Anda di halaman 1dari 24

PERLINDUNGAN HUKUM WARGA NEGARA DALAM

PENANGGULANGAN WABAH DEMAM BERDARAH DENGUE DI


INDONESIA

Disusun Untuk Memenuhi Ujian Akhir Semester


Mata Kuliah Hukum Epidemiologi

Dosen Pengampu :
Dr. Herry F., SKM., SH., MH.Kes

Oleh :
Rafa Zhafirah Amaani
NPM : 178040014

Magister Ilmu Hukum Konsentrasi Kesehatan


Pasca Sarjana Universitas Pasundan
Bandung
2018
DAFTAR ISI

Daftar isi…………………………………………………………………………………………..i
BAB 1 Pendahuluan……………………………………………………………………………….1

A. Latar Belakang…………………………………………………………………….1
B. Identifkasi Masalah………………………………………………………………..4
C. Metodologi Penelitian.….…………………………………………………………4
BAB II Landasan Yuridis dan Landasan Teori………………………...…………………………5

A. Landasan Yuridis………………………………………………………………….5
B. Landasan Teoritis………………………………………………………………...12
BAB III Pembahasan…………………………………………………………………………….13
BAB III Penutup……………………………………………………………………………........17

A. Kesimpulan………………………………………………………………………17
B. Saran dan Rekomendasi………………………………………………………….18
Daftar Pustaka…………………………………………………………………………..………..19

i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan adalah hak fundamental yang dimilki oleh setiap manusia. Hal ini

sesuai dengan ideologi Pancasila sebagaimana yang tercantum pada sila kedua “

kemanusiaan yang adil dan beradab” dan sila kelima “Keadilan bagi seluruh rakyat

Indonesia” dan sila kelima yaitu “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

mengandung makna bahwa seluruh masyarakat Indonesia”. Kesehatan dan

lingkungan juga tercantum dalam landasan konstitusional UUD 1945 pada pasal 28a,

28 h, dan 34 (3) yang menyatakan bahwa setiap orang berhak untuk sehata dan berada

di lingkungan yang sehat.

Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan juga mengatur hak

untuk sehat dan tanggung jawab pemerintah untuk menyediakan lingkungan yang

sehat. Hal ini juga sejalan dengan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 ytentang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Setiap orang berhak

memperjuangkan ha katas lingkungan hidup yang baik dan sehat.

Lingkungan yang sehat dapat tercipta apabila manusia bisa berada di lingkungan

yang bebas dari segala jenis sumber ancaman penyakit dan vector penyebab penyakit,

serta terbebas dari wabah. Di Indonesia sendiri perturan tentang wabah diatur dalam

Undang-undang Nomor 4 tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular. Wabah yang

sampai saat ini masih menjangkiti masyarakat Indonesia adalah Demam Berdarah

1
2

Dengue. Penganggulangan demam berdarah dengue seharusnya menjadi tanggung

jawab pemerintah untuk meniadakan wabah sebagaimana diatur dalam Peraturan

Pemerintah Nomor 23 tahun 2000 tentang Kewenangan emerintag & Kewenangan

Provinisi Sebagai Daerah Otonom, dalam hal ini di bidang kesehatan yang menjadi

tanggung jawab pemerintah daerah.

Penanggulangan wabah demam berdarah dengue seharusnya menjadi perhatian

bersama sebagaimana tertulis dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 1501 Tahun 2010 tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu Yang Dapat

Menimbulkan Wabah Dan Upaya Penanggulangan.

Penyakit demam berdarah dengue (DBD) adalah masalah serius pada bidang

kesehatan di Indonesia. Seluruh wilayah di Indonesia mempunyai risiko untuk

terjangkit penyakit DBD, sebab baik virus penyebab maupun nyamuk vektor

penularnya sudah tersebar luas di seluruh Indonesia. Berjangkitnya penyakit DBD di

berbagai wilayah Indonesia hampir di sepanjang waktu dalam satu tahun.

Banyaknnya kasus DBD ini menimbulkan reaksi dari berbagai kalangan.

Sebagian menganggap hal ini terjadi karena kurangnya kesadaran masyarakat akan

kebersihan lingkungan & sebagian lagi menganggap karena pemerintah lambat dalam

mengantisipasi & merespon kasus ini.

Mewabahnya penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dianggap banyak

kalangan merupakan akibat dari kealpaan dan kelalaian pemerintah. Pemerintah

dinilai tidak melakukan upaya dengan optimal untuk mencegah dan menanggulangi

DBD. Pemerintah baru berusaha dengan optimal ketika DBD telah mewabah.
3

Pada kasus DBD ini, telah terjadi pembiaran oleh pemerintah sehingga terjadi

kerugian yang sangat besar. Pemeritah saat ini sering menyataka bahwa DBD adalah

Kejadian Luar Biasa (KLB). Namun, KLB seharusnya tidak menjadi kejadian yang

berulang terus-menerus di setiap tahun. Jika pemerintah menyatakan bahwa yang

terjadi saat ini adalah wabah, maka berlaku UU No 4 Tahun 1984 tentang Wabah

Penyakit Menular.

Dalam UU tersebut memberikan ancaman pidana bagi mereka yang alpa,

termasuk pejabat pemerintah. Pasal 14 ayat (2) UU itu menyatakan bahwa barang

siapa karena kealpaannya mengakibatkan terhalangnya pelaksanaan penanggulangan

wabah sebagaimana diatur dalam UU ini, diancam dengan pidana kurungan selama-

lamanya enam bulan dan atau denda setinggi-tingginya Rp500 ribu1.

DBD bukanlah sesuatu yang baru, karena sudah rutin terjadi di Indonesia dan

sudah ditemukan sejak tahun 60-an. Pemerintah tidak melakukan kegiatan preventif

dan promotif dengan optimal untuk menanggulangi kasus DBD.

Kebijakan pemerintah untuk menurunkan jumlah angka kematian akibat DBD.

Saat ini, karena pemerintah ingin menurunkan angka kematian, maka setiap pasien

yang menderita penyakit panas dirawat di Rumah Sakit. "Sehingga nanti jumlah yang

dirawat banyak, tapi yang meninggal sedikit, sehingga nanti case fatalita rate-nya

menjadi turun.

1
Undang-Undang Nomor 4 tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular
4

B. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah adalah :

1. Bagaimana aturan mengenai tentang penanggulangan demam berdarah dengue di

Indonesia?

2. Bagaimana permasalahan penanggulangan demam berdarah dengue di Indonesia?

3. Bagaimana penyelesaian permasalahan dalam penanggulangan demam berdarah

dengue menurut hukum yang berlaku?

C. Metode Penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah yuridis normatif. Menurut

Soerjono Soekamto pendekatan yuridis normatif yaitu penelitian hukum yang

dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder sebagai bahan dasar

untuk diteliti dengan cara mengadakan penelusuran terhadap peraturan-peraturan dan

literature-literatur yang berkaitan dengan permasalaha yang diteliti.2

Data menggunakan data kepustakaan dengan menggunakan sumber-sumber

pustaka tentang penanggulangan demam berdarah dengue menurut hukum yang

berlaku di Indonesia.

2
Soerjono Soekanto & Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan SIngkat), Rajawali Pers, Jakarta,
2001.
BAB II

LANDASAN YURIDIS DAN LANDASAN TEORITIS

A. Landasan Yuridis

Kesehatan merupakan hak setiap orang. Setiap orang berhak untuk bebas dari

penyakit termasuk demam berdarah. Hal ini sesuai dengan ideologi Pancasila sebagaimana

yang tercantum pada sila kedua “ kemanusiaan yang adil dan beradab” dan sila kelima

“Keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia”. Kemanusiaan yang adil dan beradab berarti

seluruh masyarakat harus mendapatkan kesempatan yang sama dalam mendapatkan hak-

haknya sebagai manusia dengan sifat manusiawinya. Sila kelima yaitu “Keadilan sosial

bagi seluruh rakyat Indonesia mengandung makna bahwa seluruh masyarakat Indonesia

harus mendapatkan kesempatan yang sama untuk menjadi pribadi yang mempunyai akses

terhadap semua sektor pembangunan (sosial, ekonomi, kesehatan, lingkungan, dan lain

sebagainya) dengan prinsip kesetaraan dalam penghidupan yang layak.

Kesehatan lingkungan tertulis dalam landasan konsitutisional UUD 19453 pada

Pasal 28 a bahwa “Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup

dan kehidupannya.”. Dalam Pasal 28 h. (1). tertulis “Setiap orang berhak hidup sejahtera

lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat

serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.” Selain itu pada Pasal 34 (3) tertulis

3
Undang-Undang Dasar 1945

4
5

“Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas

pelayanan umum yang layak.”

Kesehatan lingkugan dan hak untuk sehat juga diatur dalam Undang-Undang

Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan4 dalam Pasal 4 tertulis “Setiap orang berhak

atas kesehatan.”. Pasal 6 tertulis “Setiap oarang berhak mendapatkan lingkungan yang

sehat bagi pencapaian derajat kesehatan. Pasal 10 tertulis “Setiap orang berkewajiban

menghormati hak orang lain dalam upaya memperoleh lingkungan yang sehat, baik fisik,

biologi, maupun sosial.” Kewajiban berperilaku hidup sehat dinyatakan dalam Pasal 11

setiap orang berkewajiban berperilaku hidup sehat untuk mewujudkan, mempertahankan,

dan memajukan kesehatan yang setinggi-tingginya. Pemerintah bertanggung jawab

terhadap lingkungan sebagaimana tertulis dalam Pasal 15 “Pemerintah bertanggungjawab

atas ketersediaan lingkungan, tatanan, fasilitas kesehatan baik fisik maupun sosial bagi

masyarakat untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.”

Kesehatan lingkungan dan upaya kesehatannya diatur dalam Pasal 162 tertulis

bahwa “Upaya kesehatan lingkungan ditujukan untuk mewujudkan kwalitas lingkungan

sehat, baik fisik, kimia, biologi maupun sosial yang memungkinkan setiap orang mencapai

derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.” Kesehatan lingkungn juga diatur dalam Pasal

163 yang tertulis sebagai berikut :

(1) pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat menjamin ketersediaan

lingkungan yang sehat dan tidak mempunyai risiko buruk bagi kesehatan.

4
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
6

(2). Lingkungan sehat mencakup lingkungan pemukiman, tempat kerja, tempat

rekreasi, serta tempat dan fasilitas umum.

(3). Lingkungan sehat bebas dari unsur-unsur yang menimbulkan gangguan

kesehatan

A. Limbah cair ;

B. Limbah padat ;

C. Limbah gas ;

D. Sampah yang tidak diproses sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan

pemerintah;

E. Binatang pembawa penyakit ;

F. Zat kimia yang berbahaya ;

G. Kebisingan yang melebihi ambang batas ;

H. Radiasi sinar pengion dan non-pengion ;

I. Air yang tercemar ;

J. Udara yang tercemar ;

K. Makanan yang terkontaminasi

Hak atas kesehatan dan lingkungan juga diatur dalam Undang-Undang Nomor

32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup5 pada Pasal 65

yang tertulis “Setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat sebagai

bagian dari hak asasi manusia.” Selain itu dalam Pasal 66 menyatakan bahwa “Setiap

5
Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
7

orang yang memperjuangkan hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat tidak dapat

dituntut secara pidana maupun digugat secara perdata.”

Demam berdarah dengue merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh

virus dengue dan nyamuk Aedes aegepty berperan sebagai vektornya. Kejadian demam

berdarah dengue di Indonesia daoat disebut dengan wabah dan diatur dalam Undang-

Undang Nomor 4 tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular6 . Pengertian wabah

tercantum dalam Pasal 1 tertulis “Wabah penyakit menular yang selanjutnya disebut wabah

adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah

penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari pada keadaan yang lazim pada waktu

dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka.”.

Wabah yang terjadi dan menimbulkan kerugian seharusnya mendapatkan ganti

rugi sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 8 yaitu (1) Kepada mereka yang mengalami

kerugian harta benda yang diakibatkan oleh upaya penanggulangan wabah sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) dapat diberikan ganti rugi. (2) Pelaksanaan pemberian

ganti rugi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Wabah seharusnya menjadi tanggung jawab pemerintah, sebagaiman penanggulangan

demam berdadarh dengue sesuai dengan Pasal 10 menyatakan bahwa Pemerintah

bertanggung jawab untuk melaksanakan upaya penanggulangan wabah sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1).

Penanggulangan demam berdarah dengue sebagai wabah penyakit menular jika

diabaikan dan terjadi kealpaan maka dapat dikenakan denda dan kurungan pidana

6
Undang-Undang Nomor 4 tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular
8

sebagaimana yang tercantum dalam pasal 14 dan 15 Undang-Undang Nomor 4 tahun 1984

tentang Wabah Penyakit Menular

1. Pasal 14

(1) Barang siapa dengan sengaja menghalangi pelaksanaan penanggulangan

wabah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini, diancam dengan pidana

penjara selama-lamanya 1 (satu) tahun dan/atau denda setinggi-tingginya Rp

1.000.000,- (satu juta rupiah).

(2) Barang siapa karena kealpaannya mengakibatkan terhalangnya pelaksanaan

penanggulangan wabah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini,

diancam dengan pidana kurungan selama-lamanya 6 (enam) bulan dan/atau

denda setinggi-tingginya Rp 500.000,- (lima ratus ribu rupiah).

(3) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah kejahatan dan

tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) adalah pelanggaran.

2. Pasal 15

(1) Barang siapa dengan sengaja mengelola secara tidak benar bahan-bahan

sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini sehingga dapat menimbulkan

wabah, diancam dengan pidana penjara selamalamanya 10 (sepuluh) tahun

dan/atau denda setinggi-tingginya Rp 100.000.000,- (seratus juta rupiah).

(2) Barang siapa karena kealpaannya mengelola secara tidak benar bahan-bahan

sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini sehingga dapat menimbulkan

wabah, diancam dengan pidana kurungan selamalamanya 1 (satu) tahun

dan/atau denda setinggi-tingginya Rp 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah).


9

(3) Apabila tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan oleh

suatu badan hukum, diancam dengan pidana tambahan berupa pencabutan izin

usaha.

(4) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah kejahatan dan

tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) adalah pelanggaran.

Penanggulangan demam berdarah dengue dan wabah juga duatur dalam

Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 Tentang Kewenangan Pemerintah &

Kewenangan Provinsi Sebagai Daerah Otonom telah terjadi pelimpahan kewenangan dari

pusat ke daerah termasuk didalamnya kewenangan dalam bidang kesehatan. Pada Pasal 2

ayat (3) tertulis bahwa dalam bidang kesehatan pemerintah daerah memiliki kewenangan

untuk survailans epidemiologi serta pengaturan pemberantasan dan penanggulangan

wabah, penyakit menular dan kejadian luar biasa7.

Penanggulangan wabah penyakit menular dari sisi aspek etik detik dan hukum

perlu diketahui kalangan kedokteran dan keshatam karena merupakan orang-orang yang

juga dapat mengatasi dampak dan upaya penanggulangannya. Upaya penaggulagan yang

dimaksud adalah penyelidikan epidemiologis, pemeriksaan, perawatan dan isolasi pasien,

pencegahan dan pengebalan penyakit, penanganan jenazah akibat wabah dan penyuluhan.
8

Menteri kesehatan juga mengatur penanggulangan demam berdarah dengue

dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1501 Tahun 2010 tentang

Jenis Penyakit Menular Tertentu Yang Dapat Menimbulkan Wabah Dan Upaya

7
Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 Tentang Kewenangan Pemerintah & Kewenangan Provinsi
8
Jusuf Hanafiah dan Amri Amir, Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan Edisi 4, Jakarta : EGC, 2008.
10

Penanggulangan. Dalam peraturan tersbeut juga dibahas berikut tatacara penyampaian

laporannya & tatacara penanggulangannya yang tercantum dalam pasal 13, 14, dan 15.

Dalam Pasal 13 ayat (2)9 menyatakan bahwa Penanggulangan KLB/Wabah sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. penyelidikan epidemiologis;

b. penatalaksanaan penderita yang mencakup kegiatan pemeriksaan,

pengobatan, perawatan dan isolasi penderita, termasuk tindakan karantina;

c. pencegahan dan pengebalan;

d. pemusnahan penyebab penyakit;

e. penanganan jenazah akibat wabah;

f. penyuluhan kepada masyarakat; dan

g. upaya penanggulangan lainnya.

Peraturan mengaenai petunjuk teknis penanggulangan demam berdarah diatur

dalam Kepmenkes No.581/1992 Tentang Pemberantasan Penyakit DBD yang menuliskan

bahwa dalam pemeriksaan jentik berkala setiap satu (1) bulan dengan pemberantasan

sarang nyamuk (PSN) DBD dan penyuluhan langsung ke masyarakat10. Selain itu

puskesmas juga memiliki kewenangan dalam upaya penanggulangan demam berdarah

dengue seperti yang tercantum dalam Keputusan Dirjen PPM & PLP, Depkes RI no.914-

1/1992 tentang Petunjuk Teknis Pemberantasan DBD bahwa pelaksana minimal

9
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1501 Tahun 2010 tentang Jenis Penyakit Menular
Tertentu Yang Dapat Menimbulkan Wabah Dan Upaya Penanggulangan
10
Kepmenkes No.581/1992 Tentang Pemberantasan Penyakit DBD
11

berjumlah 3 petugas puskesmas dan dibantu kader/RW kelurahan yang telah

mengikuti pelatihan jumantik (juru pemantau jentik)11.

B. Landasan Teoritis

Hukum kesehatan lingkungan menurut Drupsteen adalah hukum yang

berhubungan dengan kebijaksanaan di bidang kesehatan lingkungan, dengan pemeliharaan

kondisi air, tanah dan udara, pencegahan kebisingan yang semuanya dilator belakangi oleh

perbuatan manusia dengan lingkungan.12

Polemik penanggulangan wabah demam berdarah dengue dalam hukum

lingkungan menimbulkan kesangsian akan hak-hak masyarakat untuk sehat dan

mendapatkan lingkungan yang sehat bebas dari binatang pembawa penyakit. Hak-hak

masyarakat yan harusnya dilindungi oleh Pemerintah dan dijamin oleh Negara. Teori

perlindugan hukum berkaitan dengan polemik penanggulangan DBD, dimana teori ini

berhubungan dengan pemberian pelayanan kepada masyarakat.13

Fitzgerald mengemukakan teori pelindungan hukum Salmond bahwa hukum

bertujuan mengintegrasikan dan mengkoordinasikan berbagai kepentingan dalam

masyarakat karena dalam suatu lalu lintas kepentingan, perlindungan terhadap kepentingan

tertentu hanya dapat dilakukan dengan cara membatasi berbagai kepentingan di lain pihak.

Kepentingan hukum adalah mengurusi hak dan kepentingan manusia, akibatnya hukum

11
Keputusan Dirjen PPM & PLP, Depkes RI no.914-1/1992 tentang Petunjuk Teknis Pemberantasan DBD
12
Sari Marlina, Aspek-Aspek Hukum Lingkungan, Uwais Inspirasi Indonesia, Ponorogo : Uwais Inspirasi Indonesia,
2012.
13
Salim HS dan Erlies Septiana Nurbani, Penerapan Teori Hukum Pada Penelitian Tesis dan Disertasi, Jakarta : Raja
Grafindo Persada, 2013.
12

memiliki otoritas tertinggi untuk menentukan kepentingan manusia yang perlu diatur dan

dilindungi. Perlindungan hukum harus melihat tahapan yakni perlindungan hukum lahir

dari suatu ketentuan hukum dan segala peraturan hukum yang diberikan oleh masyarakat

yang pada dasarnya merupakan kesepakatan masyarakat itu untuk mengatur hubungan

prilaku antara anggota-anggota masyarakat dan antara perseorangan dengan pemerintah

yang dianggap mewakili kepentingan masyarakat.14

Roscou Pound Mengemukakan bahwa hukum merupakan rekayasa sosial.

Kepentingan mausia merupakan tuntutan yang dilindungi dan dipenuhi dalam bidang

hukum. Menurut Roscou Pound kepentingan manusia yang dilindungi hukum dibagi

menjadi tiga macam, yaitu :

1. Public interest (kepentingan umum)

a. Kepentingan negara sebagai badan hukum;

b. kepentingan negara sebagai penjaga kepentingan masyarakat.

2. Social interest (kepentingan masyarakat)

a. Kepentingan Masyarakat bagi keselamatan umum, seperti :

a.1. keamanan

a.2. kesehatan

a.3. kesejahteraan

a.4. jaminan bagi transasksi-transaksi dan pendapatan.

b. Kepentingan bagi lembaga-lembaga sosial

c. Kepentingan terhadap kerusakan moral

14
Fitzgerald dikutip dari Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000.
13

d. Kepentingan dalam pemeliharaan sumber sosial

e. Kepentingan dalam kemajuan umum

f. Kepentingan dalam kehidupan manusia secara individual.

3. Privat interest (kepentingan individual) 15

a. Kepentingan pribadi

b. Kepentingan dalam rumah tangga

c. Kepentngan substansi

15
Lili Rasjidi, Filsafat Hukum, Bandung : Remadja Karya, 1988.
14

BAB III

PEMBAHASAN

Pemerintah telah melakukan berbagai upaya dalam menanggulangi munculnya

kasus-kasus DBD. Namun, pemerintah tidak dapat melaksanakan sendiri tanpa peran

berbagai pihak untuk melaksanakan tugasnya. Sehingga salah satu cara untuk

memperlancar palaksanaannya adalah dengan mempergunakan hukum & perUndang-

Undangan seperti yang terdapat dalam pasal 5 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009

tentang Kesehatan disebutkan bahwa “Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam

memperoleh derajat kesehatan”.16 Dalam pasal 14 disebutkan bahwa bahwa, “Pemerintah

bertanggung jawab merencanakan, mengatur, menyelenggarakan, membina, dan

mengawasi penyelenggaraan upaya kesehatan yang merata dan terjangkau oleh

masyarakat”.

Departemen kesehatan telah mengupayakan berbagai strategi dalam mengatasi

kasus ini. Pada awalnya strategi yang digunakan adalah memberantas nyamuk dewasa

melalui pengasapan, kemudian strategi diperluas dengan menggunakan larvasida yang

ditaburkan ke tempat penampungan air yang sulit dibersihkan. Akan tetapi kedua metode

tersebut sampai sekarang belum memperlihatkan hasil yang memuaskan.

Pemerintah memeiliki kewenangan daalam menanggulangi DBD sebagaimana

tercantum dalam Peranturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan

Pemerintah & Kewenangan Provinsi Sebagai Daerah Otonom telah terjadi pelimpahan

kewenangan dari pusat ke daerah termasuk didalamnya kewenangan dalam bidang

16
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
15

kesehatan. Namun kelambanan penanganan merebaknya penyakit demam berdarah itu

tidak lepas dari kendala jarak dalam hubungan struktural antara pemerintah pusat &

pemerintah kabupaten/kota sebagai pelaksana program. Akibatnya, sosialisasi mengenai

bahaya serangan DBD amat kurang.

Di sisi lain, perilaku masyarakat telah menambah suburnya populasi nyamuk

Aedes aegypti terutama di perkotaan. Kebanyakan kota-kota besar berkembang pesat

dengan segala implikasinya, seperti tumbuhnya daerah kumuh karena urbanisasi,

terbatasnya pasokan air bersih, manajemen pengelolaan kota yang tidak sempurna, &

manajemen lingkungan yang tidak profesional. Semua itu menimbulkan bertambahnya

tempat-tempat yang dapat dipakai bersarang & berkembang biaknya nyamuk itu.

Pesatnya populasi nyamuk kota besar didukung pula oleh tumbuhnya gedung-

gedung bertingkat tinggi & tertutup rapat serta tumbuhnya perumahan dengan pagar yang

tinggi. Akibatnya, nyamuk itu semakin berkembang pesat sejalan dengan pertumbuhan

manusia di perkotaan yang memiliki banyak permasalahan tersebut.Kurangnya informasi

yang benar tentang penanggulangan penyakit DBD kepada masyarakat & disertai

kehidupan sosial masyarakat kota yang semakin individualistis, menyebabkan semakin

sulitnya komunitas yang ada untuk dapat saling bekerja sama membasmi nyamuk itu.

Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat,

diselenggarakan upaya kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan

kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif),

& pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu &

berkesinambungan. Setiap negara dengan dengue endemic seperti di Indonesia harus


16

memliki satu sistem surveilas demam dengue atau demam berdarah dengue yang secara

hukum harus dilaporkan17.

Berdasarkan Undang-Undang wabah penyakit menular, pemerintah harusnya

bertanggung jawab terhadap wabah DBD yang masih menjangkit di Indonesia. Setiap

warga negara yang mengalami kerugian atas wabah yang terjadi harus mendapatkan ganti

rugi. Tidak sedikit masyarakat yang mengalami infeksi yang menyebabkan sakit dan

dirawat di Rumah Sakit bahkan mengalami kematian akibat wabah DBD. Indonesia

mungkin dapat mengadaptasi peraturan tentang penanggulangan DBD dari Pemerintah

Singapura dan Malaysia yang membuat Undang-Undang yang mengenakan sanksi kepada

masyarakat yang terbukti lalai dan dirumahnya terdapat jentik nyamuk. 18

Setiap warga negara yang merupakan subjek hukum mempunyai hak atas

kesehatan, sebagaiman tercantum dalam Undang-Undang kesehatan. Hak atas kesehatan

bukan hanya sehat secara fisik namun, juga mendapatkan akses terhadap pelayanan

kesehatan dan hidup dilingkungan yang sehat sebagaimana tercantum dalam Undang-

Undang lingkungan hidup. Seyogyanya, memang tugas penanggulangan DBD tidak hanya

menjadikan tugas pemerintah, perlu adanya perna serta masyarakat dalam menanggulangi

wabah. Namun, seiring dengan wabah yang selalu terjadi sepanjang tahun, pemerintah

perlu memikirkan langkah yang optimal dan efektif dalam penanggulangan DBD.

17
World Health Organization, Pencegahan dan Pengendalian Dengue dan Demam Berdarah Dengue, Jakarta : EGC,
2005.
18
Handrawan Nadesul, Cara Mudah Mengalahkan Demam Berdarah, Jakarta : Kompas, 2007.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Kesehatan adalah hak fundamental yang dimilki oleh setiap manusia. Hal ini sesuai

dengan sila dan sila kelima. Kesehatan dan lingkungan juga tercantum dalam landasan

konstitusional UUD 1945 pada pasal 28a, 28 h, dan 34 (3) yang menyatakan bahwa

setiap orang berhak untuk sehata dan berada di lingkungan yang sehat.Undang-undang

Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan juga mengatur hak untuk sehat dan tanggung

jawab pemerintah untuk menyediakan lingkungan yang sehat. Hal ini juga sejalan

dengan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 ytentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup. Di Indonesia sendiri perturan tentang wabah diatur dalam Undang-

undang Nomor 4 tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular. Penanggulangan

wabah demam berdarah dengue seharusnya menjadi perhatian bersama sebagaimana

tertulis dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1501 Tahun

2010 tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu Yang Dapat Menimbulkan Wabah Dan

Upaya Penanggulangan. Penanggulangan wabah demam berdarah dengue seharusnya

menjadi perhatian bersama sebagaimana tertulis dalam Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 1501 Tahun 2010 tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu

Yang Dapat Menimbulkan Wabah Dan Upaya Penanggulangan.

2. Berbagai upaya penanggulangan telah dilakukan pemerintah untuk mengatasi

penyebaran penyakit DBD ini. Namun, penanggulangan ini tidak hanya menjadi

16
17

tanggung jawab pemerintah tetapi masyarakat juga mempunyai kewajiban untuk

mengatasi kasus ini. Aturan hukum merupakan salah satu alat untuk menanggulanginya

terutama dalam bentuk perUndang-Undangan. Peraturan perundangan yang mengatur

penanggulangan kasus DBD ini telah dibuat, mulai dari UU hingga peraturan menteri

& instruksi menteri. Sehingga diharapkan bisa menjadi dasar dalam setiap melakukan

tindakan penanggulangannya.

3. Hak-hak masyarakat yang harusnya dilindungi oleh Pemerintah dan dijamin oleh

Negara. Teori perlindugan hukum berkaitan dengan polemik penanggulangan DBD,

dimana teori ini berhubungan dengan pemberian pelayanan kepada masyarakat.

Kesehatan merupakan kepentingan masyarakat dalam keselamatan umum yang harus

dilindungi. Berdasarkan Undang-Undang wabah penyakit menular, pemerintah

harusnya bertanggung jawab terhadap wabah DBD yang masih menjangkit di

Indonesia. Setiap warga negara yang mengalami kerugian atas wabah yang terjadi

harus mendapatkan ganti rugi. Tidak sedikit masyarakat yang mengalami infeksi yang

menyebabkan sakit dan dirawat di Rumah Sakit bahkan mengalami kematian akibat

wabah DBD.
18

B. Saran dan Rekomendasi

1. Dinas Kesehatan melakukan pengawasan terhadap kegiatan penganggulangan demam

berdarah, dan penerapan sanksi kepada pegawai pemerintahan yang terbukti alpa dalam

menanggulangi wabah DBD, serta meberikan ganti rugi kepada masyarakat yang

terkena dampak wabah sesuai dengan Undang-Undang Nomor 4 tahun 1984 tentang

Wabah Penyakit Menular

2. Dinas Kesehatan daerah melalui Puskesmas dapat mengoptimalkan program sosialisasi

penanggulangan demam berdarah dengue pada masyarakat, surveilan demam berdarah

dengue sesuai dengan

3. Bagi pembuat kebijakan dapat membuat kebijakan bagi pemilik rumah atau pemilik

tempat usaha dan pemerintah daerah yang terbukti terdapat jentik nyamuk di

lingkungannya dberikan pengarahan dan sanksi. Kementrian dapat mensubsidi dan

memasukan vaksinasi virus dengue dalam program imunisasi nasional.


DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Fitzgerald dikutip dari Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung,
2000
Handrawan Nadesul, Cara Mudah Mengalahkan Demam Berdarah, Jakarta : Kompas,
2007

Jusuf Hanafiah dan Amri Amir, Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan Edisi 4, Jakarta
: EGC, 2008.

Lili Rasjidi, Filsafat Hukum, Bandung : Remadja Karya, 1988.

Salim HS dan Erlies Septiana Nurbani, Penerapan Teori Hukum Pada Penelitian Tesis
dan Disertasi, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2013.

Sari Marlina, Aspek-Aspek Hukum Lingkungan, Uwais Inspirasi Indonesia, Ponorogo :


Uwais Inspirasi Indonesia, 2012.

Soerjono Soekanto & Sri Mamudji, Penelitian Hukum Noramtif (Suatu Tinjauan
SIngkat), Rajawali Pers, Jakarta, 2001

World Health Organization, Pencegahan dan Pengendalian Dengue dan Demam


Berdarah Dengue, Jakarta : EGC, 2005.

B. Peraturan Perundang-undangan

Undang-Undang Dasar 1945

Undang-Undang Nomor 4 tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular

Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan


Hidup

18
19

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 Tentang Kewenangan Pemerintah &


Kewenangan Provinsi

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1501 Tahun 2010 tentang Jenis
Penyakit Menular Tertentu Yang Dapat Menimbulkan Wabah Dan Upaya
Penanggulangan

Kepmenkes No.581/1992 Tentang Pemberantasan Penyakit DBD

Keputusan Dirjen PPM & PLP, Depkes RI no.914-1/1992 tentang Petunjuk Teknis
Pemberantasan DBD

Anda mungkin juga menyukai