Anda di halaman 1dari 16

SKALOGRAM

Skala Guttman dihitung dengan cara menyajikan dua masalah utama. Pertama, cakupan
fungsi desa yang cukup luas pada suatu komunitas yang memiliki ukuran ambang populasi
pemukiman, sehingga sering dihilangkan dari nilai skala. Kedua output komputer yang sulit
untuk dipahami bagi pejabat teknis yang tidak akrab dengan metodelogi ilmu sosial.

Skala grafis digunakan dengan sukses di India sehingga diadopsi untuk studi Bicol dan
kemudian diterapkan dalam proyek Potosi di Bolivia. Pengumpulan data dan persyaratan
perhitungan untuk membangun sebuah skalogram yang minimal, sesuai dengan informasi yang
dibutuhkan sperti :

1. Daftar semua pemukiman di wilayah

2. Ukuran populasi dalam proses penyelesaian

3. Sebuah peta penentuan lokasi pemukiman

4. Inventarisasi menunjukan ada tidaknya suatu fungsi (layanan, organisasi, fasilitas,


infrastruktur, kegiatan ekonomi) pada pemukiman masing masing.

Prosedur untuk membangun skalogran yaitu :

1. Di sisi kiri pada lembar kerja, berupa daftar pemukiman sebagai baris dalam urutan
populasi.

2. Di bagian atas lembar kerja, berupa daftar fungsi yang ditemukan pada wilayah.

3. Membuat matriks, diman setiap sel merupakan fungsi yang mungkinmuncul dalam
penyelesaian.

4. Isi semua sel, dimana fungsi sebenarnya ditemukan dalam penyelesaian..

5. Menyusun ulang baris dan kolom, sehingga dapat meminimalkan munculnya sel
kosong dalam matriks.

6. Skalogram yang lengkap apabila tidak ada pergeseran dari baris/ kolom yang dapat
mengurangi jumlah sel kosong.
7. Urutan terakhir mengenai identifikasi peringkat pemukiman yang diartikan sebagai
sector sentralis ordinal.

Di Bolivia ada dua versi Skalogram. Pertama, persediaan informasi yang lengkap dikumpulkan
dari kota kota melalui survey yang mencakup lebih dari 120 fungsi dalam 112 pemukiman.
Yang kedua, skalogram yang disiapkan hanya 58 fungsi yang dianggap sebagai indicator
terbaik dari kompleksitas fungsional.

Analisi skala memiliki sejumlah kegunaan penting dalam perencanaan pembangunan daerah.
Menyediakan skalogram merupakan suatu uraian visual hirarki dari pemukiman dan
kelembagaan dalam menganalisis banyak masalah.

Penggunaan potensi skalogram dalam perencanaan wilayah adalah sebagai berikut:

1. Mengkategorikan pemukiman menjadi komplek yang fungsional yang terletak pada


tempat pusat.

2. Skalogram menunjukan asosiasi antar layanan dengan lokasi yang spesifik

3. Skalogram menunjukan urutan fungsi dan implikasi investasi

4. Distribusi antara pemukiman dapat dilihat dengan mudah dengan membaca kolom

5. Menganalisis hubungan peta yang menunjukan lokasi dengan populasi

6. Identifikasi pemukiman yang memiliki layanan/ sarana

7. Menentukan alasan pada pada penampilan layanan dari fasilitas

8. Skalogram digunakan untuk membuat keputusan pada pemukiman yang berbeda


hirarkinya.

Ambang analisis

Cara untuk menilai karakteristik fungsional dari pemukiman suatu wilayah melalui analisis
ukuran populasi yang mendukung layanan sarana dan prasarana yang sudah ada dalam suatu
daerah. Marshall menjelaskan bahwa ambang batas
adalah ukuran pusat yang membagi daftar peringkat dari pusat sehingga jumlah pusat di atas
devisi sama dengan fungsi bawah devisi, terutama cocok untuk daerah pedesaan dalam analisis
skalogram.

Metode lain yaitu pendekatan Reed Muench yang digunakan untuk menentukan ambang batas
perkiraan fungsi.

Prosedur untuk menghitung indeks sentralis adalah :

1. Mereproduksi skala Guttman dalam bentuk terbalik yang disusun secara vertical dan
horizontal

2. Jumlah setiap baris dan kolom

3. Menggunakan asumsi bahwa jumlah atribut dalam sebuah system memiliki nilai
sentralis.

4. Tambahkan satu blok dan pemasukan bobt dihitung

5. Menampilkan bobot dengan nilai nilai sentralis total

6. Menjumlahkan semua bobot untuk menghasilkan indeks sentralis

Analisis Indeks Sentralis Marshal


Analisis indeks sentralitas Marshall digunakan untuk memberikan bobot pada fasilitas
yang ada. Dengan analisi ini dapat ditentukan hierarki dari masing-masing kota. Untuk
menentukan nilai sentralitas bobot dapat dihitung dari persamaan berikut:


C =

C= Bobot dari atribut suatu fasilitas


t = Nilai sentralitas gabungan

T = Jumlah total atribut fasilitas

Setelah mengetahui nilai sentralitas, kita dapat menentukan indeks sentralitas dengan
mengalikanya dengan jumlah fasilitas yang ada. Berdasarkan range yang kemudian dapat
ditentukan hierarki (tingkatan) masing-masig kota.

Kependudukan
Jumlah penduduk Kapbupaten Temanggung terus mengalami peningkatan. Pada tahun
2013 telah mencapai 739.874 jiwa. Dengan laju pertumbuhan penduduk besarannya di bawah
1 persen selama tiga tahun terakhir seperti tabel di bawah ini.

Tabel III.1 Kependudukan Kabupaten Temanggung Tahun 2011-2013

Uraian 2011 2012 2013


Jumlah Penduduk 727.184 733.418 739.873
Pertumbuhan Penduduk (%) 0,76 0,86 0,88
Kepadatan Penduduk (jiwa/km2) 835 842 850
Sex Rasio (%) 199,55 100,60 100,57
Jumlah Rumah Tangga 191.074 192.080 193.096
Rata-rata (jiwa/rumah tangga) 3,81 3,82 3,83

Sumber: Statistik Kabupaten Temanggung,2014

Secara umum jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk
perempuan. Hal ini terlihat pada rasio perbandingan jenis kelamin yang angkanya selalu lebih
besar dari 100 persen dalam tiga tahun terakhir.
Dengan luas wilayah 870,65 km2 berarti setiap km2 rata-rata ditempati penduduk
sebanyak 850 jiwa pada tahun 2013. Untuk anggota rumah tangga dalam setiap rumah tangga
terlihat cenderung naik.

Komposisi penduduk Kabupaten Temanggung didominasi oleh penduduk


muda/dewasa. Dasar piramida yang melebar baik untuk penduduk laki-laki maupun perempuan
menunjukkan bahwa angka kelahiran di Kabupaten Temanggung masih cukup tinggi. Dari
komposisi penduduk, juga didapatkan rasio ketergantungan sebesar 46 persen, yang artinya
setiap 100 orang usia produktif (15-64 tahun) harus menanggung 46 orang tidak produktif (usia
di bawah 15 tahun dan di atas 65 tahun)

4.1. Analisis Skalogram


Kabupaten Temanggung terdiri atas 20 Kecamatan dengan persebaran tiap jumlah
fasilitasnya berbeda-beda. Dalam anialisis ini, fasilitas yang digunakan ada 16 fasilitas
diantaranya adalah fasilitas pendidikan yang terdiri atas PAUD,TK,SD/MI
sederajat,SMP/MTS sederajat,SMA/MAN sederajat dan Perguruan Tinggi/Akademi. Fasilitas
Kesehatan yang terdiri atas PKD,Polindes,balai pengobatan,Puskesmas Pembantu,dan Rumah
Sakit Umum. Fasilitas perniagaan yang terdiri atas pasar desa dan pasar daerah. Serta fasilitas
peribadatan yang terdiri atas mushola/langgar dan masjid.

Berdasarkan hasil analisis Skalogram, setelah datanya diurutkan berdasakan jumlah


penduduk tertinggi dan banyaknya fasilitas yang ada maka didapatkan eror (kesalahan) sebesar
28 dengan jumlah total dari fasilitas yang ada sebesar 240. Dengan demikian setelah dilakukan
perhitungan COR (coeffisien of reproducibility ) dengan rumus yang ada didapatkan COR
sebesar 0.9125 yang artinya bahwa analisis skalogram ini dianggap layak untuk menentukan
orde pusat permukiman.

Dalam menentukan pusat permukiman tersebut digunakan perhitungan sebagai berkut.

Range/Jangkauan = Jumlah Terbesar-Jumlah Terkecil

= 16-10
=6

Orde pusat permukiman dibuat 4 orde yaitu I,II,III, dan IV dengan pertimbangan semua nilai
masuk ke dalam kelas tersebut.

Interval kelas = range : orde

=6:4

= 1.5

Sehingga didapatkan kelas nya adalah sebagai berikut:

Tabel IV.1 Orde Hirarki Pusat Permukiman dengan Analisis Skalogram

ORDE 1 >14.5-16
ORDE 2 >13.14.5
ORDE 3 >11.5-13
ORDE 4 10-11.5
Sumber: Analisis Kelompok,2014
Fasilitas

Puskesmas Pembantu
SMP/MTS sederajat

SMA/SMK/MAN

Balai Pengobatan
SD/MI sederajat

Pasar Daerah

PT/Akademi
Pasar Desa

Puskesmas

RS umum
sederajat
Mushola

Polindes
Jumlah
Masjid

PAUD

PKD
penduduk
TK

79,630 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
55,856 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0
52,230 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0
51,145 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
48,510 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0
48,089 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1
46,232 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0
45,237 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0
41,076 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0
31,848 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0
30,594 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0
29,031 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0
28,392 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0
24,988 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0
24,567 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0
22,323 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0
22,266 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0
19,807 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0
19,633 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0
18,419 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0
20 20 20 20 20 20 20 15 18 16 20 14 5 6 3 3
Tabel IV.2 Analisis Skalogram
Hasil dari penentuan kelas tersebut kemudian digunakan untuk menentukan orde dari masing-
masing Kecamatan dengan hasil sebagai berikut:

Tabel IV.3 Jumlah Fasilitas dan Orde Tiap Kecamatan

Kecamatan Jumlah Orde


Temanggung 16 I
Kedu 12 III
Ngadirejo 13 III
Parakan 16 I
Pringsurat 14 II
Kandangan 13 III
Bulu 13 III
Kranggan 14 II
Kaloran 12 III
Gemawang 11 IV
Candiroto 12 III
Tembarak 10 IV
Jumo 11 IV
Kledung 10 IV
Wonoboyo 11 IV
Bansari 10 IV
Tlogomulyo 10 IV
Tretep 11 IV
Bejen 10 IV
Selopampang 11 IV
Sumber:Analisis Kelompok,2014

Kemudian, setiap kecamatan yang mempunyai orde yang sama dikelompokan menjadi seperti
yang di bawah ini.

Tabel IV.4 Hierarki Kecamatan

Orde Kecamatan
I Temanggung dan Parakan
II Pringsurat dan Kranggan
III Kedu, Ngadirejo, Kandangan, Bulu, Kaloran, Candiroto
IV Gemawang, Tembarak, Jumo, Kledung, Wonoboyo, Bansari,
Tlogomulyo, Tretep, Bejen dan Selopampang
Sumber:Analisis Kelompok,2014

Gambar IV.1 Peta Hierarki Pusat Permukiman kabupaten Temanggung dengan Metode
Skalogram
Sumber:Analisis Kelompok,2014

4.2. Analisis Indeks Sentralis Marshal


Analisis ISM dilakukan dengan menggunakan angka jumlah fasilitas yang ada
kemudian ditentukan bobot dari masing-masing fasilitas tersebut.


Dalam menentukan bobot masing-masing fasilitas menggunakan rumus C = .

Tabel IV.5 Bobot Tiap fasilitas


Puskesmas Pembantu
SMP/MTS sederajat

Balai Pengobatan
SMA/SMK/MAN
SD/MI sederajat

Pasar Daerah
Pasar Desa

Puskesmas

RS umum
sederajat
Mushola

Polindes
Fasilitas

Masjid

PAUD

PKD
T 1549 1282 563 TK
309 229 158 105 50 40 35 24 22 16 10 4
t 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
C 0.06 0.08 0.18 0.32 0.44 0.63 0.95 2.00 2.50 2.86 4.17 4.55 6.25 10.00 25.00

Fasilitas Mushola Masjid SD/MI sederajat TK PAUD PKD SMP/MTS


sederajat SMA/SMK/MAN sederajat Puskesmas Pembantu Pasar Desa Puskesmas
Polindes Balai

Sumber: Analisis Kelompok,2014

Gambar IV.2 Analisis Indeks Sentralis Marshal


Setelah diketahui bobot dari masing-masing fasilitas kemudian mengalikan bobot
dengan jumlah fasilitas untuk setiap kecamatan. Kemudian hasilnya dijumlahkan per
kecamatan untuk digunakan sebagai penentu orde. Hasilnya dapat dilihat pada tabel dibawah
ini:

Range = jumlah tertinggi jumlah terendah

= 220-36

= 184

Sama seperti analisis Skalogram sebelumnya, dalam analisi ISM ini menggunakan
empat orde dengan asumsi semua nilai masuk ke dalam kelas.

Interval kelas = range : orde

= 184 : 4

= 46.03
Sehingga didapatkan kelasnya adalah sebagai berikut:

Tabel IV.6 Orde Hirarki Pusat Permukiman dengan Analisis ISM

ORDE 1 174.08-220.11
ORDE 2 128.06-174.08
ORDE 3 82.03-128.06
ORDE 4 36-82.03
Sumber:Analisis Kelompok,2014

Hasil dari penentuan kelas tersebut kemudian digunakan untuk menentukan orde dari masing-
masing Kecamatan dengan hasil sebagai berikut:

Tabel IV.7 Jumlah Bobot dan Orde Tiap Kecamatan

Kecamatan Jumlah Orde


Temanggung 220 I
Kedu 61 IV
Ngadirejo 80 IV
Parakan 148 II
Pringsurat 117 III
Kandangan 105 III
Bulu 66 IV
Kranggan 92 III
Kaloran 86 III
Gemawang 56 IV
Candiroto 75 IV
Tembarak 49 IV
Jumo 51 IV
Kledung 41 IV
Wonoboyo 51 IV
Bansari 40 IV
Tlogomulyo 36 IV
Tretep 38 IV
Bejen 44 IV
Selopampang 43 IV
Sumber:Analisis Kelompok,2014

Kemudian, setiap kecamatan yang mempunyai orde yang sama dikelompokan menjadi
seperti yang di bawah ini.

Tabel IV.8 Hirarki Kecamatan

Orde Kecamatan
I Temanggung
II Parakan
III Pringsurat, Kandangan, Kranggan, Kaloran
IV Gemawang, Ngadirejo, Bulu, Kedu, Candiroto, Tembarak, Jumo,
Kledung, Wonoboyo, Bansari, Tlogomulyo, Tretep,Bejen dan
Selopampang
Sumber:Analisis Kelompok,2014

Gambar IV.3 Peta Hierarki Pusat Permukiman Kabupaten Temanggung dengan Metode
ISM

Sumber:Analisis Kelompok,2014

Anda mungkin juga menyukai