Anda di halaman 1dari 14

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan lengkap praktikum Kimia Analisis Instrumen dengan judul

POLARIMETER disusun oleh :

Nama : Nunung Triyana

NIM : 081304031

Kelas :A

Kelompok : V

Telah diperiksa oleh asisten dan coordinator asisten dan dinyatakan diterima.

Makassar, Januari 2011

Koordinator Asisten Asisten

Ilham Nur Iman Ilham Nur Iman

Mengetahui,

Dosen Penanggung Jawab

Maryono, S.Si., M,Si., Apt., M.M.


A. Judul Percobaan

Polarimeter

B. Tujuan Percobaan

Untuk mengetahui bidang polarisasi dari larutan fruktosa dan

sukrosa.

C. Landasan Teori

Polarimetri adalah suatu cara analisa yang didasarkan pada

pengukuran sudut putaran (optical rotation) cahaya terpolarisir oleh

senyawa yang transparan dan optis aktif apabila senyawa tersebut

dilewati sinar monokromatis yang terpolarisir tersebut (Scribd, 2010).

Menurut Wikipedia (2010), jenis-jenis polarimeter yaitu :

1. Manual. Polarimeter pertama kembali pada tahun 1830-an, yang dibutuhkan


pengguna secara fisik memutar analyzer, dan detektor itu mata pengguna
menilai saat yang paling bersinar cahaya melalui. Sudut ditandai pada skala
yang mengelilingi analyzer tersebut. Desain dasar masih digunakan dalam
polarimeter sederhana.
2. Semi-otomatis. Membutuhkan deteksi visual tetapi push menggunakan-
tombol untuk memutar analisa dan menawarkan tampilan digital
3. Sepenuhnya otomatis. Polarimeter yang paling modern yang sepenuhnya
otomatis, dan hanya memerlukan user untuk menekan tombol dan menunggu
pembacaan digital.
Menurut Scribd (2010), Hal-hal yang dapat mempengaruhi sudut putar
suatu larutan adalah sebagai berikut :
1. Jenis zat. Masingmasing zat memberikan sudut putaran yang berbeda
terhadap bidang getar sinar terpolarisir.
2. Panjang lajur larutan dan panjang tabung. Jika lajur larutan diperbesar maka
putarannya juga makin besar.
3. Suhu. Makin tinggi suhu maka sudut putarannya makin kecil, hal ini
disebabkan karena zat akan memuai dengan naiknya suhu sehingga zat yang
berada dalam tabung akan berkurang.
4. Konsentrasi zat. Konsentrasi sebanding dengan sudut putaran, jika
konsentrasi dinaikkan maka putarannya semakin besar.
5. Jenis sinar (panjang gelombang). Pada panjang gelombang yang berbeda zat
yang sama mempunyai nilai putaran yang berbeda.
6. Pelarut. Zat yang sama mempunyai nilai putaran yang berbeda dalam pelarut
yang berbeda.
Menurut Scribd (2010), komponen-komponen alat polarimeter

adalah :

1. Sumber cahaya monokromatis, yaitu sinar yang dapat memancarkan sinar


monokromatis. Sumber cahaya yang digunakan biasanya adalah lampu D
Natrium dengan panjang gelombang 589,3 nm. Selain itu juga dapat
digunakan lampu uap raksa dengan panjang gelombang 546 nm.
2. Polarisator dan analisator. Polarisator berfungsi untuk menghasilkan sinar
terpolarisir. Sedangkan analisator berfungsi untuk menganalisa sudut yang
terpolarisasi. Yang digunakan sebagai polarisator dan analisator adalah
prisma nikol.
3. Prisma setengah nikol merupakan alat untuk menghasilkan bayangan
setengah yaitu bayangan terang gelap dan gelap terang.
4. Skala lingkar merupakan skala yang bentuknya melingkar dan pembacaan
skalanya dilakukan jika telah didapatkan pengamatan tepat baur-baur.
5. Wadah sampel ( tabung polarimeter ). Wadah sampel ini berbentuk silinder
yang terbuat dari kaca yang tertutup dikedua ujungnya berukuran besar dan
yang lain berukuran kecil, biasanya mempunyai ukuran panjang 0,5 ; 1 ; 2
dm. Wadah sampel ini harus dibersihkan secara hati-hati dan tidak bileh ada
gelembung udara yang terperangkap didalamnya.
6. Detektor. Pada polarimeter manual yang digunakan sebagai detektor adalah
mata, sedangkan polarimeter lain dapat digunakan detektor fotoelektrik.
Menurut Scribd (2010), prinsip kerja polarimeter adalah sebagai

berikut :

1. Sinar monokromtis dari sumber cahaya (lampu natrium) akan melewati lensa
kolimator sehingga berkas sinar yang dihasilkan akan disejajarkan arah
rambatnya.
2. Dari lensa terus ke polarisator untuk mendapatkan berkas cahaya yang
terpolarisasi
3. Cahaya terpolarisasi ini akan terus ke prisma nicol untuk mendapatkan
bayangan gelap dan terang, kemudian melewati larutan senyawa optik aktif
yang berada dalam tabung polarimeter.
Bila cahaya terpolarisasi dilewatkan ke dalam suatu zat optis aktif

seperti gula, maka cahaya itu akan dibelokkan. Kalau cahaya tersebut

dilewatkan ke dalam air murni kita melihat cahaya tersebut diteruskan,

artinya air tidak dapat memutar bidang cahaya terpolarisasi. Zat optis

aktif ditandai oleh adanya atom karbon tak setangkap (asimetri-tak

simetri) atau kiral di dalam senyawa organik. Besarnya sudut perputaran

cahaya terpolarisasi dapat diukur denganpolarimeter dan harganya

dipengaruhi oleh konsentrasi zat optis aktif. Hubungan antara

konsentrasi dan besar sudut putar dirumuskan sebagai



[] =
1.
Dengan [] merupakan perputaran (rotasi) jenis pada suhu (T) dan

panjang gelombang () tertentu, menyatakan panjang larutan yang

dilewati cahaya, dan c menyatakan konsentrasi. Dari rumusan ini kita

peroleh jenis dan jumlah zat optis aktif (Sumarna, 1990).



Rotasi spesifik didefinisikan sebagai [] = , dimana adalah

sudut pada bidang cahaya terpolarisasi dirotasi oleh larutan dengan

konsentrasi c gram zat terlarut per mL larutan. Pada suatu bejana

dengan panjang d desimeter. Panjang gelombang yang umumnya

dispesifikkan adalah 590 nm, berupa garis spectrum natrium. Beberapa

nlai rotasi spesifik untuk beberapa senyawa optis aktif terlihat pada tabel:

Senyawa []
Senyawa []

d-Glukosa +52,7 Sukrosa +66,5

d-Fruktosa -92,4 Asam tartarat +14,1

(semua senyawa
Maltosa +130,4
ukur dalam air)

(Khopkar, 2007).

Beberapa zat mempunyai kemampuan memutar bidang polarisasi

cahaya. Zat-zat yang mempunyai kemampuan memutar bidang

polarisasi ialah zat-zat yang demikian disebut zat optis aktif (Tim Dosen

Kimia Analitik, 2010).

Molekul yang mempunyai atom C asimetris atau atom C kiral

yang dapat memutar bidang polarisasi ke kanan diberi tanda d aau + dan
ke kiri diberi tanda l atau -. Mengetahui d dan l atau + dan adalah

melalui percobaan menggunakan alat polarimeter (Matsjeh, 1983).

D. Alat dan Bahan

a) Alat

1) Polarimeter

2) Pipet tetes

3) Gelas kimia 100 mL

4) Kuvet

5) Botol semprot

b) Bahan

1) Aquadest

2) Larutan sukrosa 5%, 10%, dan 15 %

3) Larutan fruktosa 5%, 10%, dan 15 %

E. Cara Kerja

1. Menyalakan alat polarimeter 20 menit sebelum digunakan

2. Mengisi kuvet dengan aquades dan mengusahakan agar tidak ada

gelembung yang terjadi

3. Memasukkan kuvet ke dalam polarimeter

4. Memutar analyser hingga menunjukkan keadaan gelap kemudian

membaca sudut putarnya

5. Mengganti aquades dengan larutan sukrosa dan fruktosa dengan

konsentrasi berbeda (15%, 10%, dan 15%)


F. Hasil Pengamatan

Bahan Sudut Polarisasi Bahan Sudut Polarisasi

Aquades 14,44 Fruktosa 5% 21,62

Sukrosa 5% 13,40 Fruktosa 10 % 36,49

Sukrosa 10% 8,25 Fruktosa 15% 45,90

Sukrosa 15 % 2,08 Fruktosa x 11,40

G. Analisis Data

1. Larutan blanko (aquades) = 14,44o

2. Sukrosa 5%

Dik : []20
= +66,5o

d tabung = 2 dm

Dit : c .?

[] .?

Peny :

= sampel blanko

= 13,40o 14,44o

= -1,04o
1,04 1,04
c = = = = 0,008
[]20
2 (66,5) 133
1,04 1,04
[] = = = = 65o
2 (0,008) 0,016

3. Sukrosa 10%

Dik : []20
= +66,5o

d tabung = 2 dm

Dit : c .?
[] .?

Peny :

= sampel blanko

= 8,25o 14,44o

= -6,19o
6,19 6,19
c = = = = 0,046
[]20
2 (66,5) 133
6,19 6,19
[] = = = = 67,28o
2 (0,046) 0,092

4. Sukrosa 15%

Dik : []20
= +66,5o

d tabung = 2 dm

Dit : c .?

[] .?

Peny :

= sampel blanko

= 2,08o 14,44o

= -12,36o
12,36 12,36
c = = = = 0,093
[]20
2 (66,5) 133
12,36 12,36
[] = = = = 66,45o
2 (0,093) 0,186

5. Fruktosa 5%

Dik : []10
= -92,4o

d tabung = 2 dm

Dit : c .?

[] .?
Peny :

= sampel blanko

= 21,62o 14,44o

= 7,18o
7,18 7,18
c = = = = -0,039
[]10
2 (92,4) 184,8

7,18 7,18
[] = = = = -92,05o
2 (0,039) 0,078

6. Fruktosa 10%

Dik : []10
= -92,4o

d tabung = 2 dm

Dit : c .?

[] .?

Peny :

= sampel blanko

= 36,49o 14,44o

= 22,05o
22,05 22,05
c = = = = -0,119
[]10
2 (92,4) 184,8

22,05 22,05
[] = = = = -92,65o
2 (0,119) 0,238

7. Fruktosa 15%

Dik : []10
= -92,4o

d tabung = 2 dm

Dit : c .?

[] .?

Peny :
= sampel blanko

= 45,90o 14,44o

= 31,46o
31,46 31,46
c = = = = -0,170
[]10
2 (92,4) 184,8

31,46 31,46
[] = = = = -92,53o
2 (0,170) 0,34

8. Sukrosa X

Dik : []20
= +66,5o

d tabung = 2 dm

Dit : c .?

[] .?

Peny :

= sampel blanko

= 11,40o 14,44o

= -3,04o
3,04 3,04
c = = = = 0,023
[]20
2 (66,5) 133
3,04 3,04
[] = = = = 66,09o
2 (0,023) 0,046
Grafik Hubungan Antara Konsentrasi (g/100 mL) dengan sudut

polarisasi [] larutan sukrosa

67.5

67

66.5
[]

66

65.5

65

64.5
0 5 10 15 20
konsentrasi g/100 mL

Grafik Hubungan Antara Konsentrasi (g/100 mL) dengan sudut

polarisasi [] larutan fruktosa

-90
0 5 10 15 20

-90.5

-91
[]

-91.5

-92

-92.5

-93
konsentrasi g/100 mL
H. Pembahasan

Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui besarnya sudut putar

larutan sukrosa dan fruktosa pada konsentrasi 5%, 10%, dan 15% dan

larutan sukrosa x. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan

polarimeter.

Pada percobaan ini, larutan blanko yang digunakan adalah

aquades. Hal ini karena air tidak dapat memutar bidang polarisasi.

Sedangkan larutan sampel yang digunakan adalah larutan sukrosa dan

fruktosa. Hal ini karena baik sukrosa maupun fruktosa merupakan

senyawa optis aktif karena memiliki atom C kiral sehingga dapat

memutar bidang polarisasi.

Pada percobaan ini, larutan dimasukkan ke dalam kuvet (tabung)

dan pada proses ini diusahakan agar tidak terbentuk gelembung. Hal ini

karena gelembung pada kuvet akan mempengaruhi besar permukaan

sudut dari sampel yang diamati sehingga hasilnya tidak akurat.

Besarnya sudut putar bergantung pada konsentrasi zat sehingga

digunakan larutan sukrosa dan fruktosa dengan konsentrasi 5%, 10%,

dan 15%. Adapun besar sudut dari sukrosa 5%, 10%, dan 15% berturut-

turut sebesar 65o, 67,28o, dan 66,45o sedangkan besar sudut dari fruktosa

5%, 10%, dan 15% berturut-turut adalah -92,05o, -92,65o, dan -92,53o. Dan

besar sudut dari sukrosa x adalah 66,09o. Dari data, diperoleh bahwa

semakin besar konsentrasi, maka semakin besar pula sudut putarnya.

Nilai negative (-) menandakan arah perputaran ke kiri (levo) dan nilai (+)

menandakan arah perputaran ke kanan (destro).


I. Kesimpulan dan Saran

1. Kesimpulan

a. Makin tinggi konsentrasi larutan, maka semakin besar pula sudut

putarnya.

b. Besarnya sudut putar suatu larutan dapat diketahui dengan

polarimeter

2. Saran

Sebaiknya saat pengisian larutan sampel ke dalam kuvet tidak

ada gelembung agar data yang diperoleh lebih akurat.


DAFTAR PUSTAKA

Khopkar, S.M. 2007. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI-Press.

Matsjeh, Sabirin. 1983. Kimia Organik II. Jogjakarta : UNJ.

Scribd. 2010. Polarimetri. Http://www.scribd.com/doc/31438296/polarimetri


diakses pada 24 November 2010.

Sumarna, dkk. 1990. Kimia Analitik Instrumen. Semarang : IKIP Semarang


Press.

Tim Dosen Kimia Analitik. 2010. Penuntun Praktikum Kimia Analisis Instrumen.
Makassar : Laboratorium Kimia, FMIPA, UNM.

Wikipedia. 2010. Polarimeter. Http://www.wikipedia.org/wiki/polarimeter


diakses pada 24 November 2010.

Anda mungkin juga menyukai