Anda di halaman 1dari 12

TUGAS

ANALISA KASUS

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Individu


Mata Kuliah Hukum Perlindungan Hak anak dan Hak Reproduksi Wanita

Dosen Pengampu :
Hj. Irma Rahmawati, S.H., M.H., P.hD

Oleh :
Rafa Zhafirah Amaani
NPM : 178040014

Magister Ilmu Hukum Konsentrasi Kesehatan


Pasca Sarjana Univesitas Pasundan
Bandung
2017
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.................................................................... 2

Daftar isi ..... 3

Bab 1 Kasus. 4

Bab 2 Tinjauan Pustaka........................... 6

Bab 3 Kesimpulan. 22

Daftar Pustaka... 23

2
Kata Pengantar

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas limpahan karunia-Nya sehingga

penulis dapat menyelesaikan Studi Kasus HAk Perlindungan Anak. Laporan ini disusun untuk

memenuhi salah satu tugas Hukum Perlindungan Hak Anak dan Hak Reproduksi Wantia.

Keberhasilan dalam penyusunan laporan ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan,

pengarahan baik moral maupun material yang tidak ternilai besarnya dari berbagai pihak. Oleh

karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Hj.

Irma Rahmawati, S.H., M.H., P.hD selaku dosen mata kuliah yang telah memaparkan materi dan

memberikan ilmu kepada penulis.

Dalam penyusunan laporan ini, penulis menyadari masih terdapat kekurangan sehingga

penulis mengharapkan masukan dan saran dalam perbaikan laporan ini. Akhir kata, semoga

laporan ini dapat diterima dan dapat bermanfaat bagi kemajuan ilmu hukum khususnya dan

pembaca umumnya.

3
BAB I

KASUS

1. Ketika putusan pengadilan mengenai anak dibawah umur menjadi masalah, apa yang

menjadi pertimbangan utama pengadilan?

2. Pendekatan berbeda seperti apa yang digunakan oleh pengadilan terkait dengan tindakan

untuk mempertahankan nyawa pasien dan anak dibawah umur?

3. Bagaimana pengadilan berdiskusi dan berdebat mengenai dilema kepentingan terbaik pada

kasus anak kembar siam?

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Keputusan Pengadilan bagi Anak di Bawah Umur

Minor child adalah bayi atau orang yang berada di bawah umur yang belum memiliki

kompetensi hukum. Sebuah istilah yang berasal dari Hukum Perdata, yang menggambarkan

seseorang di bawah usia tertentu. Di kebanyakan negara bagian, seseorang tidak lagi menjadi anak

di bawah umur setelah mencapai usia 18 tahun (meskipun undang-undang negara bagian mungkin

masih melarang tindakan tertentu sampai mencapai usia yang lebih tinggi; misalnya, pembelian

minuman keras).1

Keputusan mengenai masalah anak dibawh umur yang berkaitan dengan pengakhiran

hidup menjadi dilemma bagi pengadilan. Keputusan pengadilan berdasarkan pada kepentingan

terbaik bagi anak. Pada beberapa kasus sering kali keputusan tidak sesuai dengan keinginan dan

harapan orang tua. Masalah perihal melanjutkan atau menghentikan tindakan medis sering kali

sulit diputuskan oleh pengadilan.

Pengadilan dapat memutuskan apakah situasi pada sebuah kasus anak dengan masalah

berkaitan dengan hidup-dan matinya berada pada no chance situation. Royal Collage of

Padiatrics and Child Health mendifiniskian no chance situation sebagai kondisi dimana anak

dengan penyakit yang sangat parah yang sedang menjalani perawatan guna mempertahankan hidup

hanya menunda kematian tanpa mengurangi penderitaan secara signifikan. Perawatan medis dalam

situasi ini dianggap tidak tepat.2

1
West's Encyclopedia of American Law, edition 2. Copyright 2008 The Gale Group, Inc
2
Carr C. Unlocking Medical Law. 2014. Routledge : Amerika Serikat. Hlm. 194.

5
2.2. Pendekatan Pengadilan pada Perawatan Anak untuk Mempertahankan Hidup

Pendekatan pengadilan untuk perawatan anak guna mempertahankan hidup pada kasus-

kasus antara hidup dan mati harus didasaran pada kepentingan terbaik anak. Definisi kepentingan

terbaik anak sering membingungkan dan bertentangan dengan keinginan orang tua. Keputusan

pengadilan untuk melanjutkan atau menghentikan perawatan dilihat dari kondisi medis anak dan

kemungkin untuk mempertahankan hidup.

Kasus Wyatt Charlotte yang menderita peyakit paru, keputusan pengadilan berdasarkan

kepentingan terbaik Charlotte. Dalam pandangan medis Charlotte Wyatt kemungkinan hidupnya

kecil karena sudah resisten terhadap antibiotic dan paru-parunya sudah kolaps. Kepentingan

terbaik Charlotte dalam kasus ini adalah tetap melanjutkan ventilasi dan resusitasi jalan napas

untuk memperpanjang hidupnya, sejalan dengan keinginan orang tua yang menolak diberhentikan

perawatan medisnya. Keputusan pengadilan bukan saja berdasarkan kepentingan terbaik pasien,

tapi kemungkinan pasien untuk memperpanjang hidupnya. Tindakan ventilasi dan resusitasi

mungkin membunuh pasien dan membuat pasien menderita, namun hal tersebut dapat

memperpanjang hidupnya meskipun akan ada kemungkinan pasien tidak bisa hidup normal jika

pasien dapat bertahan hidup.

Tindakan mempertahankan hidup bisa dihentikan apabila tindakan tersebut dianggap sia-

sia dan menambah penderitaan pasien. Seperti pada kasus T dengan kelainan mitokondria.

Kepentingan terbaik pasien bukan lagi melanjutkan tindakan medis, namun perawata paliatif yang

dapat membuatnya meninggal dengan tenang tanpa penderitaan dan kesakitan. Tanpa menyalahi

hak untuk hidup bagi pasien, jika kondisi medis pasien tidak memungkinkan untuk hidup

meskipun dengan ventilasi dan resusitasi maka kondisi pasien masuk ke dalam no chance

situation. Melanjutkan tindkan medis bukan merupakan kepentingan terbaik pasien.

6
Keputusan pengadilan untuk melanjutkan atau menghentikan tindakan medis bisa saja

bertentangan dengan informed consent dan keinginan orang tua. Keputusan menghentikan

tindakan medis tidak sama dengan mempercepat kematian pasien atau membunuh pasien, karena

dalam beberapa kondisi jika melanjutkan tindakan medis dapat membuat pasien anak bertambah

nyeri dan menderita.

2.3. Dilema Kasus Kembar Siam

Kasus Mary dan Jodie harus keputusan pengadilan harus memikirkan kepentingan terbaik

bagi Jodi dan juga Mary. Pengadilan harus mengambil keputusan tertinggi berdasarkan

kepentingan terbaik Mary dan Jodie. Informed consent tetap diperlukan untuk melakukan tindakan

medis, namun dalam kasus ini orang tua menolak operasi. Pengadilan dapat mengabaikan penolak

orang tua asalkan keputusan pengadilan berdasarkan kepentingan terbaik anak.

Keputusan operasi dapat dilaksanakan meskipun akan menghilangkan nyawa Mary dan

tidak bisa dikategorikan sebagai pembunhuan. Karena tindakan ini diperlukan dan tidak data

dicegah untuk menyelamtakan nyawa Jodie. Jika pengadilan memutuksan opersi tidak dapat

dilaksanakan tu tidak bersesuaian dengan kepentingan terbaik Mary dan Jodie. Karena dengan

operasi dapat menyelamtakan nyawa dari Jodie dan mencegah kerusakan secara fisik, mental dan

sosial dari Jodie.

Kepentingan terbaik bagi Mary adalah Mary bergantung pada Jodie untuknya suplai darah.

Hati dan paru-parunya gagal. Dia mungkin buta dan memiliki penurunan fungsi otak. Operasi itu

tidak akan menyelamatkan hidup Mary, memperbaiki kondisinya atau mencegahnya kemunduran

mental atau fisik. Sebuah operasi untuk memisahkan Mary dari Jodie bukan keputusan terbaik bagi

7
Mary karena Mary akan tetap meninggal, tapi akan membiarkan dia mati dengan harga diri dan

tanpa rasa sakit dan penderitaan. Kepentingan terbaik Jodie adalah jika Mary tidak bergantung

padanya untuk menyuplai darah dan oksigen, Jodie dapat hidup normal dan sehat.3

Keputusan pengadilan berdarakan pada kesejahteraan anak merupakan pertimbangan

terpenting. Keputusan tersebut memang tidak memuaskan bagi semua pihak, karena Mary tetap

saja tidak bisa hidup. Keputusan tersebut dapat membuat Jodie berkesempatan mempunyai hidup

yang normal tanpa harus sakit dan menderita karena Mary bergantung kepadanya. Dan bagi Mary

dapat meninggal dengan harga diri, tanpa sakit dan penderitaan lebih lanjut.

2.4. Hukum mengenai Anak dibawah umur dengan kondisi terminal di Indonesia

Hukum di Indonesia belum banyak membahas kasus tentang anak dibawah umur dengan

kondisi medis yang membutuhkan perawatan guna mempertahankan hidupnya. Dalam Pasal 44

ayat (3) UU 23/2002 bahwa pemerintah menyediakan fasilitas dan menyelenggarakan upaya

kesehatan dan pelayanan gratis bagi masyarakat yang kurang mampu. Peraturan Perundang-

undangan yang Terkait dengan Kesehatan Anak Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang

Hak Asasi Manusia :

a. Pasal 53 ayat (1) menyatakan: setiap anak sejak dalam kandungan, berhak untuk hidup,

mempertahankan hidup, dan meningkatkan taraf kehidupannya.

b. Pasal 54 menyatakan bahwa setiap anak yang cacat fisik dan atau mental berhak memperoleh

perawatan dan bantuan khusus atas biaya negara, untuk menjamin kehidupannya.

3
Carr Claudia. Course Notes Medical Law and Ethis. 2013. Routlegde : London. Hlm. 49.

8
c. Pasal 62 mengatur hak anak untuk memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial secara

layak, sesuai dengan kebutuhan fisik dan mental spiritualnya

Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan. Masalah kesehatan anak

diakomodasi dalam pengaturan mengenai kesehatan keluarga, khususnya kesehatan ibu dan anak.

a. Pasal 17 UU 23/1992 menyatakan bahwa kesehatan anak diselenggarakan untuk

mewujudkan pertumbuhan dan perkembangan anak. Kesehatan anak ini dilakukan

melalui peningkatan kesehatan anak dalam kandungan, masa bayi, masa balita, usia

prasekolah dan usia sekolah.

Pelayanan Kesehatan Bagi Anak-Anak Cacat (Pasal 23 KHA) Negara harus memfasilitasi

orangtua atau orang-orang lain yang memelihara anak cacat agar anak-anak cacat bisa memperoleh

kesempatan dan menerima pelayanan kesehatan, pelayanan pemulihan.

Standar Kesehatan anak (Pasal 24 KHA) Negara harus mengambil langkah-langkah untuk:

a. Mengurangi kematian bayi dan anak;

b. Menjamin pengadaan bantuan medis dan perawatan kesehatan yang diperlukan untuk

semua anak dengan menitikberatkan pada pengembangan pelayanan kesehatan dasar;

c. Memberantas penyakit dan kekurangan gizi, termasuk dalam kerangka pelayanan

kesehatan dasar, melalui antara lain perenapan teknofogi yang mudah diperoleh dan melalui

pengadaan makanan bergizi yang memadai dan air minum yang bersih, dengan

mempertimbangkan bahaya-bahaya dan resikoresiko pencemaran lingkungan;

d. Menjamin perawatan kesehatan pra dan pasca melahirkan bagi ibu-ibu;

9
e. Menjamin bahwa semua golongan masyarakat, terutama para orangtua dan anak-anak,

diberi informasi, bisa memperoleh pendidikan dan mendapat dukungan dalam penggunaan

pengetahuan dasar mengenai kesehatan dan gizi anak, manfaat-manfaat pemberian air susu ibu

(ASI), kebersihan dan penyehatan lingkungan, serta pencegahan kecelakaan;

f. Mengembangkan perawatan kesehatan preventif, bimbingan untuk para orangtua dan

pendidikan serta pelayanan tentang keluarga berencana

Tidak terdapat peraturan pemerintah atau pun undang-undnag yang membahasn tentang

kondisi medis anak di bawah umur. Kepentingan terbaik anak dan kesejahteraan anak yang

menjadi keputusan tertinggi dalam kasus-kasus diatas belum disiunggung dalam hukum di

Indonesia.

10
BAB III

KESIMPULAN

Kepentingan terbaik anak daripada keputusan orang tua merupakan keputusan tertinggi

bagi pengadilan. Menghentikan atau melanjutkan tindakan medis ditinjau dari apakah hal ini

merupakan kepentingan terbaik bagi anak. Melanjutkan tindakan medis tidak selalu berarti

menyelamatkan nyawa anak, jika dalam kondisi tersebut hanya memperlambat kematian bukan

memperpanjang hidupnya penting untuk memikirkan penghentian tindakan guna mempertahankan

hidup dan memberikan perawatan paliatif.

11
DAFTAR PUSTAKA

Carr C. Unlocking Medical Law. 2014. Routledge : Amerika Serikat. Hlm. 194.

Carr Claudia. Course Notes Medical Law and Ethis. 2013. Routlegde : London. Hlm. 49.

West's Encyclopedia of American Law, edition 2. Copyright 2008 The Gale Group, Inc

12

Anda mungkin juga menyukai