Home
Disclaimer
Privacy
TOS
Contact
ASUHAN KEPERAWATAN
OSTEOPOROSIS
Disusun oleh:
Lutfy Nooraini
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas anugerah-NYA Tugas Makalah
Keperawatan Medikal Bedah yang berjudul OSTEOPOROSIS telah selesai.
Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas KMB III yang diampu
oleh Ibu Sri mulyani, S.Kep.,Ns, selain itu dalam makalah ini dibahas mengetahui pengertian
osteoporosis
, etiologi, patofisiologi, pathway, manifestasi klinis, pemeriksaan penunjang diagnostik,
komplikasi, penatalaksanaan medis, dan proses asuhan keperawatan.
Namun kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat benyak
kekurangan, karena itu kami sangat mengharapkan berbagai kritik dan saran yang
membangun sebagai evaluasi demi penyempurnaan makalah ini selanjutnya.
Penulis
DAFTAR ISI
B. Tujuan................................................................................................................. .... 2
A. Definisi............................................................................................................... .... 3
B. Etiologi............................................................................................................... .... 4
C. Patofisiologi........................................................................................................ .... 6
D. Pathways............................................................................................................. .... 7
G. Penatalaksanaan.................................................................................................. .... 9
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit tulang dan patah tulang merupakan salah satu dari sindrom geriatric, dalam arti
insidens dan akibatnya pada usia lanjut yang cukup significant.
Dengan bertambahnya usia terdapat peningkatan hilang tulang secara linear. Hilang tulang ini
lebih nyata pada wanita dibanding pria. Tingkat hilang tulang ini sekitar 0,5 1% per tahun
dari berat tulang pada wanita pasca menopause dan pada pria > 80 tahun. Hilang tulang ini
lebih mengenai bagian trabekula dibanding bagian korteks, dan pada pemeriksaan histologik
wanita dengan osteoporosis spinal pasca menopause tinggal mempunyai tulang trabekula <
14% (nilai normal pada lansia 14 24% ) (Peck, 1989).
Sepanjang hidup tulang mengalami perusakan (dilaksanakan oleh sel osteoklas) dan
pembentukan (dilakukan oleh sel osteoblas) yang berjalan bersama-sama, sehingga tulang
dapat membentuk modelnya seseuai dengan pertumbuhan badan (proses remodelling).Oleh
karena itu dapat dimengerti bahwa proses remodelling ini akan sangat cepat pada usia remaja
(growth spurt). Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan dan pengrusakan
oleh kedua jenis sel tersebut. Apabila hasil akhir perusakan (resorbsi/destruksi) lebih besar
dari pembentukan (formasi) maka akan timbul osteoporosis.
Kondisi ini tentu saja sangat mencemaskan siapapun yang peduli, hal ini terjadi karena
ketidaktahuan pasien terhadap osteoporosis dan akibatnya. Beberapa hambatan dalam
penanggulangan dan pencegahan osteoporosis antara lain karena kurang pengetahuan,
kurangnya fasilitas pengobatan, faktor nutrisi yang disediakan, serta hambatan-hambatan
keuangan. Sehingga diperluan kerja sama yang baik antara lembaga-lembaga kesehatan,
dokter dan pasien. Pengertian yang salah tentang perawatan osteoporosis sering terjadi karena
kurangnya pengetahuan.
Peran dari petugas kesehatan dalam hal ini adalah dokter dan perawat sangatlah mutlak untuk
dilaksanakan. Karena dengan perannya akan membantu dalam mengatasi peningkatan angka
prevalensi dari osteoporosis. Perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan berperan dalam
upaya pendidikan dengan memberikan penyuluhan tentang pengertian osteoporosis,
penyebab dan gejala osteoporosis serta pengelolaan osteoporosis. Berperan juga dalam
meningkatkan mutu dan pemerataan pelayanan kesehatan serta peningkatan pengetahuan,
sikap dan praktik pasien serta keluarganya dalam melaksanakan pengobatan osteoporosis.
Peran yang terakhir adalah peningkatan kerja sama dan system rujukan antar berbagai tingkat
fasilitas pelayanan kesehatan, hal ini akan memberi nilai posistif dalam upaya meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum :
Untuk megetahui gambaran secara nyata dan lebih mendalam tentang pemberian asuhan
keperawatan pada pasien dengan osteoporosis.
2. Tujuan Khusus :
BAB II
KONSEP TEORI
A. DEFINISI
Osteoporosis adalah suatu keadaan pengurangan jaringan tulang per unit volume, sehingga
tidak mampu melindungi atau mencegah terjadinya fraktur terhadap trauma minimal. Secara
histopatologis osteoporosis ditandai oleh berkurangnya ketebalan korteks disertai dengan
berkurangnya jumlah maupun ukuran trabekula tulang.(Doengoes, Marilynn E:2000).
osteoporosis adalah berkurangnya kepadatan tulang yang progresif, sehingga tulang menjadi
rapuh dan mudah patah. Tulang terdiri dari mineral-mineral seperti kalsium dan fosfat,
sehingga tulang menjadi keras dan padat.( Brunner & Suddarth:2002)
Penurunan Massa tulang ini sebagai akibat dari berkurangnya pembentukan, meningkatnya
perusakan (destruksi) atau kombinasi dari keduanya (Corwn elizabeth. 2001.).
1. Osteoporosis Primer yang terjadi bukan sebagai akibat penyakit yang lain, yang
dibedakan lagi atas :
c. Osteoporosis idiopatik yang terjadi pada usia muda denganpenyebab yang tidak diketahui
2. Osteoporosis sekunder yang terjadi pada atau akibat penyakit lain, antara lain
hiperparatiroid, gagal ginjal kronis, arthritis rematoid dan lain-lain.
B. ETIOLOGI
Massa tulang maksimal pada usia dewasa ditentukan oleh berbagai factor antara lain :
a. Faktor genetic
b. Faktor mekanik
Beban mekanik berpengaruh terhadap massa tulang, bertambahnya beban akan menambah
massa tulang dan berkurangnya massa tulang. Ada hubungan langsung dan nyata antara
massa otot dan massa tulang. Kedua hal tersebut menunjukkan respon terhadap kerja
mekanik. Beban mekanik yang berat akan mengakibatkan massa otot besar dan juga massa
tulang yang besar.
Pada seseorang dengan pertumbuhan hormon dengan nutrisi yang cukup (protein dan
mineral), pertumbuhan tulang akan mencapai maksimal sesuai dengan pengaruh genetic yang
bersangkutan
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penurunan massa tulang pada usia lanjut yang dapat
mengakibatkan fraktur osteoporosis pada dasarnya sama seperti pada factor-faktor yang
mempengaruhi massa tulang.
a. Faktor genetic
Factor genetic berpengaruh terhadap resiko terjadinya fraktur. Pada seseorang dengan tulang
yang kecil akan lebih mudah mendapat resiko fraktur dari seseorang denfan tulang yang
besar.
b. Factor mekanis
Pada umumnya aktifitas fisik akan menurun dengan bertambahnya usia dan karena massa
tulang merupakan fungsi beban mekanik, massa tulang tersebut pasti akan menurun dengan
bertambahnya usia.
c. Faktor lain
1.) Kalsium
Kalsium merupakan nutrisi yang penting, dengan masukan kalsium yang rendah dan
absorbsinya tidak baik akan mengakibatkan keseimbangan kalsium yang negatif begitu
sebaliknya.
2.) Protein
3.) Estrogen
Berkurangnya/hilangnya estrogen dari dalam tubuh akan mengakibatkan terjadinya gangguan
keseimbangan kalsium, karena menurunnya efisiensi absorbsi kalsium dari makanan dan juga
menurunnya konservasi kalsium diginjal.
Merokok dan minum kopi dalam jumlah banyak cenderung akan mengakibatkan penurunan
massa tulang, lebih-lebih bila disertai masukan kalsium yang rendah. Mekanisme pengaruh
rokok terhadap penurunan massa tulang tidak diketahui, akan tetapi kafein dapat
memperbanyak ekskresi kalsium melalui urin maupun tinja.
5.) Alkohol
C. PATOFISIOLOGI
Remodeling tulang normal pada orang dewasa akan meningkatkan massa tulang sampai
sekitar usia 35 tahun. Genetik, nutrisi, gaya hidpu (merokok, minum kopi), dan aktifitas fisik
mempengaruhi puncak massa tulang. Kehilangan karena usia mulai segera setelah tercapai
puncaknya massa tulang. Menghilangnya estrogen pada saat menopause mengakibatkan
percepatan resorbsi tulang dan berlangsung terus selama tahun-tahun pasca menopause.
Normal
Genetik,gaya hidup,alcohol,
penurunan prod.hormon
Kiposis/Gibbus
Pengaruh pada fisik Pengaruh pada
psikososial
Lemas,letih
Resiko injuri
4. Nyeri akan bertambah karena melakukan aktifitas atau pekerjaan sehari-hari atau karena
pergerakan yang salah
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Osteoporosis teridentifikasi pada pemeriksaan sinar-x rutin bila sudah terjadi demineralisasi
25% sampai 40%. Tampak radiolusesnsi tulang. Ketika vertebra kolaps, vertebra torakalis
menjadi berbentuk baji dan vertebra lumbalis menjadi bikonkaf.
Pemeriksaan laboratorium (missal kalsium serum, fosfat, serum, fosfatase alkalu, ekskresi
kalsium urine, ekskresi hidroksi prolin urine, hematokrit, laju endap darah), dan sinar-x
dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan diagnosis medis lain (missal ; osteomalasia,
hiperparatiroidisme, dlll) yang juga menyumbang terjadinya kehilangan tulang.
Absorbsiometri foton-tunggal dapat digunakan untuk memantau massa tulang pada tulang
kortikal pada sendi pergelangan tangan. Absorpsiometri dual-foton, dual energy x-ray
absorpsiometry (DEXA) , dan CT mampu memberikan informasi mengenai massa tulang
pada tulang belakang dan panggul. Sangat berguna untuk mengidentifikasi tulang
osteoporosis dan mengkaji respon terhadap terapi.
G. PENATALAKSANAAN
Diet kaya kalsium dan vitamin D yang mencukupi dan seimbang sepanjang hidup, dengan
peningkatan asupan kalsium pada permulaan umur pertengahan, dapat melindungi terhadap
demineralisasi skeletal.
Pada menopause, terapi penggantian hormon dengan estrogen dan progesterone dapat
diresepkan untuk memperlambat kehilangan tulang dan mencegah terjadinya patah tulang
yang diakibatkannya.
Obat-obat yang lain yang dapat diresepkan untuk menanngani osteoporosis termasuk
kalsitonin, natrium florida, dan natrium etidronat. Kalsitonin secara primer menekan
kehilangan tulang dan diberikan secara injeksi subkutan atau intramuskular. Efek samping
(misal : gangguan gastrointestinal, aliran panas, frekuensi urin), biasanya ringan dan hanya
kadang-kadang dialami. Natrium florida memperbaiki aktifitas osteoblastik dan pembentukan
tulang.
H. PENGKAJIAN
Pemeriksaan fisik kadang menemukan adanya patah tulang, kifosis vertebra torakalis atau
pemendekan tinggi badan. Masalah mobilitas dan pernafasan dapat terjadi akibat perubahan
postur dan kelemahan otot. Konstipasi dapat terjadi akibat inaktifitas.
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
J. INTERVENSI KEPERAWATAN
Tujuan :
Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan nyeri berkurang .
Intervensi :
b. Ajarkan klien tentang alternative lain untuk mengatasi dan mengurangi rasa nyerinya.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien mampu melakukan mobilitas fisik .
Intervensi :
b. Rencanakan tentang pemberian program latihan, ajarkan klien tentang aktivitas hidup
sehari-hari yang dapat dikerjakan.
c. Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas /perawatan diri secara bertahap jika
dapat ditoleransi.Berikan bantuan sesuai kebutuhan.
3. Risiko injuri berhubungan dengan dampak sekunder perubahan skeletal dan
ketidakseimbangan tubuh
Tujuan :
Intervensi :
a. Ciptakan lingkungan yang bebas dari bahaya missal : tempatkan klien pada tempat
tidur rendah, berikan penerangan yang cukup, tempatkan klien pada ruangan yang mudah
untuk diobservasi.
b. Ajarkan pada klien untuk berhenti secara perlahan,tidak naik tangga dan mengangkat
beban berat
PENUTUP
A. Kesimpulan
Osteoporosis adalah suatu keadaan pengurangan jaringan tulang per unit volume, sehingga
tidak mampu melindungi atau mencegah terjadinya fraktur terhadap trauma minimal. Secara
histopatologis osteoporosis ditandai oleh berkurangnya ketebalan korteks disertai dengan
berkurangnya jumlah maupun ukuran trabekula tulang.(Doengoes, Marilynn E:2000).
B. Saran
Sebagai perawat dalam melakukan tindakan asuhan keperawatan berperan dalam upaya
pendidikan dengan memberikan penyuluhan tentang pengertian osteoporosis, penyebab dan
gejala osteoporosis serta pengelolaan osteoporosis. Berperan juga dalam meningkatkan mutu
dan pemerataan pelayanan kesehatan serta peningkatan pengetahuan, sikap dan praktik pasien
serta keluarganya dalam melaksanakan pengobatan osteoporosis. Peran yang terakhir adalah
peningkatan kerja sama dan system rujukan antar berbagai tingkat fasilitas pelayanan
kesehatan, hal ini akan memberi nilai posistif dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 3, Jakarta, EGC, 2002
Price, S. A & Wilson, L. Patifisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit; alih bahasa,
Brahm U. Pendit..[et. al]. Edisi 6. Jakarta: ECG.2001
R. Boedhi Darmojo, Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut), Jakarta, Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, 2000