Anda di halaman 1dari 11

BASIC LIFE SUPPORT

PEMBERIAN OBAT SECARA PARENTERAL

VIAL AMPUL
Merupakan wadah dosis tunggal atau multi dosis Merupakan wadah gelas bening degan bagian leher
dengan penutup karet diatasnya menyempit. Berisi obat dosis tunggal dalam bentuk
cair.

Suntikan Subkutan SC Suntikan Intermuskular IM


LOKASI SUNTIKAN: LOKASI SUNTIKAN:
-Lengan pasien saat duduk atau berdiri -Paha (Vastus Lateralis)

-Abdomen pasien saat duduk atau berdiri -Ventrogluteal

-Tungkai pasien saat duduk atau berdiri -Dorsogluteal

-Lengan Atas (Deltoid)

FITRIA AYU MUTIARASARI & AGENG RAHMA/G1G013034-56 Page 1


BASIC LIFE SUPPORT

UKURAN JARUM SUNTIK

SUBKUTAN :
Diameter 25 Sampai 27
Panjang 1.25 Sampai 2.1 Cm

INTRAMUSKULAR:
DEWASA-> Diameter 20 Sampai 30 Dengan Panjang2.5 Sampai 3.75 Cm

ANAK->Diameter 25 Sampai 27 Dengan Panjang 1.25 Sampai 2.5 Cm

TEKNIK PENYUNTIKAN:

SUBKUTAN
Untuk pasien dengan badang sedang, lakukan pencubitan atau pun
tegangkan jaringan sebelum dilakukan injeksi, penusukan jarum pada
jaringan yang tegang akan lebih mudah dari pada yang kendur.
Pencubitan akan menaikkan jaringan subkutan.

Untuk pasien obesitas, cubit kulit pada daerah yang akan dilakukan
injeksi dan suntikkan jarum tepat di bawah lipatan kulit. Pasien
dengan obesitas memiliki kadar lemak yang lebih banyak dibawah
lipatan kulit sehingga pencubitan akan membantu

Lakukan penyuntikan yang cepat dan kuat dengan membentuk sudut


o
45 untuk menghindari ansietas dan ketidaknyamanan pasien.

FITRIA AYU MUTIARASARI & AGENG RAHMA/G1G013034-56 Page 2


BASIC LIFE SUPPORT

INTRAMUSKULAR
o
Bisa dilakukan dengan meregangkan kulit pasien dan suntikan dengan sudut 90 secara
cepat dan kuat.

Jika khawatir obat akan terbuang keluar, atau pun obat akan mengiritasi lakukan
metode Z track dengan cara tarik kulit yang berada disekitar lokasi penyuntikan 2.5
o
sampai 3.5 cm kea rah lateral, injeksikan dengan sudut 90 . Setelah disuntikkan, lepas
tarikan kulit.
TATALAKSANA INJEKSI SC ATAU IM

1. Cuci tangan dan kenakan APD lengkap


2. Ambil alat dan bahan yang dibutuhkan (spuit, jarum, swab antiseptic, vial/ampul, nierbacken)
3. Siapkan bahan suntikan, kecangkan tutup spuit 3 cc, (jika bahan harus diencerkan, terlebih dahulu sedot obat menggunakan spuit yang akan
dicampurkan dan injeksikan ke dalam vial berisi larutan pengencer, tutup jaum kemudian aduk dengan gerakan angka 8), sedot dengan
menggunakan spuit 3 cc, (jika jarum terlalu besar untuk injeksi SC atau IM, ganti jarum dengan jarum yang sesuai), ketuk udara yang terjebak di
dalam spuit dengan jarum dalam keadaan tertutup, mengeluarkan gelembung bisa pula dengan mengalirkan sedikit cairan.
4. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan kepada pasien serta lokasi yang akan dilakukan injeksi.
5. Posisikan pasien sesuai dengan lokasi yang akan dilakukan penyuntikan
6. Ambil swab antiseptik, swab dengan sekali oles pada daerah yang akan diinjeksi atau bisa pula diswab dengan gerakan memutar dari dalam
keluar

7. Suntikkan dengan teknik peyuntikan seperti yang dijelaskan di atas.


8. Lepaskan jarum dari jaringan dan buang bekas jarum suntik.

NB*

Cuma catatan anak iseng doang, kalau ngga guna ngga usah dipake ga usah dibaca kalau kurang namanya manusia maklum tho ya ditambahin sendiri
aja yang bikin manusia banyak kurangnya .

FITRIA AYU MUTIARASARI & AGENG RAHMA/G1G013034-56 Page 3


BASIC LIFE SUPPORT

PEMASANGAN INFUS
Tujuan: Tempat insersi infus
1. Mempertahankan atau mengganti cairan tubuh yang 1. Vena Perifer
mengandung air, elektrolit, vitamin, protein, lemak, dan kalori, - Vena mediana kubiti
yang tidak dapat dipertahankan secara adekuat melalui oral. - Vena sefalika
2. Memperbaiki keseimbangan asam basa - Vena basilica
3. Memperbaiki volume komponen darah - Vena dorsalis pedis
4. Memberikan jalan masuk obat ke dalam tubuh
5. Memonitor tekanan vena sentral
6. Memberikan nutrisi saat sistem pencernaan sedang
diistirahatkan.

TIPE CAIRAN:
1. ISOTONIK
2. HIPERTONIK
3. HIPOTONIK

2. Vena Sentral
- Vena femoralis

FITRIA AYU MUTIARASARI & AGENG RAHMA/G1G013034-56 Page 4


BASIC LIFE SUPPORT

- Vena juguralis interna


- Vena subklavia

ALAT DAN BAHAN


1. INFUS SET
2. Abocath
3. Cairan infus
4. Tourniquet/tensimeter
5. Kapas alcohol
6. Kasa steril
7. Betadine salep
8. Plester
9. Gunting
10. Tiang infus
11. Perlak kecil dan alasnya
TATA LAKSANA INFUS
1. Cuci tangan dan gunakan APD lengkap
2. Verifikasi order terapi IV
3. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada pasien.
4. Persiapkan infus set dan cairan yang akan digunakan, alirkan cairan infus dan keluarkan udara yang ada.
5. Pasang perlak kecil dan alasnya dibawah tangan pasien.
6. Pilih vena yang akan digunakan (biasanya yang digunakan adalah vena metacarpal)

FITRIA AYU MUTIARASARI & AGENG RAHMA/G1G013034-56 Page 5


BASIC LIFE SUPPORT

7. Cara memunculkan vena :


- Palpasi daerah yang akan dipasang infus
- Minta pasien untuk mengepalkan tangannya
- Pasangkan tourniquet sedikitnya 10-15 cm dari lokasi yang akan dicari venanya.
- Alternative lain bisa dengan menggunakan tensi meter pasang sedikit dibawah tekanan sistolik
- Raba vena untuk meyakinkan lokasi injeksi
- Biarkan ekstermitas selama beberapa menit
- Gunakan handuk hangan untuk melembabkan tempat injeksi
8. Swab area yang akan diinjeksi dengan menggunakan swab alcohol.
o
9. Arahkan bevel ke atas dengan sudut 25 , masukkan abbocath jika terasa ringan dan setengah masuk jarum ke vena, longgarkan jarum (akan
keluar darah pada jarum) dan masukkan kanal sampai habis.
10. Ganti jarum infus set dengan kanal, dengan terlebih dahulu lepaskan jarum pada infus set (dalam keadaan cairan infus tidak menetes),
lepaskan jarum pada kanal abbocath dan pasang ke selang infus.
11. Alirkan cairan infus, jika sudah benar maka tidak akan terasa sakit dan tidak terjadi pembengkakan.
12. Fiksasi selang infus dengan menggunakan plaster.
13. Atur kecepatan tetesan infus.
CARA MENGHITUNG KECEPATAN ALIRAN INFUS

FLOW RATE PER JAM


RATE (mL/hour) = VOLUME (mL) /TIME (hour)

FLOW RATE PER MENIT


RATE (mL/menit) = VOLUME (mL) /TIME (hour) X 60

FLOW RATE DALAM DROP (TETES) PERMENIT


RATE (TETES/MENIT) = VOLUME (mL) / (TIME (hour) x 60) x CALIBRATION

NB*

Cuma catatan anak iseng doang, kalau ngga guna ngga usah dipake kalau kurang namanya manusia maklum tho ya ditambahin sendiri aja yang bikin
manusia banyak kurangnya .

FITRIA AYU MUTIARASARI & AGENG RAHMA/G1G013034-56 Page 6


BASIC LIFE SUPPORT

AIRWAY MANAGEMENT
TATALAKSANA MENEMUKAN PASIEN DENGAN KONDISI KEGAWATDARURATAN:
1. CEK 3 AMAN:
- Aman diri
- Aman pasien
- Aman lingkungan
2. CEK respon pasien
- ALERT (refleks pasien saat kita hampiri)
- VOICE (Panggil pasien: pak/bu bisa dengar saya?)
- PAIN (beri rangsang sakit berupa tepukan atau dengan menekan sternum dengan menggunakan buku jari)
- UNCONCIOUS (Pasien tidak sadar)
3. CEK ada tidaknya fraktur servikal, ditandai dengan:
- Adanya trauma capitis (kepala)
- Adanya jejas leher
- Adanya multiple trauma
4. CEK ABC pasien
- AIRWAY
Lakukan LOOK (dekatkan telinga diantara hidung dan mulut pasien dengan mata mengarah pada dada. Lihat pergerakan dada pasien);
LISTEN (dengarkan bunyi aliran nafas, apakah terdapat kondisi SNORING, GURGLING, atau pun STRIDOR); FEEL (rasakan adanya
hembusan udara dari hidung atau pun mulut pasien).
1. Jika terdengar SNORING (lakukan HEAD TILT CHIN LIFT apabila pasien diduga tidak memiliki trauma leher, jika iya lakukan JAW
THRUST)
2. Jika terdengar GURGLING (jika berada di lingkungan medis lakukan suction, jika tidak balut tangan menggunakan kain/handuk/kasa
lalu swab pada RM pasien, bisa juga dengan memiringkan pasien)
3. Jika terdengar STRIDOR (gunakan Oropharingeal airway (OPA) untuk pasien dengan indikasi pasien tidak sadar dan tanpa refleks
muntah. Pemasangan dilakukan dengan cara:
- Ukur panjang OPA dengan menyesuaikan ukuran dari insisivus sampai ke depan telinga
o
- Masukkan OPA mengarah ke palatum, lalu putar 180 dan masukkan ke tenggorokan.
- Cek pernapasan pasien
bisa pula dilakukan NPA (nasopharyngeal airway) untuk pasien dengan indikasi sadar dan memiliki refleks muntah, kontra indikasi
NPA adalah pasien dengan fraktur basis cranii ditandai dengan adanya raccoon eyes (mata lebam) dan keluarnya darah dari hidung
dan telinga), dengan cara:
- Ukur panjang NPA dengan menyesuaikan ukuran dari subnasal sampai ke tragus
- masukkan sampai ke tenggorokan.
- Cek pernapasan pasien
Jika tidak bisa lakukan prosedur cricotiroidektomi

FITRIA AYU MUTIARASARI & AGENG RAHMA/G1G013034-56 Page 7


BASIC LIFE SUPPORT

- BREETHING
Berikan bantuan bantuan pernapasan secara mouth to mouth atau bag valve mask. NORMAL PERNAPASAN 16-20 kali permenit
- CIRCULATION
cek denyut nadi pasien, normalnya 80-100 kali
bebaskan jalur pernapasan pasien, lepaskan tali pinggang.
PENATALAKSANAAN TERSEDAK
1. BACK BLOW
Bungkukkan atau doyongkan tubuh korban ke depan, lalu beri 5 kali dorongan/ tepukan pada punggung (diantara tulang belikat) dengan
menggunakan tumit salah satu tangan. Kalau pada bayi, posisi bayi ditelungkupkan dan ditopang dangan salah satu tangan, lalu tangan yang
satu memberikan dorongan.

2. HEIMLICH MANEUVER (Abdomen thrust)


Jika pasien sadar dan ada penolong
- Penolong berdiri di belakang korban, posisikan tangan penolong memeluk di atas perut korban melalui ketiak
korban.
- Sisi genggaman tangan penolong diletakkan di atas perut korban tepat pada pertengahan antara pusar dan batas
pertemuan iga kiri dan kanan (tulang taju pedang).
- Letakkan tangan lain penolong di atas genggaman pertama lalu hentakan tangan penolong ke arah belakang dan
atas (seperti mengulek) posisi kedua siku penolong ke arah luar, kemudian lakukan hentakan sambil meminta
pasien membantu memuntahkannya.
- Lakukan berulang sampai berhasil, namun tetap harus berhati-hati.

Jika pasien sadar dan tidak ada penolong


jika anda sendiri yang mengalami tersedak dan tidak ada teman/orang lain di sekitar anda, maka anda dapat
melakukan haemlich maneuver sendiri. Caranya adalah anda dapat mencari kursi yang tidak beroda. Anda berdiri
dibelakang, lalu bungkukkan tubuh anda dengan posisi perut menempel pada sandaran kursi. Lakukan hentakan
sendiri.

FITRIA AYU MUTIARASARI & AGENG RAHMA/G1G013034-56 Page 8


BASIC LIFE SUPPORT

Jika pasien tidak sadar dalam keadaan tersedak


Ketika kita sudah berusaha melakukan haemlich maneuver tetapi korban tiba-tiba pingsan dan sumbatan belum juga
keluar, segera lakukan abdominal thrust. Caranya adalah tidurkan korban dengan posisi telentang, lalu penolong berlutut
diantara dua kaki korban. Letakkan punggung tangan penolong diantara tulang taju pedang dan pusar korban, lalu kaitkan
dengan tangan penolong satunya lalu lakukan gerakan mendorong ke arah kepala korban.

Kontraindikasi Abdominal thrust adalah kehamilan tua dan bayi serta dewasa yang gemuk. Dianjurkan lebih baik
menggunakan chest thrust (kompresi dada) atau back blows atau back slap yaitu dengan menepuk atau memukul punggung pada pertengahan
daerah diantara kedua scapula.

NB*

Cuma catatan anak iseng doang, kalau ngga guna ngga usah dipake kalau kurang namanya manusia maklum tho ya ditambahin sendiri aja yang bikin
manusia banyak kurangnya .

FITRIA AYU MUTIARASARI & AGENG RAHMA/G1G013034-56 Page 9


BASIC LIFE SUPPORT

CARDIOPULMONARY RESUSCITATION
Tanda-tanda penderita henti jantung:
1. Pasien tidak sadar
2. Detak jantung negative
3. Denyut nadi yang besar tidak teraba, seperti a. carotis, a. femoralis
4. Pasien henti napas atau gasping
5. Pupul melebar
6. Death like appearance
7. Gambaran EKG berupa fibrilasi ventrikel, asistol, dan disosiasi
TATALAKSANA CPR
1. CEK 3 AMAN:
- Aman diri
- Aman pasien
- Aman lingkungan
2. CEK respon pasien
- ALERT (refleks pasien saat kita hampiri)
- VOICE (Panggil pasien: pak/bu bisa dengar saya?)
- PAIN (beri rangsang sakit berupa tepukan atau dengan menekan sternum dengan menggunakan buku jari)
- UNCONCIOUS (Pasien tidak sadar)
3. Call for emergency (yang penting disampaikan : nama penelpon, no hp, jumlah korban, lokasi kejadian, kondisi
korban, harap segera mengirimkan bantuan).
4. Cek nadi pasien pada a. carotis (2 cm dilateral central cervical), jika tidak teraba dalam 10 detik lakukan CPR
5. Lakukan kompresi sebanyak 30 kali dengan cara:
- Lokasi penekanan pada area, dua jari di atas proxesus xifoideus.
Penekanan dilakukan dengan menggunakan pangkal telapak tangan. Dengan posisi satu tangan diatas tangan yang
lain.
- Tekanan pada tulang dada dilakukan sedemikian rupa sehingga masuk 3-4 cm (pada orang dewasa).
- Jaga lengan penolong agar tetap lurus, sehingga yang menekan adalah bahu (atau lebih tepat tubuh bagian atas)
dan bukan tangan atau siku.
- Pastikan tekanan lurus ke bawah pada tulang dada karena jika tidak, tubuh dapat tergelincir dan tekanan untuk
mendorong akan hilang.
Gunakan berat badan saat kita berikan tekanan.
- Dorongan yang terlalu besar akan mematahkan tulang dada
- Waktu untuk menekan dan waktu untuk melepas harus sama waktunya.
- Berikan kompresi 30x dengan kecepatan 80-100x/menit
- Setiap 30 kali kompresi harus dikombinasikan dengan napas buatan
6. Lakukan napas buatan dengan cara:
- Setiap akhir 30x kompresi diselingi dengan 1-1,5 detik napas buatan.

FITRIA AYU MUTIARASARI & AGENG RAHMA/G1G013034-56 Page 10


BASIC LIFE SUPPORT

- Rangkaian 30 kali kompresi dan 2 kali napas buatan diulang selama 5 kali siklus baru lakukan evaluasi nadi.
- Lakukan head tilt chin lift (jika pasien tidak mengalami trauma leher)
- Pencet hidung korban, lingkari mulut korban dengan mulut anda secara ketat-> gunakan mouth to mouth mask
- Hembuskan napas pelan dan dalam sampai melihat dada penderita naik
- Batas waktu antara napas pertama dan kedua 1,5 detik
7. Cek nadi -> jika teraba cek pernapasan -> jika ada gangguan jalan napas, bersihkan. Jika kurang adekuat lakukan RESCUE
BREATHING
- Lakukan head tilt chin lift (jika pasien tidak mengalami trauma leher)
- Pencet hidung korban, lingkari mulut korban dengan mulut anda secara ketat-> gunakan mouth to mouth mask
- Hembuskan napas pelan dan dalam sampai melihat dada penderita naik, lakukan sebanyak 20 kali (1,2,3,4,5 (1)., 1,2,3,4,5
(2)., dst)
8. Cek nadi dan pernapasan, jika sudah adekuat posisikan pasien mantap

9. Cek nadi dan pernapasan setiap 2 menit sekali.


Tanda-tanda keberhasilan RJP: Kapan harus berhenti melakukan RJP:
1. Dada harus naik dan turun dengan setiap tiupan (ventilasi). 1. Ketika datang bantuang yang lebih memadai
2. Pupil bereaksi atau tampak berubah normal (pupil harus 2. Ketika penolong kelelahan
mengecil saat diberikan cahaya). 3. Korban pulih
3. Denyut jantung kembali terdengar Reflek pernapasan spontan 4. Lingkungan tidak aman
4. Dapat terlihat Kulit penderita pucat berkurang atau kembali 5. Perintah dokter
normal. 6. Henti jantung lebih dari 30 menit
5. Penderita dapat menggerakkan tangan atau kakinya
6. Penderita berusaha untuk menelan
7. Penderita menggeliat atau memberontak

FITRIA AYU MUTIARASARI & AGENG RAHMA/G1G013034-56 Page 11

Anda mungkin juga menyukai