Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

INFEKSI PASCA PARTUM

Dosen Penggampu : Ari Damayanti W.S.,Kep.,Ns.,M.Kep

Disusun

Kelompok 5

 Aloysius O.Kusuma : 1507.14201.383


 Leonardus A.Y Nadut : 1507.14201.421
 Sergio Salsinha : 1507.14201.374
 Novalia F. Dapa : 1507.14201.432
 Margarida S.Gomes : 1507.14201.424
 Auliayah Ulil Albab : 1507.14201.390
 Olivia Nikolina : 1507.14201.436
 Alif Nur Aini : 1507.14201.382

PROGRAM STUDY ILMU S1 KEPERAWATAN


STIKES WIDYAGAMA HUSADA
MALANG
2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kebaikan dan
pertolongannya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah maternitas Infeksi pasca
partum dengan tepat waktu. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada ibu dosen
pengampu mata kuliah Maternitas Ari Damayanti W.S-Kep.,Ns.,M.Kep. yang telah
memberikan tugas makalah ini serta membimbing kami dalam pembuatan makalah ini. Kami
juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman kami yang telah mendukung dan
membantu kami dalam pembuatan makalah ini. Tidak lupa juga kami mengucapkan terima
kasih kepada orang tua kami yang selalu senantiasa mendoakan kami.

Kami berharap makalah ini dapat membantu para pembaca dalam menanmbah
pengetahuan mengenai. Infeksi pasca partum

Makalah kami ini masih jauh dari kata sempurna maka dari itu kritikan dan saran dari
para pembaca sangat kami harapkan.

Malang, 22 Maret 2018

Penyusun

Kelompok 5
DAFTAR ISI

COVER.............................................................................................................I

KATA PENGANTAR........................................................................................II

DAFTAR ISI...................................................................................................III

BAB 1 PENDAHULUAN...................................................................................I

1.1 latar belakang..............................................................................................1

1.1 tujuan.........................................................................................................2

1.1 manfaat......................................................................................................2

BAB II TINJAUAN TEORI................................................................................3

2.1 Defenisi......................................................................................................3
2.2 Etiologi......................................................................................................3
2.3 Manifestasi Klinis........................................................................................4
2.4 Karakteristik Etiologi...................................................................................4
2.5 Patofisiologi................................................................................................5
2.6 pathway.......................................................................................................6
2.7 Komplikasi...................................................................................................7
2.8 pencegahan...................................................................................................8
2.9 Penatalaksaan..............................................................................................10
BAB III PEMBAHASAN JURNAL....................................................................11
3.1 Metode Penelitian........................................................................................11
3.2 Asuhan keperawatan.....................................................................................12
BAB IV PENUTUP...........................................................................................12
4.1 Kesimpulan.................................................................................................12

4.2 Saran.......................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................13
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Infeksi postpartum adalah infeksi bakteri pada traktus genitalia, terjadi
sesudah melahirkan, ditandai kenaikan suhu sampai 38 derajat selsius atau lebih
selama 2 hari dalam 10 hari pertama pasca persalinan, dengan mengecualikan 24 jam
pertama. Diukur peroral sedikitnya 4 kali sehari disebut morbiditas puerperalis.
Kenaikan suhu tubuh yang terjadi di dalam masa nifas, dianggap sebagai infeksi nifas
jika tidak diketemukan sebab-sebab ekstragenital.
Menurut WHO (World Health Organization), di seluruh dunia setiap menit
seorang perempuan meninggal karena komplikasi yang terkait dengan kehamilan,
persalinan,dan nifas. Dengan kata lain, 1.400 perempuan meninggal setiap hari atau
lebih dari 500.000 perempuan meninggal setiap tahun karena kehamilan, persalinan,
dan nifas ( Riswandi, 2008 ).
AKI di Indonesia masih tertinggi di Negara ASEAN yaitu AKI di Malaysia 41
per 100.000 kelahiran hidup, Singapura 6 per 100.000, Thailand 44 per 100.000
kelahiran hidup, Vietnam 160 per 100.000, Filipina 170 per 100.000 kelahiran hidup.
Berdasarkan data SDKI (Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia) AKI di
Indonesia terus mengalami penurunan. Pada tahun 2003 AKI di Indonesia yaitu 307
per 100.000 kelahiran hidup, tahun 2004 yaitu 270 per 100.00 kelahiran hidup, tahun
2005 yaitu 262 per 100.000 kelahiran hidup, tahun 2006 yaitu 255 per 100.000
kelahiran hidup, dan tahun 2007 menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup. Target
Millenium Development Goalds (MDGs) AKI di Indonesia tahun 2015 harus
mencapai 125 per 100.000 kelahiran hidup (Barata, 2008).
Tiga penyebab utama Angka Kematian Ibu di Indonesia dalam bidang obstetri
adalah perdarahan (45%), infeksi (15%) dan pre eklampsia (13%) (DepKes RI, 2008).
Menurut data kesehatan Propinsi Jawa Timur terakhir pada tahun 2009 Angka
Kematian Ibu sebesar 260 per 100.000 kelahiran hidup dan tiga penyebab Angka
Kematian Ibu di Propinsi Jawa Timur yaitu perdarahan (34,62%), pre eklampsia
(14,01%) dan infeksi (3,02%) (DinKes Jatim, 2009).
Infeksi nifas merupakan morbiditas dan mortalitas bagi ibu pasca bersalin.
Derajat komplikasi masa nifas bervariasi. Asuhan masa nifas diperlukan dalam
periode masa nifas karena merupakan masa kritis baik ibu maupun bayi. Diperkirakan
bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50%
kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama pasca persalinan (Saifuddin, 2009).

B. Tujuan penulisan

1. Untuk mengetahui konsep Infeksi pasca partum


2. Untuk mengetahui penanganan Infeksi pasca partum

C. Manfaat
1. Bagaimana konsep Infeksi pasca partum pada ibu?
2. Apa saja yang bisa dilakukan oleh ibupada saat mengalami Infeksi pasca
partum?
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 DEFINISI

Infeksi adalah berkembang-biaknya mikroorganisme dalam tubuh manusia yang disertai


dengan reaksi tubh terhadapnya (zulkarnain iskandar, 1998).

Infeksi pascapartum (spesis puerperal atau demam setelah melahirkan) ialah infeksi klinis
pada saluran genital yang terjadi 28 hari setelah abortus atau persalinan (bobak, 2004).

Infeksi postpartum adalah infeksi bakteri pada traktus genitalia, terjadi sesudah melahirkan,
ditandai kenaikan suhu sampai 38 derajat celsis atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari
pertama pasca persalinan, dengan mengecualikan 24 jam pertama.

2.2 ETIOLOGI

Infeksi ini terjadi setelah persalinan, kuman masuk dalam tubuh pada saat berlangsungnya
proses persalinan. Diantaranya, saat ketuban pecah sebelum maupun saat persalinan
berlangsung sehingga menjadi jembatan masuknya kuman dalam tubuh lewat rahim. Jalan
masuk lainnya adalah dari penolong persalinan sendiri, seperti alat-alat yang tidak steril
digunakan pada saat proses persallinan.

Infeksi bisa tmbul akibat bakteri yang sering kali ditemukan pada vagina (endogenus) atau
akibat pemaparan pada agen pathogen dari luar vagina (eksogenus) (bobak, 2004). Namun
biasanya infeksi ini tidak menimbulkan penyakit pada persalinan, kelahiran, atau
pascapersalinan. Hampir 30 bakteri telah diidentifikasi ada di saluran genital bawah (vulva,
vagina dan servix) setiap saat (faro, 1990). Sementara beberapa dari padanya, termaksud
beberapa fungi, dianggap nonpathogonik dibawah kebanyakan lingungan, dan sekurang-
kurangnya 20, termaksud E-coli, s.aureus, proteus mirabilis dan clebsiela pneumonia, adalah
pathogenik (tietjen,L;bossemeyer,D,& Mcintosh,N, 2004)

2.3 MANIFESTASI KLINIS

Manifestasi klinis adanya infeksi yaitu adanya rubor (kemerahan), kalor (demam setempat)
akibat vasodilatasi dan tumor bengkak karena eksudasi. Ujung syaraf merasa akan terangsang
oleh peradangan sehingga terdapat rasa nyeri (dolor). Nyeri dan pembengkakan akan
menyebabkan gangguan faal, dan reaksi umum antara lain berupa sakit kepala, demam dan
peningkatan denyut jantung (sjamsuhidajat, R. 1997).

2.4 KARAKTERISTIK

Infeksi nifas dapat digolongkan dalam 2 kelompok yaitu :

1. Infeksi terbatas lokasinya pada jalan lahir


a. Valvulitis yaitu infeksi pada luka bekas epsiotomi atau robekan pada perineum
b. Vaginitis yaitu infeksi pada luka yang terjadi akibat proses persalinan
c. Servisitis yaitu infeksi pada serviks agak dalam yang dapat menjalar ke
ligamen latum dan parametrium
d. Endometritis yaitu infeksi yang terjadi pada tempat insersi plasenta dan dalam
waktu singkat dapat mengenai seluruh endometrium.
2. Infeksi yang menyebar ke tempat lain melalui: pembuluh dara vena, pembuluh limfe
dan endometrium

a. Septikemia dan piemia


Septikemia adalah keadaan dimana kuman-kuman dan atau toksinya langsung
masuk ke dalam peredaran darah umum dan menyebabkan infeksi umum.
b. Parametris
Parametris adalah infeksi jaringan ikat pelvis yang dapat terjadi melalui
beberapa jalan
c. Peritonitis
Peritonitis berasal dari penyebaran melalui pembulu limfe, para metritis yang
meluas ke peritonium, salphingo-ooforitis meluas ke peritonium, atau
langsung sewaktu tindakan per abdominal
d. Salfingitis (salfingo-oorforitis)
Salfingitis adalah peradangan dari adneksi. Terdiri atas salfingitis akut atau
kronik. Gejala klinis dan diagnosis ampir sama dengan parametris. Bila infeksi
berlanjut dapat terjadi piosalfing.
e. Endometritis
Kadang-kadang lokia tertahan dalam uterus oleh darah, sisa plasenta dan
selaput ketuban yang disebut lokiometra dan dapat menyebabkan kenaikan
suhu.
f. Septikemia
Sejak permulaan, pasien sudah sakit dan lemah, sampai 3 hari pasca persalinan
suhu meningkat dengan cepat, biasanya disertai menggigil, suhu sekitar 39-40
derajat celsius, keadaan umum cepat memburuk, nadi cepat (140-160 kali per
menit atau lebih), pasien dapat meninggal dalam 6-7 hari pasca persalinan.
g. Piemia
Tidak lama pasca persalinan, pasien sudah merasa sakit, perut nyeri dan suhu
agak meningkat, gejala infeksi umum dengan suu tinggi serta menggigil
terjadi setela kuman dengan emboli memasuki peredaran darah umum, ciri
khasnya adala berulang-ulang suhu menigkat dengan cepat disertai mengigil
lalu diikuti oleh turunnya suhu, lambat laun timbul gejala abses paru,
pneumonia dan pleuritis
h. Peritonitis
Pada peritonitis umum terjadi peningkatan suhu tubuh, nadi cepat dan kecil,
perut kembung dan nyeri dan ada defense musculaire. Muka yang
smulakemerah-merahan menjadi pucat, mata cekung, kulit muka
dingin;terdapat fasies hippocratica. Pada periotinitis yang terdapat di daerah
pelvis, gejala tidak seberat peritonitis umum, bisa terdapat pembentukan abses
i. Selulitis pelviks
Bila suhu tinggi menetap lebih dari satu minggu disertai rasa nyeri dikiri atau
kanan dan nyeri pada pemeriksaan dalam patut dicurugai adanya selulitis
pelvika, gejala akan semakin lebih jelas pada perkembangannya, pada
pemeriksaan dalam dapat diraba tahanan padat dan nyeri disebelah uterus

2.5 PATHOFISIOLOGI
1. Reaksi tubuh dapat berupa reaksi lokal dan dapat pula terjadi reaksi umum.
Pada infeksi dengan reaksi umum akan melibatkan syaraf dan metabolik pada
saat itu terjadi reaksi ringan limporetikularis diseluruh tubuh, berupa poliferasi
sel fagosit dan pembuat antibody.
(limfosit B) kemudian reaksi lokal yang disebut inflamasi akut, reaksiini terus
berlangsung selama menjadi proses pengerusakan jaringan oleh trauma. Bila
penyebab pengerusakan jaringan bisa diberantas, maka sisa jaringan yang rusak
disebut debris atau difagositosis dan dibuang oleh tubuh sampai terjadi resolusi dan
kesembuhan. Bila trauma berlebihan reaksi fagosit kadang berlebihan sehingga debris
yang berlebihan terkumpul dalam satu rongga membentuk abses atau terkumpul di
jaringan tubuh yang lain membentuk flegman (peradangan yang luas dijaringan ikat).
(sjamsuhidajat,R, 19970).
2.6 PATHWAY

Infeksi pasca partum

eksogenus endogenus

mikroorganisme Ketuban pecah


e
Traktus genitalia Mikroorganisme meningkat
Perubahan
Suhu tubuh infeksi status
meningkat kesehatan
peradangan
HIPERTERMI
GANGGUAN gelisah
RASA NYAMAN
(NYERI) distres

GANGGUAN RASA
AMAN(CEMAS)
2.7 KOMPLIKASI
1) Peritonitis (peradangan selaput rongga perut)
2) Tromboflebitis pelvika (bekuan darah di dalam vena panggul), dengan resiko
terjadinya emboli pilmoner.
3) Syok toksik akibat tingginya kadar racun yang dihasilkan oleh bakteri di dalam
darah. Syok toksik bisa menyebabkan kerusakan ginjal yang berat dan bahkan
kematian

2.8 PENCEGAHAN
1. Pencegahan
A. Masa persalinan
a) Hindari pemeriksaan dalam berulang, lakukan bila ada indikasi dengan
sterilitas yang baik, apa lagi bila ketuban talah pecah.
b) Hindari partus terlalu lama dan ketuban pecah lama
c) Jagalah sterilitas kamar bersalin dan pakailah masker, alat-alat harus suci
hama.
d) Perlukaan-perlukaan jalan lahir karena tindakan baik pervagina maupun
perabdominal dibersihkan, dijahit sebaik-baiknya dan menjaga sterilitas.
e) Pakaian dan barang-barang atau alat-alat yang berhubungan dengan
penderita harus terjaga kesucihamanya.
f) Perdarahan yang banyak harus dicegah, bila terjadi darah yang hilang
harus segera diganti dengan transfusi darah
g) Masa nifas
h) Luka-lukadirawat dengan baik jangan sampaikena infeksi, begitu pula
alat-alat dan pakaian serta kain yang berhubungan dengan alat kandung
kecing harus steril
i) Penderita dengan infeksi nifas sebaiknya diisolasi dalam ruangan khusus,
tidak bercampur dengan ibu sehat.
j) Tamu yang berkunjung harus dibatasi
B. Masa kehamilan
Mengurangi atau mencegah faktor-faktor predisposisi seperti anemia,
malnutris dan kelemahan serta mengobati penyakit-penyakit yang diderita
ibu.pemeriksaan dalam jangan dilakukan kalau tidak ada indikasi yang
perlu. Begitu pula pada koitus hamil yang tua hendaknya dihindari atau
dikurangi dan dilakukan hati-hati karena dapat menyebabkan pecahnya
ketuban, kalau ini terjadi infeksi akan mudah masuk dalam jalan lahir.
2. Penanganan umum
a) Antisipasi setiap kondisi (faktor predisposisi dan masalah dalamproses
persalinan) yang dapat berlanjut menjadi penyulit atau komplikasi
dalam masa nifas
b) Berikan pengobatan yang rasional dan efektif bagi ibu yang mengalami
infeksi nifas
c) Lanjutkan pengamata dan pengobatan terhadap masalah atau infeksi
yang dikenali pada saat kehamilan ataupun persalian.
d) Jangan pulangkan penderita apabila masa kritis belum terlampaui
e) Beri catatan atau instruksi tertulis untuk asuhan mandiri di rumah dan
gejala-gejala yang harusdi waspadai dan harus mendapat pertolongan
dengan segera.
f) Lakukan tindakan dan perawatan yang sesuai bagi bayi baru lahir, dari
ibu yang mengalami infeksi pada saat persalinan.
3. Pengobatan secara umum
a) Sebaiknya segera dilakukan pembiakan (kultur) dan sekret vagina, luka
operasi dan darah serta uji kepekaan untuk mendapatkan antibiotika
yang dapat dalam pengobatan.
b) Berikan dalam dosis yang cukup dan adekuat
c) Karena hasilpemeriksaan memerlukan waktu, maka berikan antibiotika
spektrum luas (broad spektrum)menunggu hasil laboraturium.
d) Pengobatan mempertinggi daya tahan tubuh penderita, infus atau
transfusi darah diberikan, perawatan lainnya sesuai dengan komplikasi
yang dijumpai.
4. Penanganan infeksi postpartum
a) Suhu harus diukur dari mulut sedikitnya 4 kali sehari
b) Berikan terapi antibiotik, perhatikan diet, lakukan transfusi darah bila
perlu, hati-hati bila ada abses, jaga supaya nanah tidak masuk ke dalam
rongga perineum
2.9 PENGOBATAN

a) pengobatan farmakologi
1) Pemberian sulfonamid-trisulfa merupakan kombinasi dari sulfadizin 185 gr,
sulfamerazin 130 gr, dan sulfatiozol 185 gr. Dosis 2 gr diikuti 2 gr 4-6 jam
kemudian peroral
2) Pemberian penisilin-penisilin-prokain 1,2 sampai 2,4 juta satuan IM, penisilin
G 500.000 satuan setiap 6 jam IM ditambah ampisilin kapsul 4x250 gr peroral
3) Tetrasiklin, eritromisin dan kloramfenikol.
4) Hindari pemberian politerapi antibiotika berlebihan
5) Lakukan evaluasi penyakit dan pemeriksaan laboraturium
b) pengobatan nonfarmakologi
1) Bumbu ruja
Merupakan racikan obat yang terdiri dari 8 jenis tumbuhan mencangkup jahe
(zingeber officinale, rosc.), kunyit (curcuma longa), sirih (piper betle), daun
salam (syzyium polyanthum), asam jawa (tamarindus indica), serai
(cymbopongon ciatus), lada (piper nigrum), dan gula merah atau aren.
2) Sehi
Merupakan racikan yang ditumbuk dari berbagai macam jenis tumbuhan yaitu
daun pepaya (carica papaya L),dan daun pacar kuku (lawsonica inermis L)
yang dicampur dengan jahe (zingeber officinale, rosc.) dan kunyit (curcuma
longa) bahan yang dicampur tersebut ditumbuk, diperas lalu diminum airnya
tanpa diberi tambahan air.
3) Ba’ukup
Air yang direbus ditambahkan dengan minyak kayu putih dan benalu yang
menjalar pada batang pohon kelapa.
BAB III

PEMBAHASAN JURNAL

Angka kematian ibu melahirkan masih sangat tinggi diindonesia , untuk bisa
mengurangi angka kematian ibu dan bayi itu bisa dilihat dari per ekonomiaan , status gizi ,
keadaan kesehatan ibu dan bayi . MDGS berupaya mentargetkan di tahun 2015 angka
kematian ibu diindonesia dapat menurun menjadi 102 per 10.000 kelahiran hidup .

Hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SKDI) 2010 Angka Kematian Ibu
(AKI) masih tinggi yaitu 226 per 100.000 Kelahiran Hidup (KH). Angka ini turun, bila
dibandingkan angka kematian ibu tahun 2007 mencapai 228 per 100.000 kelahiran hidup dan
tahun 2008 mencapai 4.692 ibu meninggal pada masa kehamilan, persalinan, dan nifas
(Depkes, 2011). Salah satu wilayah di indonesia seperti jawa tengah angka kematian yang
dilaporkan dari kabupaten maupun kota dijawa tengah angka kematian pasca persalinan
sebesar 49,12%, dilanjutkan dengan Penyebab kematian ibu di Indonesia meliputi perdarahan
(30,5%), infeksi (22,5%) dan gestosis (17,5%).
Luka pada perineum akibat episiotomi ruptura uteri atau laserasi merupakan daerah
Salah satu penyebab infeksi postpartum, karena adanya luka pada bekas perlukaan plasenta,
laserasi pada saluran genital termasuk episiotomi pada perineum, dinding vagina dan serviks.
Luka pada perineum akibat episiotomi ruptura uteri atau laserasi merupakan daerah yang
tidak mudah kering (Manuaba, 2010; h. 38).
Infeksi nifas adalah keadaan yang mencakup semua peradangan alat genetalia dalam
masa nifas. Masuknya kuman dapat terjadi dalam kehamilan, waktu persalinan dan nifas,
demam nifas adalah demam dalam masa nifas yang terjadi oleh sebab apapun. Morbiditas
puerpuralis adalah kenaikan suhu badan sampai 380C atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari
pertama post partum. Secara umum infeksi puerpuralis adalah sekitar 1-3%, secara
proposional angka infeksi menurut jenis infeksi adalah infeksi jalan lahir 25-55% dari kasus
infeksi, infeksi mamma 5-10% dari kasus infeksi dan infeksi campuran adalah 2-5% dari
kasus infeksi (Rustam Mochtar, 2011; h. 51).
Infeksi perineum merupakan infeksi pada luka bekas jalan lahir yang terjadi pada
bekas sayatan episiotomy. Jaringan sekitarnya membengkak, tepi luka menjadi bengkak,
jahitan mudah lepas, luka yang terbuka menjadi ulkus dan mengeluarkan pus (Windi, 2009;
h. 15).
Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu
nifas tentang infeksi dengan perawatan luka perineum.

3.1 metode penelitian

Metode penelitian menggunakan observasional analitik dengan pendekatan cross


sectional.Instrument penelitian menggunakan kuosioner dan checklist.analisa data
menggunakan analisa chi square dengan taraf signifikansi 95%.
sebagian besar responden berpendidikan SMA yaitu sebanyak 22 orang (71%),
sedangkan yang paling sedikit responden berpendidikan sarjana yaitu sebanyak 4 orang
(13%).Bisa disimpulkan bahwasaanya pendidikan sangat membantu dalam kecepatan
seseorang menerima informasi dan menjalankannya dengan baik . banyaknya responden yang
hanya lulus SMA membuat mereka hanya belajar melalui banyaknya pengalaman.
berdasarkan pengetahuan dapat diketahui bahwa sebagian responden kategori baik
yaitu sebanyak 16 orang (51 %), responden yang pengetahuannya sedang ada 12 orang
(39%), dan responden yang pengetahuannnya kurang ada 3 orang (10%)).
responden berdasarkan perawatan luka perineum dapat diketahui bahwa sebagian
responden merawat luka perineumnya dengan baik yaitu sebanyak 14 orang (45%) dan
sebanyak 10 orang (32%) melakukan perawatan luka perineum dengan cara yang cukup
benar sedangkan yang paling sedikit responden merawat lukanya dengan cara yang salah
yaitu 7 orang (23%).
Kejadian ini hanya ada dirumah sakit RS PKU MUHAMMADIYAH DELANGGU
dijawatengah belum keseluruhan diindonesia maka dari itu pentingnya pengetahuan juga
sangat berpengaruh dalam menurunkan tingkat kejidan kematian ibu dan bayi .
3.2 asuhan keperawatan

A. Pengkajian
1) Data demografi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan, suku bangsa, alamat.
2) Keluhan utama : adanya nyeri perubahan fungsi seksual, luka.
3) Riwayat penyakit dahulu : apakah klien dan keluarga pernah menderita
penyakit yang sama.
4) Riwayat penyakit sekarang: klien mengalami infeksi alat kelamin
5) Riwayat seksual, termaksud riwayat PMS sebelumnya, jumlah pasangan
seksual pada saat ini, frekuensi seksual aktifitas secara umum
6) Gaya hidup, penggunaan obat intervena atau pasangan yang menggunakan
obat intravena;merokok, alcohol, gizi buruk, tingkat stres yang tinggi.
7) Pemeriksaan fisik bagian luar
Inspeksi :
 Rambut pubis, distribusi, bandingkan sesuai usia perkembangan klien.
 Kulit dan area pubis, adakah lesi eritema visura, lekoplakia, dan
eksoria.
 Labia mayora, minora, klitoris, meatus uretra terhadap pembengkakan
ulkus, keluaran dan nodula.
 Serviks : posisi, ukuran, konsistensi, regularitas, mobilitas dan nyeri
tekan.
 Uterus : ukuran, bentuk, konsistensi, dan mobilitas.
 Ovarium : ukuran, mobilitas, bentuk, konsistensi, dan nyeri tekan.
B. Diagnosa keperawatan
1) Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan proses inflamasi
2) Hipertermi berhubungan dengan peningkatan tingkat metabolisme
3) Gangguan rasa aman (cemas) berhubungan dengan perubahan statuskesehatan
C. Intervensi,implementasi dan valuasi
No. Diagnosa Tujuan Intervensi dan Implementasi Evaluasi
Rasional
1. Gangguan Setelah 1.kaji 1.mengkaji S : klien menyatakan nye
rasa nyaman dilakukan skala/intensitas skala/intensitas berkurang
(nyeri) tindakan nyeri nyeri O : klien tampak nyaman
berhubungan selama 1x24 P : provoking P : provoking A : intervensi di optimalk
dengan jam incident incident P : masalah teratasi
proses diharapkan Q : quality or Q : quality or
inflamasi klien : quantity of quantity of pain
 Nyeri pain R : region
berkurang : R : region S : severity of
menunjukan S : severity of pain
wajah rileks, pain T : time
merasa T : time 2.menganjurkan
nyaman Rasional : klien
untuk menggunakan
mengetahui teknik relaksasi.
tingkatan nyeri Distraksi,
2.anjurkan relaksasi,
klien kompres,berikan
menggunakan instruksi bila
teknik perlu
relaksasi. 3.kolaborasikan
Distraksi, dalam
relaksasi, pemberian
kompres,berik analgetik
an instruksi 4.mempertahank
bila perlu an posisi
Rasional : semifowler
relaksasi dapat sesuai indikasi
membantu
menurunkan
tegangan dan
rasa takut,
yang
memperbesar
nyeri.
3.kolaborasi
dalampemberia
n analgetik
rasional :
metode IV
sering
digunakan
pada awal
untukmemaksi
malka efek
obat
4.pertahankan
posisi
semifowler
sesuai indikasi
Rasional
:memudahkan
drainase atau
luka karena
gravitasidan
membantu
meminimalkan
nyeri karena
gerakan
2. Hipertermi Setelah 1.kaji TTV 1.mengkaji TTV S : klien menyatakan
berhubungan dilakukan (suhu,TD, (suhu,TD, panasnya menurun
dengan tindakan RR,nadi) RR,nadi) O : klien tampak rileks
peningkatan selama 1x24 Rasional : 2.memantau A : masalah teratasi
tingkat jam untuk suhu klien P: intervensi di hentikan
metabolisme diharapkan mengetahui (derajat dan
suhu tubuh keadaan umum pola), perhatiakn
klien dibatas klien mengigil atau
normal klien 2. Pantau suhu diaphoresis
tampak klien (derajat 3. memantau
tidakmengalam dan pola), suhu
ikomplikasi, perhatiakn lingkungan,
suhu tubuh mengigil atau batasi atau
normal 36-37 diaphoresis tambakan linen
derajat celsius Rasional : suhu tempat tidur
38-41 sesuai indikasi
menunjukan 4. kolaborasikan
proses dalam
penyakit pemberian
infeksius akut. antipiretik
Pola demam (apirin,
dapat asetaminofen)
membantu
dalam
diagnosis,
misalnya kurva
demam lanjut
berakhir lebih
dari 24 jam
menunjukan
pneumonia
pneumokokal.
3. pantau suhu
lingkungan,
batasi atau
tambakan linen
tempat tidur
sesuai indikasi
Rasional : suhu
ruangan atau
jumlah selimut
harus di ubah
untuk
mempertahank
an suhu normal
4. kolaborasi
dalam
pemberian
antipiretik
(apirin,
asetaminofen)
Rasional :
untuk
mempermudah
dalam
pemberian
tindakan
3. Gangguan Setelah 1.evaluasi 1.mengevaluasi S : klien mengatakan tida
rasa aman dilakukan tingkat tingkat ansietas, cemas
(cemas) tindakan ansietas, catat catat respon O : klien tampakrileks
berhubungan selama 1x24 respon verbal, verbal, dan A : masalah teratasi
dengan jam klien dan nonverbal nonverbal klien. P : intervensi di hentikan
perubahan tampak rileks, klien. Dorong Dorong ekspresi
statuskesehat kesadaran ekspresi bebas bebas akan
an terhadap akan emosi emosi
perasaan dan Rasional : 2. memberikan
cara yang sehat ketakutan informasi
untuk dapat terjadi tentang proses
menghadapi karena nyeri penyakit dan
masalah, hebat, antisipasi
kecemasan meningkatkan tindakan
klien perasaan sakit,
berkurang, penting pada
klien tidak prosedur
tampak sedih, diagnostic dan
klien tampak kemungkinan
rileks pembedahan.
2. beri
informasi
tentang proses
penyakit dan
antisipasi
tindakan
Rasional :
mengetahui
apa yang
diharapkan
dapat
menurunkan
ansietas
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Mengurangi atau mencegah faktor predisposisi seperti anemia,malnutrisi,kelemahan pada


masa kehamilanpemeriksaan dalam jangan dilakukan jika ada indikasi yang diperlukan.

Penanganan yang baik bagi ibu hamil dapat dilakukan dengan tindakan dan perawatan yang
baikseperti beri dosis yang cukup,antisipasi setiap kondisi yang dapat menjadi penyulit atau
komplikasi dalam masa nifas.hindari partus terlalu lama dan ketuban pecah, dan hindari
pemeriksaan dalam berulang. Lakukan bila ada indikasi dengan sterilitas yang baik.

4.2 Saran

Sebaiknya selama masa kehamilan selalu menjaga daya tahan tubuh atau stamina sehingga
tidak rentan terserang berbagai penyakit. Dan diharapkan untuk menjaga kebersihan diri
terutama bagian genetal.

Bagi petugas kesehatan agar senantiasa meningkatkan pengetahuan dan keterampilan untuk
menurunkan angka mortalitas dan morbilitas ibu dan anak.
DAFTAR PUSTAKA

1. Ambarwati, E., 2010. Asuhan Kebidanan Nifas. Jogjakarta : Nuha Medika


Arikunto, S., 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta
2. WHO. Traditional medicine. Geneva. WHO;2008
3. Rahayu, M, sunarti, S, sulistiarini, prawiroatmodjo, S, pemanfaatan obat secara
tradisional oleh masyarakal lokal di pulau wawonii, sulawesi tenggara, bidang
botani. Pusat penelitian biologi, LIPI bogor. 2006;2(1): 20-30
4. Boyle, 2009. Pemulihan luka. Jakarta:buku kedokteran EGC

Anda mungkin juga menyukai