ADAT INDONESIA Disusun oleh: Pradipta Bagus I (E1A013279) LATAR BELAKANG MASALAH Di Indonesia, khususnya dalam kehidupan masyarakat adat, tujuan dari lahirnya seorang anak yang merupakan hasil perkawinan adalah untuk melanjutkan dan menyambung estafet keturunan serta melestarikan harta kekayaan keluarga. Tetapi tidak semua keluarga dapat menikmati rasanya membesarkan seorang anak seperti keluarga lainnya. Maka akibatnya, keturunan dari keluarga tersebut akan terancam punah dan putus bila tidak ada yang meneruskan silsilah keluarga dan kerabat keluarga. Untuk mengatasi itu semua diperlukan suatu upaya yakni pengangkatan anak (Adopsi). Pengangkatan anak (adopsi) menurut hukum adat sering dikenal sebagai usah untuk mengambil anak bukan keturunan sendiri dengan maksud untuk memelihara dan memperlakukannya sebagai anak sendiri. Pengangkatan anak pada dasarnya merupakan perbuatan hukum dilingkungan keluarga. Oleh karena itu sebagai konsekuensinya akan adanya akibat-akibat yang ditimbulkan (akibat hukum), terutama berkaitan erat dengan lapangan hukum keluarga dan lapangan hukum waris. Rumusan Masalah 1. Bagaimana Pelaksanaan Pengangkatan Anak Menurut Hukum Adat? 2. Bagaimana Akibat Hukum Pengangkatan Anak Dalam Hukum Adat? PEMBAHASAN Pengertian Pengangkatan Anak (Adopsi) dan Anak Angkat Menurut Hukum Adat • Pengertian Pengangkatan Anak Menurut Soerojo Wignjodipuri “Mengangkat anak atau ADOPSI (KIDS AANEMING) adalah suatu perbuatan pengambilan anak orang lain ke dalam keluarga sendiri sedemikian rupa, sehingga antara orang yang memungut anak dan anak yang dipungut itu tumbul suatu kekeluargaan yang sama seperti ada antara orang tua dengan anak kandungnya sendiri”. • Pengertian Anak Angkat Hilman Hadi Kusuma menyebutkan “Anak Angkat sebagai anak orang lain yang dianggap anak sendiri oleh orang tua angkat dengan resmi menurut hukum adat setempat, dikarenakan tujuan untuk kelangsungan keturunan atau pemeliharaan atas harta kekayaan rumah tangga”. Arti Penting Pengangkatan Anak (Adopsi) Bagi Masyarakat Adat • Menurut hukum adat kedudukan anak dipersamakan dengan kedudukan anak kandung. Mempunyai anak berarti mempunyai keturunan sebagai tujuan utama dari pada suatu perkawinan. • Motivasi pengangkatan anak menurut hukum adat ada beberapa macam, antara lain: 1. Untuk meneruskan silsilah 2. Tidak mempunyai keturunan 3. Untuk memancing lahirnya anak 4. Kasih sayang dan ingin menolong (rasa kekeluargaan dan peri kemanusiaan) Pelaksanaan Pengangkatan Anak Menurut Hukum Adat • Secara umum pelaksanaan pengangkatan anak ada 2 macam, yaitu: 1. Pengangkatan anak secara diam-diam, artinya terjadinya hubungan pengangkatan anak ini tidak melalui formalitas tertentu, tanpa upacara adat atau pengumuman kepada masyarakat sekitarnya. Si anak langsung menjadi anggota keluarga yang mengangkatnya sejak kecil. 2. Pengangkatan anak secara terang, proses pengangkatan anak ini melalui formalitas tertentu dan dilakukan secara terbuka dan masyarakat umum mengetahuinya. Untuk proses ini dapat dirinci menjadi 2 macam, yaitu: a) Non yudicial, artinya pengangkatan anak melalui prosedur resmi dengan disaksikan pejabat dan disaksikan oleh masyarakat setempat diluar proses peradilan. Contoh: Adat b) Yudicial, artinya proses pengangkatan anak melibatkan lembaga peradilan. (Pengadilan Negeri) Pelaksanaan Pengangkatan Anak Menurut Hukum Adat • Di Indonesia, setiap daerah memiliki ciri khas berbeda dan unik yang membuat pengangkatan anak dalam kehidupan masyarakat adat sangat beragam. Dilihat dari sudut anak yang diambil sebagai Anak Angkat dikenal macam-macam pengangkatan anak, yaitu: a. Mengangkat Anak Bukan Warga Keluarga b. Mengangkat Anak dari Kalangan Keluarga Pelaksanaan Pengangkatan Anak Menurut Hukum Adat a. Mengangkat Anak Bukan Warga Keluarga • Merupakan pengangkatan anak secara langsung. • Anak tersebut diambil dari lingkungan asalnya dan dimasukan kedalam keluarga orang yang mengangkat. • Pengangkatan tersebut disertai dengan penyerahan barang-barang magis atau sejumlah uang kepada keluarga anak semula. • Pelaksanaan pengangkatan anak tersebut pertama-tama anak harus dilepaskan dari lingkungan lama dengan serentak diberi imbalannya atau penggantiannya, yaitu berupa benda magis, setelah penggantian dan penukaran itu berlangsung anak yang dipungut itu masuk ke dalam kerabat yang memungutnya. Pengangkatan anak itu dilaksanakan dengan suatu upacara- upacara dengan bantuan penghulu atau pemuka-pemuka rakyat, dengan perkataan lain perbuatan itu harus terang. • Contoh: di daerah GAYO, LAMPUNG, PULAU NIAS, dan KALIMANTAN Pelaksanaan Pengangkatan Anak Menurut Hukum Adat b. Mengangkat Anak dari Kalangan Keluarga Di BALI Pengangkatan anak disebut Nyenta Nayang. Anak laki-laki lazimnya diambil dari salah satu CLAN yang ada di lingkungan kerabat pihak Suami CLAN yang disebut Purusa. Bahkan dibeberapa Desa dapat pula diambil anak (Anak laki-laki) dari lingkungan keluarga Isteri yang disebut Pradana. Prosedur pengambilan anak di Bali adalah sebagai berikut: 1. Orang (Laki-laki) yang ingin mengangkat anak tersebut lebih dahulu wajib membicarakan kehendaknya dengan atau kepada keluarga anak dimaksud secara matang 2. Anak yang akan diangkat hubungan kekeluargaan dengan ibunya dan dengan keluarganya secara adat harus diputuskan yaitu dengan jalan membakar benang dan membayar secara adat yaitu berupa uang seribu kepeng disertai satu stel pakaian wanita lengkap. 3. Anak kemudian dimasukan dalam hubungan kekeluargaan dari keluarga yang mengangkat. 4. Kemudian melakukan pengumuman kepada Warga Desa (Siar). Pelaksanaan Pengangkatan Anak Menurut Hukum Adat Di PULAU JAWA • Pelaksanaan adopsi dilakukan terhadap anak keponakan baik laki-laki maupun permpuan. • Adopsi keponakan di PULAU JAWA lebih merupakan pergeseran dalam lingkungan keluarga. • Pada umumnya Adopsi di PULAU JAWA tidak disyaratkan adanya pembayaran. • Akan Tetapi, di JAWA TIMUR masih dikenal adanya lembaga Adopsi sebagai suatu perbuatan kontan dimana dilakukan pembayaran-pembayaran yang bersifat Magis dengan sejumlah uang 17 ½ sen atau Rong Wang Segobang. Pembayaran ini diberikan kepada orangtua yang sebenarnya dengan maksud untuk memutuskan hubungan kekeluargaan antara anak tersebut dengan orang tuanya. Akibat Hukum Pengangkatan Anak Dalam Hukum Adat Pada hakekatnya pengangkatan anak merupakan perbuatan hukum dilingkungan keluarga. Oleh karena itu Akibat hukum yang terjadi berkaitan erat dengan : a. Lapangan Hukum Keluarga b. Lapangan Hukum Waris Akibat Hukum Pengangkatan Anak Dalam Hukum Adat a. Lapangan Hukum Keluarga • Akibat hukum pengangkatan anak terdapat perbedaan antara pengangkatan pada masyarakat dengan sistem kekerabatan patrilineal dan matrilineal (genealogis) serta pada masyarakat sistem kekerabatan parental. • Pada masyarakat genealogis akibat pengangkatan anak ini hubungan antara anak angkat dengan orangtua kandungnya secara kelembagaan menjadi putus. Si anak menjadi masuk kedalam marga orangtua anaknya. Maka si anak tidak mewaris dari harta orangtua kandungnya. (Daerah Nias, Gayo, Lampung dan Kalimantan) • Sedangkan pada masyarakat parental (Daerah Pulau Jawa), akibat hukum dari pengangkatan anak ini adalah tetap ada hubungan antara anak angkat dengan orangtua kandungnya secara kelembagaan, artinya si anak angkat menjadi anggota keluarga si orangtua angkat, tetapi juga masih terikat menjadi anak dari orangtua kandungnya (menjadi memiliki dua orangtua). Akibat Hukum Pengangkatan Anak Dalam Hukum Adat b. Lapangan Hukum Waris • Anak angkat memiliki kedudukan yang sama dengan anak kandung. Pandangan hukum terhadap anak angkat adalah memandang anak angkat dengan anak kandung itu sama. • Konsekuensi dari kedudukan tersebut dalam keluarga orangtua yang mengangkatnya, maka anak angkat menjadi ahli waris bersama dengan anak kandung terhadap harta bersama orangtua angkatnya. Demikian juga mengenai besar bagian warisan dari anak angkat sama dengan anak kandung. • Perbedaanya anak angkat hanya menjadi keluarga orangtua yang mengangkatnya saja, tidak memiliki hubungan dengan keluarga besarnya (tidak termasuk ahliwaris genealogis). Akibat Hukum Pengangkatan Anak Dalam Hukum Adat Terdapat sebuah pengaturan khusus tentang hak waris anak angkat yang diatur dalam beberapa putusan Mahkamah Agung, antara lain: 1. Menurut Hukum Adat Periangan seorang anak kukut atau anak angkat tidak dapat mawarisi barang-barang pusaka (asli) dari orangtua angkatnya. Barang pusaka itu hanya dapat diwarisi oleh ahli waris keturunan darah. (Perkara: Ahmad K. lawan Ny. Rukmini Cs, MA No. 82 K/Sip/1957 tanggal 5 Maret 1958). 2. Menurut Hukum Adat Jawa Tengah anak angkat hanya diperkenankan mewarisi harta gono-gini dari orangtua angkatnya. Terhadap barang pusaka (asli) anak angkat tidak berhak mawaris (Perkara: Ny. Suriyah lawan Kartomejo k. Cs MA No. 37 K/Sip/1959 tanggal 18 Maret 1959). 3. Menurut Hukum Adat yang berlaku seorang anak angkat berhak mewarisi harta gono-gini orangtua angkatnya sedemikian rupa, sehingga ia menutup hak mawaris para saudara orangtua angkatnya (Ahli waris asal) – (Perkara: Kasrim lawan Ny. Siti Maksum Cs MA No. 102 K/Sip/1972 tanggal 23 juli 1977). KESIMPULAN • Menurut Soerojo Wignjodipuri “Mengangkat anak atau ADOPSI (KIDS AANEMING) adalah suatu perbuatan pengambilan anak orang lain ke dalam keluarga sendiri sedemikian rupa, sehingga antara orang yang memungut anak dan anak yang dipungut itu tumbul suatu kekeluargaan yang sama seperti ada antara orang tua dengan anak kandungnya sendiri”. • Di Indonesia pelaksanaan pengangkatan anak di tiap daerah berbeda, setiap daerah memiliki ciri khas yang membuat pengangkatan anak dalam kehidupan masyarakat adat sangat beragam. Secara umum pelaksanaan pengangkatan anak ada 2 macam, yaitu: 1. Pengangkatan anak secara diam-diam 2. Pengangkatan secara terang, dibagi 2 yakni: a. Pengankatan Non-Yudicil b. Pengangkatan Yudicial • Dilihat dari sudut anak yang diambil sebagai Anak Angkat dikenal macam-macam pengangkatan anak dalam masyarakat adat, yaitu: 1. Mengangkat Anak Bukan Warga Keluarga 2. Mengangkat Anak dari Kalangan Keluarga • Pengangkatan anak pada dasarnya merupakan perbuatan hukum dilingkungan keluarga. Oleh karena itu sebagai konsekuensinya akan adanya akibat-akibat yang ditimbulkan (akibat hukum), terutama berkaitan erat dengan lapangan hukum keluarga dan lapangan hukum waris. THANK YOU…..