Anda di halaman 1dari 4

DERMATOFITOSIS

No. Dokumen : /SOP/UKP.VII/2017


No. Revisi :0
Pemerintah SOP Tanggal Terbit : 01/04/2017
Kota Halaman : 1/3 UPT. Puskesmas
Pangkalpinang Kacang Pedang
Ditetapkan : drg. HELEN
01/04/2017 NIP 198012092009032003
1. Pengertian Dermatofitosis adalah infeksi jamur dermatofita yang memiliki sifat
mencernakan keratin di jaringan yang mengandung zat tanduk,
misalnya stratum korneum pada epidermis, rambut, dan kuku.
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk dapat memahami
dan memberikan pengobatan yang tepat pada pasien Dermatofitosis.
3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala UPT. Puskesmas Kacang Pedang Nomor
/SK/UKP.VII/UPT.Pusk KP/III/2017 tentang Pelayanan Klinis.
4. Referensi Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Primer tahun 2014.
5. Prosedur 1. Petugas menyapa pasien,
2. Petugas memastikan identitas rekam medis sesuai dengan pasien
yang sedang diperiksa,
3. Petugas melakukan hand hygiene sebelum memeriksa pasien,
4. Petugas menggunakan APD,
5. Petugas melakukan anamnesis (auto/allo) tentang keluhan pasien ;
Pada sebagian besar infeksi dermatofita, pasien datang dengan
bercak merah bersisik yang gatal. Adanya riwayat kontak dengan
orang yang mengalami dermatofitosis.
Faktor Risiko ;
a. Lingkungan yang lembab dan panas,
b. Imunodefisiensi,
c. Obesitas,
d. Diabetes Melitus.
Klasifikasi dermatofitosis yang praktis adalah berdasarkan lokasi,
yaitu antara lain:
a. Tinea kapitis, dermatofitosis pada kulit dan rambut kepala,
b. Tinea barbae, dermatofitosis pada dagu dan jenggot,
c. Tinea kruris, pada daerah genitokrural, sekitar anus, bokong,
dan perut bagian bawah,
d. Tinea pedis et manum, pada kaki dan tangan,
e. Tinea unguium, pada kuku jari tangan dan kaki,
f. Tinea korporis, pada bagian lain yang tidak termasuk bentuk 5
tinea di atas. Bila terjadi di seluruh tubuh disebut dengan tinea
imbrikata.
6. Petugas melakukan pemeriksaan fisik dan penunjang :
a. Pemeriksaan Fisik
Lesi berbentuk infiltrat eritematosa, berbatas tegas, dengan
bagian tepi yang lebih aktif daripada bagian tengah, dan
konfigurasi polisiklik. Lesi dapat dijumpai di daerah kulit

2/3
berambut terminal, berambut velus (glabrosa) dan kuku.
b. Pemeriksaan Penunjang
Bila diperlukan, dapat dilakukan pemeriksaan mikroskopis
dengan KOH, akan ditemukan hifa panjang dan artrospora.
7. Petugas melakukan hand hygiene setelah memeriksa pasien.
8. Petugas menegakkan diagnosa :
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
fisik. Bila diperlukan dilakukan pemeriksaan penunjang.
Diagnosis Banding ;
a. Tinea Korporis
Dermatitis numularis, Pytiriasis rosea, Erythema annulare
centrificum, Granuloma annulare
b. Tinea Kruris
Kandidiasis, Dermatitis intertrigo, Eritrasma
c. Tinea Pedis
Hiperhidrosis, Dermatitis kontak, Dyshidrotic eczema
d. Tinea Manum
Dermatitis kontak iritan, Psoriasis
e. Tinea Fasialis
Dermatitis seboroik, Dermatitis kontak.
9. Petugas memberikan penanganan :
A. Hygiene diri harus terjaga, dan pemakaian handuk/pakaian
secara bersamaan harus dihindari,
B. Untuk lesi terbatas, diberikan pengobatan topikal, yaitu dengan:
antifungal topikal seperti krim klotrimazol, mikonazol, atau
terbinafin yang diberikan hingga lesi hilang dan dilanjutkan 1-2
minggu kemudian untuk mencegah rekurensi,
C. Untuk penyakit yang tersebar luas atau resisten terhadap terapi
topikal, dilakukan pengobatan sistemik dengan:
a. Griseofulvin dapat diberikan dengan dosis 0,5-1 g per hari
untuk orang dewasa dan 0,25 0,5 g per hari untuk anak-
anak atau 10-25 mg/kgBB/hari, terbagi dalam 2 dosis,
b. Golongan azol, seperti Ketokonazol: 200 mg/hari;
Itrakonazol: 100 mg/hari atau Terbinafin: 250 mg/hari.

3/3
Pengobatan diberikan selama 10-14 hari pada pagi hari setelah
makan.
10. Petugas melakukan konseling dan edukasi :
Edukasi mengenai penyebab dan cara penularan penyakit. Edukasi
pasien dan keluarga juga untuk menjaga hygiene tubuh, namun
penyakit ini bukan merupakan penyakit yang berbahaya.
11. Petugas memberikan kriteria rujukan :
a. Penyakit tidak sembuh dalam 10-14 hari setelah terapi,
b. Terdapat imunodefisiensi,
c. Terdapat penyakit penyerta yang menggunakan multifarmaka.
1. Klinik Umum
2. Klinik PKPR
3. Klinik MTBS
6. Unit Terkait
4. Klinik Lansia
5. Klinik Kesehatan Lingkungan
6. Kamar Obat

4/3

Anda mungkin juga menyukai