VIAL AMPUL
Merupakan wadah dosis tunggal atau multi dosis Merupakan wadah gelas bening degan bagian leher
dengan penutup karet diatasnya menyempit. Berisi obat dosis tunggal dalam bentuk
cair.
SUBKUTAN :
Diameter 25 Sampai 27
Panjang 1.25 Sampai 2.1 Cm
INTRAMUSKULAR:
DEWASA-> Diameter 20 Sampai 30 Dengan Panjang2.5 Sampai 3.75 Cm
TEKNIK PENYUNTIKAN:
SUBKUTAN
Untuk pasien dengan badang sedang, lakukan pencubitan atau pun
tegangkan jaringan sebelum dilakukan injeksi, penusukan jarum pada
jaringan yang tegang akan lebih mudah dari pada yang kendur.
Pencubitan akan menaikkan jaringan subkutan.
Untuk pasien obesitas, cubit kulit pada daerah yang akan dilakukan
injeksi dan suntikkan jarum tepat di bawah lipatan kulit. Pasien
dengan obesitas memiliki kadar lemak yang lebih banyak dibawah
lipatan kulit sehingga pencubitan akan membantu
INTRAMUSKULAR
o
Bisa dilakukan dengan meregangkan kulit pasien dan suntikan dengan sudut 90 secara
cepat dan kuat.
Jika khawatir obat akan terbuang keluar, atau pun obat akan mengiritasi lakukan
metode Z track dengan cara tarik kulit yang berada disekitar lokasi penyuntikan 2.5
o
sampai 3.5 cm kea rah lateral, injeksikan dengan sudut 90 . Setelah disuntikkan, lepas
tarikan kulit.
TATALAKSANA INJEKSI SC ATAU IM
NB*
Cuma catatan anak iseng doang, kalau ngga guna ngga usah dipake ga usah dibaca kalau kurang namanya manusia maklum tho ya ditambahin sendiri
aja yang bikin manusia banyak kurangnya .
PEMASANGAN INFUS
Tujuan: Tempat insersi infus
1. Mempertahankan atau mengganti cairan tubuh yang 1. Vena Perifer
mengandung air, elektrolit, vitamin, protein, lemak, dan kalori, - Vena mediana kubiti
yang tidak dapat dipertahankan secara adekuat melalui oral. - Vena sefalika
2. Memperbaiki keseimbangan asam basa - Vena basilica
3. Memperbaiki volume komponen darah - Vena dorsalis pedis
4. Memberikan jalan masuk obat ke dalam tubuh
5. Memonitor tekanan vena sentral
6. Memberikan nutrisi saat sistem pencernaan sedang
diistirahatkan.
TIPE CAIRAN:
1. ISOTONIK
2. HIPERTONIK
3. HIPOTONIK
2. Vena Sentral
- Vena femoralis
NB*
Cuma catatan anak iseng doang, kalau ngga guna ngga usah dipake kalau kurang namanya manusia maklum tho ya ditambahin sendiri aja yang bikin
manusia banyak kurangnya .
AIRWAY MANAGEMENT
TATALAKSANA MENEMUKAN PASIEN DENGAN KONDISI KEGAWATDARURATAN:
1. CEK 3 AMAN:
- Aman diri
- Aman pasien
- Aman lingkungan
2. CEK respon pasien
- ALERT (refleks pasien saat kita hampiri)
- VOICE (Panggil pasien: pak/bu bisa dengar saya?)
- PAIN (beri rangsang sakit berupa tepukan atau dengan menekan sternum dengan menggunakan buku jari)
- UNCONCIOUS (Pasien tidak sadar)
3. CEK ada tidaknya fraktur servikal, ditandai dengan:
- Adanya trauma capitis (kepala)
- Adanya jejas leher
- Adanya multiple trauma
4. CEK ABC pasien
- AIRWAY
Lakukan LOOK (dekatkan telinga diantara hidung dan mulut pasien dengan mata mengarah pada dada. Lihat pergerakan dada pasien);
LISTEN (dengarkan bunyi aliran nafas, apakah terdapat kondisi SNORING, GURGLING, atau pun STRIDOR); FEEL (rasakan adanya
hembusan udara dari hidung atau pun mulut pasien).
1. Jika terdengar SNORING (lakukan HEAD TILT CHIN LIFT apabila pasien diduga tidak memiliki trauma leher, jika iya lakukan JAW
THRUST)
2. Jika terdengar GURGLING (jika berada di lingkungan medis lakukan suction, jika tidak balut tangan menggunakan kain/handuk/kasa
lalu swab pada RM pasien, bisa juga dengan memiringkan pasien)
3. Jika terdengar STRIDOR (gunakan Oropharingeal airway (OPA) untuk pasien dengan indikasi pasien tidak sadar dan tanpa refleks
muntah. Pemasangan dilakukan dengan cara:
- Ukur panjang OPA dengan menyesuaikan ukuran dari insisivus sampai ke depan telinga
o
- Masukkan OPA mengarah ke palatum, lalu putar 180 dan masukkan ke tenggorokan.
- Cek pernapasan pasien
bisa pula dilakukan NPA (nasopharyngeal airway) untuk pasien dengan indikasi sadar dan memiliki refleks muntah, kontra indikasi
NPA adalah pasien dengan fraktur basis cranii ditandai dengan adanya raccoon eyes (mata lebam) dan keluarnya darah dari hidung
dan telinga), dengan cara:
- Ukur panjang NPA dengan menyesuaikan ukuran dari subnasal sampai ke tragus
- masukkan sampai ke tenggorokan.
- Cek pernapasan pasien
Jika tidak bisa lakukan prosedur cricotiroidektomi
- BREETHING
Berikan bantuan bantuan pernapasan secara mouth to mouth atau bag valve mask. NORMAL PERNAPASAN 16-20 kali permenit
- CIRCULATION
cek denyut nadi pasien, normalnya 80-100 kali
bebaskan jalur pernapasan pasien, lepaskan tali pinggang.
PENATALAKSANAAN TERSEDAK
1. BACK BLOW
Bungkukkan atau doyongkan tubuh korban ke depan, lalu beri 5 kali dorongan/ tepukan pada punggung (diantara tulang belikat) dengan
menggunakan tumit salah satu tangan. Kalau pada bayi, posisi bayi ditelungkupkan dan ditopang dangan salah satu tangan, lalu tangan yang
satu memberikan dorongan.
Kontraindikasi Abdominal thrust adalah kehamilan tua dan bayi serta dewasa yang gemuk. Dianjurkan lebih baik
menggunakan chest thrust (kompresi dada) atau back blows atau back slap yaitu dengan menepuk atau memukul punggung pada pertengahan
daerah diantara kedua scapula.
NB*
Cuma catatan anak iseng doang, kalau ngga guna ngga usah dipake kalau kurang namanya manusia maklum tho ya ditambahin sendiri aja yang bikin
manusia banyak kurangnya .
CARDIOPULMONARY RESUSCITATION
Tanda-tanda penderita henti jantung:
1. Pasien tidak sadar
2. Detak jantung negative
3. Denyut nadi yang besar tidak teraba, seperti a. carotis, a. femoralis
4. Pasien henti napas atau gasping
5. Pupul melebar
6. Death like appearance
7. Gambaran EKG berupa fibrilasi ventrikel, asistol, dan disosiasi
TATALAKSANA CPR
1. CEK 3 AMAN:
- Aman diri
- Aman pasien
- Aman lingkungan
2. CEK respon pasien
- ALERT (refleks pasien saat kita hampiri)
- VOICE (Panggil pasien: pak/bu bisa dengar saya?)
- PAIN (beri rangsang sakit berupa tepukan atau dengan menekan sternum dengan menggunakan buku jari)
- UNCONCIOUS (Pasien tidak sadar)
3. Call for emergency (yang penting disampaikan : nama penelpon, no hp, jumlah korban, lokasi kejadian, kondisi
korban, harap segera mengirimkan bantuan).
4. Cek nadi pasien pada a. carotis (2 cm dilateral central cervical), jika tidak teraba dalam 10 detik lakukan CPR
5. Lakukan kompresi sebanyak 30 kali dengan cara:
- Lokasi penekanan pada area, dua jari di atas proxesus xifoideus.
Penekanan dilakukan dengan menggunakan pangkal telapak tangan. Dengan posisi satu tangan diatas tangan yang
lain.
- Tekanan pada tulang dada dilakukan sedemikian rupa sehingga masuk 3-4 cm (pada orang dewasa).
- Jaga lengan penolong agar tetap lurus, sehingga yang menekan adalah bahu (atau lebih tepat tubuh bagian atas)
dan bukan tangan atau siku.
- Pastikan tekanan lurus ke bawah pada tulang dada karena jika tidak, tubuh dapat tergelincir dan tekanan untuk
mendorong akan hilang.
Gunakan berat badan saat kita berikan tekanan.
- Dorongan yang terlalu besar akan mematahkan tulang dada
- Waktu untuk menekan dan waktu untuk melepas harus sama waktunya.
- Berikan kompresi 30x dengan kecepatan 80-100x/menit
- Setiap 30 kali kompresi harus dikombinasikan dengan napas buatan
6. Lakukan napas buatan dengan cara:
- Setiap akhir 30x kompresi diselingi dengan 1-1,5 detik napas buatan.
- Rangkaian 30 kali kompresi dan 2 kali napas buatan diulang selama 5 kali siklus baru lakukan evaluasi nadi.
- Lakukan head tilt chin lift (jika pasien tidak mengalami trauma leher)
- Pencet hidung korban, lingkari mulut korban dengan mulut anda secara ketat-> gunakan mouth to mouth mask
- Hembuskan napas pelan dan dalam sampai melihat dada penderita naik
- Batas waktu antara napas pertama dan kedua 1,5 detik
7. Cek nadi -> jika teraba cek pernapasan -> jika ada gangguan jalan napas, bersihkan. Jika kurang adekuat lakukan RESCUE
BREATHING
- Lakukan head tilt chin lift (jika pasien tidak mengalami trauma leher)
- Pencet hidung korban, lingkari mulut korban dengan mulut anda secara ketat-> gunakan mouth to mouth mask
- Hembuskan napas pelan dan dalam sampai melihat dada penderita naik, lakukan sebanyak 20 kali (1,2,3,4,5 (1)., 1,2,3,4,5
(2)., dst)
8. Cek nadi dan pernapasan, jika sudah adekuat posisikan pasien mantap