Anda di halaman 1dari 9

UJRME 1 (1) (2012)

Unnes Journal of Research Mathematics Education


http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujrme

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN


PENDEKATAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN
KETERAMPILAN HIGHER ORDER THINKING

T. Setiawan, Sugianto, dan I. Junaedi

Program Studi Matematika, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Info Artikel Abstrak


Sejarah Artikel: Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan perangkat pembelajaran
Diterima Januari 2012 matematika dengan pendekatan problem based learning untuk meningkatkan keter-
Disetujui Februari 2012 ampilan higher order thinking siswa pada materi bangun ruang sisi datar kelas VIII.
Dipublikasikan Juni 2012
Masalah yang diteliti adalah bagaimana mendapatkan perangkat pembelajaran
Keywords: matematika yang valid dan efektif dalam implementasinya. Penelitian ini meru-
Learning Instrument pakan penelitian pengembangan dengan fokus penelitian yaitu: mengembangkan
Problem Based Learning perangkat pembelajaran matematika materi bangun ruang sisi datar dengan pen-
Approach dekatan problem based learning yang untuk meningkatkan keterampilan higher order
Higher Order thinking siswa dan menguji efektivitas pembelajaran di lapangan. Uji coba terbatas
Thinking Ability. di lapangan dipilih subjek penelitian siswa kelas VIII MTsN Margadana Kota Tegal.
Hasil penelitian menunjukkan: perangkat pembelajaran adalah valid dan efektif.

Abstract
This study is research and development of mathematic learning instrument problem
based learning approach ti improve the students higher order thinking ability on the
subject matter of polyhedron for the VIII class. The problem to observe is how to
get the effective and valid mathematic learning instrument in its implementation.
This research is the Reserach and Development model with the focus: developing
mathematic learning instrument on subject matter of polyhedron using problem
baed learning for improving the students higher order thinking ability and examine
the effectiveness on the field. VIII MTsN Margadana Kta Tegal is chosen as the
limited field trial. The research comes into finding that: the learning instrument is
valid and effective.

2012 Universitas Negeri Semarang

Alamat korespondensi: ISSN 2252-6455


Kampus Unnes Bendan Ngisor Semarang 50233
E-mail: setiawan@unnes.ac.id
T. Setiawan dkk. / Unnes Journal of Research Mathematics Education 1 (1) (2012)

Pendahuluan 1994 dalam Liu, 2005). Pembelajaran problem


based learning memberikan hasil retensi konten
Dewasa ini terjadi peningkatan peneka- long term lebih tinggi daripada pengajaran kon-
nan pada pemecahan masalah dalam kurikulum vensional (Norman & Schmidt, 1992 dalam Liu,
matematika di kawasan Asia Tenggara (Curricu- 2005). Penelitian menunjukkan bahwa pendeka-
lum Planning and Development Division, 2001 da- tan problem based learning dapat meningkatkan
lam Hock, 2008: 1). Pembelajaran matematika keterampilan berpikir kreatif siswa dibandingkan
di Indonesia kurang mementingkan pemecahan dengan pendekatan belajar konvensional (Awang
masalah. Kartasasmita (2007 dalam Depdiknas, & Ramly, 2008). Pembelajaran problem based lear-
2007: 7) mengatakan, kurikulum matematika ning memiliki karakteristik: (1) pembelajaran
yang dikembangkan dan implementasinya da- yang berpusat pada siswa, (2) membentuk masa-
lam proses belajar mengajar hendaknya mene- lah otentik untuk fokus pada belajar; (3) informa-
kankan pemecahan masalah dan pengembangan si baru diperoleh melalui belajar secara mandiri,
beragam kompetensi konkret matematika, bukan (4) belajar terjadi dalam kelompok kecil, dan (5)
pengetahuan atau materi matematika. guru bertindak sebagai fasilitator (Barrows, 1996
Soedjadi (2000) mengatakan, proses pem- dalam Liu, 2005).
belajaran matematika di sekolah masih menggu- Esensi kehidupan adalah situasi pemeca-
nakan pendekatan tradisional atau mekanistik, han masalah. Sehingga penting untuk mengenal-
yakni seorang guru secara aktif mengajarkan kan dan membiasakan siswa mengasah kemam-
matematika, kemudian memberikan contoh puan memecahkan masalah, baik masalah routine
dan latihan, siswa berfungsi seperti mesin, siswa maupun masalah non-routine. Sebagian besar ma-
mendengar, mencatat, dan mengerjakan latihan. salah di dunia ini adalah masalah non-routine
Eksplorasi pengetahuan awal siswa tidak dila- yang strukturnya tidak teratur (ill-structured prob-
kukan. US-AID (2008: 47) mengatakan, dalam lem) dan penyelesaiannya memungkinkan meng-
pembelajaran di kelas guru tidak mengaitkan gunakan algoritma unfamiliar. Klavir & Hershko-
dengan skema yang telah dimiliki siswa dan sis- vitz (2008: 3) mengatakan, masalah matematika
wa kurang diberikan kesempatan untuk menemu- open-ended mematahkan stereotipe bahwa setiap
kan kembali dan mengkonstruksi sendiri ide-ide masalah hanya mempunyai satu solusi yang te-
matematika. Menurut Hudoyo (2005), pembe- pat. Menurut Thompson (2008), pembelajaran
lajaran di kelas dapat dikaitkan dengan masalah matematika di sekolah umumnya menekankan
yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. soal routine yaitu soal yang strukturnya teratur
Gallagher & Stepien (1994 dalam Liu, 2005: 2) (well-structured problem) yang dipresentasikan se-
mengatakan, salah satu pendekatan pembelaja- cara jelas dan memuat semua informasi yang
ran yang mendukung pengembangan kemampu- diperlukan serta membutuhkan algoritma yang
an pemecahan masalah adalah pendekatan prob- familiar untuk menyelesaikannya.
lem based learning. US-AID (2008: 32) menganjurkan, kegia-
Pada pengajaran konvensional, siswa tan belajar matematika hendaknya meliputi ke-
memperoleh pengetahuan melalui sajian materi terampilan perhitungan routine dan non-routine
guru. Masalah digunakan sekedar sebagai sa- serta berpikir tingkat tinggi (higher order thinking)
rana penerapan teori guru atau sekedar untuk yang melibatkan aspek pemecahan masalah dan
mendemonstrasikan kemampuan siswa. Pada penalaran matematika. Penyelesaian masalah ill-
pembelajaran problem based learning, siswa mem- structured problem dan soal non-routine memerlu-
peroleh pengetahuan pada saat memecahkan kan pemikiran tingkat tinggi (higher order thinking)
masalah melalui belajar mandiri dan kelompok. untuk menyelesaikannya.
Pembelajaran problem based learning dimulai den- Perencanaan dan pengembangan masalah
gan memberikan masalah kepada siswa. Karena yang dapat merangsang aktivitas higher order thin-
termotivasi oleh masalah yang menantang, maka king merupakan tahap yang sangat menentukan
siswa mengeksplorasi bekal pengetahuannya dan keberhasilan pembelajaran problem based learning.
mengembangkannya sampai memperoleh solusi. Menurut Weiss (2003), kriteria masalah yang
Proses belajar mandiri seperti itu sama sekali ber- dapat merangsang aktivitas higher order thinking
beda dengan proses pengajaran konvensional. antara lain: (1) masalah harus berdasarkan ana-
Pembelajaran problem based learning telah lisis konten pengetahuan siswa saat ini, sehingga
dibuktikan lebih efektif daripada pengajaran kon- siswa tidak akan mampu menyelesaikan masalah
vensional dalam memberikan kesempatan un- tanpa sedikit memperluas basis pengetahuan dan
tuk mentransfer pengetahuan dan keterampilan keterampilannya, (2) masalah yang strukturnya
dari kelas ke tempat kerja (Stepien & Gallager, tidak teratur (ill-structured problem), (3) masalah
73
T. Setiawan dkk. / Unnes Journal of Research Mathematics Education 1 (1) (2012)

yang memerlukan kerjasama untuk penyele- keterampilan berpikir tingkat tinggi (higher order
saiannya, (4) masalah yang bersifat otentik yang thinking) (Thompson, 2008). Bahkan, penelitian
didasarkan pada pengalaman siswa, jika masalah yang dilakukan Kastberg (2003 dalam Thomp-
tidak didasarkan kepada pengalaman siswa saat son, 2008) menunjukkan, taksonomi Bloom bu-
ini, maka masalah akan otentik jika berhubungan kanlah metode efektif untuk mengassess higher
dengan rencana masa depan siswa dan karir yang order thinking.
diharapkan siswa, dan (5) masalah yang dapat McMahon (2007) mengatakan, proses
meningkatkan belajar seumur hidup dan belajar higher order thinking merupakan integrasi dari
mandiri. Kriteria-kriteria masalah tersebut tepat proses berpikir kritis dan proses berpikir kreatif.
bila dikolaborasikan dengan karakteristik pem- Menurut Pohl (2000 dalam McMahon, 2007),
belajaran problem based learning. Savery & Duffy proses berpikir kreatif lebih kompleks daripada
(1995 dalam Liu, 2005) mengatakan problem based proses berpikir kritis. Huitt (1998 dalam McM-
learning adalah sebuah pendekatan pembelajaran ahon, 2007) berpendapat bahwa proses berpikir
yang menerapkan pembelajaran berpusat pada kreatif merupakan hasil dari proses berpikir kri-
siswa yang menekankan pemecahan masalah tis. Pemahaman ini menjadi dasar penulis dalam
kompleks dalam konteks yang kaya dan bertu- memahami proses higher order thinking sebagai
juan mengembangkan keterampilan higher order satu kesatuan dari proses berpikir kritis dan pro-
thinking. ses berpikir kreatif.
Pelaksanaan proses kegiatan pembelajaran Problem based learning adalah upaya me-
membutuhkan perangkat pembelajaran untuk libatkan siswa secara aktif dalam proses belajar
operasionalisasinya misalnya, silabus, Rencana (Liu, 2005). Hamalik (2008) mengatakan, perlu
Pelaksanaan Pembelajaran, bahan ajar, dan peni- menekankan asas keaktifan siswa dalam proses
laiannya. Bahan ajar yang didesain secara spesi- pembelajaran. Penelitian Albanese & Mitchell
fik untuk meningkatkan keterampilan higher order (1993 dalam Liu, 2005) menunjukkan, pembela-
thinking adalah bahan ajar suplementer, bukan ba- jaran problem based learning dapat meningkatkan
han ajar pokok. Bahan ajar pokok adalah bahan motivasi siswa dan sikap siswa terhadap pembe-
ajar yang memenuhi tuntutan kurikulum. Bahan lajaran daripada pengajaran konvensional. Siswa
ajar suplementer adalah bahan ajar yang dimak- yang bersikap positif lebih mungkin memperta-
sudkan untuk memperkaya, menambah, ataupun hankan usahanya dan memiliki keinginan untuk
memperdalam isi kurikulum (Depdiknas, 2008). terlibat aktif dalam tugas-tugas belajar diban-
Guru harus memiliki kompetensi profesional dingkan siswa yang bersikap negatif (Liu, 2005).
mengembangkan materi pelajaran (Peraturan Pe- Sikap dapat mempengaruhi prestasi, konsistensi,
merintah nomor 19 tahun 2005 Pasal 20). Guru dan kualitas kerja siswa. Konsistensi sikap den-
juga harus memiliki kompetensi profesional gan tindakan tidak sama tingkatannya pada seti-
mengembangkan Rencana Pelaksanaan Pembe- ap individu, tetapi dalam keadaan wajar tanpa te-
lajaran (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional kanan, seseorang yang bersikap positif terhadap
nomor 41 tahun 2007 tentang standar proses). matematika, akan cenderung bertindak konsisten
Salah satu elemen RPP adalah sumber belajar. dengan sikap positifnya tersebut, misalnya kese-
Dengan demikian, guru diharapkan mampu riusan melakukan kegiatan investigasi mandiri
mengembangkan bahan ajar sebagai salah satu maupun kelompok, menghargai pendapat orang
sumber belajar. Sementara itu, perangkat pembe- lain, tidak mudah putus asa mencari solusi masa-
lajaran yang mengakomodasi pendekatan problem lah. Aktivitas belajar siswa dan sikap siswa terha-
based learning dan berorientasi pada pencapaian dap matematika diharapkan meningkat melalui
kompetensi sekaligus peningkatan keterampilan pendekatan pembelajaran problem based learning.
higher order thinking sulit ditemukan. Untuk me- Pada akhirnya pembelajaran problem based lear-
menuhi perangkat pembelajaran yang masih sulit ning diharapkan dapat meningkatkan keterampi-
ditemui, Depdiknas (2008) menganjurkan agar lan higher order thinking.
guru mengembangkan sendiri perangkat pembe- Geometri ruang telah diajarkan sejak SD,
lajaran tersebut. namun ternyata kemampuan siswa dalam menye-
Selama ini guru sudah familiar menggu- lesaikan soal dimensi tiga masih rendah (Suwaji,
nakan taksonomi Bloom untuk penilaian. Walau- 2008: 1). Hasil Training Need Assessment yang di-
pun penelitian Thompson (2008) menunjukkan, laksanakan Pusat Pengembangan dan Pemberda-
guru masih mengalami kesulitan dalam menafsir- yaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (P4TK)
kan kemampuan berpikir versi taksonomi Bloom. Matematika tahun 2007 dengan sampel seba-
Penelitian juga menunjukkan, guru masih me- nyak 268 guru SMP dari 15 propinsi menunjuk-
ngalami kesulitan dalam menciptakan item tes kan bahwa sebanyak 43,7% guru masih memer-
74
T. Setiawan dkk. / Unnes Journal of Research Mathematics Education 1 (1) (2012)

lukan pendalaman materi luas permukaan dan keterampilan higher order thinking siswa materi
volume balok, kubus, prisma, serta limas, seba- bangun ruang sisi datar sudah efektif.
nyak 48,1% guru masih memerlukan pendalaman
materi sifat-sifat kubus, balok, prisma, dan limas Metode
serta bagian-bagiannya, sebanyak 48,1% guru
masih memerlukan pendalaman materi pembu- Penelitian ini merupakan penelitian pe-
atan jaring-jaring kubus, balok, prisma, dan limas, ngembangan yaitu pengembangan perangkat
dan sebanyak 45,9% guru masih memerlukan pembelajaran matematika materi bangun ruang
pendalaman materi unsur-unsur tabung, kerucut, sisi datar dengan pendekatan problem based lear-
dan bola (Markaban dalam Suwaji, 2008: 1). ning yang didesain spesifik untuk meningkatkan
Materi bangun ruang sisi datar (sifat-sifat keterampilan higher order thinking siswa. Model
kubus, balok, prisma, dan limas) adalah salah pengembangan yang akan digunakan untuk me-
satu materi yang dipelajari siswa kelas 8. Seperti ngembangkan perangkat pembelajaran dalam
pembelajaran matematika pada umumnya, pem- penelitian ini adalah memodifikasi dari model
belajaran materi ini masih konvensional. Seja- Thiagarajan yang dikenal dengan Four-D Model.
lan dengan perubahan paradigma pembelajaran Fokus penelitian yaitu: (1) mengembangkan pe-
masa kini, pembelajaran geometri dalam hal ini rangkat pembelajaran matematika materi bangun
materi bangun ruang sisi datar hendaklah dilaku- ruang sisi datar dengan pendekatan problem based
kan secara konstruktif. Materi bangun ruang sisi learning yang didesain spesifik untuk meningkat-
datar adalah salah satu materi yang perlu dipela- kan keterampilan higher order thinking siswa; dan
jari untuk mengembangkan daya imajinasi siswa. (2) menguji efektivitas pembelajaran di lapangan.
Daya imajinasi berperan dalam membentuk kete- Langkah-langkah penelitian yaitu: (1)
rampilan higher order thinking. menyusun instrumen pengembangan perangkat
Dari uraian latar belakang dapat diidenti- pembelajaran yang terdiri dari Silabus, Rencana
fikasi beberapa masalah sebagai berikut: (a) pro- Pelaksanaan Pembelajaran, Lembar Kegiatan
ses pembelajaran matematika di sekolah masih Siswa, Buku Siswa, dan Tes Keterampilan Higher
menggunakan pendekatan tradisional atau meka- Order Thinking Siswa; (2) menyusun instrumen
nistik, yakni seorang guru secara aktif mengajar- penelitian yang terdiri dari: lembar pengamatan
kan matematika, kemudian memberikan contoh aktivitas siswa dan lembar skala pengukuran si-
dan latihan, siswa berfungsi seperti mesin, siswa kap (angket); (3) melakukan validasi terhadap
mendengar, mencatat, dan mengerjakan latihan perangkat pembelajaran (validasi dilakukan oleh
(Soedjadi, 2000), (2) kegiatan belajar matemati- pakar dan teman sejawat); (4) menganalisis ha-
ka hendaknya meliputi keterampilan perhitun- sil validasi perangkat pembelajaran, kemudian
gan routine dan non-routine serta berpikir tingkat merevisi perangkat tersebut; (5) melakukan uji
tinggi (higher order thinking) yang melibatkan coba tes keterampilan higher order thinking tahap
aspek pemecahan masalah dan penalaran mate- pra-implementasi perangkat pembelajaran; (6)
matika (US-AID, 2008), (3) perangkat pembela- melakukan analisis hasil uji coba tes keterampi-
jaran yang mengakomodasi pendekatan problem lan higher order thinking tahap pra-implementasi
based learning dan berorientasi pada pencapaian perangkat pembelajaran; (7) menerapkan perang-
kompetensi sekaligus peningkatan keterampilan kat pembelajaran yang sudah valid pada pem-
higher order thinking sulit ditemukan. belajaran di kelas perlakuan; (8) melakukan uji
Uraian pada pendahuluan menunjukkan coba tes keterampilan higher order thinking tahap
bahwa pada umumnya pembelajaran matematika pasca-implementasi perangkat pembelajaran; (9)
masih menggunakan pendekatan konvensional melakukan analisis hasil uji coba tes keterampi-
atau mekanistik. Karena itu diperlukan perang- lan higher order thinking tahap pasca-implementasi
kat pembelajaran yang dapat mendorong siswa perangkat pembelajaran; (10) melakukan analisis
untuk meningkatkan keterampilan higher order hasil penerapan perangkat pembelajaran; dan
thinking. Dalam penelitian ini dirumuskan per- (11) membuat laporan.
masalahan sebagai berikut: (a) bagaimana proses Subjek uji coba penelitian ini adalah sis-
dan hasil pengembangan perangkat pembelaja- wa kelas VIII MTsN Margadana pada tahun pe-
ran matematika dengan pendekatan problem based lajaran 2010/2011 dengan kategorinya sebagai
learning untuk meningkatkan keterampilan higher berikut. Kelas uji coba perangkat pembelajaran
order thinking siswa materi bangun ruang sisi da- dipilih secara acak. Teknik analisis data yang di-
tar yang valid, dan (b) apakah implementasi pe- gunakan untuk menganalisis data yang diperoleh
rangkat pembelajaran matematika dengan pende- dalam penelitian ini adalah analisis statistik des-
katan problem based learning untuk meningkatkan kriptif. Penilaian yang diberikan oleh validator
75
T. Setiawan dkk. / Unnes Journal of Research Mathematics Education 1 (1) (2012)

terhadap perangkat pembelajaran materi bangun diperoleh dugaan awal bahwa: (1) aktivitas dan
ruang sisi datar yang meliputi Silabus, Rencana kemandirian (dependent) siswa dalam belajar da-
Pelaksanaan Pembelajaran, Lembar Kegiatan pat ditingkatkan, hal ini memerlukan pendekatan
Siswa, dan Lembar Tes Keterampilan Higher Or- pembelajaran yang cocok antara lain pendekatan
der Thinking terdiri dari empat kategori (tidak va- problem based learning, pendekatan ini menuntut
lid, kurang valid, cukup valid, dan valid), sesuai sumber belajar yang banyak dan bervariasi, oleh
dengan rubrik dari masing-masing indikator. karena itu perlu dikembangkan perangkat pembe-
Setelah memperoleh perangkat pembela- lajaran yang sesuai, (2) masalah matematika yang
jaran yang valid menurut validator, berikutnya ditampilkan dalam pembelajaran sangat dianjur-
peneliti ingin mengetahui apakah implementasi kan berasal dari pengalaman belajar siswa sendiri
perangkat pembelajaran di lapangan efektif. Oleh (kontekstual), sehingga memudahkan guru untuk
karena itu, dilakukan uji efektifitas implementasi mengetahui informasi yang dibutuhkan siswa un-
perangkat pembelajaran di lapangan sesungguh- tuk memecahkan masalah, (3) pendekatan pem-
nya. belajaran yang baru ini (problem based learning)
perlu disosialisasikan lebih dahulu, karena sela-
Hasil dan Pembahasan ma ini pendekatan subject oriented terlanjur mele-
kat kuat baik pada diri guru maupun pada siswa,
Hasil penelitian dibagi menjadi dua, yaitu (4) aktivitas siswa pada kegiatan investigasi man-
hasil pengembangan perangkat pembelajaran dan diri dan investigasi kelompok dapat ditingkatkan
hasil implementasi perangkat pembelajaran. Pe- dengan membiasakan menggunakan pendekatan
ngembangan perangkat pembelajaran matemati- problem based learning ini, (5) kegiatan investigasi
ka dengan pendekatan problem based learning spe- mandiri yang merupakan awal dari kemandirian
sifikasi untuk meningkatkan keterampilan higher siswa dalam belajar memerlukan banyak sumber
order thinking siswa materi bangun ruang sisi da- belajar, hal ini jarang dipraktekkan selama ini, (6)
tar kelas VIII mengacu pada model pengemban- semakin positif sikap siswa terhadap matemati-
gan sistem instruksional Thiagarajan, Semmel, ka, maka menurut teori konsistensi, kecenderu-
dan Semmel (dikenal dengan model 4-D) yang ngan bertindak positif terhadap matematika akan
dimodivikasi tidak sampai pada tahap penyeba- semakin besar, dan (7) format bahasa yang seder-
ran (disseminate). hana membantu kecepatan pemahaman konsep
Telaah data awal memberikan hasil: (a) pe- yang disajikan.
rangkat pembelajaran yang sudah ada masih da- Analisis topik digunakan untuk mengiden-
pat dikembangkan dengan menggunakan model tifikasi bagian-bagian utama yang diajarkan dan
pembelajaran inovatif, (b) masih jarang dijumpai menyusunnya secara sistematis. Topik atau mate-
bahan ajar suplementer yang dimaksudkan untuk ri yang dibahas dalam penelitian ini meliputi ka-
memperkaya, menambah ataupun memperdalam jian bangun ruang sisi datar. Standar kompetensi
isi kurikulum, (c) selama ini penerapan masalah yaitu memahami sifat-sifat kubus, balok, prisma,
pada pembelajaran matematika sekedar seba- limas, dan bagian-bagiannya, serta menentukan
gai sarana penerapan teori, padahal siswa da- ukurannya, dengan kompetensi dasar minimal
pat melakukan belajar dari proses pemecahan yang harus dikuasai siswa: (1) mengidentifikasi
masalah, akibatnya siswa menjadi tidak mandiri sifat-sifat kubus, balok, prisma dan limas serta
dalam belajar (dependent), sehingga dibutuhkan bagian-bagiannya; (2) membuat jaring-jaring ku-
pendekatan pembelajaran yang menuntut keman- bus, balok, prisma dan limas; dan (3) menghitung
dirian siswa dalam belajar (independent), keman- luas permukaan dan volume kubus,balok, prisma
dirian belajar menuntut sumber belajar yang ba- dan limas.
nyak dan bervariasi, (4) sejalan dengan amanah Analisis tugas mencakup pemahaman
UU Sisdiknas terutama Permendiknas Nomor 41 akan tugas dalam pembelajaran disesuaikan
tahun 2007 tentang standar proses yang mewa- dengan analisis topik atau materi. Analisis tugas
jibkan guru mengembangkan silabus, RPP, dan untuk materi bangun ruang sisi datar yang di-
bahan ajar serta instrumen penilaiannya, maka kembangkan pada penelitian ini antara lain: (1)
teori pembelajaran konstruktivisme, teori Vygots- mengenal bidang, rusuk, dan titik kubus dan ba-
ky, teori Piaget dan teori Ausubel dipergunakan lok; (2) mengidentifikasi diagonal sisi kubus dan
sebagai landasan dalam pengembangan perang- balok; (3) mengidentifikasi diagonal ruang kubus
kat pembelajaran ini. dan balok; dan (4) mengidentifikasi jaring-jaring
Berdasarkan pada kegiatan pra survey yang kubus dan balok.
telah dilakukan bersamaan dengan pra survey Setelah dilakukan analisis materi/topik,
pengembangan perangkat pembelajaran, telah analisis siswa, dan analisis tugas, selanjutnya
76
T. Setiawan dkk. / Unnes Journal of Research Mathematics Education 1 (1) (2012)

Tabel 1. Rekapitulasi validasi perangkat pembelajaran oleh validator

Perangkat yang Penilaian Validator / Ahli Rata-


Keterangan
dikembangkan 1 2 3 4 5 rata
Silabus 2.25 2.92 2.92 3.92 3.92 3.18 Valid
RPP 2.00 3.17 3.17 3.94 3.94 3.24 Valid
Buku Siswa 3.23 3.23 3.23 3.85 3.85 3.48 Valid
LKS 2.46 3.23 3.23 3.85 3.85 3.32 Valid
Cukup Cukup
Tes Ket HOT Valid Valid Valid Valid Valid
valid valid

peneliti melakukan perancangan pengembangan tingkat kesukaran, dan daya pembeda, serta mem-
perangkat. Perangkat yangdiekmabngkan meli- perhatikan komposisi sub-sub butir aspek keteram-
puti Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelaja- pilan berpikir kritis maupun aspek keterampilan
ran, Buku siswa, Lembar Kegiatan Siswa, dan berpikir kreatif, maka diputuskan menggugurkan
Tes Keterampilan Higher Order Thinking. Pen- 15 sub butir soal dari 50 sub butir soal, sehingga
dekatan yang digunakan dalam menyususn pe- diperoleh 35 sub butir nomor terbaik
rangkat adalah problem based learning yang secara Untuk mengetahui efektifitas perangkat
spesifik dirancang untuk meningkatkan keteram- pembelajaran yang dikembangkan, maka dilaku-
pilan higher order thinking. kan implementasi perangkat pada pembelajaran
Hasil pengembangan menunukkan bahwa sesungguhnya. Untuk operasionalisasinya, di-
penggunaan model pengembangan 3-D (modifi- pilih secara acak empat kelas, yaitu kelas VIIIA
kasi dari 4-D) dilakukan melalui proses validasi sebagai kelas perlakuan, kelas VIIIB sebagai ke-
dan dinyatakan memenuhi validitas isi dan va- las kontrol, kelas VIIIC sebagai kelas uji coba tes
liditas konstruk yang ditetapkan oleh validator keterampilan higher order thinking.
(ahli dan rekan sejawat). Hasil validasi diperoleh Untuk mengetahui apakah kegiatan higher
pada Tabel 1. order thinking telah terjadi di dalam kelas mate-
Dari Tabel 1 dapat disimpulkan bahwa matika, terdapat beberapa karakteristik yang
perangkat yang dikembangkan dihasilkan pe- dapat diamati antara lain: (1) Observer dapat
rangkat yang valid.
Hasil ujicoba terhadap peran- mendengarkan penjelasan dari siswa, perkiraan
gkat tes HOT, diketahui bahwa komposisi soal siswa, penggambaran pola oleh siswa, dan peng-
keterampilan berpikir kritis dengan keterampilan komunikasian ide-ide mereka (terdapat pembela-
berpikir kreatif pada tes uji coba tes keterampilan jaran langsung tentang pemecahan masalah dan
higher order thinking tahap pasca-implementasi pe- strategi berpikir khusus); (2) Observer dapat men-
rangkat pembelajaran ada sub butir soal adalah dengarkan guru bertanya kepada siswa mengapa,
50 sub butir. Tes uji coba tes keterampilan higher apa dan bagaimana, pertanyaan yang menuntut
order thinking siswa tahap pasca-implementasi jawaban lebih dari satu kata (ada penekanan oleh
perangkat pembelajaran yang telah dirancang guru pada makna dan pemahaman); dan (3) Ob-
adalah sebanyak 5 butir soal masing-masing butir server dapat mengamati bahwa siswa membuat
terdiri dari 10 sub-butir yang mengakomodasikan pilihan tentang prosedur apa yang digunakan,
aspek keterampilan berpikir kritis dan aspek ke- atau bagaimana mengintegrasikan pengetahuan
terampilan berpikir kreatif secara proporsional dengan soal baru dan non-routine, memantau ke-
serta memuat jenis-jenis materi yang berimbang. majuan dan mengevaluasi solusi (ada suasana ke-
Berdasarkan hasil uji coba dengan n=32, las yang mendorong otonomi siswa, ketekunan,
taraf signifikansi 5%, diperoleh nilai rtabel = 0.349. dan independensi dalam berpikir) (Yee, 2000).
Jadi, item soal dikatakan valid jika rhitung > 0.349. Pada hari kedua dilakukan pembelajaran
jadi soal-soal tes hasil belajar (THB secara em- sesungguhnya (tatap muka pertama). Pada tatap
pirik adalah valid. Demikian juga berdasarkan muka pertama ini guru menerapkan RPP 1, Buku
hasil perhitungan diperoleh r11 = 0,946. Dengan Siswa 1, dan LKS 1 pada kelas perlakuan. Pelak-
taraf signifikasi 5% dan n=32 diperoleh nilai rta- sanaan pembelajaran pertemuan pertama, materi
bel
= 0,349. Karena r11 > rtabel, maka soal tersebut pokok mengenal bidang, rusuk, dan titik kubus
reliabel. dan balok. Pada pertemuan pertama ini, guru
Berdasarkan analisis validitas, reliabilitas, membagi kelas menjadi 5 kelompok secara acak.
77
T. Setiawan dkk. / Unnes Journal of Research Mathematics Education 1 (1) (2012)

Pengamatan tentang keaktifan siswa diperoleh ni sebesar 69,8438, (b) analisis output One-Sample
rata-rata skor keaktifan 61,38. Test, terhadap kemampuan berpikir kreatif, dipe-
Catatan pada tatap muka pembelajaran roleh nilai signifikansi 0,002 < 0,05, artinya H0 di
pertama ini, terlihat seluruh siswa antusias da- tolak, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa
lam melakukan kegiatan fisik yang diperintahkan rata-rata nilai aspek keterampilan berpikir kreatif
Lembar Kegiatan Siswa (membuat atau mema- tidak sama dengan 60, tetapi rata-rata nilai aspek
nipulasi model). Kegiatan yang dilakukan guru, keterampilan berpikir kreatif mencapai 71,2500
antara lain: (a) menguraikan proses untuk men- melebihi batas ketuntasan belajar, (c) terdapat
jelaskan bagaimana pembelajaran problem based pengaruh positif aktivitas siswa terhadap kete-
learning berbeda, keunggulan-keunggulannya, rampilan higher order thinking siswa, yang berar-
dan kemungkinan pengalaman yang diperoleh; ti bahwa keaktifan siswa dalam pembelajaran
(b) menjelaskan bahwa guru dan siswa bersama- dengan pendekatan problem based learning dapat
sama melalui proses penyesuaian yang sulit, ter- meningkatkan keterampilan higher order thinking
nyata penjelasan ini lebih menenangkan siswa; siswa, besarnya pengaruh keaktifan terhadap
(c) menunjukkan kepada siswa siklus problem keterampilan higher order thinking siswa sebesar
based learning supaya siswa memiliki pandangan/ 72,9%, (d) terdapat pengaruh positif sikap sis-
arah ke sana; (d) menjelaskan tujuan-tujuan pem- wa terhadap matematika terhadap keterampilan
belajaran yang akan dicapai, termasuk jelaskan higher order thinking siswa, yang berarti bahwa si-
bagaimana penilaian yang dapat memperjelas kap siswa dalam pembelajaran dengan pendeka-
harapan siswa; (e) memberikan contoh tentang tan problem based learning pada materi bangun ru-
kelompok-kelompok belajar PBL sebelumnya ang sisi datar dapat meningkatkan keterampilan
yang berhasil, baik melalui video (laptop) mau- higher order thinking siswa. Besarnya pengaruh si-
pun tulisan, hal ini ternyata dapat menyampai- kap siswa terhadap keterampilan higher order thin-
kan rasa dari proses problem based learning; dan king siswa sebesar 71,9%., (d) keaktifan siswa dan
(f) membuat target agak rendah terlebih dahulu sikap siswa dalam pembelajaran dengan pende-
untuk pengenalan terhadap proses problem based katan problem based learning dapat meningkatkan
learning sehingga membiasakan siswa dengan keterampilan higher order thinking siswa dengan
metode dan harapan baru, dan memungkinkan pengaruh yang tinggi. Besarnya pengaruh keakti-
siswa membangun pengetahuan mereka sendiri fan siswa dan sikap siswa terhadap keterampilan
dari pemecahan masalah dan keterampilan ke- higher order thinking siswa sebesar 77,7%, (e) ke-
lompok. Supaya hal ini dapat terwujud, perlu di- terampilan higher order thinking siswa kelas perla-
buat kegiatan yang menyenangkan dengan tetap kuan pada tahap pasca-implementasi perangkat
mengikuti tugas-tugas Lembar Kegiatan Siswa. pembelajaran lebih tinggi daripada siswa pada
Instrumen penelitian yang digunakan kelas kontrol dengan pembelajaran konvensional.
implementasi pembelajaran dengan pengemban- Perangkat pembelajaran dengan pende-
gan perangkat pembelajaran ada empat jenis yai- katan problem based learning pada materi bangun
tu (a) lembar validasi silabus, (b) lembar validasi ruang sisi datar spesifikasi untuk meningkatkan
RPP, (c) lembar validasi buku siswa, (d) lembar higher order thinking siswa didesain sesuai dengan
validasi LKS, dan (d) lembar validasi tes higher or- karakteristik pendekatan problem based learning
der thinking. Hasil implementasi adalah (a) terda- serta mengikutii karakteristik keterampilan higher
pat pengaruh yang signifikan variabel keaktivan order thinking. Perangkat pembelajaran yang di-
terhadap keterampilan higher order thinking, (b) kembangkan antara lain: (1) Silabus, (2) Rencana
terdapat pengaruh yang signifikan variabel sikap Pelaksanaan Pembelajaran, (3) Buku Siswa, (4)
siswa terhadap keterampilan higher order thinking, Lembar Kegiatan Siswa, (5) Tes Keterampilan
(c) variabel sikap siswa memberikan kontribusi Higher Order Thinking Siswa. Proses pengemba-
kepada hasil belajar sebesar 71,9%, sedangkan si- ngan perangkat dimulai dengan menyusun draft
sanya 28,1% dipengaruhi oleh faktor lain, (c) ter- awal (Draf I). Draf I ini selanjutnya divalidasi
dapat pengaruh yang signifikan variabel keakti- oleh validator (ahli dan teman sejawat) dan dila-
van dan sikap siswa terhadap keterampilan higher kukan revisi-revisi sesuai dengan masukan vali-
order thinking. dator sehingga diperoleh Draf II.
Analisis data empirik: (a) analisis ketun- Perangkat memiliki validitas konstruksi,
tasan berpikir kritis dari output One-Sample Test, jika perangkat dapat digunakan untuk mengukur
diperoleh nilai sign 0,005 < 0,05, artinya H0 di gejala sesuai yang didefinisikan, bila bangunan
tolak, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa teorinya sudah benar, maka hasil pengukurannya
rata-rata nilai aspek keterampilan berpikir kritis dengan perangkat yang berbasis pada teori itu su-
mencapai melebihi batas ketuntasan belajar yak- dah dipandang sebagai hasil yang valid.
78
T. Setiawan dkk. / Unnes Journal of Research Mathematics Education 1 (1) (2012)

Setelah desain awal perangkat pembelaja- rapa kesimpulan: (a) penggunaan model pengem-
ran (draft I) divalidasi konstruk oleh validator, bangan 3-D (modifikasi dari 4-D) menghasilkan
maka dilakukan uji coba terbatas di lapangan perangkat pembelajaran matematika materi ba-
untuk mengetahui efektifitas pembelajaran yang ngun ruang sisi datar dengan pendekatan prob-
dilakukan dengan menggunakan perangkat terse- lem based learning yang spesifik dirancang untuk
but. Hasil analisis menunjukkan bahwa propor- meningkatkan keterampilan higher order thinking
si siswa yang mendapat nilai lebih dari 60 pada siswa yang terdiri dari Silabus, Rencana Pelak-
aspek keterampilan berpikir kritis 78,125% jauh sanaan Pembelajaran, Buku siswa, Lembar Ke-
melampaui 75%. Hasil analisis menunjukkan giatan Siswa, dan Tes Keterampilan Higher Order
bahwa proporsi siswa yang mendapat nilai lebih Thinking Siswa.
dari 60 pada aspek keterampilan berpikir kreatif Hasil uji coba terbatas di lapangan (imple-
78,125% jauh melampaui 75%. Hasil analisis me- mentasi perangkat pembelajaran di kelas perla-
nunjukkan bahwa proporsi siswa yang mendapat kuan) menunjukkan bahwa: (a) implementasi
nilai lebih dari 60 pada kedua aspek (aspek kete- perangkat pembelajaran dengan pendekatan prob-
rampilan berpikir kritis dan aspek keterampilan lem based learning materi bangun ruang sisi datar
berpikir kreatif) 81,25% jauh melampaui 75%. berhasil menuntaskan nilai keterampilan higher
Sehingga diperoleh kesimpulan ketuntasan order thinking siswa baik secara individual mau-
individual telah tercapai. Ketercapaian ketunta- pun secara klasikal pada batas Kriteria Ketunta-
san individual tersebut disebabkan karena pem- san Minimal (KKM) = 60 dengan batas ketun-
belajaran dengan pembelajaran menggunakan tasan klasikal 75%, serta berhasil meningkatkan
pendekatan problem based learning dan penggu- keterampilan higher order thinking siswa sebesar
naan perangkat yang ada telah berhasil mening- 17,13%, (b) terdapat pengaruh positif aktivitas
katkan kemampuan individual siswa melalui pe- siswa terhadap keterampilan higher order thinking
ningkatan keaktifan dan sikap siswa. siswa, yang berarti bahwa keaktifan siswa dalam
Jadi pembelajaran dikatakan efektif, kare- pembelajaran dengan pendekatan problem based
na tiga indikator telah terpenuhi, sebagai berikut: learning dapat meningkatkan keterampilan higher
(a) keterampilan higher order thinking siswa men- order thinking siswa. Besarnya pengaruh keaktifan
capai kriteria ketuntasan klasikal pada kedua as- terhadap keterampilan higher order thinking sis-
pek, rata-rata keterampilan berpikir kritis 69,8438 wa sebesar 72,9%, (c) terdapat pengaruh positif
melebihi batas kriteria ketuntasan minimal 60, sikap siswa terhadap matematika terhadap kete-
rata-rata keterampilan berpikir kreatif 71,2500 rampilan higher order thinking siswa, yang berarti
melebihi batas kriteria ketuntasan minimal 60, bahwa sikap siswa dalam pembelajaran dengan
serta mencapai ketuntasan individual lebih dari pendekatan problem based learning pada materi
75% pada kedua aspek tersebut; (b) keaktifan bangun ruang sisi datar dapat meningkatkan ke-
dan sikap siswa berpengaruh positif terhadap ke- terampilan higher order thinking siswa. Besarnya
terampilan higher order thinking siswa, keaktifan pengaruh sikap siswa terhadap keterampilan
siswa memberi kontribusi sebesar 72,9% kepada higher order thinking siswa sebesar 71,9%, (d) keak-
keterampilan higher order thinking siswa, sikap tifan siswa dan sikap siswa dalam pembelajaran
siswa memberi kontribusi sebesar 71,9% kepada dengan pendekatan problem based learning dapat
keterampilan higher order thinking siswa, demiki- meningkatkan keterampilan higher order thinking
an juga secara bersama-sama keaktifan siswa dan siswa dengan pengaruh yang tinggi. Besarnya
sikap siswa memberi kontribusi sebesar 77,7% pengaruh keaktifan siswa dan sikap siswa terha-
kepada keterampilan higher order thinking siswa; dap keterampilan higher order thinking siswa sebe-
dan (c) rata-rata keterampilan higher order thinking sar 77,7%.
siswa kelas perlakuan sebesar 73,5000, berbeda Pelaksanaan pembelajaran telah mencapai
dengan rata-rata keterampilan higher order thin- kriteria efektif, yaitu: (1) mencapai tuntas pada
king siswa kelas kontrol sebesar 64,0938, rata-rata keterampilan higher order thinking pada aspek ke-
keterampilan higher order thinking siswa kelas per- terampilan berpikir kritis maupun aspek keteram-
lakuan lebih baik daripada rata-rata keterampilan pilan berpikir kreatif; (2) ada pengaruh positif
higher order thinking siswa kelas kontrol yang bela- aspek keaktifan siswa dan sikap siswa terhadap
jar secara konvensional. keterampilan higher order thinking siswa; dan (3)
keterampilan higher order thinking siswa kelas per-
Simpulan lakuan lebih tinggi dibandingkan keterampilan
higher order thinking siswa kelas kontrol, (4) ke-
Berdasarkan proses pengembangan yang terampilan higher order thinking siswa perlakuan
telah diuraikan terdahulu maka diperoleh bebe- tahap pasca-implementasi lebih tinggi dibanding-
79
T. Setiawan dkk. / Unnes Journal of Research Mathematics Education 1 (1) (2012)

kan tahap pra-implementasi perangkat pembela- Hock, Ui Cheah. 2008. Introducing Mathematical
jaran, sehingga dikatakan pembelajaran tersebut Modelling to Secondary School Teachers: A
efektif. Case Study. Malaysia: The Mathematics Educa-
Dalam penelitian ini disarankan, (a) sebe- tor 2008. Vol. 11. No. 1/2. 21-32.
Klavir, Rama & Hershkovitz, Sarah. 2008. Teaching
lum menerapkan pendekatan problem based lear-
and Evaluating Open-Ended Problems. In-
ning, terlebih dahulu guru perlu mengenalkan ternational Journal for Mathematics Teaching and
tentang pendekatan baru ini. Sehingga siswa me- Learning, No. 20.05., 23 p. (2008).
miliki gambaran yang jelas tentang pendekatan Liu, Min. (2005). Motivating Students Through Problem-
problem based learning ini. Perlu ada perubahan based Learning. Presented at The Annual Na-
paradigma dari sisi guru, siswa, maupun penye- tional Educational Computing Conference
lenggara sekolah, (b) pihak sekolah harus menye- (NECC), Philadelphia, PA, June.
diakan berbagai macam sumber belajar baik dari h t t p s : / / c e n t e r. u o r e g o n . e d u / I S T E / u p l o a d s /
sisi kualitas maupun kuantitas, karena pendeka- NECC2005/KEY_6778393/Liu_NECC05_
handoutMinLiu_RP.pdf. (
diunduh pada tang-
tan problem based learning mutlak menuntut kea-
gal 18 Oktober 2009)
nekaragaman sumber belajar baik cetak maupun McMahon, G. P., 2007. Getting the HOTS with whats
non cetak. in the box: Developing higher order thinking skills
within a technology-rich learning environment. The-
Daftar Pustaka sis presented for the Degree of Doktor of Phi-
losophy of Curtin University of Technology.
Awang, H. & Ramly, I. 2008. Creative Thinking Ap- Soedjadi, R. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indo-
proach Through Problem Based Learning: nesia. Jakarta: Dirjen Dikti Depdikbud.
Pedagogy and Practise in the Engineering Thompson, Tony. 2008. Mathematics Teachers Inter-
Classroom. International Journal of Social Sci- pretation of Higher Order Thinking in Blooms
ences 3:1 2008. Taxonomy. IEJME Volume 3, Number 2, July
Depdiknas. 2008. Panduan Pengembangan Bahan Ajar. 2008.
Jakarta: Depdiknas, Direktorat Pembinaan US-AID (United States Agency for International De-
Sekolah Menengah Atas. velopment). 2008. Matematika untuk kehidupan,
Depdiknas. 2008. Panduan Analisis Butir Soal. Jakarta: pembelajaran, dan pekerjaan. Modul Pelatihan 4.
Depdiknas, Direktorat Pembinaan Sekolah Menen- United States.
gah Atas. Weiss, Renee E. 2003. Designing Problems to Pro-
Hamalik, Oemar.1999. Kurikulum dan Pembelajaran. Ja- mote Higher Order Thinking. New Directions for
karta: Bumi Aksara. Teaching and Learning, no 95, Fall 2003.

80

Anda mungkin juga menyukai