PENGERTIAN
Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat
mengakhiri kehidupan. Perilaku bunuh diri yang tampak pada seseorang disebabkan
karena steres yang tinggi dan kegagalan mekanisme koping yang digunakan
digunakan dalam mengatasi masalah.(keliant dan akema, 2009).
Bunuh diri adalah suatu keadaan di mana individu mengalami risiko untuk
menyakiti diri sendiri atau melakukan tindakan yang dapat mengancam nyawa.
Dalam sumber lain dikatakan bahwa bunuh diri sebagai perilaku destruktif terhadap
diri sendiri yang jika tidak dicegah dapat mengarah pada kematian. Perilaku
destruktif diri yang mencakup setiap bentuk aktivitas bunuh diri, niatnya adalah
kematian dan individu menyadari hal ini sebagai sesuatu yang diinginkan(stuart dan
sundeen, dikutip fitria, 2009).
Bunuh diri adalah suatu upaya yang disadari dan bertujuan untuk mengakhiri
kehidupan individu secara sadar berhasrat dan berupaya melaksanakan hasratnya
untuk mati. Prilaku bunuh diri meliputi isyarat-isyarat, percobaan dan ancaman verbal
yang akan mengakibatkan kematian, atau luka yang menyakiti diri sendiri.
2. ETIOLOGI
a. Faktor Penyebab terjadinya Bunuh diri
Etiologi bunuh diri yang digolongkan berdasarkan tingkat pertumbuhan dan
perkembangan.
Angka bunuh diri meningkat dengan bertambahnya umur, kurvanya
merupakan garis lurus yang mendaki. Pada wanita, kurva ini naik sampai umur
60 tahun kemudian turun lagi. Anak-anak dibawah umur 15 tahun jarang sekali
melakukan bunuh diri. Jadi angka bunuh diri berbanding lurus dengan
peningkatan umur, tetapi beberapa penulis menemukan angka yang meningkat
pada usia muda yaitu antara usia 15-30 tahun.
Penyebab bunuh diri pada anak : pelarian dan penganiayaan atau
pemerkosaan, situasi keluarga yang kacau, perasaan tidak disayang atau
selalu dikritik, gagal sekolah, takut atau dihina disekolah, kehilangan orang
yang dicintai, dihukum orang lain.
Penyebab bunuh diri pada remaja : hunungan interpersonal yang tidak
bermakna, sulit mempertahankan hubungan interpersonal, pelarian dan
penganiayaan fisik atau pemerkosaan, perasaan tidak dimengerti oranglain,
kehilangan orang yang dicintai, keadaan fisik, masalah dengan orangtua,
masalah seksual, depresi.
1
Penyebab bunuh diri pada dewasa awal : self ideal yang terlalu tinggi,
cemas akan tugas akademik yang banyak, kegagalan akademi yang berarti
kehilangan penghargaan dan kasih sayang orangtua, kompetisi untuk
sukses.
Penyebab bunuh diri pada lanjut usia : perubahan status dari mandiri
ketergantungan, penyakit yang menurunkan kemampuan berfungsi,
perasaan tidak berarti dimasyarakat, kesepian dan isolasi sosial,
kehilanganganda (seperti pekerjaan kesehatan pasangan), sumber hidup
berkurang.
b. Faktor determinan
Kebudayaan
Kebudayaan mempengaruhi niat dan tekad seseorang individu untuk
mempengaruhi hidupnya dan merupakan faktor penting yang
mempengaruhi hal bunuh diri disamping kedudukan sosial ekonomi dan
situasi eksterm yang merugikan.
Jenis kelamin
Angka bunuh diri pada wanita lebih besar daripada pria, disemua
negara dan disepanjang masa.Perbandingan tertinggi didapatkan di Rhode
Island dan New York yaitu 3:1, angka perbandingan terendah didapati di
Austria 1,3 : 1
Status social
Di Inggris, Amerika, Denmark dan Italia, angka bunuh diri tertinggi
terdapat status sosial tinggi, misalnya dokter, dokter gigi dan ahli hukum.
Menurut Hendersom, 1 dari 50 dokter di Inggris melakukan bunuh diri
dengan overdosis, pada umumnya mereka berumur kurang dari 50 tahun
dan banyak yang menderita ketergantungan obat dan alkohol.
Status perkawinan
Frekuensi bunuh diri lebih kecil pada mereka yang sudah menikah,
terutama mereka yang sudah punya anak, dibandingkan dengan mereka
yang belum berkeluarga, janda atau yang cerai.
Gangguan jiwa
Di bagian psikiatri Dr.soetomo Surabaya dalam periode 1965-1968
ditemukan kasus bunuh diri terbagi dalam 6 ancaman bunuh diri, dan 32
percobaan bunuh diri.
2
c. Rentang respon berhubungan dengan bunuh diri.
Rentang sehat sakit dapat dipakai untuk mengabarkan respon adaptif sampai
respon maladaptif pada bunuh diri.Rentang respon peningkatan diri (self
enchancemen) merupakan rentang respon paling adaptif, sedangkan bunuh diri
(suicide) sebagai respon yang maladaptif.
3
b. Faktor presipitasi
Perilaku destruktif diri dapat ditimbulkan oleh stress berlebihan yang
dialami oleh individu. Pencetusnya sering kali berupa kejadian hidup yang
memalukan. Faktor lain yang dapat menjadi pencetus adalah melihat atau
membaca melalui media mengenai orang yang melakukan bunuh diri ataupun
percobaan bunuh diri. Bagi individu yang emosinya labil, hal tersebut menjadi
sangat rentan.
c. Perilaku koping
Klien dengan penyakit kronik atau penyakit yang mengancam
kehidupan dapat melakukan perilaku bunuh diri dan sering kali orang ini
secara sadar memilih untuk melakukan tindakan bunuh diri.Perilaku bunuh
diri berhubungan dengan banyak faktor, baik faktor sosial maupun
budaya.Struktur sosial dan kehidupan bersosial dapat menolong atau bahkan
mendorong klien melakukan perilaku bunuh diri.Isolasi sosial dapat
menyebabkan kesepian dan meningkatkan keinginan seseorang untuk
melakukan bunuh diri.Seseorang yang aktif dalam kegiatan masyarakat lebih
mampu menoleransi stres dan menurunkan angka bunuh diri.Aktif dalam
kegiatan keagamaan juga dapat mencegah seseorang melakukan tindakan
bunuh diri.
d. Mekanisme koping
Seseorang klien mungkin memakai beberapa variasi mekanisme
koping yang berhubungan dengan perilaku bunuh diri, termasuk denial,
rasionalization, regression, dan magical thinking.Mekanisme pertahanan diri
yang ada seharusnya tidak ditentang tanpa memberikan koping alternatif.
4
4. RENTANG RESPON
Perilaku bunuh diri menunjukkan kegagalan mekanisme koping.Ancaman
bunuh diri mungkin menunjukkan upaya terakhir untuk mendapatkan pertolongan
agar dapat mengatasi masalah.Bunuh diri yang terjadi merupakan kegagalan koping
dan mekanisme adaptif pada diri seseorang.
1. Peningkatan diri. Seseorang dapat meningkatan proteksi atau pertahanan diri secara
wajar terhadap situasional yang membutuhkan pertahanan diri. Sebagai contoh
sesorang mempertahanankan diri dari pendapatnya yang berbeda mengenai
loyalitas terhadap pimpinan ditempat kerjanya.
3. Destruktif diri tidak langsung. Seseorang telah mengambil sikap kurang tepat
(maladaptif) terhadap situasi yang membutuhkan dirinya untuk mempertahankan diri.
Misalnya, karena pandangan pimpinan terhadap kerjanya yang tidak loyal, maka
seseoarang karyawan menjadi tidak masuk kantor atau bekerja seenaknya dan tidak
optimal.
4. Pencederaan diri. Seseorang melakukan percobaan bunuh diri atau pencederaan diri
akibat hilangnya harapan terhadap situasi yang ada.
5. Bunuh diri. Seseorang telah melakukan kegiatan bunuh diri sampai dengan
nyawanya hilang
5
5. TANDA DAN GEJALA
Menurut fitria (2009), tanda dan gejala dari risiko bunuh diri adalah:
1. Mempunyai ide untuk bunuh diri.
2. Mengungkapkan keinginan untuk mati.
3. Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan.
4. Impulsif.
5. Menunjukkan perilaku yang mencurigakan (biasanya menjadi sangat patuh).
6. Memiliki riwayat percobaan bunuh diri.
7. Verbal terselubung (berbicara tentang kematian, menanyakan tentang oabat
dosis mematikan)
8. Status emosional (harapan, penolakan, cemas meningkat, panik, marah dan
mengasingkan diri).
9. Kesehatan mental (secara klinis, klien terlihat sebagai orang yang depresi,
psikosis dan menyalahgunakan alkohol)
10. Kesehatan fisik (biasanya pada klien dengan penyakit kronik atau terminal).
11. Pengangguran (tidak bekerja, kehillangan pekerjaan, atau mengalami kegagalan
dalam karier).
12. Umur 15-19 tahun atau di atas 45 tahun.
13. Status perkawinan (mengalami kegagalan dalam perkawinan)
14. Pekerjaan.
15. Konfilik interpersonal.
16. Latar belakang keluarga.
17. Orientasi seksual.
18. Sumber-sumber personal.
19. Sumber-sumber sosial.
20. Menjadi korban perilaku kekrasan saat kecil.
6
Perubahan perilaku yang nyata
Perubahan kinerja di sekolah secara nyata
Membeli obat dalam jumlah banyak
Pemulihan eurofik yang tiba-tiba dari depresi mayor.
b. Demografi
Usia (mis,lansia, pria dewasa muda, remaja)
Perceraian
Jenis kelamin
Ras (mis, orang kulit putuh, suku asli)
Janda/duda
c. Fisik
Nyeri kronik
Penyakit fisik
Penyakit terminal
d. Psikologis
Penganiayaan masa kanak-kanak
Riwayat bunuh diridalam keluarga
Rasa bersalah
Remaja homoseksual
Gangguan psikiatrik
Penyakit psikiatrik
Penyalahgunaan zat
e. Situasional
Remaja yang tinggal di tatanan nontradisional (mis, penjara kanak-kanak,
penjara, rumah singgah, rumah grup/kelompok)
Ketidakstabilan ekonomi
Institusionalisasi
Tinggal sendiri
Kehilangan ekonomi
Kehilangan kebebasan
Adanya senjata didalam rumah
Relokasi/Pinda rumah
Pensiun
7
f. Sosial
Bunuh diri misal / Berkelompok
Gangguan kehidupan keluarga
Masalah displin
Berduka
Tidak berdaya
Putus asa
Masalah legal
Kesepian
Kehilangan hubungan yang penting
Sistem dukungan yang buruk
Isolasi sosial
g. Verbal
Menyatakan keinginan untuk mati
Mengancam bunuh diri
8
8. MACAM PERILAKU BUNUH DIRI
Bunuh diri merupakan tindakan yang secara sadar dilakukan oleh klien untuk
mengakhiri kehidupannya. Berdasarkan besarnya kemungkinan klien melakukan
bunuh diri, ada tiga macam perilaku bunuh diri yang perlu diperhatikan, yaitu :
1. Isyarat bunuh diri
Isyarat bunuh diri ditunjukkan dengan berperilaku secara tidak langsung ingin
bunuh diri, misalnya dengan mengatakan :Tolong jaga anak-anak karena saya
akan pergi jauh! atau Segala sesuatu akan lebih baik tanpa saya.
Pada kondisi ini klien mungkin sudah memiliki ide untuk mengakhiri hidupnya,
namun tidak disertai dengan ancaman dan percobaan bunuh diri.Klien
umumnya mengungkapkan perasaan seperti rasa bersalah/ sedih/ marah/
putus asa/ tidak berdaya.Klien juga mengungkapkan hal-hal negatif tentang diri
sendiri yang menggambarkan harga diri rendah.
2. Ancaman bunuh diri.
Ancaman bunuh diri umumnya diucapkan oleh klien, berisi keinginan untuk
mati disertai dengan rencana untuk mengakhiri kehidupan dan persiapan alat
untuk melaksanakan rencana tersebut.Secara aktif klien telah memikirkan
rencana bunuh diri, namun tidak disertai dengan percobaan bunuh diri.
Walaupun dalam kondisi ini klien belum pernah mencoba bunuh diri,
pengawasan ketat harus dilaksanakan.Kesempatan sedikit saja dapat
dimanfaatkan klien untuk melaksanakan rencana bunuh dirinya.
3. Percobaan bunuh diri.
Percobaan bunuh diri merupakan tindakan klien mencederai atau melukai diri
untuk mengakhiri kehidupannya. Pada kondisi ini, klien aktif mencoba bunuh
diri dengan cara gantung diri, minum racun, memotong urat nadi, atau
menjatuhkan diri dari tempat tinggi.
9
9. POHON MASALAH
11. PENATALAKSANAAN
Pertolongan pertama biasanya dilakukan secara darurat atau dikamar
pertolongan darurat di RS, dibagian penyakit dalam atau bagian bedah.Dilakukan
pengobatan terhadap luka-luka atau keadaan keracunan, kesadaran penderita tidak
selalu menentukan urgensi suatu tindakan medis.Penentuan perawatan tidak
tergantung pada faktor sosial tetapi berhubungan erat dengan kriteria yang
mencerminkan besarnya kemungkinan bunuh diri.Bila keadaan keracunan atau
terluka sudah dapat diatasi maka dapat dilakukan evaluasi psikiatri.Tidak adanya
hubungan beratnyagangguan badaniah dengan gangguan psikologik.Penting sekali
dalam pengobatannya untuk menangani juga gangguan mentalnya.Untuk pasien
dengan depresi dapat diberikan terapi elektro konvulsi, obat obat terutama anti
depresan dan psikoterapi.
10
ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Pengkajian bunuh diri termasuk aplikasi observasi melekat dan keterampilan
mendengar untuk mendeteksi tanda spesifik dan rencana yang spesifik.Pengkajian juga
mencakup apakah individu telah membuat rencana bunuh diri tersebut.Orang yang siap
bunuh diri adalah orang yang telah mempunyai rencana spesifik dan mempunyai alat
untuk melakukan bunuh diri.Langkah awal, membina hubungan selama wawancara
yang sifatnya tidak menghakimi pasien. Apabila pasien tidak menceritakan sendiri
keinginannya, selidiki adanya ide-ide bunuh diri melalui pertanyaan-pertanyaan yang
lebih spesifik, misal, Apakah Mas merasakan sedih?. Apakah Mas pernah memikirkan
untuk mengakhiri hidup?. Bagaimana caranya?. Mengajukan pertanyaan mengenai
bunuh diri tidak akan mencetuskan terjadinya peristiwa itu.
Hal utama yang perlu dikaji adalah tanda atau gejala yang dapat menentukan tingkat
resiko dari tingkah laku bunuh diri.Ditekankan pada perilaku, faktor prediposisi, stressor
presipitasi, penilaian stressor dan mekanisme koping.
a. Perilaku
i. Perilaku ketidakpatuhan
Individu sadar alasan tidak patuh, merupakan tindakan yang merugikan diri
sendiri.Telah diperkirakan bahwa sebagian dari pasien tidak patuh terhadap rencana
pengobatan kesehatan mereka.Perilaku yang berkaitan dengan ketidakpatuhan
terhadap pengobatan ditunjukkan dengan meremehkan keseriusan terhadap masalah,
adanya penyakit kronik yang ditandai dengan periode asimtomatik, mencari muzizat
penyakitnya, sering berganti petugas kesehatan dann rasa bersalah yang
mengganggu asuhan keperawatan.
ii. Perilaku mencederai diri
Istilah lainnya self abuse, self-directed aggression, self-ham, self-inflicted injury, self
mutilation. Mencederai diri adalah suatu tindakan membahayakan diri sendiri yang
dilakukan dengan sengaja, tanpa bantuan orang lain. Bentuk mencederai diri termasuk
memotong atau membakar kulit, membenturkan kepala, mengkorek-korek luka dan
menggigit jari.Perilaku ini sering ditunjukkan pada klien retardasi mental, psikotik dan
gangguan kepribadian.
iii. Perilaku bunuh diri
Semua bentuk perilaku bunuh diri baik ancaman, usaha atau perilaku bunuh diri
harus ditanggapi secara serius apapun tujuannya. Namun perhatian lebih ditujukan
ketika seseorang merencanakan atau mencoba dengan cara yang paling mematikan
seperti menembak diri, memotong urat nadi, menabrakkan diri ke kendaraan dan atau
11
terjun dari ketinggian. Cara yang kurang mematikan seperti minum racun serangga
dan menggantungkan diri, memberikan waktu untuk mendapatkan pertolongan saat
tindakan bunuh diri telah dilakukan.
Berdasarkan besar kemungkinan individu melakukan bunuh diri, maka bunuh diri di
bagi 3 yaitu :
2. Faktor Prediposisi
Beberapa faktor prediposisi perilaku bunuh diri meliputi :
a. Diagnosa medis; gangguan jiwa
Diagnosa medis gangguan jiwa yang beresiko untuk bunuh diri yaitu
gangguan afektif, penyalahgunaan zat dan schizophrenia.Lebih dari 90% orang
dewasa mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri mengalami gangguan jiwa.
b. Sifat kepribadian
Sifat kepribadian yang meningkatkan resiko bunuh diri yaitu suka
bermusuhan, impulsif, kepribadian anti sosial dan depresif.
12
c. Lingkungan psikososial
Individu yang mengalami kehilangan dengan proses berduka yang
berkepanjangan akibat perpisahan dan bercerai, kehilangan barang dan
kehilangan dukungan sosial merupakan faktor penting yang mempengaruhi
individu untuk melakukan tindakan bunuh diri.
d. Riwayat keluarga
Keluarga yang pernah melakukan bunuh diri dan konflik yang terjadi dalam
keluarga merupakan faktor penting untuk melakukan bunuh diri.
3. Stressor Pencetus
Bunuh diri dapat terjadi karena stres yang berlebihan yang dialami individu. Faktor
pencetus seringkali berupa peristiwa kehidupan yang memalukan seperti masalah
hubungan interpersonal, dipermalukan di depan umum, kehilangan pekerjaan, ancaman
penahanan dan dapat juga pengaruh media yang menampilkan peristiwa bunuh diri.
4. Sumber Koping
Perlu dikaji adakah dukungan masyarakat terhadap klien dalam mengatasi masalah
individu dalam memecahkan masalah seringkali membutuhkan bantuan orang lain.
5. Mekanisme Koping
Mekanisme koping yang berhubungan dengan perilaku merusak diri tak langsung
adalah denial, rasionalisasi, intelektualisasi dan regresi.Seseorang yang melakukan
tindakan bunuh diri adalah indiviidu telah gagal menggunakan mekanisme pertahanan
diri sehingga bunuh diri sebagai jalan keluar menyelesaikan masalah hidupnya.
6. Intensitas Bunuh diri
Intensitas bunuh diri yang dikemukakan oleh Bailey dan Dreyer (1997, dikutip oleh
shivers, 1998,hal 475). Mengkaji intensitas bunuh diri yang disebut SIRS (Suicidal
Intertion Rating Scale). , intensitas bunuh diri dengan skor 0-4 dijelaskan pada table
(Suicidal Intertion Rating Scale).
Skor Intensitas
1 Ada ide bunuh diri, tidak ada percobaan bunuh diri, tidak mengancam bunuh
diri
2
Memikirkan bunuh diri dengan aktif, tidak ada percobaan bunuh diri
3
Mengancam bunuh diri, misalnya : Tinggalkan saya sendiri atau saya bunuh
4 diri.
13
7. Pengkajian tingkat resiko Bunuh Diri
14
8. EVALUASI
Di bawah ini tanda - tanda keberhasilan asuhan keperawatan yang diberikan kepada
pasien dan keluarganya, berdasarkan perilaku bunuh diri yang ditampilkan.
a. Untuk pasien yang memberikan ancaman atau melakukan percobaaan bunuh diri,
keberhasilan asuhan keperawatan ditandai dengan keadaan pasien yang tetap
aman dan selamat
b. Untuk keluarga pasien yang memberikkan ancaman atau melakukan percobaan
bunuh diri keberhasilan asuhan keperawatan ditandai dengan kemampuan
keluarga berperan serta dalam melindungi anggota keluarga yang mengancam
atau mencoba bunuh diri
c. Untuk pasien yang memberikan isyarat bunuh diri, keberhasilan asuhan
keperawatan ditandai dengan:
i. Pasien mampu mengungkapkan perasaan
ii. Pasien mampu meningkatkan harga diri
iii. Pasien mampu menggunkapkan cara penyelesaian masalah yang baik
d. Untuk keluarga pasien yang memberikan isyarat bunuh diri, keberhasilan asuhan
keperawatan ditandai dengan kemampuan keluarga dalam merawat pasien dengan
resiko bunuh diri. Untuk itu diharapkan :
i. Keluarga mampu menyebutkan kembali tanda dan gejala bunuh diri
ii. Keluarga mampu memperagakan kembali cara-cara melindungi anggota
keluarga yang beresiko bunuh diri
iii. Keluarga mampu menggunakan fasilitas kesehatan yang tersedia dalam
merawat anggota keluarga yang beresiko bunuh diri
15