PENDAHULUAN
Jenis-jenis bahan yang dapat digunakan sebagai absorben adalah air (untuk
gas-gas yang dapat larut, atau untuk pemisahan partikel debu dan tetesan cairan),
natrium hidroksida (untuk gas-gas yang dapat bereaksi seperti asam) dan asam
sulfat (untuk gas-gas yang dapat bereaksi seperti basa).
Keluaran dari absorber pada tingkat I mengandung larutan dari gas yang
dimasukkan tadi.
Proses Pengolahan Kembali Pelarut Dalam Proses Kolom Absorber
1. Konfigurasi reactor akan berbeda dan disesuaikan dengan sifat alami dari
pelarut yang digunakan
2. Aspek Thermodynamic (suhu dekomposisi dari pelarut),Volalitas
pelarut,dan aspek kimia/fisika seperti korosivitas, viskositas,toxisitas, juga
termasuk biaya, semuanya akan diperhitungkan ketika memilih pelarut
untuk spesifik sesuai dengan proses yang akan dilakukan.
3. Ketika volalitas pelarut sangat rendah, contohnya pelarut tidak muncul
pada aliran gas, proses untuk meregenerasinya cukup sederhana yakni
dengan memanaskannya.
Jika laju reaksi pembentukan Na2CO3 jauh lebih besar dibandingkan laju
difusi CO2 kedalam larutan NaOH, maka konsentrasi CO2 pada batas film cairan
dengan bahan utama cairan adalah nol. Hal ini disebabkan oleh konsentrasi CO2
yang sangat cepat selama reaksi di sepanjang film. Pada reaksi instan (sangat
cepat) bilangan Ha (Ha = CL{K1,Cb}1/DA>>>1), maka konsentrasi reaktan akan
habis pada posisi X*<L, hal ini berakibat [A]2 = 0. Letak X* adalah suatu tempat
dimana fluks A dari antar muka dan B dari bagian utama cairan berada pada
perbandingan stokiometri. Pada kasus ini, perbandingan stokiometri A terhadap B
adalah 1 : 2, berlaku persamaan : Dengan enchancement faktor (E) = 1 + dengan
Tebal film (X*) dapat ditentukan dengan menganggap bahwa semua CO 2 yang
berpindah fase dari gas ke cair habis bereaksi di sepanjang film.
BAB III
3.1 Penyerapan Gas CO2 Menggunakan Variasi Laju Alir Air dan Variasi
Laju Alir CO2 dengan Laju Aliran Udara 80 L/menit
Absorpsi gas merupakan suatu proses perpindahan massa antar fase, dimana
salah satu atau beberapa komponen dalam campuran gas diserap oleh cairan
penyerap tertentu. Pada percobaan fasa cair atau yang berperan sebagai penyerap
gas CO2 adalah air. NaOH 1 N yang diambil sebanyak 250 mL digunakan untuk
mengukur banyaknya CO2 yang terserap pada air. Pada percobaan laju alir air
yang digunakan adalah bervariasi yaitu 1 L/menit, 2 L/menit, 3 L/menit, dan
4L/menit, laju alir CO2 yang digunakan juga bervariasi yakni 4 L/menit, dan 2
L/menit, namun pada laju alir udara yang digunakan adalah tetap yaitu 80
L/menit. Percobaan ini dilakukan tiga kali pengulangan untuk mendapatkan
volume CO2 yang terserap benar-benar akurat. Pada tabel 3.1 dapat dilihat data
hasil percobaan yang telah dilakukan.
Tabel 3.1 Penyerapan gas CO2
F1 F3 V2 rata-rata (mL)
(L/min) F2(L/min) (L/min) V1 (mL) S1 S2 S3
1 80 2 40 0,3 0,4 1,03
2 80 2 40 1 1,13 1,4
3 80 2 40 0,63 0,8 0,9
4 80 2 40 0,83 1,07 1,27
1 80 4 40 0,23 0,43 0,7
2 80 4 40 0,43 0,43 0,8
3 80 4 40 0,37 0,7 1
4 80 4 40 0,4 0,8 1,3
1.6
V2 pada valve S1, S2, dan S3 (ml)
1.4
1.2
1
0.8 S1
0.6 S2
0.4 S3
0.2
0
0 1 2 3 4 5
Kecepatan Alir Air (mL)
Berdasarkan Gambar 3.1 dapat dilihat bahwa volume gas CO2 yang
terabsorpsi (V2) lebih banyak pada valve S3. Hal ini disebabkan karena posisi S1
berada di menara isian bagian atas, sehingga gas CO2 yang di alirkan dari bawah
menara isian sedikit yang sampai pada S1, maka gas CO2 yang terserap hanya
sedikit. Sedangkan pada posisi S2 yang berada di menara isian bagian tengah, gas
CO2 yang diserapnya lebih besar dibanding penyerapan pada S1, karena jumlah
gas yang di alirkan dari bawah menara isian sama dengan jumlah air yang
dialirkan dari atas menara isian, sehingga banyak gas yang diserap oleh air. Dan
pada posisi S3 yang berada di menara isian bagian bawah, gas CO2 yang
diserapnya lebih banyak dibanding S1dan S2. Karena posisinya yang dekat
dengan pemasukan gasnya.
3.2 Fraksi mol dan fraksi volume CO2 yang diambil dari valve S3
Jika dibandingkan jumlah CO2 yang terserap antara valve S3 dan valve S1
dengan jumlah CO2 yang terserap antara valve S3 dan S2 didapati perbedaan yang
tidak begitu signifikan, hal ini dikarenaka didalam menara isian terdapat benda
padat yang disusun sedemikian rupa untuk menghasilkan luas permukaan kontak
antar fasa gas liquid yang sebesar-besarnya.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Penyerapan CO2 terbesar antara katup S1, S2, dan S3 terletak pada katup S3
(kolom bagian bawah) dengan menggunakan lau lir air (F1) 2 L/menit, laju
alir CO2(F3) 2 L/menit dan variasi laju alir udara (F2) yaitu 80 L/menit
selam 3 kali pengulangan dengan rata-ratanya adalh 1 ml, 1,13 ml, 1,4 ml.
2. Semakin besar debit aliran udara yang diberikan, maka volume gas CO2
yang terserap semakin kecik atau sedikit
3. Ketika laju alir udara yang nilainya tetap, maka pada S2 akan memberikan
efek, karena besarnya aliran udara akan terjadi penyerapan gas CO2 yang
semakin besar, dan berbanding lurus dengan udar dan berbanding terbalik
dengan aliaran air
4.2 Saran
1. Pratikan seharusnya lebih teliti dalam membaca skala volume CO2 yang
terserap
Kata kunci : Absorpsi gas, CO2, Hempl Analysis, Menara isian, NaOH
DAFTAR PUSTAKA
Brown, G.G, 1950, Unit Operation . John Willey & Sons inc, New York
Perry, RH. 1984. Chemical Enginering Hnad Book 6th ed. Mc Graw Hill
book. Co. Singapore