Hum
Kesehatan adalah keadaan sehat, baik
secara fisik, mental, spritual maupun
sosial yang memungkinkan setiap
orang untuk hidup produktif secara
sosial dan ekonomis.
(Vide Pasal 1 ayat (1) UU No. 36 Tahun
2009 Tentang Kesehatan)
Hukum Kesehatan tidak hanya bersumber pada hukum
tertulis saja tetapi juga Yurisprudensi, Traktat, Konvensi,
Doktrin, Konsensus dan Pendapat Para Ahli Hukum
maupun kedokteran.
Tidak Jelas
Pembinaan
Unifikasi Kelemahan
Hukum
hukum (Weakness)
Nasional
Tidak Lengkap
LEGAL STANDING BW SEBAGAI
HUKUM POSITIF
a.Undang-Undang No. 5 Tahun 1960
Tentang Pokok Agraria
b.Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA)
No. 3 Tahun 1963
c.Undang-undang No. 1 Tahun 1974
Tentang Perkawinan
d.Asas Hukum : Res Judicata Proveretate
Habetur
PERANAN HAKIM DALAM
PEMBENTUKAN HUKUM
Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang
Kekuasaan kehakiman menyatakan bahwa Hakim dan Hakim
Konstitusi wajib menggali, mengikuti, dan memahami nilai-nilai
hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat
2. Interpretasi gramatikal
menafsirkan kata-kata dalam undang-undang sesuai
kaidah bahasa, kaidah hukum tata bahasa
3. Interpretasi Historis
a. interpretasi menurut sejarah undang-undang
mencari maksud dari kehendak pembuat undang-
undang ketika undang-undang itu dibentuk
b. interpretasi sejarah hukum
memahami undang-undang dalam konteks seluruh
sejarah hukum
4. Interpretasi Sistematis
menafsirkan undang-undang sebagai bagian dari
keseluruhan sistem perundang-undangan
5. Interpretasi Sosiologis atau Teleologis
menerapkan makna undang-undang berdasarkan
tujuan kemasyarakatan
6. Interpretasi Komparatif
membandingkan antara berbagai sistem hukum
7. Interpretasi Futuristik
menjelaskan undang-undang yang berlaku sekarang
dengan berpedoman pada undang-undang yang
belum mempunyai kekuatan hukum
8. Interpretasi Restriktif
menjelaskan suatu ketentuan undang-undang dengan
membatasi atau mempersempit makna dari ketentuan
tersebut
9. Interpretasi Ekstensif
menjelaskan suatu ketentuan undang-undang dengan
melampaui atau memperluas makna dari ketentuan
tersebut
Jenis-Jenis Metode Konstruksi
1. Argumentum Per Analogiam (Analogi)
Metode penemuan hukum dimana hakim mencari
esensi yang lebih umum pada suatu perbuatan yang
diatur oleh undang-undang dengan pada perbuatan
atau peristiwa yang secara konkret dihadapi hakim
2. Argumentum A Contrario
Metode ini menggunakan penalaran bahwa jika
undang-undang menetapkan hal-hal tertentu untuk
peristiwa tertentu
3. Rechtsvervijnings (Penghalusan Hukum)
Metode ini bertujuan untuk mengkonkritkan suatu
aturan hukum yang terlalu abstrak
4. Fiksi Hukum
Berlandaskan asas in dubio pro reo yaitu asas bahwa
setiap orang dianggap mengetahui undang-undang
Peraturan Perundang-undang di Bidang Kesehatan
1. Undang-Undang Dasar 1945
6. Peraturan Perintah (PP) No. 10 Tahun 1966 tentang Wajib Simpan Rahasia kedokteran
Pasal 1 ayat (1) KUHP yaitu “tiada suatu perbuatan dapat dipidana kecuali atas kekuatan aturan pidana
dalam perundang-undangan yang telah ada sebelum perbuatan dilakukan”
Pasal 103 KUHP : “Ketentuan-ketentuan dalam Bab I sampai Bab VIII buku ini juga berlaku bagi
perbuatan-perbuatan yang oleh ketentuan perundang-undangan lainnya diancam
dengan pidana, kecuali jika oleh undang-undang ditentukan lain”.
Lex Generalis
Pasal 346, 347, 348, 349, 359, 360 dan 386 KUHP
Lex Spesialis
Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
Aspek Hukum Pidana
1. Lex Generalis
Pasal 346 KUHP:
Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya
atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling
lama empat tahun.
Pasal 347:
1. Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan
seorang wanita tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana penjara
paling lama dua belas tahun.
2. Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut diancam dengan
pidana penjara paling lama lima belas tahun
Pasal 348:
1. Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan
seorang wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara
paling lama lima tahun enam bulan.
2. Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, diancam dengan
pidana penjara paling lama tujuh tahun
Pasal 349:
Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan
berdasarkan pasal 346, ataupun melakukan atau membantu melakukan salah
satu kejahatan yang diterangkan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang
ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah dengan sepertiga dan dapat
dicabut hak untuk menjalankan pencarian dalam mana kejahatan dilakukan.
Pasal 359
Barang siapa karena kesalahannya (kealpaannya) menyebabkan orang lain mati,
diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau pidana kurungan
paling lama satu tahun.
Pasal 360:
1. Barang siapa karena kesalahannya (kealpaannya) menyebabkan orang lain
mendapat luka-luka berat, diancam dengan pidana penjara paling lama lima
tahun atau pidana kurungan paling lama satu tahun.
2. Barang siapa karena kesalahannya (kealpaannya) menyebabkan orang lain
luka-luka sedemikian rupa sehingga timbul penyakit atau halangan
menjalankan pekerjaan jabatan atau pencarian selama waktu tertentu,
diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau pidana
kurungan paling lama enam bulan atau pidana denda paling tinggi empat ribu
lima ratus rupiah.
Pasal 386:
1. Barang siapa menjual, menawarkan atau menyerahkan barang makanan,
minuman atau obat-obatan yang diketahuinya bahwa itu dipalsu, dan
menyembunyikan hal itu, diancam dengan pidana penjara paling lama
empat tahun.
2. Bahan makanan, minuman atau obat-obatan itu dipalsu jika nilainya atau
faedahnya menjadi kurang karena sudah dicampur dengan sesuatu bahan lain.
Lex Specialis