Perlindungan Hak Anak Pada Kasus Perceraian
Perlindungan Hak Anak Pada Kasus Perceraian
ANALISA KASUS
Dosen Pengampu :
Hj. Irma Rahmawati, S.H., M.H., P.hD
Oleh :
Rafa Zhafirah Amaani
NPM : 178040014
Kata Pengantar.................................................................... 2
Bab 1 Kasus. 4
Bab 3 Kesimpulan. 22
Daftar Pustaka... 23
2
Kata Pengantar
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas limpahan karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan Studi Kasus HAk Perlindungan Anak. Laporan ini disusun untuk
memenuhi salah satu tugas Hukum Perlindungan Hak Anak dan Hak Reproduksi Wantia.
Keberhasilan dalam penyusunan laporan ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan,
pengarahan baik moral maupun material yang tidak ternilai besarnya dari berbagai pihak. Oleh
karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Hj.
Irma Rahmawati, S.H., M.H., P.hD selaku dosen mata kuliah yang telah memaprakan materi dan
Dalam penyusunan laporan ini, penulis menyadari masih terdapat kekurangan sehingga
penulis mengharapkan masukan dan saran dalam perbaikan laporan ini. Akhir kata, semoga
laporan ini dapat diterima dan dapat bermanfaat bagi kemajuan ilmu hukum khususnya dan
pembaca umumnya.
3
BAB I
KASUS
1.1. Kasus 1
Ayu Azhari, Axel, Sean dan Atiq. Meski saat ini ketiga anak Ayu berada di tangan yang
aman, namun sebagai pemilik hak asuh anak, pihak KPAI tetap menunggu kedatangan Ayu
Ya, kan pengacaranya sudah diberitahu Ayu. Karena kemudian belum dijemput, makanya
ada disini. Kalau Bu Ayu jemput, ya berarti sudah selesai.papar sekretaris KPAI, M. Ihsa.,
Anak-anak Ayu enggan pulang ke rumah lantaran hingga kini Ayu masih belum
mengizinkan Axel, Sean, dan Atiq ke Finlandia untuk tinggal bersama mantan suami Ayu,
Teemu Yusuf Ibrahim. KPAI berusaha mencari tempat tinggal sementara hingga Ayu
Iya, pastinya dibawah lindungan KPAI. Kita merujuk tempat tinggalnya, sampai nanti ada
kejelasan.ucap M. Ihsan. Konflik antara Ayu dan ketiga anaknya ini seharusnya bisa
1.2. Kasus 2
4
Korban dugaan kasus malpraktik sunat/khitan pada anak yang terjadi di Banyuwangi, Jawa
Tengah mendatangi Komnas Perlindungan Anak untuk mengadukan dan meminta kepada
pelaku agar bertanggung jawab baik secara hukum maupun kerugian lainnya.
Korban yang bernama FM (15 tahun) duantar oleh ibu kandunganya Khodijah, KH Jumail
Ali dan Joko melaporkan insiden yang terjadi 4 tahun lalu yang hingga saat ini tidak dilaporkan
ke pihak berwajib lantarran tersandera oleh surat pernyataan yang dibuat sepihak oleh pelaku.
Padahal korban mengalami, cacar permanen yang yang tidak bisa disembuhkan, karena
kepala penisnya hilang lantaran diduga malpraktik yang dilakukan oleh seorang
mantri/perawat yang sehari-hari bekerja di RSUD Banyumas yakni Moch Syamsul Arifin.
Atas laporan tersebut, Komnas Anak menilai telah terjadi kekerasana fisik dan psikis yang
akan berdampak jangka panjang bagi anak. Di samping itu pelau diduga telah melakukan
penyanderaan hak hukum bagi korban melalui surat pernyaaan yang dbuat secara sepihak,
Janji yang pernah diucapkan oleh pelaku untuk memberi santunan kepada korban juga
Oleh karenanya kata Samsul, Komnas Anak akan mengawal kasus ini sampai ke daerah
dan membuat surat kepada Bupati Banyumas agar membuat angkah kongkrit, serta meminta
perlindungan pada anak bagi siapa saja yang melakukan tindakan melawan hukum dengan
mengambil organ tubuh/jaringan tubuh anak dikenai pidana penjara paling lama 10 tahun dan/
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan
hakhaknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi, secara optimal sesuai
dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan
diskriminasi.1
Hak Anak di atur oleh Konvensi Hak Anak PBB dan Undang-Undang Perlindungan Anak.
Hak anak dengan Orang Tua dijelaskan pada pasal-pasal menurut Konvensi Hak Anak dan
Konvensi hak anak yang berhubungan dengan kasus 1 adalah Pasal 9 ayat 1, 3, dan 4, Pasal
10 ayat 1 dan 2, Pasal 13 ayat 1, Pasal 14 ayat 2, dan pasal 18 ayat 1.2
a. Pasal 9
1
Undang-undang Perlindungan Anak no. 23 tahun 2002. Pasal 1 ayat 2. Hlm 2
2
Perserikatan Bangsa-Bangsa. Konvensi tentang Hak-Hak Anak. (1989) hlm. 2-6
6
1. Negara-negara Pihak harus menjamin bahwa seorang anak tidak dapat dipisahkan dari
orang tuanya, secara bertentangan dengan kemauan mereka, kecuali ketika penguasa
yang berwenang dengan tunduk pada yudicial review menetapkan sesuai dengan
prosedur dan hukum yang berlaku bahwa pemisahan tersebut diperlukan demi
suatu kasus khusus, seperti kasus yang melibatkan penyalahgunaan atau penelantaran
anak oleh orang tua, atau kasus apabila orang tua sedang bertempat tinggal secara
terpisah dan suatu keputusan harus dibuat mengenai tempat kediaman anak.
3. Negara-negara Pihak harus menghormati hak anak yang dipisahkan dari salah satu atau
kedua orang tuanya untuk tetap mengadakan hubungan pribadi dan hubungan langsung
dengan orang tua atas dasar yang tetap, kecuali bertentangan dengan kepentingan terbaik
anak.
4. Apabila pemisahan tersebut diakibatkan tindakan apapun yang diprakarsai suatu Negara
kematian akibat sebab apapun selama orang itu ada dalam tahanan negara) salah satu atau
kedua orang tua si anak, maka Negara Pihak yang bersangkutan atas permintaan harus
memberikan kepada orang anak atau kalau cocok anggota keluarga yang lain dengan
informasi pokok mengenai tempat berada anggota atau paran anggota keluarga yang
tidak ada kecuali pemberian informasi itu akan merusak kesejahteraan anak itu. Negara-
negara Pihak harus lebih jauh menjamin bahwa penyampaian permintaan tersebut dengan
sendirinya harus tidak membawa konsekuensi yang merugikan bagi orang (atau orang-
7
b. Pasal 10
permohonan oleh seorang anak atau orang tuanya, untuk memasuki atau meninggalkan
suatu Negara Pihak untuk tujuan penyatuan kembali keluarga akan ditangani oleh
Negara-negara Pihak dalam suatu cara yang positif, manusiawi dan lancar. Negara-
negara Pihak harus lebih jauh menjamin bahwa penyampaian permintaan tersebut harus
tidak membawa konsekuensi yang merugikan para pengaju permohonan dan anggota
keluarga mereka.
2. Seorang anak dimana orang tuanya berdiam di Negara lain berhak mengadakan, atas
dasar yang tetap kecuali dalam keadaan-keadaan yang luar biasa, hubungan pribadi dan
hubungan langsung dengan kedua orang tuanya. Ke arah tujuan tersebut dan sesuai
Negara-negara Pihak harus menghormati hak anak dan orang tuanya untuk
meninggalkan negara manapun, termasuk negara mereka sendiri, dan untuk memasuki
negara mereka sendiri. Hak untuk meninggalkan negara manapun harus tunduk hanya
kesusilaan umum atau hak-hak dan kebebasan-kebebasan orang lain dan sesuai dengan
c. Pasal 13
8
1. Anak harus memilikihak atas kebebasan mengeluarkan pendapat, hak ini mencakup
pemikiran, tanpa memperhatikan perbatasan, baik secara lisan, dalam bentuk tertulis
ataupun cetak, dalam bentuk seni, atau melalui media lain apa pun pilihan anak.
2. Pelaksanaan hak ini dapat tunduk pada pembatasan-pembatasan tertentu, tetapi hanya
akan seperti yang ditentukan oleh undang-undang dan diperlukan: (a) Untuk
menghormati hak-hak atau nama baik orang-orang lain; atau (b) Untuk perlindungan
keamanan nasional atau ketertiban umum, atau kesehatan, atau kesusilaan umum.
c. Pasal 14
tua, dan apabila berlaku, wali hukum, untuk memberikan pengarahan pada anak
dalam melaksanakan haknya dengan cara yang sesuai dengan kemampuan anak yang
sedang berkembang.
d. Pasal 18
pengakuan prinsip bahwa kedua orang tua mempunyai tanggung jawwab bersama untuk
mendewasakan dan perkembangan anak. Orang tua atau, bagaimanapun nanti, wali
9
2. Untuk tujuan menjamin dan meningkatkan hak-hak yang dinyatakan dalam Konvensi
ini, maka Negara-negara Pihak harus memberikan bantuan yang tepat kepada orang tua
dan wali hukum, dalam melaksanakan tanggung jawab membesarkan anak mereka, dan
pengasuhan anak-anak.
3. Negara-negara Pihak harus mengambil semua langkah yang tepat untuk menjamin
bahwa anak-anak dari orang tua yang bekerja berhak atas keuntungan dari pelayanan-
syarat.
adalah Pasal 1 ayat 1,2,4,12, Pasal 14 ayat 1 dan 2, pasal 26 ayat 1 dan 2, pasal 76B, pasal
76G.3
a. Pasal 1
1. Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak
2. Perlindungan Anak adalah segala kegiatan untukmenjamin dan melindungi Anak dan
hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal
3
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-undang nomor 23
Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak. Hlm 2-
32.
10
sesuai dengan harkat dan martabat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat
4. Orang Tua adalah ayah dan/atau ibu kandung, atau ayah dan/atau ibu tiri, atau ayah
12. Hak Anak adalah bagian dari hak asasi manusia yang wajib dijamin, dilindungi, dan
dipenuhi oleh Orang Tua, Keluarga, masyarakat, negara, pemerintah, dan pemerintah
daerah.
b. Pasal 14
1. Setiap Anak berhak untuk diasuh oleh Orang Tuanya sendiri, kecuali jika ada alasan
dan/atau aturan hukum yang sah menunjukkan bahwa pemisahan itu adalah demi
2. Dalam hal terjadi pemisahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Anak tetap berhak:
a. bertemu langsung dan berhubungan pribadi secara tetap dengan kedua Orang Tuanya;
tumbuh kembang dari kedua Orang Tuanya sesuai dengan kemampuan, bakat, dan
minatnya;
c. Pasal 26
11
b. menumbuhkembangkan Anak sesuai dengan kemampuan, bakat, dan minatnya;
d. memberikan pendidikan karakter dan penanaman nilai budi pekerti pada Anak.
2. Dalam hal Orang Tua tidak ada, atau tidak diketahui keberadaannya, atau karena suatu
sebab tidak dapat melaksanakan kewajiban dan tanggung jawabnya, kewajiban dan
tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat beralih kepada Keluarga,
d. Pasal 76B
Setiap Orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76B,
dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling
adalah pasal 45 ayat 1 dan 2, pasal 47 ayat 1 dan 2, pasal 48, pasal 49 ayat 1, pasal 59
4
Undang- Undang Perkawinan No. 1 tahun 1974. Hlm 10-14
12
a. Pasal 45
1. Kedua orang tua wajib memelihara dan menddidik anak-anak mereka sebaik-baiknya
2. Kewajiban orang tua yang dimaksud dalam ayat (1) pasal ini berlaku sampai anak
itukawin atau dapat berdiri sendiri kewajiban mana berlaku terus meskipun perkawinan
b. Pasal 47
1. Anak yang belum mencapai umur 18 ( delapan belas ) tahun atau belum pernah
melangsungkan perkawinan ada di bawah kekuasaan orang tuanya selama mereka tidak
2. Orang tua mewakili anak tersebut mengenai segala perbuatan hukum di dalam dan di
luar Pengadilan.
c. Pasal 48
Orang tua tidak diperbolehkan memindahkan hak atau menggandakan barang-barang tetap
yang dimiliki anaknya yang belum berumur 18 (delapan belas) tahun atau belum pernah
d. Pasal 49
1. Salah seorang atau kedua orang tua dapat dicabut kekuasaannya terhadap seorang anak
atau lebih untuk waktu yang tertentu atas permintaan orang tua yang lain, keluarga anak
13
dalam garis lurus ke atas dan saidara kandung yang telah dewasa atau pejabat yang
e. Pasal 59
f. Pasal 62
Dalam perkawinan campuran kedudukan anak diatur sesuai dengan Pasal 59 ayat (1)
Undang-undang ini.
Berdasarkan hasil pemaparan dasar hukum hak anak dalam pengasuhan orang tua,
terdapat pelanggaran hak anak dalam kasus tersebut. Konsesus hak anak menjelaskan bahwa
anak mempunyai hak untuk bersama orang tuanya dan negara bertanggung jawab untuk
melindungi hak anak tersebut. Anak tidak dapat dipisahkan dari orang tuanya dalam keadaan
anak ingin bersama orang tuanya. Anak mempunyai hak untuk menjalin hubungan dengan
orang tuanya baik secara pribadi maupun secara langsung. Orang tua mempunyai kewajiban
14
Dalam undang-undang perlindungan anak juga dijelaskan bahwa anak adalah sesorang
yang berusia dibawah 18 tahun. Hak Anak adalah bagian dari hak asasi manusia yang wajib
dijamin, dilindungi, dan dipenuhi oleh Orang Tua, Keluarga, masyarakat, negara,
pemerintah, dan pemerintah daerah. Anak berhak diasuh oleh orang tuanya sendiri dan
berhak bertemu langsung dan berhubungan pribadi secara tetap dengan kedua Orang Tuanya,
kembang dari kedua Orang Tuanya sesuai dengan kemampuan, bakat, dan minatnya,
memperoleh pembiayaan hidup dari kedua Orang Tuanya, sesuai dengan pasal 14 UU No.
23/2002. Kewajiban orang tua terhadap anak juga diatur dalam pasal 26 dimana hal ini telah
menjadi masalah dalam kasus 1. Jika terdapat penelantaran terhadap anak dan haknya dapat
Perkawinan yang dijalanin oleh Ayu adalah perkawinan campuran dimana telah
diaturdalam pasa 62 UU no 1/1974. Hak asuh anak dapat jatuh kepada salah satu orang tua
apabila bercerai, namun kedua orang tua tetap berkewajiban memberi pemeliharaan pada
anak tersebut.
a. Pasal 8
Setiap anak berhak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial sesuai dengan
5
Undang-undang Perlindungan Anak no. 23 tahun 2002. Hlm 16
15
kebutuhan fisik, mental, spiritual, dan sosial.
b. Pasal 12
Setiap anak yang menyandang cacat berhak memperoleh rehabilitasi, bantuan sosial, dan
a. Pasal 76A
kerugian, baik materiil maupun moril sehingga menghambat fungsi sosialnya; atau
b. Pasal 77
Setiap Orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76A
dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling
6
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-undang nomor 23
Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak. Hlm 28-
30
16
Undang-undang Kesehatan no. 36 Tahun 2009 yang berhubungan dengan kasus 2
a. Pasal 5
1. Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di
bidang kesehatan.
2. Setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman,
3. Setiap orang berhak secara mandiri dan bertanggung jawab menentukan sendiri
b. Pasal 58
1. Setiap orang berhak menuntut ganti rugi terhadap seseorang, tenaga kesehatan,
2. Tuntutan ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku bagi tenaga
3. Ketentuan mengenai tata cara pengajuan tuntutan sebagaimana dimaksud pada ayat
Konvensi hak anak yang berhubungan dengan kasus 2 adalah pasal 23 dan 24. 8
7
Undang-undang Kesehatan No. 36 tahun 2009. Hlm. 4 dan 15.
8
Perserikatan Bangsa-Bangsa. Konvensi tentang Hak-Hak Anak. (1989) hlm. 13-14
17
a. Pasal 23
1. Negara-negara Pihak mengakui bahwa seorang anak yang cacat mental atau cacat
fisik harus menikmati kehidupan yang utuh dan layak, dalam keadaan-keadaan yang
2. Negara-negara Pihak mengakui hak anak cacat atas perawatan khusus dan harus
pemberian kepada anak yang memenuhi syarat dan mereka yang bertanggung jawab
atas perawatannya, bantuan yang untuknya permintaan diajukan dan yang sesuai
dengan keadaan si anak dan keadaan-keadaan orang tua atau orang-orang lain yang
yang diberikan, sesuai dengan ketentuan ayat 2 pasal yang sekarang ini, harus diadakan
keuangan orang tua atau orang lain yang merawat si anak, dan harus dirancang untuk
menjamin bahwa anak cacat tersebut mempunyai akses yang efektif ke dan menerima
persiapan bekerja dan kesempatan rekreasi dalam suatu cara yang menghasilkan
pertukaran informasi yang tepat, di bidang perawatan kesehatan yang preventif dan
perlakuan medis, psikologis dan fungsional dari anak cacat, termasuk penyebarluasan
18
dan akses ke informasi mengenai metode-metode rehabilitasi, pendidikan dan
bidang-bidang ini. Dalam hal ini, perhatian khusus harus diberikan mengenai
b. Pasal 24
1. Negara-negara Pihak mengakui hak anak atas penikmatan standar kesehatan yang paling
tinggi dapat diperoleh dan atas berbagai fasilitas untuk pengobatan penyakit dan
rehabilitasi kesehatan. Negara-negara Pihak harus berusaha menjamin bahwa tidak seorang
anak pun dapat dirampas haknya atas aksers ke pelayanan perawatan kesehatan tersebut.
2. Negara-negara Pihak harus mengejar pelaksanaan hak ini sepenuhnya dan terutama,
(b) Menjamin penyediaan bantuan kesehatan yang diperlukan dan perawatan kesehatan
(c) Memerangi penyakit dan kekurangan gizi yang termasuk dalam kerangka kerja
perawatan kesehatan primer melalui, antara lain, penerapan teknologi yang dengan mudah
tersedia dan melalui penyediaan pangan bergizi yang memadai dan air minum bersih,
(d) Menjamin perawatan kesehatan sebelum dan sesudah kelahiran yang tepat untuk para
ibu;
(e) Menjamin bahwa semua bagian masyarakat, terutama orang tua dan anak,
19
pengetahuan dasar mengenai kesehatan dan gizi anak, manfaat-manfaat ASI, kesehatan dan
(f) Mengembangkan perawatan kesehatan yang preventif, bimbingan bagi orang tua dan
3. Negara-negara Pihak harus mengambil semua langkah yang efektif dan tepat dengan
sosial yang didapatkan oleh anak sudah bertentangan dengan haknya. Anak
sebaik mungkin. Dalam kasus ini khitan yang dilakukan oleh mantri khitan,
pelanggaran hak anak oleh orang tua. Orang tua tidak memberikan hak
36/2009 pada pasal 5 Setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan
kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau. Keluarga MF dapat mengajukan tuntutan
20
hukum dan ganti rugi sesuai dengan pasal 58 ayat 1 Setiap orang berhak menuntut ganti
menimbulkan kerugian akibat kesalahan atau kelalaian dalam pelayanan kesehatan yang
diterimanya.
menjamin hak anak untuk mendapat perawatan kesehatan yang aman den
Praktik khitan yang dilakukan oleh mantra yang bukan professional dapat
merusak kesehatan anak dan melanggar hak anak untuk dapat tumbuh dan
21
BAB III
KESIMPULAN
Anak adalah seorang manusia yang tumbuh dan berkembang mencapai kedewasaan sampai
berumur 18 tahun termasuk didalamnya anak dalam kandungan. Anak merupakan potensi negara
dan prioritas dalam pembangun. Anak bmempunyai hak untuk tumbuh, berkembang, mendapat
Perlindungan terhadap hak anak bukan hanya tanggung jawab orang tua, tetapi juga
tanggung jawab negara sebagaimana telah diungkapkan dalam konvensi hak anak PBB. Anak
seharusnya terhindar dari rasa takut dan rasa tidak aman akan terancam hak-haknya. Setiap unsur
22
DAFTAR PUSTAKA
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-
undang nomor 23 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002
23