Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN KASUS

PERIODIK PARALISIS HIPOKALEMIA

Disusun oleh:
Bryan Eliezer Situmorang
112016100

Dokter Pembimbing:
Dr. Melani Rakhmi Mantu, Sp.A, M.Kes

KEPANITRAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
PERIODE 04 SEPTEMBER 11 NOVEMBER 2017
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TARAKAN, CIDENG JAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
(UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA)
Jl. Terusan ArjunaNo.6 Kebon Jeruk - Jakarta Barat

KEPANITERAAN KLINIK
STATUS ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
SMF ANAK
Rumah Sakit: RSUD TARAKAN
Nama Mahasiswa : Bryan Eliezer Tanda Tangan
NIM : 11.2016.100
Dokter Pembimbing : dr. Melani Rakhmi Mantu, Sp.A, M.Kes

IDENTITAS PASIEN
PASIEN
Nama Lengkap : An. RDY Suku Bangsa : Betawi
Tempat, Tanggal : Lampung , 12 Mei 2000 Agama : Islam
Lahir (Umur) (17 tahun 6 bulan)
Jenis Kelamin : Perempuan Pendidikan : SMA
Alamat : Jl. Penggilingan baru,
RT009/003, dukuh, kramat
jati, Jakarta-timur

WALI
Nama Lengkap : Bpk. H Agama : Islam
Tanggal Lahir : Jakarta, 14 maret Pendidikan : SD
(Umur) 1970 (47 tahun 7
bulan)
Suku Bangsa : Betawi Pekerjaan : Sopir
Alamat : Jl. Penggilingan baru, Penghasilan : Rp. 2.500.000,-
RT009/003, dukuh,
kramat jati, Jakarta-
timur
Hubungan dengan Pasien: Ayah

1
ANAMNESIS

Diambil dari auto/alloanamnesis ayah pasien pada hari minggu tanggal 22


Oktober 2017 pukul 10.30 WIB di IGD Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan Jakarta.

Keluhan Utama: lemas pada kedua tangan dan kaki

Keluhan Tambahan: muntah

Riwayat Perjalan Penyakit: (tanggal 21 Oktober 2017)

Pasien datang ke IGD RSUD Tarakan dengan keluhan utama kedua


tungkai terasa lemas sejak 1 hari SMRS. Keluhan ini muncul secara tiba tiba,
awalnya lemas terjadi pada tungkai kirinya kemudian pasien beristirahat dengan
harapan keluhannya membaik. Setelah istirahat, keluhan pasien tidak membaik
melainkan kedua tungkai dan lengannya menjadi semakin lemas sehingga pasien
tidak mampu bangun dan berdiri, akhirnya pasien dibawa ke IGD RSUD Tarakan,
pasien juga merasa mual disertai muntah sejak 5 hari SMRS, muntah hanya cairan
saja sebanyak 4-5 kali sehari. Pasien menyangkal mengeluhkan rasa baal,
kesemutan, sakit kepala, bicara cadel, gangguan menelan, wajah mencong ke satu
sisi, riwayat trauma maupun pingsan (penurunan kesadaran), demam, batuk-pilek,
pasien juga menyangkal melakukan aktivitas berat sebelum keluhannya muncul.
Orang tua pasien juga berkata dikeluarga tidak ada mengalami hal yang sama
seperti yang dialami pasien.

Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien pernah megalami keluhan yang serupa sebelumya dan dirawat di ruangan
Melati RSUD Tarakan tanggal 14 agustus-23 agustus 2017 Pasien memiliki riwayat
kejang disertai demam saat berusia 1 tahun.

2
Riwayat Penyakit Keluarga
Penyakit Ya Tidak Hubungan
Alergi - + -
Asma - + -
TBC - + -
Hipertensi + - Ayah
Diabetes - + -
Kejang Demam - + -
Epilepsi - + -
Kesimpulan: Hipertensi dari Ayah

Family Tree

Keterangan:

= Laki-laki

= Perempuan

= Pasien

= Meninggal

Kesan : tidak ada yang mengalami hal serupa seperti pasien

RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN


1. Kehamilan
Perawatan antenatal : tidak diketahui
Tempat perawatan : klinik Bidan
Penyakit kehamilan : Tidak ada

2. Kelahiran
Tempat kelahiran : Rumah Sakit
Penolong persalinan : dr. Obsgyn
Cara persalinan : Spontan

3
Masa gestasi : 9 bulan
Keadaan bayi
o Berat badan lahir : 2900 gram
o Panjang badan lahir : 43 cm
o Lingkar kepala : Tidak diketahui
o Langsung menangis : Langsung menangis kuat
o Pucat/Biru/Kuning/Kejang : Tidak diketahui
o Nilai APGAR : Tidak diketahui
o Kelainan bawaan : Tidak ada
Kesan: Neonatus cukup bulan, sesuai masa kehamilan (NCB-SMK)

Riwayat Sosial
Anak tinggal bersama ayah dan ibunya beserta kedua adiknya di daerah meruya.
Pasien sehari makan 2 kali dengan menu seadanya dan tidak bervariasi. Pasien mengaku
sering jajan dipinggir sekolah dan senang makan manis-manisan

Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan


Pertumbuhan gigi pertama: tidak ingat Berdiri : 10 bulan
Tengkurap : tidak ingat Berbicara : 13 bulan
Duduk : tidak ingat Berjalan : 12 bulan
*ibu hanya mengira-ngira usia pada riwayat perkembangan
Gangguan perkembangan mental / emosi: Tidak ada

Riwayat Imunisasi
Ibu mengatakan imunisasi lengkap, dan sesuai jadwal.
Kesan: Imunisasi dasar tidak dapat dinilai karena keterbatasan informasi.

DATA ANTROPOMETRI
Berat Badan : 44 kg
Panjang Badan : 145 cm
Lingkar Kepala : tidak dilakukan
Lingkar Dada : tidak dilakukan
Lingkar Lengan Atas : tidak dilakukan

4
Status gizi (CDC WHO):
BB/U : 44/56x100% : 78%
TB/U : 145/152x100% : 95%
BB/TB : 44/42x100% : 104%
Kesan : Status gizi cukup

5
PEMERIKSAAN FISIK
Tanggal: 22 Oktober 2017 Jam: 10.30 WIB Ruang: IGD
Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Tampak sakit sedang, dan kurang aktif
Kesadaran : Compos mentis
Tanda-tanda vital
Frekuensi Nadi : 80 kali/menit, regular
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Frekuensi napas : 26 kali/menit, regular
Suhu Tubuh : 36,70 C

PEMERIKSAAN SISTEMATIS
Kepala
Bentuk dan ukuran : normocephaly, simetris, tidak tampak kelainan
Rambut & kulit kepala: warna hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut
Mata : bentuk normal, simetris, mata cekung (-), konjungtiva
anemis (-), sklera ikterik (-).
Telinga : bentuk normal, liang telinga lapang, sekret (-)
Hidung : bentuk normal, septum deviasi (-), sekret (-), napas cuping
hidung (-)
Bibir : mukosa lembab, sianosis (-)
Gigi-geligi : ada karies atau lubang
Mulut : Normal, tidak ada kelainan
Palatum : tidak ada celah
Lidah : Normal, tidak ada kelainan
Tonsil : T, tidak hiperemis
Faring : Normal, tidak hiperemis
Leher: limfadenopati (-), tidak ada pembesaran tiroid, tidak ada massa
Thoraks
1. Dinding thorax
Bentuk : Normal, simetris, retraksi sela iga epigastrik (-)
Pembuluh darah : Tidak terlihat

6
2. Paru
Inspeksi : jenis pernapasan abdominothorakal, bentuk dada normal, simetris
dalam keadaan statis maupun dinamis.
Palpasi : simetris, nyeri tekan (-), fokal fremitus simetris
Perkusi : sonor di seluruh lapang paru
Auskultasi : SNV +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-

3. Jantung
Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : iktus kordis teraba di ICS 5 midclavicula sinistra
Perkusi : tidak dilakukan
Auskultasi : BJ I/II murni reguler, murmur (-) dan gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : supel, tidak ada massa ataupun pembuluh darah kolateral
Auskultasi : bising usus (+) normotimpani
Palpasi : nyeri tekan tidak ada, tidak ada hepatomegali dan splenomegali,
turgor kulit baik, ballotement negatif
Perkusi : timpani di seluruh lapang perut, nyeri ketuk CVA negatif
Anus dan Rektum : tidak dilakukan
Genitalia : tidak dilakukan
Ekstremitas:
Ekstremitas superior : akral hangat, deformitas (-), edema -/-, CRT < 2 detik
Ekstremitas Inferior : akral hangat, deformitas (-), edema -/-, CRT < 2 detik

Kekuatan: Edema:
3 3 - -
2 2 - -
Sianosis:

- -

- -

7
LAMPIRAN FOTO PASIEN

A. STATUS NEUROLOGI
NERVI KRANIALIS
Kanan Kiri
N I ( Olfactorius )
Daya penghidu : Tidak dilakukan Tidak dilakukan
N II ( Optikus )
Kanan Kiri
Ketajaman penglihatan : Baik Baik
Pengenalan warna : Baik Baik
Lapang pandang : Sama dengan pemeriksa
Fundus : Tidak dilakukan

8
N III ( Occulomotoris )/ N IV ( Trochlearis )/ N VI ( Abducens )
Kanan Kiri
Ptosis :(-) (-)
Strabismus :(-) (-)
Nistagmus :(-) (-)
Exopthalmus :(-) (-)
Enopthalmus :(-) (-)
Gerakan bola mata :
Lateral :(+) (+)
Medial :(+) (+)
Atas lateral :(+) (+)
Atas medial :(+) (+)
Bawah lateral :(+) (+)
Bawah medial :(+) (+)
Atas :(+) (+)
Bawah :(+) (+)
Gaze :(+) (+)
Pupil :
Ukuran pupil : 3 mm 3 mm
Bentuk pupil : Bulat Bulat
Isokor/anisokor : Isokor
Posisi : ditengah ditengah
Reflek cahaya langsung : (+) (+)
Reflek cahaya tidak langsung : (+) (+)
Reflek akomodasi/konvergensi: ( + ) (+ )
N V ( Trigeminus )
Kanan Kiri
Menggigit : Baik
Membuka mulut : Simetris
Sensibilitas atas :(+) (+)
Tengah :(+) (+)
Bawah :(+) (+)
Reflek masseter :(+) (+)
Reflek zigomatikus :(+) (+)

9
Reflek kornea : Tidak dilakukan
Reflek bersin : Tidak dilakukan
N VII ( Facialis )
Pasif
Kerutan kulit dahi : Simetris
Kedipan mata : Simetris
Lipatan nasolabial : Simetris
Sudut mulut : Simetris
Aktif
Mengerutkan dahi : Simetris
Mengerutkan alis : Simetris
Menutup mata : Simetris
Meringis : Simetris
Mengembungkan pipi : Simetris
Gerakan bersiul : Baik
Daya pengecapan lidah 2/3 depan: Tidak dilakukan
Hiperlakrimasi : Tidak ada
Lidah kering : Tidak ada

N VIII ( Vestibulocochlearis )
Kanan Kiri
Test rinne : Tidak dilakukan
Test weber : Tidak dilakukan
Test swabach : Tidak dilakukan
N IX ( Glossopharyngeus )
Arcus pharynx : Simetris, tidak hiperemis
Posisi uvula : Di tengah
Daya pengecapan lidah 1/3 belakang : Tidak dilakukan
Reflek muntah : Tidak dilakukan
N X ( Vagus )
Denyut nadi : Teraba, Reguler
Arcus pharynx : Simetris
Bersuara : Baik
Menelan : Tidak ada gangguan.

10
N XI ( Accesorius )
Memalingkan kepala : Normal
Sikap bahu : Simetris
Mengangkat bahu : Simetris
N XII ( Hipoglossus )
Menjulurkan lidah : Tidak ada deviasi
Kekuatan lidah : Simetris
Atrofi lidah : Tidak ada
Artikulasi : Baik
Tremor lidah : Tidak ada

MOTORIK
Gerakan : terbatas terbatas
Terbatas Terbatas

Kekuatan : 3 3
2 2

Tonus : Normotonus Normotonus


Normotonus Normotonus

Bentuk : Eutrofi Eutrofi


Eutrofi Eutrofi

REFLEK FISIOLOGI
Reflek tendon Kanan Kiri
Reflek bicep :(+) (+)
Reflek tricep :(+) (+)
Reflek brachioradialis :(+) (+)
Reflek patella :(+) (+)
Reflek achilles :(+) (+)
Reflek permukaan
Dinding perut : Tidak dilakukan
Spincter ani : Tidak dilakukan

11
REFLEK PATOLOGIS
Kanan Kiri
Hoffman tromer :(-) (-)
Babinski :(-) (-)
Chaddok :(-) (-)
Oppenheim :(-) (-)
Gordon :(-) (-)
Schafer :(-) (-)

TANDA RANGSANG MENINGEAL


Kanan Kiri
Kaku kuduk : (-) (-)
Laseque : (-) (-)
Kernig : (-) (-)
Brudzinsky I : (-) (-)
Brudzinsky II : (-) (-)

Pemeriksaan Penunjang :
Pemeriksaan darah tanggal 21/10/2017
Darah Rutin
Hemoglobin 14,2 mg/dL
Hematokrit 43,9%
Eritrosit 5,80 juta/dL
Leukosit 11.410 m3
Trombosit 389.500

Elektrolit Darah
Natrium 138 mEq/L
Kalium 1,4 mEq/L
Klorida 95 mEq/L

Pemeriksaan darah tanggal 22/10/2017


Elektrolit Darah

12
Natrium 136 mEq/L
Kalium 1,7 mEq/L
Klorida 93 mEq/L

Kesan : terdapat hypokalemia

Hasil EKG tanggal 21/10/2017

Kesan : tidak terdapat P runcing, terlihat depresi segmen ST, tidak terdapat gambaran u
prominent.

13
RINGKASAN
Anak perempuan usia 17 tahun 6 bulan datang ke IGD RSUD Tarakan dengan
keluhan lemas pada anggota gerak atas dan bawah sejak 1 hari SMRS dan disertai mual-
muntah sejak 5 hari SMRS. Dikeluarga tidak ada gejala seperti pasien ini sebelumnya.
Pada pemeriksaan fisik tanda tanda vital dalam batas normal, namun didapatkan anak
terlihat lemas, dengan kekuatan motorik 3-3/2-2 tidak ditemukan adanya reflek patologis
BB 44 kg, TB 145 cm, status gizi cukup. Pada pemeriksaan penunjang terdapat
hipokalemi.

DIAGNOSIS BANDING
1. gullian barre sindrom
2. Myasthenia gravis

DIAGNOSIS KERJA
1. Hypokalemia periodic paralisis

ANJURAN PEMERIKSAAN PENUNJANG


1. Laboratorium : Darah lengkap : Hb, Ht, leukosit, trombosit, eritrosit
Kimia : Ureum, kreatinin
Elektrolit : Na, K, Cl

PENATALAKSANAN
Medika mentosa
a. O2 nasal 2 lt
b. Infus d5 NS
c. Omeprazol 1x40 mg
d. Koreksi kalium
Non-medika mentosa
1. Post 4 jam koreksi H2TL ulang dan EKG ulang
2. Rencana pasang CVC

14
PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad functionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam

15
FOLLOW UP

22/10/2017 23/10/2017
S Pasien masih merasa lemas dan masih Pasien mengatakan masih lemas, tidak
disertai mual dan muntah ada demam, Muntah mulai berkurang
masih disertai mual, kaki masih sulit
diangkat tapi sudah bisa digeser
O KU: tampak sakit ringan KU: tampak sakit ringan
Kesadaran: compos mentis Kesadaran: compos mentis
BB: 44 kg BB: 44 kg
TD: 110/70 mmHg TD: 100/60 mmHg
HR: 74x/menit HR: 80x/menit
RR: 24x/menit RR: 25x/menit
Suhu: 36.7oC Suhu: 36.7oC
Pemeriksaan Fisik: Pemeriksaan Fisik:
Kepala: mulut tidak sianosis, bibir Kepala: mulut tidak sianosis, bibir
lembab lembab
Leher: Limfadenopati (-), terpasang Leher: Limfadenopati (-), terpasang
CVC CVC
Pulmo: SNV +/+, ronkhi -/-, wheezing Pulmo: SNV +/+, ronkhi -/-, wheezing -
-/-, retraksi sela iga (-) /-, retraksi sela iga (-)
Abdomen: tidak ada nyeri tekan Abdomen: tidak ada nyeri tekan
Ekstremitas: akral hangat Ekstremitas: akral hangat
Reflex motoric : Reflex motoric :
4 4 5 4

3 3 3 3
Reflex fisiologis : Reflex fisiologis :
++/++ ++/++
Reflex patologis : Reflex patologis :
-/- -/-
Pemeriksaan Penunjang: Pemeriksaan Penunjang:
Elektrolit: Elektrolit:

16
Na : 136 mEq/L Na : 141 mEq/L
K : 1,7 mEq/L K : 1,8 mEq/L
Cl : 93 mEq/L Cl : 95 mEq/L

A Tetraparese + hypokalemia berat Periodic paralisis hypokalemia +


hypokalemia berat
P
PARENTERAL : PARENTERAL :

Omeprazol 1 x 40 mg Omeprazol 1 x 40 mg
Koreksi Kcl 4 jam Koreksi Kcl 4 jam
Periksa ulang elektrolit post Periksa ulang elektrolit post
koreksi koreksi
NaCL 0,9 % + KCL 8,8(12,5 Infus D5 NS
tpm)

NON-PARENTERAL : NON-PARENTERAL :
Tambahkan KSR 3x1 tab KSR 3x1 tab

Periksa ureum dan kreatinin


(Tidak ada reagen )

24/10/2017 25/10/2017
S keluhan berkurang anak sudah dapat Anak sudah tidak lemas
berjalan ke kamar mandi. Sudah mau
makan dan minum. Anak sudah aktif

O KU : tampak sakit ringan KU: aktif


Kesadaran: compos mentis
Kesadaran: compos mentis
BB: 44 kg
BB: 44 kg
TD: 120/80 mmHg
TD: 100/80 mmHg
HR: 80x/menit
HR: 98x/menit
RR: 25x/menit
RR: 24x/menit
Suhu: 36.7oC
Suhu: 37.0oC

17
Pemeriksaan Fisik:
Pemeriksaan Fisik: Kepala: mulut tidak sianosis, bibir
Kepala: mulut tidak sianosis, bibir lembab
lembab Leher: Limfadenopati (-), terpasang
Leher: Limfadenopati (-), terpasang CVC
CVC Pulmo: SNV +/+, ronkhi -/-, wheezing -
Pulmo: SNV +/+, ronkhi -/-, wheezing /-, retraksi sela iga (-)
-/-, retraksi sela iga (-) Abdomen: tidak ada nyeri tekan
Abdomen: tidak ada nyeri tekan Ekstremitas : akral hangat
Ekstremitas: akral hangat
Reflex motoric :
Reflex motoric : 5 5
5 5
5 5
5 5
Reflex fisiologis :
Reflex fisiologis : ++/++
++/++ Reflex patologis :
Reflex patologis : -/-
-/- Pemeriksaan Penunjang:
Pemeriksaan Penunjang: Elektrolit:
Elektrolit:
Na : 134 mEq/L
K : 2.9 mEq/L
Cl : 95 mEq/L

A Periodic paralisis hipokalemia Perbaikan hipokalemia

18
P
PARENTERAL : NON-PARENTERAL
Ksr 3x1 tab
Infus D5 NS
Elkana cl 2x1 cth
NON-PARENTERAL :
Infus aff
Ksr 3x1 tab
Acc pulang

ANALISA KASUS

Anak perempuan usia 17 tahun 6 bulan datang ke IGD RSUD Tarakan dengan
keluhan lemas pada anggota gerak atas dan bawah sejak 1 hari SMRS dan disertai mual-
muntah sejak 5 hari SMRS. Dikeluarga tidak ada gejala seperti pasien ini sebelumnya.
Pada pemeriksaan fisik tanda tanda vital dalam batas normal, namun didapatkan anak
terlihat lemas, dengan kekuatan motorik 3-3/2-2 tidak ditemukan adanya reflek patologis
BB 44 kg, TB 145 cm, status gizi cukup. Pada pemeriksaan penunjang terdapat
eritrositosis, leukositosis, hipokalemi.

Diagnosis tersebut ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan


penunjang. Pada anamnesa :
Dari keluhan utama pasien menunjukkan adanya kelemahan akut pada daerah
ekstremitas, hal ini dapat merupakan manifestasi klinis dari stroke, tetapi setelah
dianamnesa lebih lanjut mengenai keluhan utamanya maka diagnosis stroke dapat
dilemahkan karena pasien tidak mengeluhkan adanya gangguan sensoris dan gangguan
pada saraf kranial, Selain itu keluhan pasien yang bersifat motorik dan timbul secara
berkala, dapat mengarah kepada kelemahan tipe LMN, adapun penyakit yang dapat
menimbulkan kelemahan tipe LMN adalah paralisis periodik, gullian barre sindrom,
miastenia gravis.

Serangan PPH dapat ditimbulkan oleh asupan tinggi karbohidrat, insulin, stres
emosional, pemakaian obat tertentu (seperti amfoterisin-B, adrenalin, relaksan otot, beta-
bloker, tranquilizer, analgesik, antihistamin, antiasma puff aerosol, dan obat anestesi
lokal.1 Diet tinggi karbohidrat dijumpai pada makanan atau minuman manis, seperti
permen, kue, soft drinks, dan jus buah. Makanan tinggi karbohidrat dapat diproses dengan

19
cepat oleh tubuh, menyebabkan peningkatan cepat kadar gula darah. Insulin akan
memasukkan glukosa darah ke dalam sel bersamaan dengan masuknya kalium sehingga
menyebabkan turunnya kadar kalium plasma.2

Berdasarkan keluhan pasien tersebut menunjukan bahwa tidak adanya tanda


peningkatan intrakranial, dan gangguan fungsi otonom. bahwa kelemahan yang dialami
pasien bersifat murni motorik. Selain itu melemahkan pula diagnosa gullian barre
sindrom karena pasien tidak memiliki riwayat demam maupun batuk-pilek dalam 1 bulan
terakhir. Diagnosa miastenia gravis juga dapat dilemahkan karena pada miastenia gravis,
kelemahan terutama terjadi pada otot yang sering digunakan seperti otot bola mata, otot
otot untuk menelan dan berbicara. Sesuai dengan kepustakaan bahwa makan tinggi
karbohidrat dan sering jajanan manisan membuat glukosa darah kedalam sel bersamaan
dengan kalium, sehingga menyebabkan turunya kadar kalium dalam plasma.

periodic paralysis hypokalemic (paralisis periodik hipokalemik, PPH) merupakan


ditandai dengan kelemahan otot atau paralisis flaksid akibat hipokalemia karena proses
perpindahan kalium ke ruang intraselular otot rangka.1 Paralisis periodik hipokalemik
(PPH) terjadi karena adanya redistribusi kalium ekstraselular ke dalam cairan intraselular
secara akut tanpa defisit kalium tubuh total. Kelemahan otot terjadi karena kegagalan otot
rangka dalam menjaga potensial istirahat (resting potential) akibat adanya mutasi gen
CACNL1A3, SCN4A, dan KCNE3.3 yakni gen yang mengontrol gerbang kanal ion
(voltagegated ion channel) natrium, kalsium, dan kalium pada membran sel otot.1

Pada pemeriksaan fisik ditemukan kelemahan pada kedua tungkai, hal ini sesuai
dengan kepustakaan dimana dikatakan bahwa pada periodik paralisis ini ditandai dengan
kelemahan dari otot-otot skeletal tanpa gangguan dari sensoris ataupun kognitif yang
berhubungan dengan kadar kalium yang rendah di dalam darah. Pada refleks fisiologis
tidak didapatkan peningkatan refleks, hal ini menyingkirkan semua diagnosa banding dari
lesi UMN.

Konsentrasi kalium serum pada 3,0-3,5 mEq/L berhubungan dengan suatu keadaan
klinis seperti kelemahan otot ringan, fatigue, dan mialgia. Pada konsentrasi serum kalium
2,5-3,0 mEq/L kelemahan otot menjadi lebih berat terutama pada bagian proximal dari
tungkai. Ketika serum kalium turun hingga dibawah dari 2,5 mEq/L maka dapat terjadi
kerusakan struktural dari otot, termasuk rhabdomiolisis dan miogobinuria. 2

20
Menurut kepustakaan periodik paralise adalah kelainan yang ditandai dengan
hilangnya kekuatan otot, umumnya terkait dengan abnormalitas K+ dan abnormalnya
respon akibat perubahan K+ dalam serum. Pada pemeriksaan EKG tidak ditemukan
adanya kelainan. Pada pasien paralisis periodik hipokalemia perlu dilakukan pemeriksaan
EKG, karena keadaan hipokalemia dapat mengganggu kerja dari organ lain, terutama
sekali jantung yang banyak sekali mengandung otot dan berpengaruh terhadap perubahan
kadar kalium serum. Perubahan kerja jantung ini dapat dideteksi dari pemeriksaan
elektrokardiogram (EKG). Perubahan pada EKG ini dapat mulai terjadi pada kadar
kalium serum dibawah 3,5 dan 3,0 mEq/L. Kelainan yang terjadi berupa inversi
gelombang T, timbulnya gelombang U dan ST depresi, pemanjangan dari PR, QRS, dan
QT interval.

Gambar 1 gambaran EKG perbedaan hipokalemi dan normal

21
Kelainan elektrokardiografi (EKG) yang dapat timbul pada PPH berupa pendataran
gelombang T, supresi segmen ST, munculnya gelombang U, sampai dengan aritmia
berupa fibrilasi ventrikel, takikardia supraventrikular, dan blok jantung.1,4

Penatalaksaan pada pasien ini dilakukan berdasarkan Terapi PPH biasanya


simtomatik, bertujuan menghilangkan gejala kelemahan otot yang disebabkan
hipokalemia. Terapi PPH mencakup pemberian kalium oral, modifi kasi diet dan gaya
hidup untuk menghindari pencetus, serta farmakoterapi.1,2 Di beberapa literatur,
disarankan pemberian kalium oral dengan dosis 20-30 mEq/L setiap 15-30 menit sampai
kadar kalium mencapai normal. Kalium klorida (KCl) adalah preparat pilihan untuk
sediaan oral. Suplementasi kalium harus diberikan hati-hati karena hiperkalemia akan
timbul saat proses redistribusi trans-selular kalium berhenti.1,4 Pada kasus paralisis
hipokalemik berat atau dengan manifestasi perubahan EKG, harus diberikan kalium
intravena (IV) 0,5 mEq/ kg selama 1 jam, infus kontinu, dengan pemantauan ketat .5

22
Kalium klorida, KCl sebaiknya diberikan iv jika pasien tidak boleh makan atau
mengalami hipokalemia berat. Secara umum, jangan tambahkan KCl ke dalam botol
infus. Gunakan sediaan siap-pakai dari pabrik. Pada koreksi hipokalemia berat (kurang
dari 2 mmol/L), sebaiknya gunakan NaCl, bukan dekstrosa. Pemberian dekstrosa bisa
menyebabkan penurunan sementara K+ serum sebesar 0,2-1,4 mmol/L karena stimulasi
pelepasan insulin oleh glukosa. Infus yang mengandung KCl 0,3% dan NaCl 0,9%
menyediakan K+ 40 mmol/L. Ini harus menjadi standar dalam cairan pengganti K+.
Volume besar dari normal saline bisa menyebabkan kelebihan beban cairan. Jika ada
aritmia jantung, dibutuhkan larutan K+ yang lebih pekat diberikan melalui vena sentral
dengan pemantauan EKG. Pemantauan teratur sangat penting. Pikirkan masak-masak
sebelum memberikan lebih dari 20 mmol K+/jam. Konsentrasi K+ lebih dari 60 mmol/L
sebaiknya dihindari melalui vena perifer, karena cenderung menyebabkan nyeri dan
sklerosis vena.6,7
Pada beberapa kondisi, pilihan untuk diberikannya pengobatan secara parenteral
atau oral tergantung dari kemampuan pasien untuk dapat makan obat oral atau tidak, dan
tidak ada gangguan fungsi pencernaan. Pada banyak kasus, seperti pasien dengan infark
miokard, paralisis, dan ensefalopati hepatikum dengan aman dapat mengkonsumsi secara
oral KCl (Kalium klorida) yang diberikan melalui injeksi intravena, koreksi dapat terjadi
jika diberikan pada dosis KCl 10 mEq/jam.Bagaimanapun, terapi koreksi hipokalemia
sebaiknya diberikan secara oral jika mungkin. Pada pasien non-diabetes, infus atau cairan
parenteral dengan dekstrosa akan menstimulasi sekresi insulin dalam tubuh, yang
kemudian menyebabkan residtribusi kalium dari ekstrasel ke intra sel, sehingga justru
secara paradoks menyebabkan hipokalemia. Pada banyak kasus, KCl secara parenteral
dapat dicampur dengan cairan parenteral normal saline. Jika KCl yang dibutuhkan banyak
(konsentrasinya besar), maka KCl diberikan dengan dosis normal saline sebagian untuk
mencegah terjadinya hipertonisitas.8
3 3.5 mEq/L : ringan asymptomatic
2.5 3 mEq/L : sedang kelemahan otot, kram, konstipasi
< 2.5 mEq/L : beratparalisis, hiporefleks
< 2 mEq/L : sangat beratrhabdomiolisis, depresi nafas

23
Terapi yang sudah diberikan :

22/10/2017 PEMBAHASAN
PARENTERAL : Koreksi KCL
Koreksi kalium jika K <2,5
Omeprazol 1 x 40 mg
Koreksi Kcl 4 jam (1ml = 1 mEq/L) dalam infus max 40
Periksa ulang elektrolit post mEq/L, tidak boleh lebih dari 40
koreksi
NaCL 0,9 % + KCL 8,8(12,5tpm) mEq/L(jalur perifer) atau 80 mEq/L (jalur
sentral) dengan kecepatan 0,2-0,3
NON-PARENTERAL :
Tambahkan KSR 3x1 tab mEq/kgBB/jam.
(3,5-1,7 : 3) x 44 = 26,4 mEq/L
Hasil Lab :
selama 4 jam = 6,6 mEq/L
Na : 136 mEq/L
0,3 x 44= 13,2 tpm
K : 1,7 mEq/L
Cl : 93 mEq/L

23/10/2017 PEMBAHASAN
PARENTERAL : Koreksi KCL
Omeprazol 1 x 40 mg
(3,5-1,8 :3 ) x 44 =24,9 mEq/L
Koreksi Kcl 4 jam
Periksa ulang elektrolit post Selama 4 jam = 6,2 mEq/L
koreksi 0,3 x 44 = 13,2 tpm
Infus D5 NS
NON-PARENTERAL :
KSR 3x1 tab
Hasil Lab :
Na : 141 mEq/L
K : 1,8 mEq/L
Cl : 95 mEq/L

24
24/10/2017 25/10/2017
PARENTERAL : Keadaan klinis pasien semakin membaik,
infus sudah boleh dilepas dan ACC untuk
Infus D5 NS pulang.
NON-PARENTERAL :
Ksr 3x1 tab
Ksr 3x1 tab Elkana cl 2x1 cth
Hasil Lab :
Na : 134 mEq/L
K : 2.9 mEq/L
Cl : 95 mEq/L

25
DAFTAR PUSTAKA

1. Sarnat BH. Neuromuscular disorder. In: Berhman RE, Kliegman RM, Jensen

HB, editors. Nelson textbook of pediatrics. 18th ed. Philadelphia: WB

Saunders; 2007. p. 2531-40.

2. Venace SL, Cannon SC, Fialho D, Fontain B, Hanna MG, Ptacek LJ. The

primary periodic paralysis: diagnosis, pathogenesis, and treatment. Brain.

2006;129:8-17.

3. Stemberg D, Maisonobe T, Jurkat RK, Nicole S, Launay E, Chauveau D, et

al. Hypokalaemic periodic paralysis type 2 caused by mutations at codon 672

in the muscle sodium channel geneSCN4A. Brain. 2011;124:1091-9.

4. Greenbaum L. Pathophysiology of body fluids and fluid therapy. In: Berhman

RE, Kliegman RM, Jensen HB, editors. Nelson textbook of pediatrics. 18th

ed. Philadelphia: Saunders; 2007. p.267-77.

5. Andrea K, Thomas M. Disorders of water, sodium, and potassium

homeostasis. In: Nichols DG, editor. Rogers textbook of pediatric intensive

care. 4th ed. Baltimore: Lippincott Williams & Wilkins; 2008. p. 243-58.

6. Cohn JN, Kowey PR, Whelton PK, Prisant LM. New Guidelines for
potassium Replacement in Clinical Practice. Arch Intern Med 2000; 160:
2429-2436. Arya, SN. Lecture Notes: Periodic Paralysis. Journal Indian
Academy of Clinical Medicine. 2002. Vol 3 No 4.

7. Graber M. Terapi Cairan, Elektrolit dan Metabolik, ed.1. Farmedia. Jakarta.

2002

26
8. Longo, DL, Fauci AS, Kasper DL, et al. Harrisons manual of medicine. 18th
ed. United States; McGraw-Hill Companies; 2013.p.10-20

27

Anda mungkin juga menyukai