Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolisme tubuh
membutuhkan perubahan yang tetap untuk melakukan respons terhadap keadaan fisiologis
dan lingkungan. Keseimbangan cairan adalah essensial bagi kesehatan. Dengan
kemampuannya yang sangat besar untuk menyesuaikan diri, tubuh mempertahankan
keseimbangan, biasanya dengan proses-proses faal (fisiologis) yang terintegrasi yang
mengakibatkan adanya lingkungan sel yang relatif konstan tapi dinamis. Kemampuan tubuh
untuk mempertahankan keseimbangan cairan ini dinamakan homeostasis.
Cairan tubuh terdiri dari air (pelarut) dan substansi terlarut (zat terlarut)
a. Air
Air adalah senyawa utama dari tubuh manusia. Jumlah air sekitar 73% dari bagian tubuh
seseorang tanpa jaringan lemak (lean body mass).
Selain air, cairan tubuh mengandung dua jenis substansi terlarut (zat terlarut) yaitu berupa
elektrolit dan non-elektrolit.
Tubuh menggunakan elektrolit untuk mengatur keseimbangan cairan tubuh. Sel-sel tubuh
memilih elektrolit untuk ditempatkan diluar (terutama natrium dan klorida) dan didalam sel
(terutama kalium, magnesium, fosfat, dan sulfat). Molekul air, karena bersifat polar, menarik
elektrolit. Walaupun molekul air bermuatan nol, sisi oksigennya sedikit bermuatan negatif,
sedangkan hidrogennya sedikit bermuatan positif. Oleh sebab itu, dalam suatu larutan
elektrolit, baik ion positif maupun ion negatif menarik molekul air disekitarnya.
Non-elektrolit : Substansi seperti glokusa dan urea yang tidak berdisosiasi dalam
larutan dan diukur berdasarkan berat (miligram per 100 ml-mg/dl). Non-elektrolit
lainnya yang secara klinis penting mencakup kreatinin dan bilirubin.
B. Kompartemen Cairan
Seluruh cairan tubuh didistribusikan diantara dua kompartemen utama, yaitu : cairan
intraselular (CIS) dan cairan ekstra selular (CES). Pada orang normal dengan berat 70 kg,
Total cairan tubuh (TBF) rata-ratanya sekitar 60% berat badan atau sekitar 42 L. persentase
ini dapat berubah, bergantung pada umur, jenis kelamin dan derajat obesitas.
Adalah cairan yang terkandung di dalam sel. Pada orang dewasa kira-kira 2/3 dari cairan
tubuh adalah intraselular, sama kira-kira 25 L pada rata-rata pria dewasa (70 kg). Sebaliknya,
hanya dari cairan tubuh bayi adalah cairan intraselular.
Adalah cairan diluar sel. Ukuran relatif dari (CES)menurun dengan peningkatan usia. Pada
bayi baru lahir, kira-kira cairan tubuh terkandung didalam CES. Setelah 1 tahun, volume
relatif dari CES menurun sampai kira-kira 1/3 dari volume total. Ini hampir sebanding dengan
15 L dalam rata-rata pria dewasa (70 kg).
Cairan interstisial (CIT) : Cairan disekitar sel, sama dengan kira-kira 8 L pada orang
dewasa. Cairan limfe termasuk dalam volume interstisial. Relatif terhadap ukuran
tubuh, volume CIT kira-kira sebesar 2 kali lebih besar pada bayi baru lahir dibanding
orang dewasa.
Cairan intravaskular (CIV) : Cairan yang terkandung di dalam pembuluh darah.
Volume relatif dari CIV sama pada orang dewasa dan anak-anak. Rata-rata volume
darah orang dewasa kira-kira 5-6 L (8% dari BB), 3 L (60%) dari jumlah tersebut
adalah PLASMA. Sisanya 2-3 L (40%) terdiri dari sel darah merah (SDM, atau
eritrosit) yang mentransfor oksigen dan bekerja sebagai bufer tubuh yang penting; sel
darah putih (leukosit); dan trombosit. Tapi nilai tersebut diatas dapat bervariasi pada
orang yang berbeda-beda, bergantung pada jenis kelamin, berat badan dan faktor-
faktor lain. Adapun fungsi dari darah adalah mencakup :
Adalah cairan yang terkandung di dalam rongga khusus dari tubuh. Contoh CTS meliputi
cairan serebrospinal, perikardial, pleural, sinovial, dan cairan intraokular serta sekresi
lambung. Pada waktu tertentu CTS mendekati jumlah 1 L. Namun, sejumlah besar cairan
dapat saja bergerak kedalam dan keluar ruang transelular setiap harinya. Sebagai contoh,
saluran gastro-intestinal (GI) secara normal mensekresi dan mereabsorbsi sampai 6-8 L per-
hari.
Secara Skematis Jenis dan Jumlah Cairan Tubuh dapat digambarkan sebagai berikut :
Air merupakan sebagian besar zat pembentuk tubuh manusia. Jumlah air sekitar 73% dari
bagian tubuh seseorang tanpa jaringan lemak (lean body mass). Tergantung jumlah lemak
yang terdapat dalam tubuh, proporsi air ini berbeda antar orang.
Nilai Rata-Rata Cairan Ekstraseluler (Ces) Dan Cairan Intraseluler (Cis) Pada Dewasa
Normal Terhadap Berat Badan
Bagi manusia, air berfungsi sebagai bahan pembangunan disetiap sel tubuh. Cairan manusia
memiliki fungsi yang sangat vital, yaitu untuk mengontrol suhu tubuh dan menyediakan
lingkungan yang baik bagi metabolisme. Cairan tubuh bersifat elektrolit (mengandung atom
bermuatan listrik) dan alkalin (basa). Dengan demikian air digunakan dalam tubuh sebagai
pelarut, bagian dari pelumas, pereaksi kimia, mengatur suhu tubuh, sebagai sumber mineral,
serta membantu memelihara bentuk dan susunan tubuh. Air yang dibutuhkan manusia berasal
dari makanan dan minuman serta pertukaran zat dalam tubuh.
Pelarut dan alat angkut. Air dalam tubuh berfungsi sebagai pelarut zat-zat gizi berupa
monosakarida, asam amino, lemak, vitamin dan mineral serta bahan-bahan lain yang
diperlukan tubuh seperti oksigen, dan hormon-hormon.
Katalisator. Air berperan sebagai katalisator dalam berbagai reaksi biologik dalam sel,
termasuk didalam saluran cerna. Air diperlukan pula untuk memecah atau
menghidrolisis zat gizi kompleks menjadi bentuk-bentuk lebih sederhana.
Pelumas. Air berperan sebagai pelumas dalam cairan sendi-sendi tubuh.
Fasilitator pertumbuhan. Air sebagai bagian jaringan tubuh diperlukan untuk
pertumbuhan. Dalam hal ini air berperan sebagai zat pembangun.
Pengatur suhu. Karena kemampuan air untuk menyalurkan panas, air memegang
peranan dalam mendistribusikan panas didalam tubuh.
Peredam benturan. Air dalam mata, jaringan syaraf tulang belakang, dan dalam
kantung ketuban melindungi organ-organ tubuh dari benturan-benturan.
Kebutuhan air sehari dikatakan sebagai proporsi terhadap jumlah energi yang dikeluarkan
tubuh dalam keadaan lingkungan rata-rata. Untuk orang dewasa dibutuhkan sebanyak 1.0-1.5
ml/kkal, sedangkan untuk bayi 1.5 ml/kkal.
D. Distribusi dan Keseimbangan Cairan Tubuh
Cairan tubuh merupakan media semua reaksi kimia di dalam sel. Tiap sel mengandung cairan
intraseluler (cairan di dalam sel) yang komposisinya paling cocok untuk sel tersebut dan
berada di dalam cairan ekstraseluler (cairan di luar sel) yang cocok pula. Cairan ekstraseluler
terdiri atas cairan interstisial atau intraseluler (sebagian besar) yang terdapat disel-sel dan
cairan intravaskular berupa plasma darah. Semua cairan tubuh setiap waktu kehilangan dan
mengalami penggantian bagian-bagiannya, namun komposisi cairan dalam tiap kompartemen
dipertahankan agar selalu berada dalam keadaan homeostatik / tetap. Keseimbangan cairan di
tiap komportemen menentukan volume dan tekanan darah.
Tubuh harus mampu memelihara konsentrasi semua elektrolit yang sesuai didalam cairan
tubuh, sehingga tercapai keseimbangan cairan dan elektrolit. Pengaturan ini penting bagi
kehidupan sel, karena sel harus secara terus menerus berada didalam cairan dengan
komposisi yang benar, baik cairan didalam maupun diluar sel. Mineral makro terdapat dalam
bentuk ikatan garam yang larut dalam cairan tubuh. Sel-sel tubuh mengatur kemana garam
harus bergerak dengan demikian menetapkan kemana cairan tubuh harus mengalir, karena
cairan mengikuti garam. Kecenderungan air mengikuti garam dinamakan osmosis.
Keseimbangan cairan tubuh adalah keseimbangan antara jumlah cairan yang masuk dan
keluar. Melalui mekanisme keseimbangan, tubuh berusaha agar cairan didalam tubuh setiap
waktu berada dalam jumlah yang tetap/konstan. Ketidakseimbangan terjadi pada dehidrasi
(kehilangan air secara berlebihan) dan intoksikasi air (kelebihan air). Konsumsi air terdiri
atas air yang diminum dan yang diperoleh dari makanan, serta air yang diperoleh sebagai
hasil metabolisme. Air yang keluar dari tubuh termasuk yang dikeluarkan sebagai urin, air
didalam feses, dan air yang dikeluarkan melalui kulit dan paru-paru. Keseimbangan air rata-
rata berupa masukan dan ekskresi dapat dilihat pada tabel berikut :
Air dibuang dari tubuh melalui air seni, keringat, dan penguapan air melalui alat pernapasan
yaitu sebagai sarana transportasi zat gizi dan oksigen ke seluruh tubuh. Aktivitas tubuh akan
selalu mengeluarkan cairan dalam bentuk keringat, urin, feses dan nafas. Tubuh akan
kehilangan cairan sekitar 2.5 liter setiap hari. Untuk menjaga agar kondisi dan fungsi cairan
tubuh tidak terganggu, kehilangan tersebut harus diganti. Jika tubuh tidak cukup
mendapatkan air atau kehilangan air maka akan menimbulkan dehidrasi.
Dehidrasi adalah suatu keadaan kehilangan cairan sehingga mengganggu fungsi normal
organ-organ tubuh. Tubuh kita dapat mengalami dehidrasi disebabkan oleh masukan air
kurang atau keluaran air berlebihan. Dehidrasi karena keluaran air berlebihan disebabkan
oleh diare atau peningkatan aktivitas fisik.
Pada aktivitas fisik biasa, tubuh kehilangan air sebanyak 2,5 liter per hari, sebagian besar
(60%) dikeluarkan melalui air seni. Pada peningkatan aktivitas fisik, misalnya berolahraga,
kehilangan air mencapai 1-2 liter per jam, sebagian besar (95%) dikeluarkan melalui keringat.
Banyaknya air yang hilang tergantung pada intensitas aktivitas fisik, dan suhu dan
kelembaban. Makin besar intensitas latihan, suhu dan kelembaban, akan semakin besar
kehilangan air.
Rasa haus merupakan gejala awal terjadinya dehidrasi. Kehilangan air sebanyak 2% dari
berat badan dapat menyebabkan peningkatan laju jatung dan suhu tubuh. Kematian dapat
terjadi bila kehilangan air mencapai 9-12% berat badan. Pada dehidrasi, tubuh tidak hanya
kehilangan air tetapi juga kehilangan elektrolit dan glukosa. Disamping air, dehidrasi
menyebabkan kehilangan elektrolit. Kehilangan natrium dan klorida dapat mencapai 40-60
mEq/liter, sedangkan kalium dan magnesium 1,5-6 mEq/liter. Kehilangan elektrolit akan
mempercepat timbulnya gejala dan gangguan fungsi organ-organ.
Rehidrasi dengan memberikan air minum biasa justru akan sangat berbahaya pada kehilangan
elektrolit. Air minum biasa menyebabkan CES menjadi hipoosmolar sehingga air masuk ke
CIS. Minum air biasa terus menerus semakin meningkatkan hipoosmolaritas CES dan
menambah volume air yang masuk ke CIS sehingga mengakibatkan pembengkakan sel yang
dapat mengakibatkan kematian. Oleh sebab itu komposisi cairan rehidrasi harus mengandung
elektrolit dan glukosa dalam jumlah yang cukup untuk mengganti yang hilang.
Jumlah berbagi jenis garam di dalam tubuh hendaknya dijaga dalam keadaan konstan. Bila
terjadi kehilangan garam dari tubuh, maka harus diganti dari sumber diluar tubuh, yaitu dari
makanan dan minuman. Tubuh mempunyai suatu mekanisme yang mengatur agar konsentrasi
semua mineral berada dalam batas-batas normal.
Pengaturan air dari tubuh diatur oleh ginjal dan otak. Hipotalamus mengatur konsentrasi
garam di dalam darah, merangsang kelenjar pituitari mengeluarkan hormon antidiuretika
(ADH), Ginjal mengontrol volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan
garam dan mengontrol osmolaritas cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan
cairan. Ginjal mempertahankan keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam dan air
dalam urine sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari
air dan garam tersebut.
Pengaturan keseimbangan air oleh ginjal dan otak disajikan pada diagram berikut :
ADH dikeluarkan bilamana konsentrasi garam tubuh terlalu tinggi, atau bila volume darah
atau tekanan darah terlalu rendah. ADH merangsang ginjal untuk menahan atau menyerap air
kembali dan mengedarkannya kembali kedalam tubuh. Jadi, semakin banyak air dibutuhkan
tubuh, semakin sedikit yang dikeluarkan. Bila terlalu banyak air keluar dari tubuh, volume
darah dan tekanan darah akan turun. Sel-sel ginjal akan mengeluarkan enzim renin. Renin
mengaktifkan protein di dalam darah yang dinamakan angiotensin kedalam bentuk aktifnya
angiotensin. Angiotensin akan mengecilkan diameter pembuluh darah sehingga tekanan darah
akan naik. Disamping itu angiotensin mengatur pengeluaran hormon aldosteron dari kelenjar
adrenalin. Aldosteron akan mempengaruhi ginjal untuk menahan natrium dan air. Akibatnya
bila dibutuhkan lebih banyak air, akan lebih sedikit air dikeluarkan tubuh.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit diantaranya
adalah :
1. Usia
Variasi usia berkaitan dengan luas permukaan tubuh, metabolisme yang diperlukan dan berat
badan. selain itu sesuai aturan, air tubuh menurun dengan peningkatan usia. Berikut akan
disajikan dalam tabel perubahan pada air tubuh total sesuai usia.
2. Jenis kelamin
Wanita mempunyai air tubuh yang kurang secara proporsional, karena lebih banyak
mengandung lemak tubuh
3. Sel-sel lemak
Mengandung sedikit air, sehingga air tubuh menurun dengan peningkatan lemak tubuh
4. Stres
Stres dapat menimbulkan peningkatan metabolisme sel, konsentrasi darah dan glikolisis otot,
mekanisme ini dapat menimbulkan retensi sodium dan air. Proses ini dapat meningkatkan
produksi ADH dan menurunkan produksi urine
5. Sakit
Keadaan pembedahan, trauma jaringan, kelainan ginjal dan jantung, gangguan hormon akan
mengganggu keseimbangan cairan
6. Temperatur lingkungan
Panas yang berlebihan menyebabkan berkeringat. Seseorang dapat kehilangan NaCl melalui
keringat sebanyak 15-30 g/hari
7. Diet
Pada saat tubuh kekurangan nutrisi, tubuh akan memecah cadangan energi, proses ini akan
menimbulkan pergerakan cairan dari interstisial ke intraselular.
2. KESEIMBANGAN ASAM BASA TUBUH
Keseimbangan asam basa adalah homeostasis dari kadar ion hidrogen dalam tubuh
Kadar normal ion hidrogen (H) arteri adalah: 4x10-8 atau pH = 7,4 (7,35 7,45)
Asidosis = asidemia kadar pH darah <7,35 Alkalemia = alkalosis kadar pH
darah >7,45
Kadar pH darah <6,8 atau >7,8 tidak dapat diatasi oleh tubuh
Pertahanan pH darah normal tercapai melalui kerja gabungan dari buffer darah, paru
dan ginjal
Persamaan Handerson Hasselbach:
20 [HCO3-]
pH = 6,1 + log ---------------------
1PaCO2
Asidosis Metabolik
Penyebab:
Asidosis Respiratorik
Ciri: PaCO2 >45mmHg dan pH <7,35 kompensasi ginjal retensi dan peningkatan
[HCO3-]
Penyebab: hipoventilasi (retensi CO2), inhibisi pusat nafas (overdosis sedatif, henti
jantung), penyakit dinding dada dan otot nafas (fraktur costae, miastemia gravis),
gangguan pertukaran gas (COPD), obstruksi jalan nafas atas
Gejala Asidosis Respiratorik Tidak spesifik Hipoksemia (dominan) asidosis
respiratorik akut akibat obstruksi nafas Somnolen progresif, koma asidosis
respiratorik kronis Vasodilatasi serebral meningkatkan ICV papiledema dan
pusing
Penatalaksanaan Asidosis Respiratorik Pemulihan ventilasi yang efektif sesegera
mungkin pemberian O2 dan mengobati penyebab penyakit dasar PaO2 harus
ditingkatkan >60mmHg dan pH >7,2
Alkalosis Respiratorik
3. Definisi Syok
Syok adalah suatu keadaan yang gawat, dimana sistem peredaran darah (sirkulasi) gagal
menyalurkan darah yang mengandung oksigen dan nutrisi ke organ vital (otak, jantung dan
paru-paru).
Klasifikasi Syok
Berdasarkan etiologinya, syok dibagi menjadi :
- Syok hipovolemik
Syok hipovolemik adalah syok yang diakibatkan oleh kehilangan volume intravaskuler
secara akut dan massif. Hal ini bisa diakibatkan oleh kehilangan darah, plasma, cairan
tubuh ataupun elektrolit. Keadaan ini biasa terjadi pada luka bakar, perdarahan dalam
ataupun luar, diare berat dan lain-lain.
- Syok Kardiogenik
Syok kardiogenik adalah syok yang diakibatkan oleh kelainan pada jantung, misalnya
pada aritmia, infark miokardium, kelainan katup ataupun akibat obat-obat myocardial
depressant.
- Syok Obstruktif
Syok obstruktif adalah syok yang diakibatkan oleh gangguan pengisian pada ventrikel
kanan maupun kiri yang dalam keadaan berat bisa menyebabkan penurunan Cardiaac
Output. Hal ini biasa terjadi pada obstruksi vena cava, emboli pulmonal, pneumotoraks,
gangguan pada pericardium (misalnya : tamponade jantung) ataupun berupa atrial
myxoma.
- Syok Distributif
Syok distributive adalah syok yang diakibatkan oleh adanya gangguan pada distribusi
volume sirkulasi, baik karena perubahan resistensi pembuluh darah ataupun akibat
perubahan permeabilitasnya. Hal ini biasa terjadi pada keadaan sepsis, anafilaktik ataupun
neurogenik.
DIAGNOSIS SYOK
- Hipotensi terjadi akibat dari berkurangnnya curah jantung. Dikatakan hipotensi jika
tekanan darah systole dibawah 80 mmHg atau tekanan nadi dibawah 20 mmHg.
- Takikardi terjadi akibat dari refleks simpatis terhadap keadaan hipotensi. Pada orang
dewasa frekuensi nadi 60-100 kali/menit, jadi dikatakan takikardi jika frekuensi nadi
diatas 100 kali/menit. Pada anak-anak dikatakan takikardi jika di atas 120 kali/menit.
- Takipneu terjadi akibat usaha tubuh untuk mengkompensasi hipoksia pada keadaan syok.
Pernapasan di katakan tacipneu, jika frekuensinya di atas 24 kali/menit.
- Penurunan kesadaran terjadi akibat aliran darah ke saraf pusat tidak memadai. Penurunan
kesadaran ini bisa berupa kebingungan, letargia, agitasi dan koma.
Berikut ini beberapa gejala-gejala syok, baik yang bersifat subyektif ataupun objektif :
Gejala Obyektif
- Pernapasan cepat & dangkal
- Nadi capat dan lemah
- Akral pucat, dingin & lembab
- Sianosis : bibir, kuku, lidah & cuping hidung
- Pandangan hampa & pupil melebar
Gejala Subyektif
- Mual dan mungkin muntah
- Rasa haus
- Badan lemah
- Kepala terasa pusing
PENANGANAN
Penanganan Awal :
- Segera bawa penderita ketempat teduh dan aman
- Tenangkan dan yakinkan penderita bahwa dia akan ditangani dengan baik
- Tidurkan penderita, dengan posisi terlentang, tungkai ditinggikan 20-30 cm( 30).
- Longgarkan pakaian penderita dan jangan diberikan makanan dan minuman.
- Kontrol ABC
- Segera rujuk ke fasilitas kesehatan.
Penanganan lanjut :
1. Syok Hipovolemik :
- Pulihkan status volume
- Koreksi gangguan elektrolit
- Tangani penyebab
2. Syok kardiogenik
- Perbaiki fungsi jantung (Dopamin)
3. Syok Obstruktif
- Lakukan penanganan syok secara umum.
- Penanganan sesuai dengan penyebab :
- Tamponade dilakukan Pericardiosentesis
- Emboli paru diberikan Trombokinase
- Atrial Myxoma, Pneumotoraks dilakukan Operasi
4. Syok Distributif
- Dopamin, epinefrin, Antibiotik(sesuai penyebab), Kortikosteroid.
Banyaknya volume darah yang diberikan sesuai dengan banyaknya darah yang hilang.
Diberikan apabila terjadi kehilangan darah 15 20% TBV (Ex : Syok Hipovolemik) pada
anak besar dan orang dewasa. Pada bayi transfusi harus sudah diberikan bila kehilangan 10%
TBV. Darah lengkap diberikan untuk memperbaiki kemampuan transportasi zat asam oleh
eritrosit (seperti anemia) dan memperbaiki jumlah darah yang beredar seperti perdarahan
hebat.
Darah Segar
Yaitu darah yang baru diambil dari donor sampai 6 jam sesudah pengambilan. Keuntungan
Pemakaian darah segar yaitu faktor pembekuannya lengkap termasuk faktor labil (V, VIII)
dan fungsi eritrosit relaitif masih baik. Kerugiannya sulit diperoleh dalam waktu tepat dan
penularan penyakit relatif banyak.
Darah Baru
Yaitu darah yang disimpan antara 6 jam sampai 6 hari sesudah diambil dari donor. Faktor
pembekuan disini sudah hampir habis dan juga dapat meningkat kadar kalium, amonia, asam
laktat.
Darah Simpan
Darah yang disimpan lebih 6 hari. Keuntungan penggunaannya mudah (setiap saat tersedia),
bahaya penularan lues cytomegalovirus hilang, sedangkan kerugiannya yaitu faktor
pembekuan terutama faktor V dan VIII sudah hampir habis. Kemampuan transportasi O2
oleh eritrosit berubah (afinitas Hb terhadap O2 tinggi), sedangkan O2 sukar dilepas di
jaringan karena penurunan kadar 2,3 DPG. Kadar kalium, amonia, asam laktat tinggi.
Didapat dari darah lengkap yang diambil/dipisahkan sebagian plasmanya melalui metode
pemutaran atau sedimentasi/pengendapan. Dengan Packed Red Cell ini, kita mendapatkan :
Hematokrit 70 80%, volume plasma 15 25 ml, volume antikoagulan 10 15 ml.
Secara umum pemakaian SDM ini yaitu pada keadaan anemia hemolitik, anemia hipoplastik
kronik, leukemia akut, leukemia kronik, penyakit keganasan, talasemia, anemia akibat
defisiensi vitamin B12 dan Fe.
Komponen ini didapat dari darah segar dengan metode pemutaran dengan waktu tertentu,
sehingga akhirnya didapat Platelet Concentration yang volumenya 25 40 ml/unit yang berisi
minimal 5,5 x 1010 platelet dan beberapa sel darah merah tercampur di dalamnya bersama
plasma untuk mempertahankan pH di atas 6 selama waktu penyimpanan.
Dengan 1 unit Platelet Concentration biasanya akan menaikkan jumlah platelet sebesar 9.000
11.000 ml/M2 luas badan ( 7.000 / ml pada orang dewasa dengan berat badan 70 kg)
sehingga untuk keadaan trombositopenia yang berat dibutuhkan sampai 8 10 unit.
Indikasi :
REKOMENDASI ASA :
- Profilaksis trombosit tdk efektif & jarang diidentifikasikan jika trombositopenia
disebabkan oleh destruksi trombosit (mis ITP)
- Pasien bedah & obstetrik dgn perdarahan mikrovaskuler jika trombosit < 50.000/mm3
perlu transfusi trombosit
- Persalinan pervaginam dan operasi yang ringan dgn trombosit < 50.000/mm3 tdk perlu
transfusi
Komponen ini didapat dari pemisahan plasma segar atau fresh frozen plasma yang dicairkan
pada temperatur 4C melalui metode pemutaran yang tertentu sehingga akhirnya didapat
supernatannya yang volumenya hanya 30 40 ml. Setiap unit Cryrecipitate mengandung :
Faktor VIII kira-kira 100 150 UI, fibrinogen 80 mg, plasma protein dan Faktor XIII.
Indikasi :
Didapat dari pemisahan darah segar (darah donor kurang dari 6 jam) dengan metode
pemutaran, kemudian dibekukan dan disimpan pada temperatur -30C. Karena dibuat dari
darah segar maka hampir semua faktor-faktor pembekuan (labil faktor) masih utuh, selama
penyimpanan pada temperatur -30C. Tapi bila disimpan pada temperatur 4C maka semua
faktor pembekuan yang labil itu akan rusak menjadi plasma biasa.
Indikasi :
6. Transfusi Plasma
Komponen ini dibuat dari pemisahan Packed Red Cells dari darah lengkap melalui metode
pemutaran atau sedimentasi. Berdasarkan umur dari darah lengkap yang dipisahkan untuk
pembuatan plasma dan isi plasma maka komponen plasma dibedakan :
1) Plasma Biasa
Didapat dari darah lengkap yang telah mengalami penyimpanan, mengandung faktor-faktor
pem-bekuan labil, tapi masih mengandung faktor stabil fibrinogen, albumin dan globulin
2) Plasma Segar
Didapat dari darah lengkap yang kurang dari 6 jam dalam penyimpanan, faktor pembekuan
masih utuh dan belum rusak serta stabil faktor masih lengkap.
Indikasi :
Dosis pemberian tergantung keadaan klinik umumnya diberikan 10 15 ml/kg BB/hari. Hati-
hati pada orang tua, karena kemungkinan terjadinya payah jantung atau overload circulation.
Kerugian :
Keuntungan :
Tersedia dengan cepat dan dapat diberikan tanpa dilakukan compabilitas test.
Komponen ini dibuat dari seorang donor dengan metode pemutaran melalui Hemonetic-30.
Dengan alat ini darah dari donor dilakukan pemutaran terus-menerus dan putus , memisahkan
dan mengumpulkan Buffy Coat yang banyak mengandung granulosit limfosit, dan platelet
kemudian dicampur dengan larutan sitras sebagai antikoagulan yang akhirnya dilarutkan
dalam plasma. Jumlah granulosit yang dihasilkan adalah 0,9 0,3 x 1010 dalam 400 ml
plasma dengan beberapa sel darah merah, limfosit dan platelet yang tercampur di dalamnya.
Kapan saat yang tepat untuk pemberian transfusi granulosit masih belum pasti. Umumnya
pada klinis menganjurkan pemberian transfusi granulosit pada penderita neutropenia dengan
panas yang tinggi dan gagal diobati dengan antibiotik yang adekuat lebih dari 48 jam. Efek
pemberian transfusi granulosit tampak dari penurunan suhu badan penderita dan bukan dari
hitung leukosit penderita, penurunan suhu badan penderita terjadi pada 1 2 jam setelah
transfusi.
6. Asepsik dan Antiseptik
Aseptik berarti bebas dari infeksi. Aseptik adalah keadaan bebas dari mikroorganisme
penyebab penyakit. Teknik aseptik/asepsis adalah segala upaya yang dilakukan untuk
mencegah masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh yang kemungkinan besar akan
mengakibatkan infeksi. Tindakan asepsis ini bertujuan untuk mengurangi atau
menghilangkan mikroorganisme yang terdapat pada permukaan benda hidup atau benda mati.
Tindakan ini meliputi antisepis, desinfeksi, dan sterilisasi. Untuk itu, diperlukan perlakuan
khusus pada alat dan bahan operasi, lapangan operasi, operator, dan asisten sebagai
pelaksana. Teknik aseptik digunakan untuk mengurangi risiko infeksi pasca-prosedur dan
untuk meminimalkan paparan dari penyedia layanan kesehatan untuk mikroorganisme yang
berpotensi menular. Antisepsis adalah upaya pencegahan infeksi dengan membunuh atau
menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada kulit dan jaringan tubuh lainnya. Bahan
yang digunakan disebut antiseptik. Antiseptik adalah bahan yang dapat membunuh atau
menghambat pertumbuhan kuman, ada yang bersifat sporosidal (membunuh spora) dan non
sporosidal, digunakan pada jaringan hidup khusus,yaitu kulit dan selaput lendir. Antiseptik
harus dibedakan dengan obat seperti antibiotik yang dapat membunuh mikroorganisme di
dalam tubuh atau dengan desinfektan yang digunakan untuk membunuh mikroorganisme
yang terdapat pada benda mati. Perlu diperhatikan adanya reaksi atau riwayat alergi terhadap
iodium. Jenis antiseptik yang sering digunakan adalah alkohol 70 %, povidon iodin,
chlorhexidine gluconate dan triklosan.
f.
g. Vulnus Morsum (Luka Gigitan)
Penyebab adalah gigitan binatang atau manusia, kemungkinan infeksi besar
bentuk luka tergantung dari bentuk gigi.
Fase penyembuhan luka dalam sebuah proses luka adalah melalui 3 fase atau 3 tahap
penyembuhan luka yaitu :
A. Fase Inflamasi
Fase inflamasi ini akan berlangsung sejak terjadinya luka sampai kira kira hari kelima.
Pembuluh darah yang terputus pada luka yang diderita tersebut akan menyebabkan
perdarahan dan tubuh dalam hal ini akan berusaha menghentikannya dengan cara
vasokonstriksi, pengerutan ujung pembuluh yang putus (retraksi), dan reaksi hemostasis.
Hemostasis terjadi karena trombosit yang keluar dari pembuluh darah saling melengket, dan
bersama dengan jala fibrin yang terbentuk membekukan darah yang keluar dari pembuluh
darah. Sementara itu terjadi reaksi inflamasi. Sel mast dalam jaringan ikat menghasilkan
serotonin dan histamine yang meningkatkan permeabilitas kapiler sehingga terjadi eksudasi
cairan, penyebukan sel radang, disertai vasodilatasi setempat yang menyebabkan udem dan
pembengkakan. Tanda dan gejala klinik reaksi radang menjadi jelas berupa warna kemerahan
karena kapiler melebar (rubor), suhu hangat (kalor), rasa nyeri (dolor), dan pembengkakan
(tumor). Aktifitas seluler yang terjadi adalah pergerakan leukosit menembus dinding
pembuluh darah (diapedesis) menuju luka karena daya kemotaksis. Leukosit mengeluarkan
enzim hidrolitik yang membantu mencerna bakteri dan kotoran luka. Limfosit dan monosit
yang kemudian muncul ikut menghancurkan dan memakan kotoran luka dan bakteri
(fagositosis). Fase ini disebut juga fase lamban karena reaksi pembentukan kolagen baru
sedikit dan luka hanya dipertautkan oleh fibrin yang amat lemah.
B. Fase Proliferasi.
Fase proliferasi disebut juga fase fibroplasia karena yang menonjol adalah proses proliferasi
fibroblast. Fase ini berlangsung dari akhir fase inflamasi sampai kira kira akhir minggu
ketiga. Fibroblast berasal dari sel mesenkim yang belum berdiferensiasi, menghasilkan
mukopolisakarida, asama aminoglisin, dan prolin yang merupakan bahan dasar kolagen serat
yang akan mempertautkan tepi luka. Pada fase ini serat dibentuk dan dihancurkan kembali
untuk penyesuaian diri dengan tegangan pada luka yang cenderung mengerut. Sifat ini,
bersama dengan sifat kontraktil miofibroblast, menyebabkan tarikan pada tepi luka. Pada
akhir fase ini kekuatan regangan luka mencapai 25% jaringan normal. Nantinya, dalam
proses penyudahan kekuatan serat kolagen bertambah karena ikatan intramolekul dan antar
molekul. Pada fase fibroplasia ini, luka dipenuhi sel radang, fibroblast, dan kolagen,
membentuk jaringan berwarna kemerahan dengan permukaan yang berbenjol halus yang
disebut jaringan granulasi. Epitel tepi luka yang terdiri dari sel basal terlepas dari dasarnya
dan berpindah mengisi permukaan luka. Tempatnya kemudian diisi oleh sel baru yang
terbentuk dari proses mitosis. Proses migrasi hanya bisa terjadi ke arah yang lebih rendah
atau datar, sebab epitel tak dapat bermigrasi ke arah yang lebih tinggi. Proses ini baru
berhenti setelah epitel saling menyentuh dan menutup seluruh permukaan luka. Dengan
tertutupnya permukaan luka, proses fibroplasia dengan pembentukan jaringan granulasi juga
akan berhenti dan mulailah proses pematangan dalam fase penyudahan.
Merupakan jenis jahitan yang sering dipakai. digunakan juga untuk jahitan situasi.
Teknik : Melakukan penusukan jarum dengan jarak antara setengah sampai 1 cm ditepi luka
dan sekaligus mengambil jaringan subkutannya sekalian dengan menusukkan jarum secara
tegak lurus pada atau searah garis luka.
Simpul tunggal dilakukan dengan benang absorbable denga jarak antara 1cm.
Jahitan dengan melakukan penusukan seperti simpul, sebelum disimpul dilanjutkan dengan
penusukan sejajar sejauh 1 cm dari tusukan pertama.
Sinonim : Vertical Mattress suture, Donati, Near to near and far to far
Jahitan dengan menjahit secara mendalam dibawah luka kemudian dilanjutkan dengan
menjahit tepi-tepi luka. Biasanya menghasilkan penyembuhan luka yang cepat karena di
dekatkannya tepi-tepi luka oleh jahitan ini.
Modifikasi dari matras horizontal tetapi menjahit daerah luka seberangnya pada daerah
subkutannya.
Sinonim : Simple running suture, Simple continous, Continous over and over
Jahitan ini sangat sederhana, sama dengan kita menjelujur baju. Biasanya menghasilkan
hasiel kosmetik yang baik, tidak disarankan penggunaannya pada jaringan ikat yang longgar.
Jahitan kontinyu dengan mengaitkan benang pada jahitan sebelumnya, biasa sering dipakai
pada jahitan peritoneum. Merupakan variasi jahitan jelujur biasa.
Jahitan jelujur yang dilakukan dibawah kulit, jahitan ini terkenal menghasilkan kosmetik
yang baik
A. PLAIN CATGUT
Ukuran : 5,0-3
Kegunaan : Untuk mengikat sumber perdarahan kecil, menjahit subkutis dan untuk
menjahit kulit terutama daerah longgar (perut, wajah) yang tak banyak bergerak dan
luas lukanya kecil
B. KROMIK CATGUT
Berbeda dengan plain catgut, ditambahkan asam kromat, sehingga menjadi lebih keras
dan diserap lebih lama 20-40 hari
Ukuran : 3,0 -3
Kegunaan: penjahitan luka yang dianggap belum merapat dalam waktu 10 hari, untuk
menjahit tendo pada penderita yang tidak kooperatif bila mobilisasi harus segera
dilakukan
C. Vicryl
D. Seide (Silk/sutera)
Bersifat tidak licin seperti sutera biasa karena sudah dikombinasi dengan perekat,
tidak diserap tubuh.
Ukuran : 5,0-3
Kegunaan : menjahit luka, mengikat pembuluh arteri (arteri besar), dan sebagai teugel
(kendali)
E. Ethilon
Benang sintetis dalam kemasan atraumatis (benang langsung bersatu dengan jarum
jahit) dan terbuat dari nilon lebih kuat dari seide atau catgut. Tidak diserap tubuh dan
tidak menimbulkan pada kulit dan jaringan tubuh lain.
Penggunaan : bedah plastik, ukuran yang lebih besar sering digunakan pada kulit,
nomor yang kecil digunakan pada bedah mata.
F. Ethibond
Ukuran : 7,0-2
G. Vitalene
Benang sintetis (polimer profilen), sangat kuat, lembut, tidak diserap. Kemasan
traumatis
Warna : biru
Ukuran 10,0-1
Kegunaan: bedah mikro terutama untuk pembuluh darah dan jantung, bedah mata,
plastik, menjahit kulit
H. Linen
Dari serat kapas alam,cukup kuat, mudah disimpul, tidak diserap, reaksi tubuh
minimum
Warna : putih
Ukuran 4,0-0
I. Steel wire
Merupakan benang logam terbuat dari polifilamen baja tahan karat, sangat kuat tidak
korosif, dan reaksi terhadap tubuh minimum, mudah disimpul
Kemasan atraumatik
Ukuran : 6-0,2
Patofisiologi : Limfosit CD4+ (sel T helper atau Th) merupakan target utama infeksi HIV
karena virus mempunyai afinitas terhadap molekul permukaan CD4. Limfosit CD4+
berfungsi mengkoordinasikan sejumlah fungsi imunologis yang penting sehingga bila terjadi
kehilangan fungsi tersebut maka dapat menyebabkan gangguan imun yang progresif. Namun
beberapa sel lainnya yang dapat terinfeksi yang ditemukan secara in vitro dan invivo adalah
megakariosit, epidermal langerhans, peripheral dendritik, folikular dendritik, mukosa rectal,
mukosa saluran cerna, sel serviks, mikrogilia, astrosit, sel trofoblast, limfosit CD8, sel retina
dan epitel ginjal. Infeksi HIV terjadi melalui molekul CD4 yang merupakan reseptor utama
HIV dengan bantuan ko-reseptor kemokin pada sel T atau monosit, atau melalui kompleks
molekul adhesi pada sel dendrit. Kompleks molekul adhesi ini dikenal sebagai dendritic-cell
specific intercellular adhesion molecule-grabbing nonintegrin (DC-SIGN). Akhir-akhir ini
diketahui bahwa selain molekul CD4 dan ko-reseptor kemokin, terdapat integrin 4 7
sebagai reseptor penting lainnya untuk HIV. Antigen gp120 yang berada pada permukaan
HIV akan berikatan dengan CD4 serta ko-reseptor kemokin CXCR4 dan CCR5, dan dengan
mediasi antigen gp41 virus, akan terjadi fusi dan internalisasi HIV. Di dalam sel CD4,
sampul HIV akan terbuka dan RNA yang muncul akan membuat salinan DNA dengan
bantuan enzim transkriptase reversi. Selanjutnya salinan DNA ini akan berintegrasi dengan
DNA pejamu dengan bantuan enzim integrase. DNA virus yang terintegrasi ini disebut
sebagai provirus. Setelah terjadi integrasi, provirus ini akan melakukan transkripsi dengan
bantuan enzim polimerasi sel host menjadi mRNA untuk selanjutnya mengadakan transkripsi
dengan protein-protein struktur sampai terbentuk protein. mRNA akan memproduksi semua
protein virus. Genomik RNA dan protein virus ini akan membentuk partikel virus yang
nantinya akan menempel pada bagian luar sel. Melalui proses budding pada permukaan
membran sel, virion akan dikeluarkan dari sel inang dalam keadaan matang. Sebagian besar
replikasi HIV terjadi di kelenjar getah bening, bukan di peredaran darah tepi.
a) Pengobatan untuk menekan replikasi virus HIV dengan obat antiretroviral (ARV).
b) Pengobatan untuk mengatasi berbagai penyakit infeksi dan kanker yang menyertai
infeksi HIV/AIDS, seperti jamur, tuberkulosis, hepatitis, toksoplasmosis, sarkoma
kaposi, limfoma, kanker serviks.
c) Pengobatan suportif, yaitu makanan yang mempunyai nilai gizi yang lebih baik
dan pengobatan pendukung lain seperti dukungan psikososial dan dukungan
agama serta juga tidur yang cukup dan perlu menjaga kebersihan. Dengan
pengobatan yang lengkap tersebut, angka kematian dapat ditekan, harapan hidup
lebih baik dan kejadian infeksi oportunistik amat berkurang.
Orthopaedi :
Regio tubuh
2. Jelaskan garis yang memotong sumbu tubuh !
3. Gambarkan dermatom pada tubuh!
REFLEKS PATOLOGIS
a. Refleks hoffman : tangan pasien di pegang oleh tangan pemeriksa dan jari pasien
di fleksikan. Jari tengah pasien di jepit oleh jari pemeriksa di antara telunjuk dan
jari tengah pemeriksa dan dengan ibu jari pemeriksa di lakukan penekanan kuat
pada ujung jari tengah pasien. Refleks positif (+) bila fleksi jari telunjuk pasien
serta fleksi dan adduksi ibu jari.
b. Refleks tromner : tangan pasien di pegang oleh tangan pemeriksa pada
pergelangan dan jar jari dalam posisi fleksi. Jari tengah pasien di jepit di antara
telunjuk dan jari tengah pemeriksa. Dengan jari tengah mencolek ujung jari
pemeriksa. Refleks positif (+) bila terdapat fleksi jari telunjuk serta adduksi ibu
jari dan terkadang di sertai fleksi jari lainnya.
c. Refleks babinski : telapak kaki pasien di gore dengan menggunakan gagang palu
refleks secara perlahan dari telapak kaki bagian lateral mulai dari tumit menuju
pangkal ibu jari. Hasil menunjukkan positif (=) jika di dapatkan gerakan dorso
fleksi ibu jari yang di sertai dengan mekarnya jari jari lainnya.
5. Sebutkan nama tulang-tulang yang ada di tubuh!
6. Jelaskan mengenai dislokasi, fraktur dan subpulsasi!
Definisi : Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan sendi, tulang
rawan epifisis, baik yang bersifat total maupun parsial
Tipe fraktur :
a. Fraktur komplit : Tulang terbagi menjadi dua atau lebih fragmen. Pola fraktur
pada rontgen dapat membantu memprediksi tindakan setelah reduksi: jika fraktur
transversal patahan biasanya akan tetap pada tempatnya setelah reduksi; jika
fraktur oblique atau spiral, tulang cenderung memendek dan kembali berubah
posisi walaupun tulang dibidai. Jia terjadi fraktur impaksi, fragmen terhimpit
bersama dan garis fraktur tidak jelas. Fraktur kominutif dimana terdapat lebih dari
2 fragmen tulang; karena jeleknya hubungan antara permukaan tulang, cenderung
tidak stabil.
b. Faktur inkomplit : Disini tulang tidak secara total terbagi dan periosteum tetap
intak. Pada fraktur greenstick tulang membengkok; hal ini terjadi pada anak-anak
yang tulangnya lebih lentur dibandingkan dewasa. Anak-anak juga dapat bertahan
terhadap cedera dimana tulang berubah bentuk tanpa terlihat retakan jelas pada
foto rontgen
Penanganan pada fraktur :
Fraktur ini terjadi bila ada suatu trauma yang mengenai tulang, dimana trauma
tersebut kekuatannya melebihi kekuatan tulang, Ada dua faktor yang
mempengaruhi terjadinya fraktur yaitu :
1. Ekstrinsik meliputi kecepatan dan durasi trauma yang mengenai tulang, arah
dan kekuatan trauma.
2. Instrisik meliputi kapasitas tulang mengasorbsi energi trauma, kelenturan,
kekuatan dan densitas tulang.
Setelah fraktur lengkap, fragmen-fragmen biasanya bergeser. Sebagian oleh gaya
berat dan sebagian oleh tarikan otot yang melekat padanya. Pergeseran biasanya
disebut dengan aposisi, penjajaran (alignment), rotasi dan berubahnya
panjang.Semua fraktur terbuka harus dianggap terkontaminasi, sehingga
mempunyai potensi untuk terjadi infeksi. Pada fraktur tulang dapat terjadi
pergeseran fragmen-fragmen tulang. Pergeseran fragmen bisa diakibatkan adanya
keparahan cedera yang terjadi, gaya berat, maupun tarikan otot yang melekat
padanya. Pergeseran fragmen fraktur akibat suatu trauma dapat berupa :
a. Aposisi (pergeseran ke samping/ sideways, tumpang tindih dan berhimpitan/
overlapping, bertrubukan sehingga saling tancap/ impacted) : fragmen dapat
bergeser ke samping, ke belakang atau ke depan dalam hubungannya dengan satu
sama lain, sehingga permukaan fraktur kehilangan kontak. Fraktur biasanya akan
menyatu sekalipun aposisi tidak sempurna, atau sekalipun ujung-ujung tulang
terletak tidak berkontak sama sekali.
b. Angulasi (kemiringan/ penyilangan antara kedua aksis fragmen fraktur) :
fragmen dapat miring atau menyudut dalam hubungannya satu sama lain.
c. Rotasi (pemuntiran fragmen fraktur terhadap sumbu panjang) : salah satu
fragmen dapat berotasi pada poros longitudinal, tulang itu tampak lurus tetapi
tungkai akhirnya mengalami deformitas rotasional.
d. Panjang (pemanjangan atau pemendekan akibat distraction atau overlapping
antara fragmen fraktur) : fragmen dapat tertarik dan terpisah atau dapat tumpang
tindih, akibat spasme otot, menyebabkan pemendekan tulang.
Hubungan garis fraktur dengan energi trauma :
GARIS FRAKTUR MEKANISME TRAUMA ENERGI
Diagnosis fraktur dengan tanda-tanda klasik dapat ditegakkan secara klinis, namun
pemeriksaan radiologis tetap diperlukan untuk konfirmasi untuk melengkapi deskripsi
fraktur, kritik medikolegal, rencana terapi dan dasar untuk tindakan selanjutnya. Sedangkan
untuk fraktur-fraktur yang tidak memberikan gejala kalsik dalam menentukan diagnosa harus
dibantu pemeriksaan radiologis sebagai gold standart.
Prinsip penanganan fraktur terbuka derajat III secara umum adalah sebagai berikut :
- Pertolongan pertama
Untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri dan mencegah gerakan-gerakan
fragmen yang dapat merusak jaringan sekitarnya. Stabilisasi fraktur bisa
menggunakan splint atau bandage yang mudah dikerjakan dan efektif. Luka ditutup
dengan material yang bersih dan steril.
- Resusitasi
Penatalaksanaan sesuai dengan ATLS (Advance Trauma Life Support) dengan
memberikan penanganan sesuai prioritas (resusitasi), bersamaan itu pula dikerjakan
penanganan fraktur terbuka agar terhindar dari komplikasi. Kehilangn banyak darah
pada frkatur terbuka derajat III dapat mengakibatkan syok hipovolemik dan dapat
diperberat oleh rasa nyeri yang dapat menyebabkan syok neurogenik. Tindakan
resusitasi dilakukan dilakukan bila ditemukan tanda syok hipovolemik, gangguan
nafas atau denyut jantung karena fraktur terbukaseringkali bersamaan dengan cedera
organ lain. Penderita diberikan resusitasi cairan Ringer Laktat atau transfusi darah dan
pemberian analgetik selama tidak ada kontraindikasi. Pemeriksaan radiologis
dilakukan setelah pasien stabil.
- Penilaian awal
Pemeriksaan yang teliti dan hati-hati merupakan dasar dalam observasi dan
penanganan awal yang memadai. Fakta-fakta pada pemeriksaan harus direkam dengan
baik termasuk trauma pada daerah atau organ lain dan komplikasi akibat fraktur itu
sendiri.
- Debridement
Operasi bertujuan untuk membersihkan luka dari benda asing dan jaringan mati,
memberikan persediaan darah yang baik di seluruh bagian itu. Dalam anestesi umum,
pakaian pasien dilepas, sementara itu asisten mempertahankan traksi pada tungkai
yang mengalami cedera dan menahannya agar tetap ditempat. Pembalut yang
sebelumnya digunakan pada luka diganti dengan bantalan yang steril dan kulit di
sekelilingnya dibersihkan dan dicukur. Kemudian bantalan tersebut diangkat dan luka
diirigasi seluruhnya dengan sejumlah besar garam fisiologis. Irigasi akhir dapat
disertai obat antibiotika, misalnya basitrasin. Turniket tidak digunakan karena akan
lebih jauh membahayakan sirkulasi dan menyulitkan pengenalan struktur yang mati.
8. Definisi multiple injury!
Cedera berat yang meliputi adanya 2 cdera atau lebih pada satu area tubuh. Cedera
yang terjadi dapat mengakibatkan adanya syok traumatic dan juga hipotensi akibat
hemoragik dan memperburuk tanda tanda vital pada tubuh.