keempat


Pendapatan Asli Daerah merupakan aspek desentralisasi tersebut, desentralisasi fiskal
penting pemerintahan daerah dalam menjalankan merupakan komponen utama dari seluruh jenis
urusan pemerintahannya. Urusan pemerintah desentralisasi. Desentralisasi fiskal menurut
yang dulunya sentralistis berubah menjadi Prawirosetoto dalam Pujiati (2006, h.5) yaitu
pemerintah yang mengurangi ketergantungan pendelegasian tanggung jawab dan pembagian
pemerintah pusat. Hal ini didasari oleh semakin kekuasaan dan kewenangan untuk pengambilan
bersar dan beragamnya kebutuhan dan persoalan keputusan di bidang fiskal yang meliputi aspek
masyarakat sehingga kebutuhan desentralisasi penerimaan maupun aspek pengeluaran Adanya
semakin diperlukan. Desentralisasi adalah implementasi desentralisasi fiskal yang bertolak
pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat ke ukur dari Pendapatan Asli Daerah harus
pemerintah daerah untuk mengurus daerahnya. diupayakan secara optimal karena Pemerintah
Menurut Halim & Mujib (2009, h.1) ada 4 jenis Daerah tidak dapat melaksanakan fungsinya
desentralisasi yaitu desentralisasi politik, dengan efektif dan efisien tanpa biaya yang
desentralisasi administrasi, desentralisasi fiskal cukup untuk membiayai pelayanan dan

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 2, No. 3, Hal. 557-563 | 557


pembangunan yang dilakukan Pemerintah 1. Penerimaan Daerah dalam pelaksanaan
Daerah. Desentralisasi terdiri atas Pendapatan
Kota Batu sebagai daerah otonom yang Asli Daerah dan Pembiayaan.
merupakan salah satu Kota di Provinsi Jawa 2. Pendapatan Daerah sebagaimana
Timur dengan realisasi pendapatan asli daerah dimaksud pada ayat (1) bersumber dari:
terbesar ke-2 setelah Surabaya. Di Kota batu ini a. Pendapatan Asli Daerah
yang bertanggung jawab atas upaya peningkatan b. Dana Perimbangan
PAD yaitu Dinas Pendapatan. Dilihat dari c. Lain-lain Pendapatan
perkembangan realisasi PAD tahun 2008-2012 3. Pembiayaan sebagimana dimaksud pada
tiap tahun meningkat walaupun pada tahun 2010 ayat (1) bersumber dari:
presentasenya menurun. Masalah yang dihadapi a. Sisa lebih perhitungan anggaran
Dinas Pendapatan Kota Batu yaitu besarnya PAD daerah
yang tidak lebih besar dari dana perimbangan b. Penerimaan Pinjaman Daerah
dari pusat. Ini membuat pemerintah Kota Batu c. Dana Cadangan Daerah
menjadi kurang optimal dalam menjalani Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah
kemandirian fiskal daerahnya. Hal inilah yang pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut
membuat peneliti untuk menganalisis pendapatan berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan
asli daerah dalam menunjang desentralisasi peraturan perundang-undangan (Suhadak &
fiskal. Seiring dengan peningkatan pendapatan Trilaksono, 2007, h.122).
asli daerah maka harus ditunjang juga dengan Pendapatan asli daerah bersumber dari:
meningkatnya pembangunan daerah Kota Batu. (a) Pajak daerah
Peneliti disini hanya fokus pada pembangunan (b) Retribusi daerah
infratruktur yang antara lain jalan, irigasi dan (c) Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
jaringan. Berdasarkan kondisi tersebut, maka dipisahkan
penulis merumuskan masalah bagaimanakah (d) Lain-lain pendapatan asli daerah yang
peran pendapatan asli daerah dalam menunjang sah
desentralisasi fiskal dan pembangunan daerah 2. Desentralisasi Fiskal
serta faktor-faktor pendukung dan Menurut Prawirosetoto dalam Pujiati
penghambatnya. (2006, h.5), desentralisasi fiskal adalah
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui, pendelegasian tanggung jawab dan pembagian
mendiskripsikan, menganalisis dan meng- kekuasaan dan kewenangan untuk pengambilan
interpretasikan peran pendapatan asli daerah keputusan di bidang fiskal yang meliputi aspek
dalam menunjang desentralisasi fiskal dan penerimaan (tax assigment) maupun aspek
pembangunan serta faktor-faktor yang pengeluaran (expenditure assigment).
mendukung dan menghambatnya. Manfaat Desentralisasi fiskal ini dikaitkan dengan tugas
penelitian sebagai sumbangan masukan dan dan fungsi pemerintah daerah dalam penyediaan
pemikiran bagi Dinas Pendapatan Kota Batu barang dan jasa publik (public goods / public
dalam kinerjanya untuk meningkatkan service). Menurut Bird dalam Gedeona (2009,
pendapatan asli daerah. h.4) desentralisasi Fiskal adalah (1) pelepasan
tanggungjawab yang berada dalam lingkungan
Tinjauan Pustaka Pemerintah Pusat ke instansi vertikal di daerah
1. Keuangan Daerah dan ke pemerintah daerah; (2) pendelegasian
Keuangan daerah dapat diartikan sebagai: suatu situasi dimana daerah bertindak sebagai
semua hak dan kewajiban yang dapat dinilai perwakilan pemerintah untuk melaksanakan
dengan uang, demikian pula segala sesuatu baik fungsi-fungsi tertentu atas nama pemerintah; (3)
berupa uang maupun barang yang dapat pelimpahan suatu situasi yang bukan saja
dijadikan kekayaan daerah sepanjang belum implementasi tetapi juga kewenangan untuk
dimiliki/ dikuasai oleh negara atau daerah yang memutuskan apa yang perlu dikerjakan di
lebih tinggi serta pihak-pihak lain sesuai daerah.
ketentuan/ peraturan perundangan yang berlaku Menurut Reksodiprojo dalam Munir (2004,
(Mamesah dalam Halim, 2001, h.19). h.106) menjelaskan bahwa kemandirian fiskal
Sumber keuangan daerah adalah sumber daerah ditunjukan oleh besar kecilnya
yang dapat dijadikan sarana untuk pembiayaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dibandingkan
kegiatan daerah dan masuk pada kas daerah. dengan Total Penerimaan Daerah. Untuk
Dalam Undang-undang No 33 Tahun 2004 pasal mengetahui seberapa besar tingkat
5 disebutkan bahwa Sumber Penerimaan Daerah ketergantungan pemerintah daerah terhadap
adalah sebagai berikut: pemerintah pusat dalam membiayai
pembangunan menggunakan ukuran apa yang

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 2, No. 3, Hal. 557-563 | 558


disebut derajat desentralisasi fiskal. Indikator pangan, papan, kesehatan dan proteksi)
desentralisasi fiskal adalah rasio antara untuk mempertahankan hidup.
Pendapatan Asli Daerah dengan Total b. Harga diri (self esteem): pembangunan
Penerimaan daerah. Adapun rumus dari derajat haruslah memanusiakan orang. Dalam arti
desentralisasi fiskal adalah: luas pembangunan suatu daerah haruslah
meningkatkan kebanggaan sebagai manusia
DDF = PAD yang berada di daerah itu.
TPD c. Freedom from servitude: kebebasan bagi
Keterangan: DDF: Derajat Desentralisasi Fiskal setiap individu suatu negara untuk berpikir,
PAD: Pendapatan Asli Daerah berkembang, berperilaku, dan berusaha
TPD: Total Penerimaan Daerah untuk berpartisipasi dalam pembangunan
4. Hubungan PAD dengan Desentralisasi
Derajat Desentralisasi Fiskal, khususnya Fiskal dan Pembangunan Daerah
komponen pendapatan asli daerah dibandingkan Dalam rangka pelaksanaan otonomi
dengan total pendapatan daerah, menurut hasil tersebut tidak dapat dipungkiri dalam
temuan Tim KKD FE-UGM dalam Munir (2004, menjalankan otonomi sepenuhnya didalam
h.169) menentukan tolak ukur kemandirian fiskal implementasinya diperlukan dana yang
daerah dilihat dari rasio pendapatan asli daerah memadai. Oleh karena itu, melalui Undang-
terhadap total penerimaan APBD sebagai undang No. 33 tahun 2004 kemampuan daerah
berikut: untuk memperoleh dana dapat ditingkatkan.
a. Rasio PAD Terhadap APBD 0,00-10,00% Sebagai daerah otonom, daerah dituntut untuk
(Sangat Kurang) dapat mengembangkan dan mengoptimalkan
b. Rasio PAD Terhadap APBD 10,01-20,00% semua potensi daerah yang digali dari dalama
(Kurang) wilayah daerah bersangkutan yang terdiri dari
c. Rasio PAD Terhadap APBD 20,01-30,00% hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah,
(Sedang) pengelolaan kekayaan yang dipisahkan dan lain-
d. Rasio PAD Terhadap APBD 30,01-40,00% lain pendapatan daerah yang sah yang menjadi
(Cukup) sumber PAD maka pemerintah mempunyai
e. Rasio PAD Terhadap APBD 40,01-50,00% kewajiban untuk meningkatkan taraf
(Baik) kesejahteraan rakyat serta menjaga dan
f. Rasio PAD Terhadap APBD diatas 50,00% memelihara ketentraman dan ketertiban
(Sangat Baik) masyarakat. Dalam rangka desentralisasi itulah
Analisis yang digunakan diatas maka daerah-daerah diberi otonomi, yaitu
sesungguhnya memperlihatkan kemampuan mengatur dan mengurusi rumah tangganya
keuangan daerah untuk membiayai rumah sendiri. Karena makna substantif otonomi itu
tangganya sendiri yang tercermin dalam tingkat sebenarnya adalah pengakuan pentingnya
kemandirian Fiskal Daerah dengan menggunakan kemandirian. Implikasi lain yang sangat penting
analisis ratio yang membandingkan indikator dari pengurusan kewenanagan tersebut adalah
atau elemen-elemen PAD pada total pendapatan semakin meningkatnya kebutuhan daerah dan
daerahnya, yang dikelola oleh pemerintah daerah pembiayaan penyelenggaraan aktivitas
sebagai institusi yang berkompeten sesuai pemerintah dan pembangunan juga akan semakin
dengan peraturan perundang-undangan yang besar.
berlaku di Indonesia. Dalam tingkat kemandirian
fiskal akan tercermin kinerja keuangan daerah Metode Penelitian
dan penilaian terhadap manajemen pendapatan Jenis penelitian yang dipakai di dalam
asli daerah. penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif
3. Pembangunan Daerah dengan pendekatan deskriptif.
Pembangunan biasanya didefinisikan Fokus dalam penelitian ini adalah: (1)
sebagai rangkaian usaha mewujudkan pendapatan asli daerah dalam menunjang
pertumbuhan dan perubahan secara terencana desentralisasi fiskal Kota Batu (2) desentralisasi
dan sadar yang ditempuh oleh suatu negara fiskal dalam menunjang pembangunan daerah
bangsa menuju modernitas dalam rangka Kota batu (3) faktor-faktor pendukung dan
pembinaan bangsa (nation building) (Siagian, penghambat peran pendapatan asli daerah dalam
2000, h.4). Pembangunan daerah haruslah menunjang desentralisasi fiskal dan
mencakup tiga inti nilai (Kuncoro & Todaro pembangunan Kota Batu.
dalam Kuncoro 2004, h.63) yaitu: Lokasi penelitian di Kota Batu dan situs
a. Ketahanan (sustenance): kemampuan untuk penelitian pada Dinas Pendapatan Kota Batu.
memenuhi kebutuhan pokok (sandang, Sumber data diperoleh dari data primer dan data

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 2, No. 3, Hal. 557-563 | 559


sekunder. Pengumpulan data dilakukan melalui ini berarti bahwa tingkat kemandirian fiskal
wawancara dan dokumentasi. Analisis data adalah menggambarkan kemampuan pemerintah
menggunakan Model Interaktif menurut Miles & daerah dalam meningkatkan PAD yaitu yang
Hubberman yang diterjemahkan dalam Tjepjep terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, laba
(1992, h.20). Analisis model interaktif ini usaha daerah dan lain-lain PAD yang sah.
melalui 4 tahap yakni pengumpulan data, reduksi Otonomi daerah bisa diwujudkan apabila disertai
data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. otonomi keuangan dengan baik, hal ini berarti
terdapat kemandirian fiskal pada suatu daerah.
Pembahasan Reksodiprojo dalam Munir (2004, h.106)
1. Pendapatan Asli Daerah dalam menjelaskan bahwa kemandirian fiskal daerah
Menunjang Desentralisasi Fiskal Kota ditunjukan oleh besar kecilnya Pendapatan Asli
Batu Daerah (PAD) dibandingkan dengan Total
Pendapatan Asli Daerah bersumber dari Penerimaan Daerah.
pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan Berdasarkan analisis dapat dilihat bahwa
kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain tingkat desentralisasi fiskal dari tahun 2008-2012
PAD yang sah (Suhadak & Trilaksono, 2007, masih di bawah 10%. Hal ini dapat dilihat dari
h.122). Dari hasil realisasi PAD Kota Batu tahun rasio Pendapatan Asli Daerah terhadap Anggaran
2008, sumber PAD yang paling besar yaitu dari Pendapatan Belanja Daerah yaitu tahun 2008 =
hasil Pajak Hotel, Pajak Hiburan, Pajak 4,56%, 2009 = 4,71%, 2010 = 4,32%, 2011 =
Penerangan Jalan, Retribusi Jasa Umum dan 6,78 %, 2012 = 7,82%. Sehingga dapat diambil
Penerimaan Jasa Giro (Lain-lain PAD yang sah). kesimpulan bahwa Derajat desentralisasi fiskal
Sama seperti tahun 2008, tahun 2009, sumber tahun 2008-2012 Kota Batu masih sangat
PAD yang paling besar bersumber dari Pajak kurang.
Hotel, Pajak Hiburan, Pajak Penerangan Jalan, Analisis derajat desentralisasi fiskal ini
Retribusi Jasa Umum, Penerimaan Jasa Giro mengandung arti bahwa Kota Batu mempunyai
(Lain-lain PAD yang sah) namun terdapat tingkat ketergantungan kepada pemerintah pusat
peningkatan Retribusi Perizinan Tertentu pada yang tinggi. Sebab pengukuran derajat
tahun ini sehingga Retribusi Perizinan Tertentu desentralisasi fiskal ini semakin tinggi rasio
merupakan salah satu sumber PAD paling besar kemandirian mengandung arti bahwa tingkat
di tahun 2009. Pada tahun 2010, sumber terbesar ketergantungan daerah terhadap bantuan
PAD sama seperti tahun 2009. pemerintah semakin rendah, dan demikian pula
Sumber PAD yang paling besar pada tahun sebaliknya semakin rendah rasio kemandirian
2011 sama seperti tahun sebelumnya namun maka tingkat ketergantungan kepada pemerintah
terdapat peningkatan realisasi penerimaan Pajak pusat semakin besar.
Restoran sehingga Pajak Restoran pada tahun 2. Desentralisasi Fiskal dalam Menunjang
2011 merupakan salah satu sumber PAD yang Pembangunan Daerah Kota Batu
terbesar. Kemudian di tahun 2012 sumber Pendapatan Asli Daerah Kota Batu
terbesar PAD yaitu dari Pajak Hotel, Pajak merupakan sumber pendapatan daerah yang
Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Penerangan dapat membantu daerah untuk melaksanakan
Jalan, Pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat
Bangunan, Retribusi Jasa Umum, Retribusi sesuai dengan visi dan misi Kota Batu. Ciri
Perijinan Tertentu dan Penerimaan Jasa Giro. utama yang menunjukan suatu daerah otonom
Sesuai dengan yang disampaikan oleh ibu mampu berotonomi terletak pada kemampuan
Widya Lena, S.T selaku Kasubag Program dan atau kinerja keuangan daerah. Artinya, daerah
Pelaporan Dinas Pendapatan Kota Batu pada hari otonom harus memiliki kewenangan dan
Rabu 26 Maret 2014 pukul 08.30 WIB yaitu kemampuan untuk menggali sumber-sumber
pendapatan asli daerah juga tiap tahunnya keuangan sendiri, mengelola dan menggunakan
meningkat karena adanya sumber objek keuangan sendiri yang cukup memadai untuk
pajak/retribusi baru. Selain itu adanya sumber membiayai penyelenggaraan pemerintah dan
objek pajak/retribusi baru di ditahun 2008-2012 pembangunan daerah.
diantaranya Retribusi Izin Konstruksi pada tahun Dilihat dari perhitungan derajat
2009, Pajak Air Tanah tahun 2010, Pajak Bea desentralisasi fiskal yaitu rasio pendapatan asli
Perolehan Hak Atas Tanah pada tahun 2010, daerah terhadap total penerimaan daerah, Kota
Retribusi Menara Telekomunikasi pada tahun Batu masih tergolong kategori sangat kurang
2012. dalam perhitungan desentralisasi fiskal. Hal ini
Menurut Munir (2004, h.168) kemandirian terbukti yaitu pada tahun 2008-2012 derajat
fiskal yaitu kemampuan pemerintahan daerah desentralisasi fiskal Kota Batu masih dibawah
dalam meningkatkan pendapatan asli daerah. Hal 10%. Pada tahun 2008 derajat desentralisasi

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 2, No. 3, Hal. 557-563 | 560


fiskal Kota Batu sebesar 4,56%, sedangkan pada tarif pajak dan mengenai peraturan dan undang-
tahun 2009 derajat desentralisasi fiskal naik undang mengenai pajak.
menjadi 4,71%, lalu pada tahun 2010 derajat Sesuai dengan wawancara yang dilakukan
desentralisasi fiskal turun menjadi 4,32%, naik kepada Bapak L Bayoe di Bagian Pembukuan
kembali pada tahun 2011 sehingga derajat dan Pengembangan Potensi Dinas Pendapatan
desentralisasi fiskal Koata Batu menjadi 6,78%, yaitu program sosialisasi pajak dilakukan dengan
kemudian di tahun selanjutnya derajat mengundang wajib pajak di restoran atau hotel
desentralisasi fiskal naik kembali menjadi tempat sosialisasi dilakukan. Sosialisasi ini
7,82%. Menurut hasil temuan Tim KKD FE- dilaksanakan berdasarkan standar dari direktorat
UGM dalam Munir (2004:169) menentukan jendral pajak yang memiliki tahapan, pertama
tolak ukur kemandirian fiskal daerah dilihat dari tahap analisa, kedua tahap pelaksanaan
rasio pendapatan asli daerah terhadap total sosialisasi dan ketiga tahap evaluasi dari
penerimaan APBD hasil 0,00-10,00% tergolong sosialisasi yang telah dilaksanakan.
dalam kategori sangat kurang. Jadi dapat 2) Adanya objek sumber pendapatan
disimpulkan bahwa tingkat desentralisasi fiskal asli daerah
Kota Batu tahun 2008-2012 tergolong kategori Kondisi geografis yang memadai, membuat
sangat rendah, yaitu pemerintah belum mampu para investor banyak menanamkan modal di
mandiri dalam pembiayaan urusan daerahnya. Kota Batu. Dengan berbagai wisata, baik alam
Menurut Norton dalam Suhadak & maupun buatan membuat Kota Batu menjadi
Trilaksono (2007, h.153) desentralisasi fiskal kota pariwisata yang banyak dikunjungi
pada dasarnya berkaitan dengan dua hal pokok, pariwisatawan. Banyaknya pariwisatawan yang
yakni kemandirian daerah memutuskan datang, membuat hotel, villa dan losmen sebagai
pengeluaran guna menyelenggarakan layanan tempat penginapan, serta restoran, rumah makan
publik dan pembangunan, sedangkan dan caf sebagai tempat tujuan wisata kuliner
kemandirian fiskal memperoleh pendapatan guna yang ada di Kota Batu. Tempat Hiburan, Hotel,
membiayai pengeluaran itu. Kemampuan daerah Villa, Losmen, Restoran, Rumah Makan dan
dalam menjalankan pemerintahan daerah sangat Caf merupakan objek sumber pendapatan asli
bergantung pada kemampuan pendanaannya. Hal daerah melalui pajak.
ini menunjukan bahwa derajat desentralisasi b. Faktor Penghambat
fiskal Kota Batu dengan kategori sangat kurang 1) Kurangnya kesadaran masyarakat
berarti Kota Batu belum dapat dikatakan mandiri dalam membayar wajib pajak dan
dalam hal pembiayaan pembangunan. Dalam hal wajib retribusi
ini dapat juga dikatakan bahwa Kota Batu masih Berbagai usaha yang dilakukan oleh Dinas
belum bisa menunjang pembangunan daerah dari Pendapatan untuk meningkatkan pajak tidak
sudut pandang derajat desentralisasi fiskal. akan berhasil jika kurangnya kesadaran
Pembangunan daerah disini, penulis memilih masyarakat dalam membayar pajak. Begitu juga
pembangunan infrastruktur jalan, irigasi dan dengan Dinas Pendapatan Kota Batu yang telah
jaringan. Penulis mengambil kesimpulan bahwa memberikan sosialisasi dan penyuluhan kepada
Kota Batu dalam hal desentralisasi fiskal masih masyarakar wajib pajak, namun kurangnya
belum bisa menunjang pembangunan infrastuktur kesadaran masyarakat masih rendah untuk
jalan, irigasi dan jaringan. membayar pajak dan retribusi.
3. Faktor-faktor Pendukung dan Kesadaran masyarakat masih perlu
Penghambat Peran Pendapatan Asli ditingkatkan agar masyarakat mengetahui fungsi
Daerah dalam Menunjang Desentralisasi dan kegunaan pajak. Hal serupa dijelaskan oleh
Fiskal dan Pembangunan Daerah Kota Soemitro (1988, h.78) kesadaran pajak
Batu masyarakat Indonesia masih rendah, perlu
a. Faktor Pendukung ditingkatkan melalui informasi yang intensif,
1) Adanya komunikasi kepada mas- supaya masyarakat mengerti fungsi dan
yarakat melalui sosialisasi dan kegunaan pajak dalam masyarakat dan manfaat
penyuluhan wajib pajak dan wajib bagi diri pribadi. Kurangnya kesadaran
retribusi masyarakat akan wajib pajak ini juga diperparah
Komunikasi kepada masyarakat melalui dengan berbagai kasus penyelewengan pajak
sosialisasi dan penyuluhan merupakan salah satu yang marak terjadi di media massa. Hal tersebut
faktor untuk meningkatkan pendapatan asli jelas merupakan pengaruh yang kuat sehingga
daerah. Sosialisasi ini merupakan usaha Dinas membuat masyarakat enggan untuk membayar
Pendapatan Kota Batu yang berguna untuk pajak.
memberikan informasi kepada wajib pajak 2) Sistem informasi dan teknologi yang
mengenai tata cara pemungutan dan penyetoran kurang memadai

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 2, No. 3, Hal. 557-563 | 561


Sistem informasi sangat dibutuhkan setiap dapat mengembangan potensi tiap-tiap aparatur
orang terutama untuk organisasi agar dapat dalam mengerjakan tugas dan fungsinya
melaksanakan berbagai aktivitas dengan lebih
akurat, berkualitas, dan tepat waktu. Setiap Kesimpulan
organisasi dapat memanfaatkan internet dan Dari hasil pembahasan dapat ditarik
jaringan teknologi informasi untuk menjalankan kesimpulan bahwa Pendapatan asli daerah
berbagai aktivitasnya secara elektronis. Terdapat bersumber dari pajak, retribusi, hasil pengelolaan
dua alasan utama mengapa terdapat perhatian kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain
yang besar terhadap sistem informasi, yaitu pendapatan asli daerah yang sah. Diantara empat
meningkatnya kompleksitas kegiatan organisasi sumber pendapatan asli daerah tersebut, yang
tata kelola pemerintahan dan meningkatnya paling besar konstribusinya terhadap PAD Kota
kemampuan komputer. Selanjutnya, dengan Batu adalah dari sektor pajak.
tersedianya informasi yang berkualitas, tentunya Tingkat desentralisasi fiskal Kota Batu
juga akan meningkatkan kemampuan kompetitif masih tergolong sangat kurang, ini terbukti
(competitive advantage) organisasi yang dengan adanya derajat desentralisasi fiskal yaitu
dikelolanya. mengukur tingkat desentralisasi fiskal dengan
Dengan sistem informasi dan teknologi mengukur rasio antara pendapatan asli daerah
yang kurang memadai di Dinas Pendapatan Kota dengan total penerimaan daerah. Dari data yang
Batu akan memperlambat pekerjaan para ada, tingkat desentralisasi fiskal di Kota Batu
aparatur dibandingkan dengan adanya sistem masih di bawah 10%, ini menunjukan bahwa
informasi yang memadai. Sesuai dengan pemerintah Kota Batu masih memiliki
wawancara dengan ibu Widya Lena sebagai ketergantungan yang tinggi terhadap pemerintah
Kasubag Program dan Pelaporan Dinas pusat dalam kemandirian keuangan daerahnya.
Pendapatan Kota Batu yang menjelaskan bahwa Dilihat dari derajat desentralisasi fiskal Kota
kurangnya sistem informasi dan teknologi yang Batu tahun 2008-2012, rata-rata tingkat
memadai seperti di Kota-kota maju lainnya yang penerimaan PAD terhadap Total Penerimaan
telah menerapkan sistem online. daerah sebesar 5,6%. Jumlah ini merupakan
3) Kompetensi sumber daya aparatur jumlah yang relatif masih sangat kurang, kerena
yang kurang tingkat pencapaian kinerja keuangan daerah dari
Kompetensi sumber daya aparatur sangat PAD terhadap Total Penerimaan Daerah yang
dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas kerja rendah menunjukan masih besarnya
aparatur. Sebuah organisasi dalam mewujudkan ketergatungan yang tinggi terhadap pemerintah
eksistensinya dalam rangka mencapai tujuan pusat. Tingkat ketergantungan yang tinggi
memerlukan perencanaan sumber daya manusia terhadap pemerintah pusat berarti menunjukan
yang efektif. Suatu organisasi, menurut Rivai adanya konstribusi yang rendah terhadap
(2004, h.35) tanpa didukung pegawai/karyawan pembiayaan pembangunan pada pemerintah Kota
yang sesuai baik segi kuantitatif, kualitatif, Batu, khususnya dalam pembangunan
strategi dan operasionalnya, maka infrastuktur jalan, irigasi dan jaringan.
organisasi/perusahaan itu tidak akan mampu Faktor pendukung peran pendapatan asli
mempertahankan keberadaannya, daerah dalam menunjang desentralisasi fiskal
mengembangkan dan memajukan dimasa yang dan pembangunan daerah yaitu (1) adanya
akan datang. komunikasi kepada masyarakat melalui sosialisai
Sesuai dengan wawancara dengan ibu dan penyuluhan wajib pajak dan wajib retribusi,
Widya Lena, Kasubag Program dan Pelaporan (2) adanya objek sumber pendapatan asli daerah.
Dinas Pendapatan Kota Batu yang menjelaskan Faktor penghambat peran pendapatan asli daerah
bahwa kuantitas aparatur Dinas Pendapatan Kota dalam menunjang desentralisasi fiskal dan
Batu telah mencukupi namun kompetensi pembangunan daerah yaitu (1) kurangnya
aparatur masih kurang. Tingkat kualitas aparatur kesadaran masyarakat dalam membayar wajib
yang tidak sama disebabkan tingkat pendidikan pajak dan wajib retribusi, (2) sistem informasi
yang berbeda antar pegawai. Untuk dan teknologi yang kurang memadai (3)
meningkatkan kompetensi aparatur diaharapakan kompetensi sumber daya aparatur yang kurang.
adanya pelatihan atau training organisasi untuk

Daftar Pustaka

Pujiati, Amin. (1990) Analisis Pertumbuhan Ekonomi di Karesidenan Semarang Era desentralisasi
Fiskal. Jurnal Ekonomi Pembangunan, 61-70.

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 2, No. 3, Hal. 557-563 | 562


Gedeona, Hendrikus T. (2009) Desentralisasi Fiskal: Kajian Perbandingan Ketidakseimbangan
Fiskan Vertikal Di Indonesia dan Jepang. Jurnal Ilmu Administrasi Volume VI No.2, 167-191
Halim Abdul dan Ibnu Mujib. (2009) Problem Desentralisasi dan Perimbangan Keuangan
Pemerintah Pusat-Daerah Peluang dan Tantangan dalam Pengelolaan Sumber Daya
Daerah. Yogyakarta, Sekolah Pascasarjana UGM.
Halim, Abdul. (2001) Akuntansi Keuangan Daerah. Jakarta, Salemba Empat.
Kuncoro, Mudrajad. (2004) Otonomi dan Pembangunan Daerah: Reformasi, Perencanaan, Strategi
dan Peluang. Jakarta, Erlangga
Munir, Dasril. (2004) Kebijakan dan Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta, YPAPI.
Rivai, Veithzal. (2004) Manajemen Sumberdaya Manusia untuk Perusahaan: dari teori ke praktek.
Jakarta, Radja Grapindo Persada.
Siagian, Sondang. (1999) Administrasi Pembangunan. Jakarta, Bumi Aksara
Soemitro, Rohmat. (1998) Pajak Dan Pembangunan. Bandung, Salemba Empat
Suhadak dan Trilaksono. (2007) Paradigma Baru Pengelolaan Keuangan Daerah dalam Penyusunan
APBD di Era Otonomi. Malang, Bayumedia Publishing.

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 2, No. 3, Hal. 557-563 | 563

Anda mungkin juga menyukai