Anda di halaman 1dari 15

PENERAPAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ASUHAN KEPERAWATAN

BERDASARKAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN PROFESIONAL DI RAWAT INAP


RSJ. PROF. DR. V. L. RATUMBUYSANG MANADO
Rania L. M. Kondoj*, M. Tumurang**

* Program Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi Manado


** Politeknik Kesehatan Kemenkes Manado

ABSTRAK
Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) adalah suatu sistem (struktur, proses dan nilai-nilai
profesional) yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk
lingkungan, yang dapat menopang pemberian asuhan tersebut. Salah satu indikator dalam MPKP ada
peningkatan mutu pelayanan dengan pemberian asuhan keperawatan berdasarkan standar yang ada dan tentang
pendokumentasian asuhan keperawatan. Salah satu tujuan dari Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP)
adalah menjaga konsistensi asuhan keperawatan. Melalui asuhan keperawatan akan memperlihatkan bagaimana
kompetensi dan kemampuan yang dimiliki perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien dan
untuk melihat kemampuan perawat untuk meningkatkan mutu pelayanan kepada pasien. Tujuan dari penelitian
ini untuk mendapatkan informasi tentang penerapan standar operasional prosedur asuhan keperawatan dalam hal
ini tentang penilaian kebutuhan SOP,pelatihan SOP, sosialisasi SOP, pendokumentasian asuhan keperawatan,
monitoring dan evaluasi penerapan SOP asuhan keperawatan di rawat inap RSJ. Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang
Manado. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penilaian kebutuhan, pelatihan,sosialisasi, pendokumentasian
asuhan keperawatan mulai dari tahap pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, pelaksanaan
rencana keperawatan, evaluasi keperawatan dan monitoring terhadap pelaksanaan SOP asuhan keperawatan
belum maksimal diterapkan dalam pelaksanaan pelayanan di Rawat Inap RSJ. Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang
Manado, sangat diharapkan perhatian dari pimpinan rumah sakit untuk meningkatkan kinerja dari petugas
sehingga mutu pelayanan dapat meningkat.

Kata Kunci: Model Praktik Keperawatan Profesional, Standar Operasional Prosedur Asuhan Keperawatan

ABSTRACT
Professional nursing practice model (MPKP) is a system (structure, process, and ptofessional values) that can
allow proffesional nurses to manage care giving including the environment that can support that care giving.
One of the indicator in MPKP is the increasing of service quality with nursing care giving based on standard
and about the nursing care documentation. One of professional nursing practise model purposes is to keep the
nursing care consistency to the nursing care will be showed how are the competency and ability from the nurses
in giving nursing care to the patient and to see the nurses ability to increase the service quality to the patient
the purpose of this study is to get informationt about the standard operational procedure aplication of nursing
care, they are SOP needs measurement, SOP exercise, SOP Socialitation nursing care, documentation
monitoring and SOP evaluation of nursing care in RSJ. Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang Manado. The study result
shows that the needs measurement, exercise, socialitation, the implementation nursing care documentation start
from the assesment step, nursing diagnosis, nursing plan, nursing plan implementation, nursing evaluation and
minotoring towards nursing care SOP implementation has not been maximally aplied in service implementation
in RSJ. Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang Manado, the attention from the hospital head highly expected to increase
the worker employeesperformance so the service quality and increase.
Keywords: Professional Nursing Practice Model, Nursing Care Procedure Operational Standar

74
PENDAHULUAN diterapkan secara konsekuen oleh seluruh tenaga
keperawatan di Rumah Sakit.
Peningkatan.profesionalisme keperawatan di
Dalam hal pemanfaatan sarana pelayanan
Indonesia dimulai sejak diterima dan diakuinya
kesehatan di RSJ. Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang
keperawatan sebagai profesi pada Lokakarya
Manado pada tahun 2014 yaitu pada BOR (Bed
Nasional Keperawatan (1983). Sejak saat itu
Ocupation Rate) terjadi peningkatan 80 % menjadi
berbagai upaya telah dilakukan oleh Departemen
86%, AVLOS (Average Length of Stay) atau rata-
Pendidikan Nasional, Departemen Kesehatan dan
rata lama seseorang di rawat pada 1 tahun terakhir
organisasi profesi, diantaranya adalah dengan
rata-rata pemakaian 4 hari, BTO (Bed Turn Over)
membuka pendidikan pada tingkat sarjana,
atau frekuensi pemakaian tempat tidur rata-rata 5
mengembangkan Kurikulum Diploma III
hari dan untuk rata-rata tempat tidur tidak ditempati
keperawatan, mengadakan pelatihan bagi tenaga
pada dua tahun terakhir hasilnya yaitu 2 hari
keperawatan, serta mengembangkan standar praktik
kosong.
keperawatan (Anonimous, 2005a).
Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. V. L.
Upaya penting lainnya adalah dibentuknya
Ratumbuysang Manado menerapkan MPKP di
Direktorat Keperawatan di Departemen Kesehatan
seluruh ruang rawat inap untuk pelayanan
di Indonesia. Semua upaya tersebut bertujuan untuk
keperawatan. Pelaksanaan kegiatan pelatihan tahun
meningkatkan profesionalisme keperawatan agar
2014 tentang MPKP telah dilakukan. Pelaksanaan
mutu asuhan keperawatan dapat ditingkatkan
kegiatan implementasi materi MPKP di ruang
(Sitorus 2006). Layanan keperawatan masih sering
Tarsius dan Bunaken sebatas melihat/observasi
mendapat keluhan masyarakat, terutama tentang
pendokumentasian Asuhan Keperawatan
sikap dan kemampuan perawat dalam memberikan
berdasarkan Standar Operasional Prosedur.
asuhan keperawatan kepada klien atau keluarga
Menurut hasil penelitian Diyanto (2006),
(Sitorus, 2006).
tentang penerapan SOP Asuhan Keperawatan pada
Rumah sakit Jiwa Prof. Dr. V. L.
pasien rawat inap di RSUD Tugurejo Semarang,
Ratumbuysang adalah Rumah Sakit pertama milik
yang menunjukkan bahwa penatalaksanaan
Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara yang sudah
pengisian dokumentasi asuhan keperawatan,
terakreditasi pada tahun 2012 oleh Komisi
proporsi terbesar dalam kategori kurang (48%),
Akreditasi Rumah Sakit Departemen Kesehatan RI.
yang selanjutnya diikuti sedang (35%) dan baik
Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang
(17%). Penerapan SOP Asuhan Keperawatan yang
memiliki pedoman standar operasional prosedur
berlaku pada beberapa rumah sakit masih
(SOP) Nomor 445/RSKD/SK/2011 di mana
mengunakan pendokumentasian manual.
diharapkan panduan SOP ini sebagai upaya untuk
Salah satu indikator peningkatan mutu
meningkatkan mutu pengelolahan pelayanan
klinis pelayanan keperawatan dalam penerapan
asuhan keperawatan dengan cepat, tepat, efisien
SOP adalah menurunya angka kejadian tidak
dan efektif, sehingga dipandang perlu untuk
diharapkan. Kejadian tidak diharapkan (infeksi
menetapkan Prosedur tetap/standar operasional
nosocomial) di RSJ. Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang
prosedur pelayanan di Rumah Sakit Ratumbuysang
Manado yaitu kejadian phlebitis. Kejadian infeksi
dan juga diharapkan pemberlakuan prosedur tetap
nosocomial yaitu pada tahun 2013 17 Kasus dan
pelayanan keperawatan yang dimaksud benar-benar
tahun 2014 28 Kasus. Hal ini menggambarkan

75
bahwa tingkat mutu layanan terhadap pasien pengembangan Model Praktek Keperawatan
kurang optimal dengan adanya peningkatan Profesional (MPKP) yang diperbaharui dengan
kejadian phlebitis dari 11,69% menjadi 18,74%. SP2KP (Sitorus, 2006).
Dari penelusuran data sekunder pelaporan, Berdasarkan latar belakang diatas, penulis
pendokumentasian yang dilakukan di ruang rawat tertarik melakukan suatu peneltian yang mendalam
inap masih belum lengkap, diantaranya Sistem berkaitan dengan Penerapan Standar Operasional
Pegembangan Manajemen Kinerja Klinis belum Prosedur Asuhan Keperawatan Berdasarkan Model
disosialisasikan, lembar penilaian kebutuhan SOP Praktik Keperawatan Profesional Di Rumah Sakit
tidak ada, pembuatan standar asuhan keperawatan Jiwa Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang Manado.
dan catatan monitoring tentang SOP Asuhan
Keperawatan tidak lengkap. Layanan keperawatan METODE
yang ada di Rumah Sakit masih bersifat okupasi.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian
Artinya, tindakan keperawatan yang dilakukan
kualitatif. Penelitian dilakukan di ruang rawat inap
hanya pada pelaksanaan prosedur, pelaksanaan
Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang
tugas berdasarkan instruksi dokter. Pelaksanaan
Manado pada bulan Februari Juni 2015.
tugas tidak didasarkan pada tanggung jawab moral
Pemilihan sampel pada penelitian ini berdasarkan
serta tidak adanya analisis dan sintesis yang
Teknik sampling pengambilan data yaitu purposive
mandiri tentang asuhan keperawatan. Untuk
sampling.
mengatasi masalah tersebut diperlukan
restrakturing, reengineering, dan redesigning
system pemberian asuhan keperawatan melalui HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Sistem Model Praktik Keperawatan sosialisasi atau seminar tentang Model Praktik
Profesional Keperawatan Profesional dan saat ini sudah mulai
Dari hasil penelitian ini diperoleh hasil dilakukan pembenahan untuk diterapkan di Rumah
wawancara bahwa untuk Model Praktik Sakit dengan sistem MPKP ini.
Keperawatan Profesional sudah mulai diterapkan Model Praktik Keperawatan Profesional
tetapi dalam pelaksanaannya belum maksimal (MPKP) adalah suatu sistem (struktur, proses dan
meskipun MPKP sendiri sudah pernah nilai-nilai profesional) yang memungkinkan
disosialisasikan satu kali di RSJ. Prof. Dr. V. L. perawat profesional mengatur pemberian asuhan
Ratumbuysang Manado, Model Praktik keperawatan termasuk lingkungan, yang dapat
Keperawatan Profesional sudah pernah di menopang pemberian asuhan tersebut. Pada metode
sosialisasikan tetapi dalam pelaksanaannya seluruh keperawatan primer perawat yang bertanggung
perawat selalu berusaha meningkatkan kinerja jawab terhadap pemberian asuhan keperawatan
dalam memberikan pelayanan berdasarkan kriteria disebut perawat primer (primary nurse) disingkat
yang ada dalam MPKP itu sendiri yaitu dengan dengan PP (Sitorus, 2006). Metode keperawatan
penerapan Standar Asuhan Keperawatan dalam primer dikenal dengan ciri yaitu akuntabilitas,
rangka peningkatan mutu pelayanan sesuai dengan otonomi, otoritas, advokasi, ketegasan, dan 5K
MPKP yang ada. Berdasarkan hasil observasi yaitu kontinuitas, komunikasi, kolaborasi,
dokumen menunjukkan bahwa di RSJ. Prof. Dr. V. koordinasi, dan komitmen (Sitorus, 2006).
L. Ratumbuysang Manado sudah pernah diadakan

76
Setiap PP biasanya merawat 4 sampai 6 Informan satu Wakil Direktur Bidang Pelayanan
klien dan bertanggungjawab selama 24 jam selama Medik dan Keperawatan penilaian kebutuhan
klien tersebut dirawat dirumah sakit atau di suatu memang tidak memiliki batas waktu, ketika
unit. Perawat akan melakukan wawancara ditemukan masalah SOP yang sudah tidak sesuai
mengkaji secara komprehensif, dan merencanakan maka akan dilakukan penilaian tetapi untuk
asuhan keperawatan. Perawat yang peling evaluasi langsung ke bagian perawatan tidak efektif
mengetahui keadaaan klien. Jika PP tidak sedang dilakukan. Tahap penilaian kebutuhan SOP
bertugas, kelanjutan asuhan akan di delegasikan membutuhkan kajian yang akurat berdasarkan
kepada perawat lain (associated nurse). PP pemantauan kerja dilapangan bahwa SOP yang ada
bertanggungjawab terhadap asuhan keperawatan perlu dinilai kembali untuk nantinya
klien dan menginformasikan keadaan klien kepada dikembangkan.
kepala ruangan, dokter, dan staff keperawatan Dari hasil observasi dokumen untuk
(Sitorus, 2006). pelaksanaan penilaian kebutuhan tidak ada, baik di
Ketua Komite Mutu dan Keperawatan sampai ke
2. Penilaian Kebutuhan ruangan tidak ada dokumen untuk pencatatan
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil penilaian kebutuhan. Dokumen khusus catatan
dari wawancara dengan beberapa informan dimana perawat tentang Standar Operasional Prosedur yang
untuk penilaian kebutuhan belum diterapkan secara perlu direvisi atau dikembangkan tidak ada.
efektif sehingga tidak dapat menilai standar asuhan Dari hasil penelitian ini, terlihat jelas bahwa
keperawatan yang ada apakah perlu direvisi atau penilaian kebutuhan standar operasional prosedur
dinilai kembali mengapa penerapannya belum di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr.
maksimal. Hasil observasi menunjukkan bahwa V. L. Ratumbuysang Manado sudah diterapkan
tidak adanya dokumen untuk penilaian kebutuhan tetapi belum efektif. Penilaian kebutuhan tidak
merupakan salah satu faktor yang mengakibatkan efektif dilakukan diruangan perawatan, untuk SOP
tidak efektifnya penerapan standar operasional yang ada belum pernah direvisi karena sistem yang
prosedur yang ada. berjalan hanya membuat SOP ketika ada temuan
Dari hasil penelitian ini diperoleh hasil masalah, tetapi untuk SOP yang sudah ada tidak
wawancara mendalam tentang pengembangan dilakukan evaluasi apakah dapat terus dipakai, atau
standar operasional prosedur keperawatan dimana perlu direvisi atau penilian kebutuhan tidak
penilaian kebutuhan tentang penerapan SOP dilakukan diruangan baik oleh kepala ruangan atau
Asuhan Keperawatan berdasarkan MPKP perawat pelaksana langsung untuk melihat apa saja
dilaksanakan berdasarkan kebutuhan saja, yang perlu direvisi atau disempurnakan. Untuk
dievaluasi apakah SOP yang ada perlu direvisi, menilai kebutuhan SOP hanya berdasarkan laporan
dikembangkan atau masih layak untuk dijalankan, saja dalam pertemuan pagi seluruh pimpinan, tetapi
tetapi dalam mengevaluasi SOP yang sudah ada untuk lembar penilaian diruangan memang belum
belum efektif dilaksanakan, berdasarkan hasil diterapkan.
observasi perawat pelaksana dan observasi di Penilaian kebutuhan SOP bertujuan untuk
ruangan rawat inap perawat tidak membaca buku mengetahui sampai sejauhmana kebutuhan suatu
SOP yang ada bagaimana bisa dilakukan penilaian organisasi dalam mengembangkan SOP-nya. Jika
kebutuhan SOP yang ada. Hasil wawancara dengan suatu organisasi telah memiliki SOP dan ingin

77
melakukan revisi atau penyempurnaan terhadap Rizani (2006), kepemimpinan dalam keperawatan
SOP yang telah ada maka proses penilaian merupakan penggunaan penampilan seorang
kebutuhan dapat dimulai dengan mengevaluasi pemimpin dalam mempengaruhi perawat lain
SOP yang sudah ada. Proses evaluasi antara lain dibawah pengawaannya untuk pembagian tugas
akan memberikan informasi mengenai mana SOP dan tanggung jawabnya dalam memberikan
yang tidak dapat dilaksanakan atau sudah tidak lagi pelayanan untuk mencapai tujuan. Disamping itu
relevan, mana SOP baru yang mungkin diperlukan, ada faktor lain yang mempengaruhi pelaksanaan
dan mana SOP yang perlu disempurnakan penerapan SOP Asuhan Keperawatan pada tahap
(Anonim, 2012). penilaian kebutuhan yaitu tidak adanya reward dan
Lembar penilaian kebutuhan seharusnya punishment dari pimpinan. Dimana hal tersebut
diberikan ditiap ruangan, lembar tersebut nantinya akan meningkatkan motivasi perawat dalam
yang digunakan untuk melihat apa saja yang perlu melakukan penilaian kebutuhan terhadap SOP yang
dinilai dari Standar Operasional Prosedur yang ada ketika SOP tidak diterapkan. Hal ini didukung
sudah ada sehingga dalam melakukan revisi hasil penelitian yang dilakukan Widyaningtyas
terhadap SOP yang ada benar-benar objektif dan (2007), bahwa ada hubungan antara unsur tenaga,
SOP yang ada dapat terus direvisi atau bisa saja pelatihan, sarana, supervisi, reward, punishment,
dari hasil penemuan tersebut SOP yang ada tidak waktu, kegunaan dan motivasi dengan penerapan
perlu direvisi masih bisa tetap digunakan. SOP di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Mardi
Pendapat yang sama juga dikemukakan Rahayu Kudus. Untuk meningkatkan penerapan
oleh Hartatik (2014), penilaian kebutuhan SOP pada tahap ini, kegiatan seminar, pelatihan,
bertujuan untuk mengetahui sejauh mana supervisi yang terencana, tepat dan benar akan
kebutuhan suatu organisasi dalam menilai SOP- memberikan kesempatan bagi perawat untuk
nya. Dimana hasil penilaian kebutuhan SOP akan meningkatkan kinerjanya.
memberikan informasi apakah SOP yang telah ada
sudah mampu memenuhi semua kebutuhan dalam 3. Penerapan Pelatihan Standar Operasional
organisasi, keselarasan dengan misi dan lingkungan Prosedur Keperawatan
organisasi serta peraturan yang berlaku. Berdasarkan hasil wawancara dengan informan
Menurut hasil wawancara dengan perawat Wakil Direktur Bidang Pelayanan Medik dan
pelaksana bahwa penilaian kebutuhan belum Keperawatan untuk pelatihan SOP Asuhan
dilaksanakan di tiap ruangan karena tidak ada Keperawatan di RSJ. Prof. Dr. V. L.
sangsi tegas bagi perawat yang tidak melakukan Ratumbuysang Manado belum pernah dilaksanakan
asuhan keperawatan berdasarkan standar sehingga dan di karenakan kurangnya anggaran untuk rumah
penilaian kebutuhan untuk asuhan keperawatan sakit pemerintah. Berdasarkan hasil wawancara
yang perlu diperbaiki belum maksimal diterapkan. dengan informan satu Wakil Direktur pelatihan
Semuanya tidak lepas dari peran kepala ruangan tentang standar operasional keperawatan memang
sebagai pemimpin sehingga pelaksanaan penilaian sudah direncanakan untuk dilaksanakan tetapi
kebutuhan dapat dilakukan. Kepemimpinan adalah mengingat anggaran rumah sakit yang terbatas
proses mempengaruhi aktivitas seseorang atau maka belum terealisasikan tetapi untuk MPKP
sekelompok orang untuk mencapai tujuan dalam sendiri itu sudah dilaksanakan kalau khusus untuk
situasi tertentu. Menurut sitorus (1996) dikutip oleh asuhan keperawatannya saja memang belum

78
dilaksanakan, sedangkan hasil wawancara dengan supervisi termasuk kepada perawat (Anonim,
Kepala Komite Mutu dan Keperawatan, Seksi 2004).
Asuhan Mutu dan informan Kepala Ruangan dan Berdasarkan hasil Penelitian yang dilakukan
Perawat Pelaksana juga belum pernah mengikuti oleh Direktorat Keperawatan Departemen
pelatihan atau seminar tentang standar operasional Kesehatan Republik Indonesia bekerjasama dengan
prosedur Keperawatan. Rumah sakit berusaha World Health Organization (WHO, 2002) di
meminimalkan kegiatan yang dapat mempertinggi Provinsi Kalimantan Timur, Sumatera Utara,
anggaran karena berdasarkan pernyataan dari Sulawesi Utara, Jawa Barat dan Daerah Khusus
informan Wakil Direktur Bidang Pelayanan Medik Ibukota (DKI) Jakarta menemukan bahwa 70%
dan Keperawatan nanti biaya akan dibebankan ke perawat dan bidan selama 3 tahun terakhir tidak
pasien yang datang berobat. pernah mengikuti pelatihan, 39,8% masih
Berdasarkan hasil wawancara didapatkan Universitas Sumatera Utara melakukan tugas-tugas
kutipan hasil wawancara dimana menurut informan kebersihan, 47,4% perawat dan bidan tidak
Komite Mutu dan Seksi Asuhan Mutu pelatihan memiliki uraian tugas dan belum dikembangkan
tentang SOP Keperawatan itu sangat dibutuhkan monitoring dan evaluasi kinerja perawat dan bidan
untuk meningkatkan mutu pelayanan yang ada di khususnya mengenai keterampilan, sikap,
rumah sakit. Hasil observasi dokumen juga tidak kedisiplinan dan motivasi kerjanya.
ada pelatihan atau surat keluar tentang Standar Berdasarkan penelitian Soeroso (2003) Di Irna
Operasional Prosedur (SOP) dari tahun awal B Lt. IV Kanan RSUPN- Cipto Mangunkusumo
diterbitkan sampai sekarang. dimana hasil wawancara dengan kepala bidang
Pelatihan untuk perawat di rumah sakit bahkan keperawatan diperoleh informasi bahwa pendidikan
pimpinan keperawatan sangat perlu dilaksanakan berkelanjutan terutama pelatihan bagi perawat
khususnya pelatihan atau seminar tentang SOP, belum dilaksanakan secara rutin. Belum adanya
sehingga perawat megetahui dengan baik dan jelas pendidikan berkelanjutan disebabkan oleh dana
tentang pedoman Standar Operasional Prosedur yang terbatas sehingga perawat dalam memberikan
khususnya yang ada di rumah sakit. asuhan keperawatan belum mengunakan informasi
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI terbaru. Selain itu Irna B Lt. IV Kanan RSUPN-
No.81 /Menkes/SK/I/2004, Pelayanan kesehatan di Cipto Mangunkusumo belum memiliki standar
rumah sakit bersifat individu, spesifik dan unik asuhan keperawatan sehinga dalam memberikan
sesuai karakteristik pasien, di samping itu harus asuhan keperawatan belum maksimal sesuai
mengacu pada standar operasional prosedur serta standar yang telah ditetapkan.
pengunaan teknologi. Agar pelayanan keperawatan
dapat mengikuti cepatnya perkembangan ilmu dan 4. Sosialisasi Standar Operasional Prosedur
teknologi yang terjadi pada sistem pelayann Keperawatan
kesehatan, strategi yang dilakukan adalah tetap Dari wawancara dengan informan Wakil
menjaga kualitas sumber daya manusia. Salah satu Direktur Bidang Pelayanan Medik dan
cara untuk meningkatkan kualitas sumber daya Keperawatan di dapat informasi bahwa dalam
manusia di rumah sakit yaitu dengan cara pensosialisasian buku SOP yang ada sudah
memberikan pelatihan dan kemudian melakukan dilaksanakan menurut wakil direktur bidang
pelayanan medik dan keperawatan sosialisasi sudah

79
dilaksanakan saat dilaksanakan morning report dan pelayanan berdasarkan Standar Operasional
disetiap apel juga sudah dilaksanakan tetapi belum Prosedur. Sosialisasi sebaiknya di laksanakan
maksimal dilaksanakan, dimana sosialisasi ini dengan beberapa metode yang dianggap dapat lebih
dilaksanakan secara berjenjang sampai ke tenaga efektif dan efisien dalam pelaksanaannya, karena
perawat pelakana tetapi untuk sosialisasi langsung dengan sosialisasi yang rutin dijalankan kinerja
dari tim yang membuat ke perawat pelaksana tidak perawat dapat lebih ditingkatkan.
dilaksanakan, jadi masih dalam tahap Berdasarkan hasil penelitian Jasura (2008), Di
pengembangan. Sedangkan hasil wawancara dari RSU Mitra Sejati Medan Tahun 2010 dimana
informan lain yaitu Komite Mutu dan Keperawatan Kinerja perawat pelaksana merupakan salah satu
menurut pengakuannya tidak pernah melakukan faktor penting dalam mewujudkan kualitas
sosialisasi langsung diruangan-ruangan pelayanan keperawatan di rumah sakit. Setiap
keperawatan, sedangkan menurut informan Seksi rumah sakit mempunyai permasalahan dalam
Ashan Mutu buku SOP sudah disampaikan kepada kinerja perawat pelaksana khususnya di ruang
perawat pelaksana lewat kepala-kepala ruangan, di rawat inap. Faktor budaya organisasi dan
apel pagi juga diingatkan tetapi memang jarang penerapan prosedur tetap diduga memengaruhi
dilaksanakan, sedangkan menurut informan Kepala kinerja perawat pelaksana. Populasi dalam
Ruangan untuk buku SOP diletakkan dimeja penelitian ini adalah seluruh perawat pelaksana di
perawat tetapi hanya SOP untuk tindakan yang ruang rawat inap RSU Mitra Sejati Medan
sering dilaksanakan dan ada yang ditempel di sebanyak 60 orang dan sekaligus menjadi sampel
papan pengumuman saja, sedangkan menurut penelitian. Pengumpulan data meliputi data primer
informan kepala ruangan lainnya untuk SOP belum dengan menggunakan kuesioner dan observasi dan
secara maksimal disosialisasikan kepada perawat. data sekunder melalui pencatatan dokumentasi
Untuk hasil wawancara kepada perawat pelaksana RSU Mitra Sejati Medan. Analisis data
didapatkan informasi bahwa buku SOP tidak menggunakan uji regresi linear berganda pada taraf
pernah disosialisasikan baik oleh pimpinan kepercayaan 95%. Hasil penelitian di rumah sakit
pembuat SOP ataupun dari bidang langsung, tersebut menunjukkan bahwa kinerja perawat
sedagkan untuk buku SOP ada perawat yang belum pelaksana di ruang rawat inap 61,7% termasuk
melihat buku SOP yang ada. kategori kurang. Hasil regresi linear berganda
Hasil observasi dokumen tentang pelaksanaan menunjukkan variabel keterlibatan perawat
sosialisasi tentang Standar Operasional Prosedur (p=0,003), penyesuaian perawat (p=0,034),
tidak pernah dilaksanakan, sosialisasi hanya konsistensi perawat (p=0,022), misi organisasi
dilakukan berjenjang untuk SOP tertentu saja (p=0,005), dan penerapan SOP (p=0,000)
sedangkan untuk sosialisasi untuk keseluruhan berpengaruh terhadap kinerja perawat pelaksana.
Standar Operasional Prosedur tidak pernah
dilaksanakan ditunjang dengan observasi dokumen 5. Pelaksanaan Standar Operasional Prosedur
di tiap ruangan tidak ada. Keperawatan
Sosialisasi secara rutin dilaksanakan itu sangat Dari wawancara dengan tujuh informan maka
penting dalam meningkatkan standar pelayanan diperoleh informasi bahwa dalam melaksanakan
keperawatan yang ada, karena sosialisasi akan terus tugas serta penerapkan standar operasional
mengingatkan perawat untuk menerapkan prosedur dalam pelaksanaannya sudah berproses

80
sejak pelayanan rumah sakit dijalankan, Karena pengkajian belum dilaksanakan berdasarkan
rumah sakit sudah memiliki SOP, karena rumah format yang dikeluarkan oleh rumah sakit,
sakit tidak akan terakreditasi jika tidak memliki dalam penerapannya memang masih
SOP dan dalam pelaksanaannya sudah diterapkan ditemukkan ada pengkajian yang tidak
meskipun belum membaca SOP yang ada, SOP dilaksanakan sama sekali hal yang sama juga
tidak disosialisasikan dengan efektif dan sarana dikemukakan oleh kepala ruangan untuk
penunjang yang tidak menunjang kegiatan pengkajian sesuai format yang dikeluarkan
pelayanan tetapi pelayanan sudah dijalankan rumah sakit memang kosong tidak di isi. Hasil
berdasarkan standar. Hasil wawancara didapatkan observasi pada penerapan standar operasional
hasil dari informan sebagai kepala Komite Mutu prosedur tahap pengkajian pada ruang satu dan
meski sosialisasi kurang efektif ke perawat ruang empat ditemukan hasil lembar
pelaksana tetapi jarang ada masalah yang muncul pengkajian tidak terisi dengan lengkap sesuai
akibat pelayanan dalam artian perawat menjalankan dengan standar (bio-psiko-sosio, spiritual),
tugas sebaik-baiknya berdasarkan pengalaman pengkajian tidak mengkaji secara keseluruhan
mereka. Sedangkan wawancara dengan kepala hanya berdasarkan keluhan pasien masuk saja.
ruangan untuk pelaksanaan kegiatan semua Dalam Model Praktik Keperawatan
berjalan baik meskipun sarana penunjang tidak Profesional, standar asuhan keperawatan pada
memadai tetap kegiatan pelayanan berjalan dengan tahap pengkajian sangat diperlukan dalam
baik, dan untuk kutipan wawancara dengan perawat memberikan pelayanan keperawatan kepada
pelaksana untuk kegiatan selalu berusaha pasien. Salah satu faktor dalam sistem
menjalankan sesuai prosedur, meskipun belum pengembangan manajemen kinerja klinis
membaca buku SOP tetapi dalam pelaksanaannnya adalah melaksanakan tindakan sesuai standar
dilaksanakan sesuai prosedur. Dalam penerapan untuk meningkatkan kinerja perawat dalam
asuhan keperawatan berdasarkan Model Praktik mencapai indikator dalam Model Praktik
Keperawatan Profesional yaitu memberikan Keperawatan Profesional yaitu Indikator
pelayanan keperawatan yang berkualitas untuk Standar (Anonim, 2005b).
mencapai asuhan keperawatan yang berkualitas Menurut Nursalam ( 2009), pengkajian
sehingga perawat harus berpikir realitas untuk awal sangat penting karena didokumentasikan
mencapai asuhan yang berkualitas tinggi yaitu sebagai sumber data dimana ketidaklengkapan
sesuai standar yang ada. data pengkajian pasien akan menyebabkan
tidak efektifnya standar operasional prosedur
a. Standar Operasional Prosedur Tahap asuhan keperawatan untuk menentukan tahap
Pengkajian selanjutnya untuk pengobatan klien.
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan Menurut hasil wawancara dengan
Kepala Komite Mutu dan Keperawatan informan Perawat Pelaksana- 1 dan PP2 juga
menunjukkan bahwa tahap pengkajian sudah dikemukakan bahwa pelaksanaan tahap
dilaksanakan dari awal pelayanan dibentuk, pengkajian tidak dilakukan berdasarkan
karena pengkajian merupakan tahap awal standar hanya berdasarkan keluhan saat pasien
untuk memberikan pelayanan kepada klien masuk, pengkajian tidak pernak dilakukan
yang datang berobat. Pelaksanaan tahap berdasarkan lembar yang ada didukung dengan

81
hasil observasi dokumen dimana lembar Pendapat yang sama juga menurut
pengkajian pasien tidak diisi lengkap sesuai Capernito (2000), diagnose keperawatan
standar yang ada. Menurut Perawat pelaksana merupakan suatu pernyataan yang menjelaskan
bahwa tahap pengkajian tidak dibuat sesai respon manusia (status kesehatan atau resiko
standar operasional prosedur yang ada karena perubahan pola) dari individu atau kelompok
tidak adanya sanksi tegas dan kurangnya dimana perawat secara akuntabilitas dapat
monitoring dan evaluasi dari pimpinan mengidentifikasi dan memberikan intervensi
terhadap penerapan standar tahap pengkajian. secara pasti untuk menjaga status kesehatan,
menurunkan, membatasi, mencegah dan
b. Standar Operasional Prosedur Tahap mengubah.
Diagnosa Keperawatan Berdasarkan hasil wawancara dengan
Penerapan standar operasional prosedur informan Pelaksana-1 dan PP2 menunjukkan
asuhan keperawatan tahap diagnosa menurut bahwa diagnosa diangkat berdasarkan masalah
hasil wawancara dengan kepala bidang dari pengkajian, tetapi dalam pelaksanaannya
keperawatan dimana diagnosa dibuat penerapan standar pembuatan diagnosa tidak
berdasarkan tahapan standar yang ada yaitu diterapkan menurut wawancara dengan
melihat masalah apa yang ada dipasien dan perawat pelaksana diagnosa keperawatan tidak
dibuat diagnose berdasarkan masalah prioritas dibuat berdasarkan standar yang ada, hanya
dan mencerminkan PE/PES, tetapi dalam berdasarkan diagnosa medis dokter saja,
penerapannya pembuatan diagnosa tidak didukung dengan hasil observasi dimana
efektif karena pengkajian saja tidak diisi. lembar asuhan keperawatan tidak di isi bahkan
Menurut informan Kepala Ruangan untuk kalau di isi tidak lengkap berdasarkan standar
pembuatan diagnosa itu berdasarkan masalah yang ada, sedangkan menurut Nanda dalam
tetapi dalam penerapannya itu belum berjalan Hidayat (2001), diagnosa keperawatan
dengan baik, seperti diagnosa pelaksanaan merupakan catatan tentang penilaian klinis dari
keperawatan tidak diisi oleh perawat. respon individu, keluarga, atau masyarakat
Pada hasil observasi di dua ruangan terhadap masalah kesehatan atau proses
menunjukkan diagnosa keperawatan di buat kehidupan yang aktual maupun potensial.
tetapi belum menggambarkan diagnosa yang Kendala dalam penerapan standar
aktual dan potensial serta pengangkatan operasional prosedur asuhan keperawatan
diagnosa hanya satu saja. Hasil observasi juga tahap diagnosa brdasarkan hasil wawancara
didapatkan dokumen yang ada menunjukkan dengan inform kepala bidang keperawatan
bahwa lembar untuk diagnosa keperawatan adalalh pada sistem monitoring dan evaluasi
tidak di isi atau kosong. Menurut Deswani yang kurang sehingga penerapan dilapangan
(2009), diagnosa keperawatan adalah proses itu tidak efektif, hal yang sama dikatakan oleh
menganalisis data subjektif dan objekif yang kepala ruangan bahwa penerapan standar
didapatkan pada tahap awal standar asuhan asuhan keperawatan tahap diagnosa tidak
keperawatan yaitu tahap pengkajian untuk efektif dikarenakan sistem monitoring dan
kemudian menegakkan diagnosa. evaluasi serta kurangnya sangsi bagi perawat
yang tidak menerapkan sesuai dengan standar

82
operasional prosedur yang ada. Masalah lain diobservasi dimana rencana perawatan tidak
dikemukkan oleh perawat pelaksana adalah ditulis dan belum diterapkan dengan maksimal
masih memikirkan untuk menentukkan dan ditulis tidak mengacu pada tujuan dengan
diagnosa. Ini diperlukan pemahaman yang menggunakan kalimat perintah, jelas dan
lebih lagi dalam hal meningkatkan terinci dan tidak melibatkan keluarga, pasien
pengetahuan perawat tentang standar asuhan dan tim kesehatan lainnya. Kendala dalam
keperawatan. penerapan standar operasional prosedur tahap
pembuatan rencana keperawatan adalah pada
kurangnya inisiatif perawat dalam membuat
c. Rencana Keperawatan asuhan keperawatan berdasarkan standar dan
Dari hasil wawancara dengan informan juga kurangnya pengelolahan dari bidang
Kepala Komite Mutu dan Keperawatan untuk keperawatan bahkan kepala ruangan di ruang
tahap rencana keperawatan disusun rawat inap menggunakan manajemen
berdasarkan diagnosa keperawatan yang keperawatan. Menurut hasil penelitian Warsito
dibuat, dimana rencana tindakan dibuat dengan (2006), bahwa pentingnya pengarahan dan
tujuan yang mengandung komponen pengawasan kepala bidang sampai kepala
perubahan perilaku, kondisi pasien atau ruangan yang baik maka pelaksanaan asuhan
keluarga. Menurut Nursalam (2001), rencana keperawatan berdasarkan standar yang akan
keperawatan sebagai suatu dokumen tulisan dihasilkan baik juga. Pada tahap ini dalam
tangan dalam menyelesaikan masalah, tujuan pembuatan tahap perencanaan dari hasil
dan intervensi. Rencana keperawatan wawancara dengan perawat rencana muncul
merupakan metode komunikasi tentang asuhan berdasarkan respon dari pasien saat
keperawatan kepada klien. mendapatkan perawatan jadi tidak berdasarkan
Menurut hasil penelitian yang dilakukan priotritas.
Diyanto (2007), menunjukkan bahwa
penatalaksanaan standar asuhan keperawatan d. Penerapan Standar Operasional Prosedur
sebagai berikut: Proporsi terbesar dalam Asuhan Keperawatan Tahap Tindakan
kategori kurang (48%), yang selanjutnya Keperawatan
diikuti sedang (35%) dan baik (17%). hasil Penerapan standar asuhan keperawatan tahap
wawancara dengan kepala ruangan tentang tindakan keperawatan menurut hasil wawancara
tahap pembuatan rencana keperawatan dimana dengan informan Perawat Pelaksana-1 dan PP2
perawat dalam pelayanannya tidak membuat mengatakan bahwa tindakan yang dilaksanakan
rencana keperawatan pada lembar asuhan semuanya mengacu pada tindakan keperawatan
keperawatan. Hasil wawancara yang sama juga yang disusun dan semua tindakan yang dilakukan
dengan perawat pelaksana-1 dan PP3 di tulis dengan jelas dan lengkap untuk
mengatakan bahwa pada umumnya rencana didokumentasikan. Dalam pelaksanaan juga
keperawatan disusun berdasarkan diagnose menurut informan perawat pelaksana meski
keperawatan da disesuaikan dengan prioritas. tindakan yang dilaksanakan tidak sesuai rencana
Hasil observasi standar asuhan keperawatan yang disusun tetapi semua
keperawatan tahap rencana keperawatan yang terdokumentasikan dengan jelas, dan dalam

83
penerapannya memang tidak disusun rencana maksimal. Menurut Nursalam ( 2001), evaluasi
keperawatan pada lembar standar asuhan keperawatan ialah membandingkan efek / hasil
keperawatan yang ada, hanya berdasarkan instruksi suatu tindakan keperawatan dengan norma atau
dokter dalam pelaksanaan tindakan keperawatan. kriteria tujuan yang sudah dibuat, tahap akhir dari
Hasil observasi pada lembar asuhan proses asuhan keperawatan berdasarkan SOP yang
keperawatan didapatkan hasil bahwa untuk tahap ada, menilai tujuan dalam rencana perawatan
tindakan tidak tertulis dalam rencana keperawatan tercapai atau tidak, menilai efektifitas rencana
tetapi dalam pelaksanaannya semua jelas tertulis keperawatan atau strategi asuhan keperawatan,
pada catatan keperawatan yang ada. Sedangkan menentukan efektif atau tidaknya tindakan
dalam lembar asuhan keperawatan berdasarkan keperawatan dan perkembangan pasien terhadap
standar yang dibagikan itu kosong atau tidak diisi. masalah kesehatan. Permasalahan yang diangkat
Masalah yang muncul juga pada tahap ini yang dalam penelitian ini di RSJ. Prof. Dr. V. L.
tidak sesuai dengan standar operasional prosedur Ratumbuysang Manado adalah pelaksanaan
adalah kurangnya motivasi dari pimpinan untuk sosialisasi tentang penerapan asuhan keperawatan
perawat dalam pelaksanaan standar asuhan berdasaran standar belum maksimal, kurangnya
keperawatan, serta sistem manajemen yang belum monitoring dan evaluasi dari pimpinan secara
diterapkan dengan maksimal dalam pelayanan berjenjang sehingga perawat tidak termotivasi
keperawatan. Hal ini didukung dengan hasil menerapkan standar operasional prosedur, ini akan
penelitian dari Fatahillah (2001), menunjukkan memperngaruhi standar kinerja perawat sehingga
bahwa terdapat hubungan antara motivasi pimpinan mutu pelayanan tidak akan meningkat.
dengan pelaksanaan asuhan keperawatan Hasil wawancara dengan Perawat Pelaksana-1
berdasarkan standar. Dalam hal ini perawat sudah dan PP2 tentang tahap evaluasi ini memang sudah
menjalankan standar yang ada tetapi masih banyak diterapkan tetapi untuk berdasarkan standar
standar yang perlu diperhatikan lagi untuk operasional prosedur belum sesuai evaluasi hanya
menciptakan pelayanan keperawatan yang dilakukan berdasarkan tindakan saat pemberian
maksimal, ini disebabkan karena sistem monitoring tindakan tanpa melihat atau membandingkan tujuan
dan evaluasi rumah sakit yang belum maksimal. dalam rencana tindakan dengan kriteria tujuan,
evaluasi hanya diterapkan berdasarkan tindakan
e. Penerapan standar Asuhan Keperawatan Tahap kolaborasi dengan dokter saja, dikarenakan
Evaluasi Tindakan kendalanya dikarenakan motivasi krang dari
Pelaksanaan penerapan tahap evaluasi sesuai pimpinan sehingga perawat tidak termotivasi
SOP yang ada menurut hasil wawancara mendalam melaksanakan asuhan keperawatan berdasarkan
dengan Kepala Komite Mutu dan Keperawatan standar operasional prosedur yang ada, kurang juga
pada tahap evalasi penerapannya belum maksimal sosialisasi atau pelatihan tentang SOP asuhan
diterapkan, hal yang sama juga dikemukakan oleh keperawatan yang dinilai sangat diperlukan untuk
Kepala Seksi Asuhan Mutu dan Keperawatan dan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.
informan Kepala Ruangan, dimana dalam Hasil observasi dokumen juga menunjukkan
penerapannya memang sudah bisa dipertanggung bahwa dalam lembar asuhan keperawatan tahap
jawabkan dengan baik tetapi dalam penerapannya evaluasi tidak terisi dengan lengkap sesuai tujuan
untuk sesuai SOP Asuhan Keperawatan belum atau kriteria, tahap evaluasi hanya dilakukan

84
berdasarkan tindakan yang baru dibuat saja dalam untuk membahas kasus pelaksanaan tindakan
hal ini tidak ada pelaksanaan tahap evaluasi yaitu berdasarkan SOP tidak dilaksanakan.
menggunakan SOAP sesuai standar operasional Berdasarkan hasil observasi tentang dokumen
prosedur. Hal ini menyebabkan tidak diterapkan atau catatan monitoring dan evaluasi didapatkan
secara efektif manajemen pelayanan asuhan hasil bahwa pencatatan hanya pada kehadiran
keperawatan berdasarkan standar operasional petugas saja dan kerapihan perawat dalam
prosedur yang ada. melaksanakan tugas, sedangkan untuk masalah
pelayanan hanya pada masalah khusus saja untuk
6. Monitoring dan Evaluasi Penerapan Standar tindakan pelayanan berdasarkan SOP tidak di catat
Operasional Prosedur dalam buku pencatatan monitoring dan evaluasi.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Wakil Monitoring dan evaluasi merupakan inti dari
Direktur Bidang Pelayanan Medik RSJ. Prof. Dr. seluruh pelaksanaan kegiatan, dimana dalam
V. L. Ratumbuysang Manado maka hasilnya monitoring dan evaluasi ini di laksanakan untuk
diungkapkan bahwa sistem monitoring dan evaluasi menilai bagaimana suatu pekerjaan dilaksanaan dan
sudah lama diterapkan tetapi belum efektif, sistem bagaimana pekerjaan dilakukan oleh pelaksana
monitoring dilakukan secara berjenjang tugas dari tindakan berdasarkan Standar Operasional
kepala ruangan, kepala bidang, tugas kepala seksi, Prosedur. Monitoring dan evaluasi dilaksanakan
monitoring ada dalam setiap tingkatan pelaksanaan, untuk menilai apa saja yang perlu diperbaiki,
evaluasi rutin bukan hal yang baru untuk dikembangkan ataupun yang perlu mendapat
pelaksanaan evaluasi, evaluasi dilakukan oleh perhatian dari suatu pelayanan yang tentunya akan
setiap pejabat secara berjenjang. Sedangkan hasil mempengaruhi mutu pelayanan yang ada.
wawancara dengan informan dua dan tiga untuk Berdasarkan penelitian Ridel (2010) Di Rumah
sistem monitoring dibentuk ada supervisi yang Sakit Umum Daerah Dr. H. Yuliddin Away,
dibagi dalam shift kerja harian, tetapi memang TapaktuanAceh Selatan dengan judul
pengakuan mereka belum efektif karena monitoring Menganalisis pengaruh pelatihan dan supervisi
dari supervisi keperawatan hanya menyangkut terhadap kinerja perawat pelaksana di ruang rawat
kehadiran saja serta masalah umum diruangan atau inap RSUD Dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan 2010
manajerialnya sedangkan untk masalah tindakan Hasil wawancara terhadap beberapa perawat
pelayanan itu belum ada supervisi khusus, jadi pelaksana tentang kegiatan supervisi diperoleh data
supervisi yang ada merangkap semua dan lebih ke sebagai berikut: supervisi keperawatan belum
absensi saja dan untuk masalah yang ditemui oleh dilakukan secara optimal, bahan yang disupervisi
supervisi jika bisa langsung diselesaikan maka tidak jelas dan hasil supervisi tidak disampaikan
akan diselesaikan jika tidak akan dibahas di rapat kepada perawat pelaksana yang disupervisi,
bersama. Monitoring juga dilakukan oleh ketua tim supervisi yang dilakukan hanya sebatas melihat
diruangan dan disampaikan ke kepala ruangan. atau mengamati tanpa ada pengarahan, bimbingan,
Hasil wawancara dengan perawat pelaksana sistem evaluasi tentang asuhan keperawatan termasuk di
monitoring dan evaluasi memang belum efektif dalamnya tindakan keperawatan. Hasil observasi
tidak ada monitoring harian dari pimpinan atau dari yang dilakukan peneliti pada bulan Desember
bidang keperawatan langsung ke pelaksanaan di 2009, disalah satu ruang rawat inap didapatkan,
ruangan hanya dari kepala ruangan saja, diskusi perawat dalam melakukan tindakan perawatan

85
belum mengunakan Standard Operasional Procedur yang ada sehingga efektif dalam penerapannya
(SOP) misalnya: ketika memberikan obat hanya khususnya dalam tahap evaluasi ini. Menurut
membawa spuit dan kapas alkohol dalam bak Sudjana (2004), supervisi merupakan upaya untuk
instrumen, perawat tidak melakukan cuci tangan membantu pembinaan dan peningkatkan
sebelum dan sesudah tindakan serta tidak kemampuan pihak yang disupervisi agar mereka
mendokumentasikan tindakan yang telah dilakukan dapat melaksanakan tugas kegiatan yang telah
dalam buku catatan rawatan pasien. Hasil audit ditetapkan secara efisien dan efektif supervisi
dokumen yang dilakukan peneliti terhadap 10 secara langsung memungkinkan manajer
catatan perawatan pasien di ruang rawat inap keperawatan menemukan berbagai
didapatkan data sebagai berikut: untuk kegiatan hambatan/permasalahan dalam pelaksanaan asuhan
pengkajian 65% dilaksanakan, untuk kegiatan keperawatan di ruangan dengan mencoba
penegakan diagnosis 70% dilaksanakan, untuk memandang secara menyeluruh faktor-faktor yang
kegiatan perencanaan 53,33% dilaksanakan, mempengaruhi dan bersama dengan staf
kegiatan pelaksanaan 55% dilaksanakan, kegiatan keperawatan untuk mencari jalan pemecahannya.
evaluasi 60% sudah dilaksanakan dan pencatatan Supervisi dan evaluasi merupakan bagian yang
asuhan keperawatan 50% yang dilaksanakan. penting dalam manajemen serta keseluruhan
Untuk diagnosis keperawatan yang paling banyak tanggung jawab pemimpin. Pemahaman ini juga
muncul ganguan pemenuhan oksigen, kekurangan ada dalam manajemen keperawatan. Untuk
cairan dan elektrolit. mengelola asuhan keperawatan dibutuhkan
Menurut penelitian yang dilakukan Dwiyanto kemampuan manajemen dari Perawat professional.
(2008) tentang efektivitas supervisi terhadap Oleh karena itu sebagai seorang Manajer
penerapan standar operasional prosedur dengan keperawatan atau sebagai Perawat
metode penelitian kualitatif didapatkan hasil professional diharapkan mempunyai kemampuan
penerapan SOP memerlukan adanya supervisi dalam supervisi dan evaluasi. Sukar seorang
sampai SOP benar-benar dikuasai oleh para manajer keperawatan untuk mempertahankan mutu
pelaksana. Perlu dibentuk tim yang selalu siap asuhan keperawatan tanpa melakukan supervisi,
memberikan supervisi secara terus menerus. Tim karena masalah-masalah yang terjadi di unit
supervisi memberikan arahan-arahan bahkan keperawatan tidak seluruhnya dapat diketahui oleh
pemecahan masalah yang timbul di divisi kerjanya. manajer keperawatan melalui informasi yang
Jika ternyata tim ditingkat divisinya tidak bisa diberikan oleh staf keperawatan yang mungkin
menyelesaikan masalah penerapan SOP maka tim sangat terbatas tanpa melalukan supervisi
supervisi pada tingkatan lebih atas dapat dipanggil keperawatan.
untuk memberikan supervisinya. Dalam Model Praktik Keperawatan Profesional
Pelaksanaan supervisi yang belum maksimal di tahap evaluasi sistematis terhadap semua aspek
RSJ. Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang Manado asuhan keperawatan adalah mekanisme untuk
menjadi salah satu faktor yang mengakibatkan mencapai asuhan yang berkualitas tinggi. Namun
belum efektifnya penerapan standar operasional keberhasilan dalam mengimplementasikan standar
prosedur asuhan keperawatan yang dijalankan, sangat tergantung kepada individu perawat itu
Supervisi diharapkan juga berperan untuk melihat sendiri bersama dengan sistem evaluasi yang ada
penerapan asuhan keperawatan berdasarkan standar dalam satu organisasi.

86
KESIMPULAN sosialisasi MPKP sendiri itu sudah
dilaksanakan satu kali tahun 2014.
Kesimpulan dari penerapan standar
d. Untuk penerapan sosialisasi dari SOP asuhan
operasional prosedur keperawatan di RSJ. Prof. Dr.
keperawatan mulai dari SOP dibuat,
V. L. Ratumbuysang Manado adalah sebagai
dikeluarkan sampai di distribusikan ke
berikut:
ruangan-ruangan belum pernah
a. Model Praktik Keperawatan Profesional di
disosialisasikan secara berjenjang. Penerapan
RSJ. Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang Manado
Sosialisasi langsung dari pimpinan ke perawat
sudah mulai diterapkan dengan dilaksanakan
pelaksana belum diterapkan secara maksimal
perbaikan sistem Rumah Sakit yang ada
sehingga ada perawat yang belum pernah
khususnya dalam pemberian pelayanan
membaca buku SOP yang ada dan didukung
keperawatan. MPKP sendiri mulai diterapkan
dengan hasil observasi dimana tidak ada
tetapi dalam pelaksanaannya belum maksimal
dokumen atau pencatatan kegiatan sosialisasi
hal tersebut dilihat dari masih kurangnya
di lapangan untuk SOP yang ada.
inisiatif dari perawat untuk melaksanakan
e. Penerapan pelaksanaan kegiatan berdasarkan
prosedur asuhan keperawatan berdasarkan
SOP asuhan keperawatan mulai dari tahap
MPKP yang ada dimana dalam MPKP
pengkajian, diagnosa, rencana tindakan,
tujuannya adalah untuk meningkatkan mutu
tindakan keperawatan sampai evaluasi hasil
pelayanan yang ada dengan pemberian asuhan
keperawatan belum diterapkan. Standar asuhan
keperawatan berdasarkan standar.
keperawatan belum menjadi salah satu acuan
b. Penilaian kebutuhan standar operasional
perawat dalam memberikan pelayanan
prosedur sudah diterapkan di RSJ. Prof. Dr. V.
keperawatan dan didukung dengan hasil
L. Ratumbuysang Manado tetapi untuk
observasi dimana dalam status pasien pada
penilaian kebutuhan disetiap ruangan tidak
beberapa status tidak ada lembar asuhan
tersedia jadi hanya berdasarkan kejadian yang
keperawatan dan pada beberapa status lainnya
terjadi yang tidak sesuai SOP baru
lembar asuhan keperawatan tidak lengkap dan
dilaksanakan penilaian kebutuhan SOP, tetapi
tidak berdasarkan standar yang ada.
dari hasil wawancara penilaian kebutuhan
Monitoring dan evaluasi penerapan SOP Asuhan
sudah diterapkan tetapi belum maksimal.
Keperawatan sudah diterapkan di RSJ. Prof. Dr. V.
Didukung dengan hasil observasi dimana
L. Ratmbuysang Manado, tetapi dalam
dokumentasi penilaian kebutuhan SOP
penerapannya belum maksimal dan didukung
Asuhan Keperawatan tidak lengkap.
dengan hasil observasi dimana dokumen atau
c. Pelatihan di RSJ. Prof. Dr. V. L.
pendokumentasian hasil monitoring dan evaluasi
Ratumbuysang Manado khusus untuk
tidak ada dokumentasi tentang penerapan standar
pelatihan standar operasional prosedur asuhan
asuhan keperawatan.
keperawatan belum dilaksanakan kembali
untuk seluruh perawat yang ada dan didukung
SARAN
dengan tidak ada dokumentasi surat keluar
1. Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. V. L.
untuk pengusulan kegiatan pelatihan tentang
Ratumbuysang Manado
SOP Asuhan Keperawatan yang ada sejak
tahun 2013 sampai sekarang, tetapi untuk

87
a. Perlu adanya kebijakan tertulis tentang Tindakan Keperawatan (studi Deskriptif
penerapan standar operasional prosedur Kualitatif di Rumah Sakit Umum Daerah
dan kebijakan agar semua pegawai yang Dr. M. Yunus Bengkulu. Tesis.
ada di rumah sakit membaca tentang SOP Anonimous. 2005b. Departemen Kesehatan RI.
sehingga mutu pelayanan rumah sakit Jakarta.
meningkat .
b. Pengembangan SOP perlu diperhatikan Anonimous. 2011. Standar Operasional Prosedur
guna meningkatkan mutu pelayanan yang Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. V. L.
ada dirumah sakit dalam penerapan Model Ratumbuysang: Manado
Praktik Keperawatan Profesional.
c. Perlu ditingkatkan lagi sosialisasi tentang Dwiyanto, A. 2008. Mewujudkan Good
standar operasional prosedur yang ada di Governance Melalui Pelayanan Publik.
Rumah Sakit dan memastikan seluruh Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
pegawai tahu tentang SOP yang ada.
d. Memperhatikan kelengkapan sarana Sitorus,Ratna. 2006 .Model Praktik Keperawatan
fasilitas penunjang di rumah sakit agar Profesional di Rumah Sakit.Jakarta:EGC
prosedur pelayanan berjalan dengan
efektif. Soeroso, S., 2003. Manajemen Sumber Daya
e. Lebih di efektifkan lagi pelaksanaan Manusia Di Rumah Sakit Sukmarini, L.
monitoring dan evaluasi untuk semua (1999). Mekanisme Kerja Tim Keperawatan
kegiatan yang dilaksanakan untuk Di Ruang Model Praktek keperawatan
mengetahui ketercapaian dari semua Profe-sional (MPKP) Irna B Lt. IV Kanan
tujuan rumah sakit berpatokan dari visi RSUPN- Cipto Mangunkusumo. Jurnal
misi rumah sakit. Keperawatan Indone-sia.Volume II,6(222-
2. Bagi Perawat 228).
Untuk selalu meningkatkan kinerja pelayanan
kepada pasien untuk mencapai visi dan misi Supriyanto, dkk. (2003). Analisis Kepua-san dan
rumah sakit dan lebih memahami serta Harapan Pelanggan Dalam Rangka
menerapkan pelayanan berdasarkan standar Peningkatan Kelas Utama Rumah Sakit
operasional prosedur. Panti Rahayu Pur-wodadi Grobogan.
Jurnal Admin-istrasi Kebijakan Kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA Vol-ume 1

Alina. 2009. Implementasi Standar Operasional


Susilowati, T. 2009. Hubungan Pengetahuan
Prosedur Tindakan Keperawatan (Studi
Perawat Tentang Standar Pelayanan
Deskriptif Kualitatif di Rumah Sakit Umum
Keperawatan dengan Pelaksanaan Standar
Daerah Dr. M. Yunus Bengkulu ). Tesis.
Operasional Prosedur Pasien Baru di Ruang
Rawat Rumah Sakit Dr. OEN Surakarta.
Alina, M dan Widodo., S dan Murni, T. 2009.
Pascasarjana Universitas Diponegoro. Tesis
Implementasi Standar Operasional Prosedur

88

Anda mungkin juga menyukai