SIROSIS HEPATIS
3. PATOFISIOLOGI
Sirosis hepatis atau jaringan parut pada hepar dibagi menjadi tiga
jenis yaitu sirosis portal Laennec (alkoholik, nutrisional), sirosis pasca-
necrotik, dan sirosis bilier.
Sirosis laennec (alkoholik, nutrisi onal) merupakan penyakit yang
ditandai dengan nekrosis yang melibatkan sel-sel hati. Sel-sel hati yang
dihancurkan itu secara berangsur-berangsur digantikan oleh jaringan parut,
sehingga jumlah jaringan parut melampaui jumlah jaringan hati yang
masih berfungsi. Faktor utama penyebab sirosis Laennec yaitu konsumsi
minuman beralkohol yang berlebihan sehingga terjadinya perlemakan hati
dan konsekuensi yang ditimbulkannya, namun defisiensi gizi dengan
penurunan asupan protein juga dapat menimbulkan kerusakan hati.
Sirosis pasca-nekrotik terjadi setelah nekrosis berbercak pada
jaringan hati, yang sebelumnya memiliki riwayat hepatitis virus dan juga
bisa diakibatkan oleh intoksikasi yang pernah diketahui dengan bahan
kimia industri, racun, ataupun obat-obatan seperti fosfat, kontrasepsi oral,
metil dopa arseni dan karbon tetraklorida.
Sirosis biliaris yang paling sering disebabkan oleh obstruksi biliaris
pasca epatik. Statis empedu yang menyebabkan penumpukan empedu di
dalam massa hati dan kerusakan sel-sel hati dan terbentuknya fibrosa di
tepi lobulus. Hati akan membesar, keras, bergranula halus, dan berwarna
kehijauan akan mengakibatkan ikterus, pruritus dan malabsorpsi.
Pada awalnya hati cenderung membesar dan sel-selnya dipenuhi oleh
lemak hati akan menjadi keras dan memiliki tepi tajam yang dapat
diketahui melalui palpasi, nyeri pada abdomen, sedangkan konsentrasi
albumin plasma menurun yang menyebabkan predisposisi untuk terjadinya
edema. Produksi aldesteron yang berlebihan akan menyebabkan retensi
natrium serta air dan ekskresi kalium. Terjadinya hipertensi portal di
sebabkan adanya peningkatan tekanan vena porta yang menetap di atas
nilai normal yaitu 6 sampai 12 cmH2O. Mekanisme primer penyebab
hipertensi portal adalah peningkatan resistensi terhadap aliran darah
melalui hati dan juga terjadi peningkatan aliran arteria splangnikus.
Tekanan balik pada sistem portal menyebabkan splenomegali dan asites.
Asites merupakan penimbunan cairan encer intra peritoneal yang
mengandung sedikit protein. Faktor yang menyebabkan terjadinya asites
adalah peningkatan tekanan hidrostatik pada kapiler usus (hipertensi porta)
dan penurunan osmotik koloid akibat hipoalbuminemia.
Perdarahan pada saluran cerna yang paling sering dan paling
berbahaya pada sirosis adalah perdarahan dari varises esofagus yang
merupakan penyebab dari sepertinya kematian. Penyebab yang lain
perdarahan pada tukak lambung dan duodenum yang cenderung akibat
masa protombin yang memanjang dan trombositopenia. Perdarahan
saluran cerna merupakan salah satu faktor yang mempercepat terjadinya
ensefalopati hepatik.
Ensefalopati terjadi bila amonia dan zat-zat toksik lain masuk dalam
sirkulasi sistemik. Sumber amonia yang terjadi akibat pemecahan protein
oleh bakteri pada saluran cerna. Ensefalopati hepatik yang ditandai oleh
kekacauan mental, tremor otot, dan flapping tremor yang juga disebut
sebagai asteriksis. Perubahan mental yang terjadi diawali dengan adanya
perubahan kepribadian, hilang ingatan, dan iritabilitas yang dapat berlanjut
hingga kematian.
4. MANIFESTASI KLINIS
Gejala terjadi akibat perubahan morfologi dan lebih menggambarkan
beratnya kerusakan yang terjadi daripada etiologinya. Didapatkan tanda dan
gejala sebagai berikut:
1. Gejala-gejala gastrointestinal yang tidak khas seperti anoreksia, mual,
muntah, dan diare.
2. Demam, berat badan turun, lekas lelah.
3. Asites, hidrotoraks, dan edema.
4. Ikterus, kadang-kadang urin menjadi lebih tua warnanya atau kecoklatan.
5. Hepatomegali, bila telah lanjut hati dapat mengecil karena fibrosis. Bila
secara klinis didapati adanya demam, ikterus, dan asites. Dimana demam
bukan oleh sebab-sebab lain, dikatakan sirosis dalam keadaan aktif. Hati-
hati akan kemungkinan timbulnya prekoma dan koma hepatikum.
6. Kelainan pembuluh darah seperti kolateral-kolateral di dinding abdomen
dan toraks, kaput medusa, wasir, dan varises esofagus.
7. Kelainan endokrin yang merupakan tanda dari hiperestrogenisme, yaitu:
a. Impotensi, atrofi testis, ginekomastia, hilangnya rambut aksila, dan
pubis.
b. Amenore, hiperpigmentasi areola mammae.
c. Spider nevi dan eritema, serta hiperpigmentasi. (Mansjoer, 2001; Price
& Wilson, 2006).
Menurut Smeltzer & Bare (2001) manifestasi klinis dari sirosis hepatis antara lain:
1. Pembesaran Hati
Pada awal perjalanan sirosis hati, hati cenderung membesar dan sel-selnya
dipenuhi oleh lemak. Hati tersebut menjadi keras dan memiliki tepi tajam yang
dapat diketahui melalui palpasi. Nyeri abdomen dapat terjadi sebagai akibat dari
pembesaran hati yang cepat dan baru saja terjadi sehingga mengakibatkan
regangan pada selubung fibrosa hati (kapsula Glissoni). Pada perjalanan penyakit
yang lebih lanjut, ukuran hati akan berkurang setelah jaringan parut menyebabkan
pengerutan jaringan hati. Apabila dapat dipalpasi, permukaan hati akan teraba
berbenjol-benjol (noduler).
2. Obstruksi Portal dan Asites
Manifestasi lanjut sebagian disebabkan oleh kegagalan fungsi hati yang
kronis dan sebagian lagi oleh obstruksi sirkulasi portal. Semua darah dari organ-
organ digestif praktis akan berkumpul dalam vena porta dan dibawa ke hati.
Karena hati yang sirotik tidak memungkinkan perlintasan darah yang bebas, maka
aliran darah tersebut akan kembali ke dalam limpa dan traktus gastrointestinal
dengan konsekuensi bahwa organ-organ ini menjadi tempat kongesti pasif yang
kronis; dengan kata lain, kedua organ tersebut akan dipenuhi oleh darah dan
dengan demikian tidak dapat bekerja dengan baik. Pasien dengan keadaan
semacam ini cenderung menderita dyspepsia kronis dan konstipasi atau diare.
Berat badan pasien secara berangsur-angsur mengalami penurunan.
1. Pemeriksaan Laboratorium:
a. Albumin serum cenderung menurun.
b. Kadar globulin serum meningkat.
c. AST (SGOT) dan ALT (SGPT) meningkat.
d. Amonia serum meningkat.
e. Hb rendah, kolesterol rendah.
f. Pemeriksaan CHE (kolinesterase): Kadar kolinesterase serum dapat
menurun.
g. Glukosa darah meningkat.
h. Defisiensi Vitamin A, B12, C, K, asm folat, dan mungkin besi.
2. Pemeriksaan Diagnostik:
a. USG: terlihat pinggir hati, permukaan, pembesaran, homogenitas,
asites, splenomegali, gambaran vena hepatika, vena porta, pelebaran
saluran empedu.
b. Pemeriksaan pemindai CT, MRI dan pemindai radioisotop hati
memberikan informasi tentang besar hati dan aliran darah hepatih serta
obstruksi aliran tersebut. (Baughman & Hackley, 2000; Smeltzer &
Bare, 2002).
6. PENATALAKSANAAN
a. Pasien dalam keadaan kompensasi hati yang baik cukup dilakukan
kontrol yang teratur, istirahat yang cukup, susunan diet tinggi kalori dan
protein, lemak secukupnya.
b. Pasien sirosis dengan penyebab yang diketahui seperti :
7. KOMPLIKASI
Komplikasi chirrosis hati yang dapat terjadi antara lain:
a. Perdarahan
Penyebab perdarahan saluran cerna yang paling sering dan
berbahaya pada chirrosis hati adalah perdarahan akibat pecahnya varises
esofagus. Sifat perdarahan yang ditimbulkan ialah muntah darah atau
hematemesis, biasanya mendadak tanpa didahului rasa nyeri. Darah yang
keluar berwarna kehitam-hitaman dan tidak akan membeku karena sudah
bercampur dengan asam lambung. Penyebab lain adalah tukak lambung
dan tukak duodeni.
b. Koma hepatikum
Timbulnya koma hepatikum akibat dari faal hati yang sudah sangat
rusak, sehingga hati tidak dapat melakukan fungsinya sama sekali. Koma
hepatikum mempunyai gejala karakteristik yaitu hilangnya kesadaran
penderita. Koma hepatikum dibagi menjadi dua, yaitu: Pertama koma
hepatikum primer, yaitu disebabkan oleh nekrosis hati yang meluas dan
fungsi vital terganggu seluruhnya, maka metabolism tidak dapat berjalan
dengan sempurna. Kedua koma hepatikum sekunder, yaitu koma
hepatikum yang timbul bukan karena kerusakan hati secara langsung,
tetapi oleh sebab lain, antara lain karena perdarahan, akibat terapi
terhadap asites, karena obat-obatan dan pengaruh substansia nitrogen.
c. Ulkus Peptikum
Timbulnya ulkus peptikum pada penderita Sirosis Hepatis lebih
besar bila dibandingkan dengan penderita normal. Beberapa
kemungkinan disebutkan diantaranya ialah timbulnya hiperemi pada
mukosa gaster dan duodenum, resistensi yang menurun pada mukosa,
dan kemungkinan lain ialah timbulnya defisiensi makanan
d. Karsinoma Hepatoselular
Kemungkinan timbulnya karsinoma pada Sirosis Hepatis terutama
pada bentuk postnekrotik ialah karena adanya hiperplasi noduler yang
akan berubah menjadi adenomata multiple kemudian berubah menjadi
karsinoma yang multiple
e. Infeksi
Setiap penurunan kondisi badan akan mudah kena infeksi,
termasuk juga penderita sirosis, kondisi badannya menurun. Infeksi yang
sering timbul pada penderita sirosis, diantaranya adalah : peritonitis,
bronchopneumonia, pneumonia, tbc paru-paru, glomeluronefritis kronik,
pielonefritis, sistitis, perikarditis, endokarditis, erysipelas maupun
septikemi.
b. TINJAUAN TEORITIS ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Identitas
Merupakan biodata klien yang meliputi : nama, umur, jenis
kelamin, agama, suku bangsa / ras, pendidikan, bahasa yang dipakai,
pekerjaan, penghasilan dan alamat.
b. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat penyakit sekarang
Keluhan utama
o Anoreksia akibat perubahan citarasa terhadap makanan tertentu
o Mual dan mutah akibat respons inflamasi dan efek sistemik
inflamasi hati
o Diare akibat malabsorbsi
o Nyeri tumpul abdomen akibat inflamasi hati
2) Riwayat kesehatan terdahulu
Kemungkinan yang muncul pada riwayat kesehatan terdahulu
pada pasien dengan sirosis hepatis Sebelumnya menderita penyakit
Hepatitis Virus dan Kolangitis.
3) Riwayat penyakit keluarga
Di keluarga pasien ada yang pernah mengidap penyakit sirosis
hepatis, penyakit keturunan seperi DM, Hipertensi, dll.
c) Eliminasi
- Mengkaji pola miksi yang meliputi: frekuensi, warna, dan bau.
- Apakah ada masalah dalam pengeluaran urine.
- Mengkaji apakah menggunakan alat bantu untuk berkemih.
- Mengkaji pola defekasi yang meliputi: frekuensi, warna,dan
karakteristiknya.
- Apakah menggunakan alat bantu untuk defekasi.
- Mengkaji pengeluaran melalui IWL .
- kaji adanya riwayat ISK kronis; Obstruksi sebelumnya (kalkulus).
Penurunan haluan urin, kandung kemih penuh, rasa terbakar saat
BAK.Keinginan/dorongan ingin berkemih terus, oliguria,
henaturia, piuri atau perubahan pola berkemih.
d) Aktivitas/latihan
- Kaji tentang pekerjaan yang monoton, lingkungan pekerjaan
apakah pasien terpapar suhu tinggi, keterbatasan aktivitas, misalnya
karena penyakit yang kronis atau adanya cedera pada medula
spinalis.
- klien dengan vertigo akan merasa kesulitan untuk melakukan
aktivitas karena kelemahan, kehilangan sensasi atau paralisis serta
merasa mudah lelah, susah beristirahat karena nyeri kepala
h) Peran Hubungan
- Mengkaji pekerjaan klien.
- Apakah hubungan yang dijalin klien dengan rekan kerja, keluarga
dan lingkungan sekitar berjalan dengan baik.
- Apa yang menjadi peran klien dalam keluarga.
- Mengkaji bagaimana penyelesaian konflik dalam keluarga.
- Mengkaji bagaimana keadaan ekomoni klien.
- Apakah dalam lingkungan klien mengikuti kegiatan social.
- Biasanya klien dengan CHF merasa terganggu dalam melaksanaan
tugas dan peran tersebut karena penyakitnya sekarang.
k) Nilai- Kepercayaan
- Mengkaji agama klien.
- Sejauh mana ia taat pada agama yang ia anut.
- Mengkaji sejauh mana agama/ nilai yang ia percayai mempengaruhi
kehidupannya.
- Mengkaji apakah agama atau nilai kepercayaan merupakan hal yang
penting dalam kehidupan klien.
d. Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan Umum
Dikaji mengenai tingkat kesadaran.
Tingkat kesadaran:
Compos mentis
Samnolen
Stupor
Apatis
b) Pemeriksaan tanda-tanda vital
Tekanan darah, nadi, pernafasan, suhu
b. Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba pada ICS 4 5
midclavicula
Perkusi : Pekak
Auskultasi : Irama teratur
9. Abdomen
a. Inspeksi : Tidak simetris, dan edema, striae
b. Palpasi : Nyeri tekan
Palpasi ringan : Ada nyeri tekan pada lumbalis kanan
Palpasi dalam : Pada kuadran kanan atas (RUQ), hati
teraba terjadi hepartomegali, asites
Turgor kulit : kembali 2 detik (dehidrasi ringan)
c. Perkusi : shifting dulness
d. Auskultasi : adanya Bising usus
10. Ekstremitas : adanya keterbatasan dalam beraktivitas atau tidak,
adanya kekakuan, adanya nyeri atau tidak pada seluruh bagian
ekstremitas.
11. Integument : Turgor kulit jelek, kulit kekuningan, terdapat bulu
halus.
12. Genitalia : genetalia lengkap, bersih tidak ada gangguan.
Tidak terpasang kateter, BAK dan BAB lancar.