Anda di halaman 1dari 17

MATERI SAP 5: FIRMA DAN CV

Paper ini bertujuan untuk memenuhi tugas dalam perkuliahan Pengantar Hukum Bisnis
Pengampu: Dr. I Wayan Wiryawan, SH., MH.

OLEH KELOMPOK 5

Ketut Ita Diantari 1506305043 (09)

Melinda Limanto 1506305047 (10)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

TAHUN 2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat RahmatNya
lah penulis dapat menyelesaikan paper yang berjudul Firma dan CV dengan baik dan tepat
waktu. Penulisan paper ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan
tugas mata kuliah Pengantar Hukum Bisnis di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Udayana. Penyusunan paper ini dapat terlaksana dengan baik berkat kerjasama yang dimiliki
seluruh anggota kelompok lima.
Dalam penyusunan paper ini, kami anggota kelompok lima selaku penulis menyadari
bahwa paper ini masih jauh dari sempurna, dan tidak jauh dari kekurangan. Hal ini disebabkan
karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis dalam penulisan dan penyusunan
paper ini.
Sebagai akhir kata, kami harapkan bimbingan, kritik dan saran yang bersifat membangun
dari para pembaca demi penyempurnaan paper ini.

Jimbaran, September 2017

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1

1.1.Latar Belakang ................................................................................................................. 1

1.2.Rumusan Masalah ............................................................................................................ 1

1.3.Tujuan............................................................................................................................... 1

1.4.Manfaat Penulisan ............................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 3

2.2.1. Pengertian dan Ciri-ciri dari Bentuk Usaha Firma ....................................................... 3

2.2.2. Dasar Hukum dari Firma .............................................................................................. 4

2.2.3. Proses Pendirian Firma dan Pembubaran Firma .......................................................... 7

2.2.4. Pengertian Bentuk Usaha CV ....................................................................................... 9

2.2.5. Pertanggungjawaban Hukum dari CV........................................................................ 10

2.2.6. Proses Pendirian dan Pembubaran CV ...................................................................... 11

BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 12

3.1.Kesimpulan..................................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Setiap perusahaan ada yang terdaftar di pemerintah dan ada pula yang tidak. Bagi
perusahaan yang terdaftar di pemerintah, mereka mempunyai badan usaha untuk
perusahaannya. Badan usaha ini adalah status dari perusahaan tersebut yang terdaftar di
pemerintah secara resmi. Adapun perusahaan itu sendiri dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:
Perusahaan Perseorangan, Perusahaan Persekutuan Badan Hukum, dan Perusahaan
Persekutuan bukan Badan Hukum. Firma dan CV yang merupakan contoh dari Badan
Persekutuan bukan Berbadan Hukum. Terdapat banyak perusahaan-perusahaan yang
menggunakan bentuk Firma dan CV. Pada era yang semakin modern ini Firma dan CV
bukanlah suatu istilah yang asing lagi untuk didengar dan akan terus mengalami perkembangan
mengikuti kemajuan zaman. Firma dan CV memiliki dasar hukum yang diatur dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) oleh pemerintah.

1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, penulis dapat merumuskan
masalah sebagai berikut
1.2.1. Apakah yang dimaksud dengan Firma dan Apasaja Ciri-ciri dari Bentuk Usaha
Firma?
1.2.2. Apasajakah Dasar Hukum dari Firma?
1.2.3. Bagaimanakah Proses Pendirian dan Pembubaran Firma?
1.2.4. Apakah yang dimaksud dengan CV dan Apasaja Ciri-ciri dari Bentuk Usaha CV?
1.2.5. Apasajakah Pertanggungjawaban Hukum dari CV?
1.2.6. Bagaimanakah Proses Pendirian dan Pembubaran CV?

1.3.Tujuan
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, penulis dapat merumuskan
masalah sebagai berikut
1.3.1. Untuk Mengetahui yang dimaksud dengan Firma dan Ciri-ciri dari Bentuk Usaha
Firma.
1.3.2. Untuk Mengetahui Dasar Hukum dari Firma.
1.3.3. Untuk Mengetahui Proses Pendirian Firma Pembubaran Firma.
1
1.3.4. Untuk Mengetahui yang dimaksud dengan CV dan Ciri-ciri dari Bentuk Usaha
CV.
1.3.5. Untuk Mengetahui Pertanggungjawaban Hukum dari CV.
1.3.6. Untuk Mengetahui Proses Pendirian dan Pembubaran CV.

1.4.Manfaat Penulisan
Manfaat yang diharapkan dalam pembuatan paper ini adalah dapat memberikan tambahan
pengetahuan, dan informasi terkait dengan firma dan CV. Paper ini juga diharapkan dapat
membantu memberikan gambaran solusi terkait dengan masalah yang kerap dialami badan
usaha firma dan CV.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.2.1. Pengertian dan Ciri-ciri dari Bentuk Usaha Firma


Firma atau sering juga disebut Fa, adalah sebuah bentuk badan usaha untuk menjalankan
usaha antara dua orang atau lebih (disebut Firmant) dengan memakai nama bersama atau salah
satu nama dari sekutu yang digunakan bersama untuk memperluas usahanya. Jadi ada beberapa
orang yang bersekutu untuk menjalankan suatu perusahaan. Dalam firma semua anggota
bertanggung jawab sepenuhnya baik sendiri maupun bersama terhadap utang-utang perusahaan
kepada pihak lain. Bila perusahaan mengalami kerugian akan ditanggung bersama, bila perlu
dengan seluruh kekayaan pribadi mereka. Firma dapat dibentuk oleh 2 orang atau lebih yang
semuanya belum memiliki usaha. Pemiliki firma terdiri dari beberapa orang yang bersekutu
dan masing-masing anggota persekutuan menyerahkan kekayaan pribadi sesuai yang
tercantum dalam akta pendirian perusahaan.
Firma bukan merupakan badan usaha yang berbadan hukum karena: tidak ada pemisahan
harta kekayaan antara persekutuan dan pribadi sekutusekutu, setiap sekutu bertanggung jawab
secara pribadi untuk keseluruhan. Firma berakhir apabila jangka waktu yang ditetapkan dalam
anggaran dasar telah berakhir. Tujuan dari firma adalah untuk memperluas usaha dan
menambah modal agar lebih kuat dan mampu bersaing perusahaan yang lain. Perusahaan
dengan berbentuk firma bisa dijumpai pada berbagai jenis perusahaan. Seperti perusahaan
penerbitan, perusahaan perdagangan, perusahaan jasa, juga kantor-kantor konsultan hukum,
dan akuntansi politik. Secara umum, ciri-ciri dan sifat Firma yang dapat kita lihat yaitu:
1. Anggota firma biasanya sudah saling mengenal dan saling mempercayai.
2. Perjanjian firma dapat dilakukan di hadapan notaris maupun di bawah tangan.
3. Memakai nama bersama dalam kegiatan usaha.
4. Adanya tanggung jawab dan resiko kerugian yang tidak terbatas.
5. Apabila terdapat hutang tak terbayar, maka setiap pemilik wajib melunasi dengan
harta pribadi.
6. Setiap anggota firma memiliki hak untuk menjadi pemimpin.
7. Seorang anggota tidak berhak memasukkan anggota baru tanpa seizin anggota yang
lainnya.
8. keanggotaan firma melekat dan berlaku seumur hidup.
9. seorang anggota mempunyai hak untuk membubarkan firma.
10. pendiriannya tidak memelukan akte pendirian.
3
Jelas berdasarkan ciri-ciri diatas, di dalam firma semua anggota adalah pemilik yang
sekaligus merangkap pengelola yang secara langsung aktif melaksanakan usaha perusahaan.

2.2.2. Dasar Hukum dari Firma


Firma harus didirikan dengan akta otentik yang dibuat di muka notaris. Akta Pendirian
Firma harus didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri yang daerah hukumnya meliputi
tempat kedudukan Firma yang bersangkutan. Setelah itu akta pendirian harus diumumkan
dalam Berita Negara atau Tambahan Berita Negara. Tetapi karena Firma bukan merupakan
badan hukum, maka akta pendirian Firma tidak memerlukan pengesahan dari Departemen
Kehakiman RI. Pendirian, pengaturan dan pembubaran Firma diatur di dalam Kitab Undang
Undang Hukum Dagang (KUHD) (Wetboek van Koophandel voor Indonesie) S.1847-23.
Hukum mengenai Firma terdapat dalam bagian 2 dalam KUHD dengan judul Perseroan Firma
Dan Perseroan Dengan Cara meminjamkan Uang Atau Disebut Perseroan Komanditer yang
dimulai dari pasal 16 sampai 35. Isi di dalam Hukum tersebut adalah sebagai berikut:

Pasal 16
(s.d.u. dg. S. 1938-276.) Perseroan Firma adalah suatu perseroan yang didirikan untuk
melakukan suatu usaha di bawah satu nama bersama. (KUHD 19 dst., 22 dst., 26-11, 29; Rv.6-
5o, 8-2 o, 99.)
Pasal 17
Tiap-tiap persero kecuali yang tidak diperkenankan, mempunyai wewenang untuk bertindak,
mengeluarkan dan menerima uang atas nama perseroan, dan mengikat perseroan kepada pihak
ketiga, dan pihak ketiga kepada perseroan. tindakan-tindakan yang tidak bersangkutan dengan
perseroan, atau yang bagi para persero menurut perjanjian tidak berwenang untuk
mengadakannya, tidak dimasukkan dalam ketentuan ini. (KUHPerd.1632, 1636, 1639, 1642;
KUHD 20, 26, 29, 32.)
Pasal 18
Dalam perseroan firma tiap-tiap persero bertanggung jawab secara tanggung renteng untuk
seluruhnya atas perikatan-perikatan perseroannya. (KUHPerd.1282, 1642, 1811.)
Pasal 19
Perseroan yang terbentuk dengan cara meminjamkan uang atau disebut juga perseroan
komanditer, didirikan antara seseorang atau antara beberapa orang persero yang bertanggung
jawab secara tanggung-renteng untuk keseluruhannya, dan satu orang atau lebih sebagai
pemberi pinjaman uang. Suatu perseroan dapat sekaligus berwujud perseroan firma terhadap
4
persero-persero firmadi dalamnya dan perseroan komanditer terhadap pemberi pinjaman uang.
(KUHD. 16, 20,22 dst.)
Pasal 20
Dengan tidak mengurangi kekecualian yang terdapat dalam pasal 30 alinea kedua, maka nama
persero komanditer tidak boleh digunakan dalam firma. (KUHD 19-21.) Persero ini tidak boleh
melakukan tindakan pengurusan atau bekerja dalam perusahaan perseroan tersebut, biar
berdasarkan pemberian kuasa sekalipun. (KUHD 17, 21, 32.)Ia tidak ikut memikul kerugian
lebih dari pada jumlah uang yang telah dimasukkannya dalam perseroan atau yang harus
dimasukkannya, tanpa diwajibkan untuk mengembalikan keuntungan yang telah dinikmatinya.
(KUHPerd. 1642 dst.)
Pasal 21
Persero komanditer yang melanggar ketentuan-ketentuan alinea pertama atau alinea kedua dari
pasal yang lain, bertanggung jawab secara tanggung renteng untuk seluruhnya terhadap semua
utang dan perikatan perseroan itu. (KUHD 18.)
Pasal 22
Perseroan-perseroan firma harus didirikan dengan akta otentik, tanpa adanya kemungkinan
untuk disangkalkan terhadap pihak ketiga, bila akta itu tidak ada. (KUHPerd. 1868, 1874,1895,
1898; KUHD 1, 26, 29, 31.)
Pasal 23
Para persero firma diwajibkan untuk mendaftarkan akta itu dalam register yang disediakan
untuk itu pada kepaniteraan raad van justitie (pengadilan negeri) daerah hukum
tempatkedudukan perseroan itu. (Rv. 82; KUHPerd. 152; KUHD 24, 27 dst., 30 dst., 38 dst.;
S.1946-135 pasal 5.)
Pasal 24
Akan tetapi para persero firma diperkenankan untuk hanya mendaftarkan petikannya saja dari
akta itu dalam bentuk otentik. (KUHD 26, 28.)
Pasal 25
Setiap orang dapat memeriksa akta atau petikannya yang terdaftar, dan dapat
memperolehsalinannya atas biaya sendiri. (KUHD 38; S. 1851-27 pasal 7.)
Pasal 26
(s.d.u. dg. S. 1938-276.) Petikan yang disebut dalam pasal 24 harus memuat:
1. nama, nama kecil, pekerjaan dan tempat tinggal para persero firma;

5
2. pernyataan firmanya dengan menunjukkan apakah perseroan itu umum, ataukah
terbatas pada suatu cabang khusus dari perusahaan tertentu, dan dalam hal terakhir,
dengan menunjukkan cabang khusus itu; (KUHD 17.)
3. penunjukan para persero, yang tidak diperkenankan bertandatangan atas nama firma;
4. saat mulai berlakunya perseroan dan saat berakhirnya;
5. dan selanjutnya, pada umumnya, bagian-bagian dari perjanjiannya yang harus dipakai
untuk menentukan hak-hak pihak ketiga terhadap para persero. (KUHD 27 dst.)
Pasal 27
Pendaftarannya harus diberi tanggal dari hari pada waktu akta atau petikannya itu dibawa
kepada panitera. (KUHD 23.)
Pasal 28
Di samping itu para persero wajib untuk mengumumkan petikan aktanya dalam surat kabar
resmi sesuai dengan ketentuan pasal 26. (Ov. 105; KUHPerd. 444, 1036; KUHD 29, 38.)
Pasal 29
(s.d.u. dg. S. 1938-276.) Selama pendaftaran dan pengumuman belum terjadi, maka perseroan
firma itu terhadap pihak ketiga dianggap sebagai perseroan umum untuk segala urusan,
dianggap didirikan untuk waktu yang tidak ditentukan dan dianggap tiada seorang persero pun
yang dilarang melakukan hak untuk bertindak dan bertanda tangan untuk firma itu. Dalam hal
adanya perbedaan antara yang didaftarkan dan yang diumumkan, maka terhadap pihak ketiga
berlaku ketentuan-ketentuan yang berkenaan dengan pasal yang lalu yang dicantumkan dalam
surat kabar resmi. (KUHPerd. 1916; KUHD 30 dst., 39.)
Pasal 30
Firma dari suatu perseroan yang telah dibubarkan dapat dilanjutkan oleh seorang atau
lebih,baik atas kekuatan perjanjian pendiriannya maupun bila diizinkan dengan tegas oleh
bekas persero yang namanya disebut di situ, atau bila dalam hal adanya kematian, para ahli
warisnya tidak menentangnya, dan dalam hal itu untuk membuktikannya harus dibuat akta, dan
mendaftarkannya dan mengumumkannya dalam surat kabar resmi atas dasar dan dengan cara
yang ditentukan dalam pasal 23 dan berikutnya, serta dengan ancaman hukuman yang
tercantum dalam pasal 29. Ketentuan pasal 20 alinea pertama tidak berlaku, jikalau persero
yang mengundurkan diri sebagai persero firma menjadi persero komanditer. (KUHPerd. 1651,
KUHD 26.)
Pasal 31
Pembubaran sebuah perseroan firma sebelum waktu yang ditentukan dalam perjanjian, atau
terjadi karena pelepasan diri atau penghentian, perpanjangan waktu setelah habis waktu yang
6
ditentukan, demikian pula segala perubahan yang diadakan dalam perjanjian yang asli yang
berhubungan dengan pihak ketiga, diadakan juga dengan akta otentik, dan terhadap ini berlaku
ketentuan-ketentuan pendaftaran dan pengumuman dalam surat kabar resmi seperti telah
disebut. Kelalaian dalam hal itu mengakibatkan, bahwa pembubaran, pelepasan diri,
penghentian atau perubahan itu tidak berlaku terhadap pihak ketiga. Terhadap kelalaian
mendaftarkan dan mengumumkan dalam hal perpanjangan waktu perseroan, berlaku
ketentuan-ketentuan pasal 29. (KUHPerd. 1646 dst.; KUHD 22, 26, 30.
Pasal 32
Pada pembubaran perseroan, para persero yang tadinya mempunyai hak mengurus harus
membereskan urusan-urusan bekas perseroan itu atas nama firma itu juga, kecuali bila dalam
perjanjiannya ditentukan lain, atau seluruh persero (tidak termasuk para persero komanditer)
mengangkat seorang pengurus lain dengan pemungutan suara seorang demi seorang dengan
suara terbanyak. Jika pemungutan suara macet, raad van justitie mengambil keputusan
sedemikian yang menurut pendapatnya paling layak untuk kepentingan perseroan yang
dibubarkan itu. (KUHPerd. 1652; KUHD 17, 20, 22, 31, 56; Rv. 6-50, 99.)
Pasal 33
Bila keadaan kas perseroan yang dibubarkan tidak mencukupi untuk membayar utang-utang
yang telah dapat ditagih, maka mereka yang bertugas untuk membereskan keperluan itu dapat
menagih uang yang seharusnya akan dimasukkan dalam perseroan oleh tiap-tiap persero
menurut bagiannya masing-masing. (KUHD 18, 22.)
Pasal 34
Uang yang selama pemberesan dapat dikeluarkan dari kas perseroan, harus dibagikan
sementara. (KUHD 33.)
Pasal 35
Setelah pemberesan dan pembagian itu, bila tidak ada perjanjian yang menentukan lain,maka
buku-buku dan surat-surat yang dulu menjadi milik perseroan yang dibubarkan itu tetap ada
pada persero yang terpilih dengan suara terbanyak atau yang ditunjuk oleh raad van justitie
karena macetnya pemungutan suara, dengan tidak mengurangi kebebasan para persero atau
para penerima hak untuk melihatnya. (KUHPerd. 1801 dst., 1652, 1885; KUHD 12, 56.)

2.2.3. Proses Pendirian Firma dan Pembubaran Firma


Berdasarkan Pasal 16 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, Persekutuan Firma adalah
persekutuan yang diadakan untuk menjalankan suatu perusahaan dengan memakai nama
bersama. Menurut pendapat lain, Persekutuan Firma adalah setiap perusahaan yang didirikan
7
untuk menjalankan suatu perusahaan di bawah nama bersama atau Firma sebagai nama yang
dipakai untuk berdagang bersama-sama. Pendirian firma telah diatur dalam Kitab Undang-
Undang Hukum Dagang dengan cukup lengkap, terutama dalam Pasal 22 hingga Pasal 29 Kitab
Undang-Undang Hukum Dagang. Adapun pendirian Firma dalam Pasal 22 Kitab Undang-
Undang Hukum Dagang yang menjelaskan bahwa, tiap-tiap persekutuan Firma harus didirikan
dengan akta otentik, akan tetapi ketiadaan akta demikian tidak dapat ditemukan untuk
merugikan pihak ketiga.
Ada tiga unsur penting dalam isi Pasal di atas, yang dapat diuraikan sebagai berikut: (i)
Firma harus didirikan dengan akta otentik, (ii) Firma dapat didirikan tanpa akta otentik dan (iii)
Akta yang tidak otentik tidak boleh merugikan pihak ketiga. Selama akta pendirian belum
didaftarkan dan diumumkan, maka pihak ketiga menganggap firma sebagai persekutuan umum
yang menjalankan segala macam usaha, didirikan untuk jangka waktu yang tidak terbatas serta
semua sekutu berwenang menandatangani berbagai surat untuk firma ini sebagaimana
dimaksud di dalam Pasal 29 KUHD. Isi ikhtisar resmi akta pendirian firma dapat dilihat di
Pasal 26 KUHD yang harus memuat sebagai berikut:
1. Nama, nama kecil, pekerjaan dan tempat tinggal para sekutu firma.
2. Pernyataan firmanya dengan menunjukan apakah persekutuan itu umum ataukah
terbatas pada suatu cabang khusus perusahaan tertentu dan dalam hal terakhir dengan
menunjukan cabang khusus itu.
3. Penunjukan para sekutu yang tidak diperkenankan bertanda tangan atas nama firma.
4. Saat mulai berlakunya persekutuan dan saat berakhirnya.
5. Dan selanjutnya, pada umumnya bagian-bagian dari perjanjiannya yang harus dipakai
untuk menentukan hak-hak pihak ketiga terhadap para sekutu.
Bentuk umumnya perjanjian yang tertuang dalam akta pendirian firma biasanya berisi tentang
hal-hal berikut:
1. Nama dan alamat firma.
2. Jenis usaha firma, misalnya usaha dalam bidang jasa, perdagangan, atau manufaktur.
3. Hak dan kewajiban para anggota, misalnya siapa yang menjadi manajer serta tugas
dan wewenang anggota lainnya.
4. Jumlah modal yang ditanamkan pertama kali oleh para anggota, termasuk uraian
lengkap tentang aktifa non-kas yang diserahkan (bila ada) yang digunakan dalam
operasi firma.
5. Pembagian laba-rugi yang biasanya ditunjukan dalam bentuk rasio antara anggota
yang satu dengan yang lain.
8
6. Syarat-syarat pengambilan modal (prive) dan penambahan modal.
7. Prosedur penerimaan anggota baru firma.
8. Prosedur keluarnya anggota firma.
9. Prosedur pembubaran firma apabila firma di likuidasi.
10. Dan uraian penting lainnya.

Akta dalam pembentukan Firma hanyalah berfungsi sebagai alat bukti untuk
memudahkan pembuktian berdirinya suatu Firma dan perincian hak dan kewajiban masing-
masing anggota. Setelah Firma didirikan, maka Firma harus didaftarkan kepada Panitera
Pengadilan Negeri yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan Firma yang
bersangkutan, dan pendaftaran Firma dapat berupa petikan akta saja (Pasal 23-25 Kitab
Undang-Undang Hukum Dagang, yang diatur lebih lanjut dalam Undang-undang Nomor 3
Tahun 1982 Tentang Wajib Daftar Perusahaan). Apabila akta Firma tersebut tidak didaftarkan
kepada Panitera, maka pendirian Firma tersebut hanya dianggap sebagai persekutuan umum,
didirikan tanpa batas, dianggap tidak ada sekutu yang dikecualikan bertindak atas nama Firma
(Pasal 29 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang) bahkan tiap sekutu berhak menandatangani
dan berbuat perbuatan hukum bagi persekutuannya. Tetapi karena Firma bukan merupakan
badan hukum, maka akta pendirian Firma tidak memerlukan pengesahan dari Departemen
Kehakiman RI.
Pengaturan Firma dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang tidak hanya mengatur
mengenai pendirian Firma, tetapi telah mengatur hingga mengenai pembubaran Firma.
Pembubaran Firma telah diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang terutama di
dalam Pasal 31 hingga Pasal 35, yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Perubahan harus dinyatakan dengan data otentik.
2. Perubahan akta harus didaftarkan kepada Panitra Pengadilan Negri;
3. Perubahan akta harus diumumkan dalam berita negara;
4. Perubahan akta yang tidak diumumkan akan mengikat pihak ketiga;
5. Pemberesan oleh persero adalah pihak lain yang disepakati atau yang ditunjuk oleh
Pengadilan.

2.2.4. Pengertian Bentuk Usaha CV


Persekutuan komanditer (CV) adalah firma yang mempunyai satu ataubeberapa orang
sekutu komanditer.Sekutu komanditer (silent partner) adalah sekutu yang hanya menyerahkan
uang, barang, atau tenaga sebagai pemasukan pada persekutuan, dan tidak turut campur dalam
9
pengurusan atau penguasaan persekutuan. Dia hanya memperoleh keuntungan dari
pemasukannya itu.Tanggung jawabnya terbatas pada jumlah pemasukannya itu. Pasal 19
KUHD mengatakan bahwa perseroan komanditer adalah perseroan menjalankan suatu
perusahaan yang dibentuk antara satu orang atau beberapa orang pesero yang secara lansung
bertanggung jawab untuk seluruhnya pada satu pihak, dan satu orang atau lebih sebagai
pelepasan uang pada pihak lain.
CV berada di antara Firma dan Perseroan Terbatas, dengan demikian, CV adalah
perekutuan dengan setoarn uang, barang tenaga atau sebagai pemasukan para sekutu, dibentuk
oleh satu orang atau lebih anggota aktif yang bertanggung jawab secara renteng, di satu pihak
dengan satu atau lebih orang lain sebagai pelepas uang. Persekutuan komanditer mempunyai
dua macam sekutu, yaitu:
1. Sekutu komplementer (complementary partner)
2. Sekutu komplementer adalah sekutu aktif yang menjadi pengurus persekutuan.
3. Sekutu komanditer (silent partner)
4. Sekutu komanditer adalah sekutu pasif yang tidak ikut mengurus persekutuan.

Kedua macam sekutu ini menyerahkan pemasukan pada persekutuan secara bersama
untuk memperoleh keuntungan bersama dan kerugian juga dipikul bersama secara berimbang
dengan pemasukan masing-masing. Apabila dikaji, ketentuan Pasal 19 Pasal 21 KUHD yang
mengatur tentang firma, jelas bahwa persekutuan komanditer adalah firma dalam bentuk
khusus. Kekhususan itu terletak pada eksistensi sekutu komanditer yang tidak ada pada firma.
Firma hanya mempunyai sekutu aktif yang disebut firmant.

2.2.5. Pertanggungjawaban Hukum dari CV


Dalam melangsungkan kegiatan usahanya, aktivitas bisnis CV dilakukan oleh para pesero
aktifnya. Mereka-lah yang bertanggungjawab untuk melakukan tindakan pengurusan atau
bekerja di dalam perseroan tersebut. Bahkan jika ditarik lebih jauh, para pesero komplementer
ini juga dapat dimintakan tanggung jawab secara tanggung renteng atas perikatan-perikatan
perseroanya. Di sisi lain, para pemberi modal atau pesero komanditer, tidak bisa terlibat dalam
menjalankan aktivitas perusahaan. Hal tersebut diatur secara tegas di dalam Pasal 20 KUHD
yang menjelaskan bahwa pesero komanditer ini tidak boleh melakukan tindakan pengurusan
atau bekerja dalam perusahaan perseroan tersebut, meskipun ada pemberian kuasa sekalipun.
Implikasinya, pesero komanditer tidak perlu ikut memikul beban kerugian yang
jumlahnya lebih besar dari modal yang disetorkannya ke perusahaan. Namun jika pesero
10
komanditer terbukti ikut menjalankan perusahaan sebagaimana yang dilakukan pesero
komplementer dan mengakibatkan kerugian perusahaan, maka sesuai dengan Pasal 21 KUHD,
pesero komanditer ikut bertanggung jawab secara tanggung renteng terhadap semua utang dan
perikatan perseroan tersebut.

2.2.6. Proses Pendirian dan Pembubaran CV


Syarat-syarat untuk mendirikan CV adalah :
1. Adanya perjanjian (pasal 15 KUHD) yakni kesepakatan dari para pihak yang mau
mendirikan usaha.
2. Pendirian oleh minimal 2 (dua) orang dalam di mana dari antara pendiri tersebut ada
yang bertindak sebagai penyuplai modal dan ada yang menyumbang semua potensi
(tenaga dan pikiran) untuk mengurus dan mengelola perusahaan.
3. Adanya akta notaris yang berbahasa Indonesia. Pada waktu pendirian CV, yang harus
dipersiapkan sebelum datang ke notaris adala: (i) Calon nama CV, (ii)Tempat
kedudukan CV, (iii) Nama persero aktif dan persero diam dan (iv)Maksud dan tujuan
yang spesifik dari CV

Untuk mendirikan CV sama dengan PT yaitu dibutuhkan minimal 2 (dua) orang sebagai
Pendiri Perseroan yang juga sekaligus bertindak sebagai Pemilik Perseroan yang terdiri dari
Pesero Aktif dan Pesero Pasif. Para Pendiri CV haruslah Warga Negara Indonesia dan
kepemilikan perseroan 100% dimiliki oleh pengusaha lokal artinya keikutsertaan Warga
Negara Asing tidak diperbolehkan. Setiap Pendirian CV harus dibuat dengan akta otentik
sebagai akta pendiran dan dilakukan oleh Notaris yang berwenang di wilayah Republik
Indonesia. Yang harus di lakukan pertama kali untuk mendirikan Perseroan Komanditer (CV)
adalah menetapkan Kerangka Anggaran Dasar Perseroan sebagai acuan untuk dibuatkan akta
otentik sebagai akta pendirian oleh notaris yang berwenang.
Karena pada hakekatnya persekutuan komanditer adalah persekutuan perdata, maka
berakhirnya persekutuan komanditer adalah sama dengan persekutuan perdata yang diatur
dalam Pasal 1646 sampai dengan 1652 KUHPerdata. Pasal 1646 KUH Perdata menyebutkan
bahwa paling tidak ada 4 hal yang menyebabkan persekutuan berakhir yaitu, lewatnya masa
waktu perjanjian persekutuan, musnahnya barang atau diselesaikannya perbuatan yang menjadi
pokok persekutuan, kehendak dari sekutu, dan jika salah seorang sekutu meninggal atau ditaruh
di bawah pengampuan atau dinyatakan pailit.

11
BAB III
PENUTUP

3.1.Kesimpulan
Perusahaan perorangan ialah suatu bentuk badan usaha pribadi yang memikul risiko
secara pribadi pula atau perorangan. Perusahaan perorangan/Perusahaan dagang merupakan
bentuk peralihan antara bentuk partnership dan dapat pula dimungkinkan sebagai one
man corporation atau een manszaak. Dalam hubungan ini dapat pula diberlakukan pasal 6 dan
pasal 18 Kitab Undang-undang Hukum Dagang.
Pada perusahaan perorangan/Perusahaan dagang tidak terdapat pemisahan antara
kekayaan pribadi pemilik dengan kekayaan perusahaan sehingga utang perusahaan berarti pula
utang pemiliknya, dengan demikian dapat dikatakan pula bahwa seluruh harta kekayaan
pemilik menjadi jaminan bagi semua utang perusahaannya. Oleh karena itu, pemilik
Perusahaan perorangan/ Perusahaan dagang memiliki tanggung jawab yang tidak terbatas.
Maka dari itu, kelebihan Perusahaan perorangan/Perusahaan dagang: Aktivitasnya relatif
sedikit dan sederhana sehingga organisasinya relatif mudah, Biaya organisasinya rendah,
Pendirian dan pembubarannya mudah karena tidak memerlukan formalitas, Seluruh
keuntungan yang diperoleh menjadi hak milik, dan Manajemen-nya relatif fleksibel.

12
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Konsep Firma dan Perseroan.


http://pakdesmart75.wordpress.com/konsep dan perseroan.html. Diakses Tgl 22 September
2017

Anonim. Hukum dasar Firma


http://amar20.files.wordpress.com/2010/11/EkonomiMakalahFirma.html. Diakses Tgl 22
September 2017

Anonim. Konsep CV
http://www.badanhukum.com/service/cvperusahaankomanditerhttp://prosesizin.webs.com/pe
ndiriancv.htm. Diakses Tgl 22 September 2017

13

Anda mungkin juga menyukai