Anda di halaman 1dari 24

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA

(UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA)


Jl. Arjuna Utara No.6 Kebun Jeruk – Jakarta Barat

KEPANITERAAN KLINIK
STATUS ILMU BEDAH
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
SMF ILMU BEDAH
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOJA, JAKARTA UTARA

Nama Mahasiswa : Siti Nooraida binti Hassan Tanda Tangan


NIM : 112015440
Dokter Pembimbing : dr Ahmad Fanani, Sp.B ………………....

IDENTITAS
Nama lengkap : Nn.Sri Rahayu Jenis kelamin : Perempuan
Tempat/tanggal lahir : Jakarta, 18 Jan 2000 Suku Bangsa : Jawa
Status Perkawinan : Belum Menikah Agama : Islam
Pekerjaan : Karyawan Pendidikan : SMA
Alamat : Jl. Sawah Baru Tanggal Masuk RS : 3 May 2017

II. ANAMNESIS
Diambil dari : Autoanamnesis tanggal : 3 May 2017 Jam : 21.30 WIB

Keluhan utama
Pasien rencana operasi pengangkatan benjolan di payudara kiri.

Riwayat Penyakit Sekarang


5 bulan SMRS, OS mengeluh terabanya benjolan di payudara kiri yang semakin
membesar sejak 1 tahun lalu. Benjolan tidak nyeri, namun bisa nyeri terutama ketika
datang haid. Hanya terdapat satu bejolan yang dirasakan yaitu jam 11-12 dari pusat puting
payudara kiri sebesar satu jari. Benjolan mobil, berbatas tegas, padat, permukaan licin,
dan bisa digerakkan dari dinding dada.
4 bulan SMRS, pasien ke poliklinik bedah RSUD Koja untuk mendapatkan
rawatan. Pasien kemudiannya melalukan pemeriksaan lanjutan seperti mamografi.
3 bulan SMRS, pasien dijadwalkan untuk mengangkat benjolan tersebut pada awal
Mei.
Selama tempoh menunggu rencana operasi, pasien mengatakan tidak mengalami
keluhan seperti perubahan pada permukaan payudara, perubahan warna dan bentuk, tidak
adanya cairan yang keluar dari puting bening maupun darah, tidak ada kulit seperti buah
jeruk, bertambahnya ukuran benjolan dengan cepat, nyeri, benjolan menjadi keras dan
berlekuk-lekuk. Pasien juga menolak adanya penurunan berat badan drastis, riwayat
kanker pada diri dan keluarga, gangguan pada siklus haid.
OS tidak memiliki riwayat kencing manis, hipertensi, penyakit jantung ataupun alergi
obat tertentu.

Penyakit Dahulu (Tahun, diisi bila ya ( + ), bila tidak ( - )


(-) Wasir/hemorroid (-) Appendisitis (-) Penyakit jantung bawaan
(-) Batu ginjal / Saluran kemih (-) Tumor (-) Perdarahan Otak
(-) Burut (Hernia) (-) Penyakit prostat (-) Gastritis
(-) Typhoid (-) Diare Kronis (-) Hipertensi
(-) Batu empedu (-) Diabetes mellitus (-) Penyakit pembuluh darah
(-) Tifus abdominalis (-) ISK (-) Kelainan kongenital
(-) Ulkus Ventrikulis (-) Colitis (-) Volvulus
(-) Tuberkulosis (-) Tetanus (-) Abses Hati
(-) Invaginasi (-) Hepatitis (-) Patah tulang
(-) Penyakit degeneratif (-) Fistel (-) Luka bakar
(-) Struma, tiroid
Lain Lain: (-) Operasi
(-) Kecelakaan
Riwayat Keluarga
Umur Penyebab
Hubungan Jenis Kelamin Keadaan Kesehatan
(Tahun ) Meninggal
Ayah 41 Laki – laki Sehat -
Ibu 39 Perempuan Sehat -
Saudara 21 Laki – Laki Sehat -
Adakah kerabat yang menderita:

Penyakit Ya Tidak Hubungan

Alergi -  -
Asma -  -
Tuberkulosis -  -
Artritis -  -
Rematisme -  -
Hipertensi -  -
Jantung -  -
Ginjal -  -
Lambung -  -

Riwayat Hidup
Riwayat Kelahiran
Tempat lahir : (-) Di rumah (+) Rumah Bersalin (-) R.S. Bersalin
Ditolong oleh : (-) Dokter (+) Bidan (-) Dukun (-) Lain-lain

Riwayat Imunisasi (lengkap)


(+) Hepatitis (+) BCG (+) Campak (+) DPT (+) Polio

Riwayat makanan
Frekuensi/hari : 3x/hari
Jumlah/hari : cukup
Variasi/hari : bervariasi
Nafsu makan : baik
II. ANAMNESIS SISTEM
Kulit
(-) Bisul (-) Rambut (-) Keringat malam
(-) Kuku (-) Kuning / Ikterus (-) Sianosis
Kepala
(-) Trauma (-) Sakit Kepala (-) Nyeri pada sinus
Mata
(-) Merah (-) Trauma (-) Kuning/ikterus
(-) Sekret (-) Nyeri (-) Ketajaman penglihatan
Telinga
(-) Nyeri (-) Gangguan pendengaran
(-) Sekret (-) Tinitus
Hidung
(-) Rhinnorhea (-) Trauma (-) Epistaksis
(-) Nyeri (-) Tersumbat (-) Benda asing/foreign body
(-) Sekret (-) Gangguan penciuman
Mulut
(-) Bibir (-) Lidah
(-) Gusi (-) Mukosa
Tenggorokan
(-) Nyeri tenggorokan (-) Perubahan suara
Leher
(-) Benjolan (-) Nyeri leher
Thorax (Cor dan Pulmo)
(-) Sesak napas (-) Nyeri dada (-) Batuk darah
(-) Batuk (-) Mengi (-) Berdebar-debar
Abdomen (Lambung/Usus)
(-) Mual (-) Tinja berdarah (-) Konstipasi
(-) Diare (-) Benjolan (-) Nyeri kolik
(-) Nyeri epigastrium (-) Muntah (-) Tinja berwarna dempul
Saluran kemih/Alat kelamin
(-) Disuria (-) Hematuria (-) Kolik
(-) Hesistancy (-) Nokturia (-) Retensio urin
(-) Kencing batu (-) Urgency
Saraf dan otot
(-) Riwayat Trauma (-) Nyeri (-) Bengkak
Ekstremitas
(-) Bengkak (-) Deformitas
(-) Nyeri (-) Sianosis

BERAT BADAN
Berat badan rata-rata (Kg) : 45 kg
Berat badan tertinggi (Kg) :-
Berat badan sekarang : 50 kg
(+) Tetap (-) Turun (+) Naik

III. STATUS GENERALIS


Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
Tanda-tanda vital :
TD: 115/750 mmHg HR: 82x/menitRR: 18x/menit S: 36.70C

Kepala : tidak ada deformitas


Mata : pupil isokor, konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
Telinga : MAE lapang, sekret -/-
Hidung : sekret -
Tenggorokan : T1 – T1 tenang, faring tidak hiperemis
Leher : KGB dan kelenjar tiroid tidak teraba membesar
Thoraks
Paru-paru
Inspeksi : kedua paru simetris pada keadaan statis dan dinamis
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : sonor di kedua lapang paru
Auskultasi : suara nafas vesikuler, ronkhi-/-, wheezing -/-
Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : jantung dalam batas normal
Auskultasi : BJ I dan II reguler, gallop -, murmur -
Abdomen
Inspeksi : tampak datar, lesi (-), benjolan (-), pembuluh darah (-)
Palpasi :
Dinding Abdomen :nyeri tekan(-)
Hati : tidak teraba
Limpa : tidak teraba
Ginjal : ballotement -, nyeri ketok CVA –
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus (+)
Alat Kelamin (atas indikasi) : tidak ada indikasi
Pria
Penis : tak diperiksa
Skrotum : tak diperiksa
Testis : tak diperiksa
Colok Dubur : pasien menolak dilakukan rectal touché
Ekstremitas (lengan & tungkai)
Tonus : normotonus
Massa : dalam batas normal
Sendi : dalam batas normal
Kekuatan : + + Sensoris : + +
+ + + +

Edema : - - Sianosis : - -
- - - -
Refleks
Kanan Kiri
Refleks Tendon Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Bisep Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Trisep Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Patella Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Achiles Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Kremaster Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Kulit Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Refleks Patologis Tidak diperiksa Tidak diperiksa

IV. STATUS LOKALIS


Inspeksi : warna kulit sawo matang, tidak ada lesi/luka, edeme(-), pelebaran pembuluh
darah(-), hematom(-), retraksi(-), puting tiada cairan maupun darah
Palpasi : nyeri tekan (-) teraba massa sebesar 1 jari di jam 11-12 payudara kiri, mobile,
kenyal, permukaan licin, bentuk teratur, batas tegas.
Perkusi : sonor
Auskultasi : suara nafas vesikuler +/+

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
LABORATORIUM
Lab tanggal 30 Jani 2017
Darah rutin Nilai Nilai normal

Hemoglobin 13.7 g/dL 13 – 18

Lekosit 8370/ml 4.000 – 10.000

Hematokrit 39,3% 40 – 50

Trombosit 335000 mm3 150.000 – 450.000

Homeostasis
PT 9,5 detik <5 menit

APTT 34.5 detik <15 menit

Ureum 15.1 mg/dl 15 – 50

Kreatinin 0.50 mg/dl 0,6 – 1,3

USG payudara
Kesan
- massa mamae sinistra ukuran 1,81cm x 1,21cm pada jam 11-12
VI. RINGKASAN (RESUME)
Seorang perempuan 17 tahun datang dengan rencana operasi eksisi massa pada
payudara kiri. Massa tersebut timbul sejak 1 tahun yang lalu sebesar 1 jari payudara kiri.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda-tanda vital dalam batas normal. Pada inspeksi tidak
didapatkan kelainan, namun pada palpasi dirabakan adanya benjolan sebesar 1 jari di jam 11-
12 mobile, kenyal, permukaan licin, bentuk teratur, batas tegas. Tidak ada cairan yang keluar
dari putting. Pada pemeriksaan penunjang didapatkan hasil darah dalam batas normal, Pada
hasil pemeriksaan USG, tampak massa mamae sinistra ukuran 1,81cm x 1,21cm pada jam
11-12. Pasien direncana kan operasi eksisi kemudian untuk dilakukan pemeriksaan patalogi
anatomi.

VII. DIAGNOSIS KERJA


 Pra bedah : tumor mamae sinistra jinak suspek fibroadenoma mamae
Dasar Diagnosis :
Pada anamnesis adanya benjolan sebesar 1 jari di jam 11-12 mobile, kenyal,
permukaan licin, bentuk teratur, batas tegas/ Pemeriksaan fisik didapatkan benjolan
sebesar 1 jari di jam 11-12 mobile, kenyal, permukaan licin, bentuk teratur, batas
tegas. Pada pemeriksaan penunjang USG, tampak massa mamae sinistra ukuran
1,81cm x 1,21cm pada jam 11-12 curiga FAM.
 Pasca bedah : post operasi eksisi jaringan 2cm x 2cm x 1 cm. menunggu hasil
laporan patologi anatomi.

VIII. DIAGNOSIS DIFERENSIAL


 Tumor phyllodes
Suatu neoplasma jinak yang berasal dari jaringan penyongkong nonepitel.Tumor
Phyllodes merupakan tumor mirip dengan fibroadenoma dengan stroma seluler
yang bertumbuh dengan cepat. Tumor ini terdapat pada semua usia.

IX. PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
 RL 20 tpm
 Ceftriaxone iv 2 x 1 gr skintest
Tindakan
 Pro eksisi jaringan

X. PROGNOSIS
Ad vitam : ad bonam
Ad fungsionam : ad bonam
Ad sanationam : ad bonam
FOLLOW UP
4 April 2017
S : tiada keluhan.
O : nyeri tekan (-)
A : tumor mamae jinak suspek fibroadenoma mame
P : pro eksisi jaringan
Laporan Pembedahan
 Pasien terlentang di atas meja operasi, setelah dibius umum.
 Dilakukan asepsis dan antisepsis di apangan operasi
 Dilakukan eksisi pada tempat operasi.
 Jaringan diangkat dan pendarahan dihentikan.
 Luka operasi dibersihkan
 Dijahit lapisan demi lapisan.
 Pendarahan dihentikan.
 Operasi selesai. Hasil dikirim ke patologi klinik.
Instruksi Post-op
 Observasi TTV dan pendarahan
 Obat
- Cetriaxon 2 x 1 gram
- Ketorolac 3 X 1 Amp
- Ranitidine 2 x 1 amp

5 April 2017
S : tiada keluhan.
O : nyeri tekan (-), rembes (-)
A : tumor mamae jinak suspek fibroadenoma mame
P : post eksisi jaringan
Pasien boleh pulang
TINJAUAN PUSTAKA
Tumor Mamae
Payudara merupakan kelenjar aksesoris kulit yang terletak pada iga dua sampai iga
enam, dari pinggir lateral sternum sampai linea aksilaris media. Kelenjar ini dimiliki oleh pria
dan wanita. Namun, pada masa pubertas, payudara wanita lambat laun akan membesar
hingga membentuk setengah lingkaran, sedangkan pada pria tidak. Pembesaran ini terutama
terjadi akibat penimbunan lemak dan dipengaruhi oleh hormon-hormon ovarium.2
Secara umum, payudara terdiri atas dua jenis jaringan, yaitu jaringan glandular (kelenjar) dan
jaringan stromal (penopang). Jaringan kelenjar meliputi kelenjar susu (lobus) dan salurannya
(ductus). Sedangkan jaringan penopang meliputi jaringan lemak dan jaringan ikat. Selain itu,
payudara juga memiliki aliran limfe. Aliran limfe payudara sering dikaitkan dengan
timbulnya kanker maupun penyebaran (metastase) kanker payudara.

Definisi
Tumor payudara adalah benjolan tidak normal akibat pertumbuhan sel yang terjadi
secara terus menerus. Dalam klinik, istilah tumor sering digunakan untuk semua tonjolan dan
diartikan sebagai pembengkakan, yang dapat disebabkan baik oleh neoplasma maupun oleh
radang, atau perdarahan. Neoplasma membentuk tonjolan, tetapi tidak semua tonjolan
disebabkan oleh neoplasma.

Etiologi dan Faktor Resiko


Sampai saat ini, penyebab pasti tumor payudara belum diketahui. Namun, ada
beberapa faktor resiko yang telah teridentifikasi, yaitu :3
a.Jenis kelamin
Wanita lebih beresiko menderita tumor payudara dibandingkan dengan pria.
Prevalensi tumor payudara pada pria hanya 1% dari seluruh tumor payudara.
b.Riwayat keluarga
Wanita yang memiliki keluarga tingkat satu penderita tumor payudara
beresiko tiga kali lebih besar untuk menderita tumor payudara.
c.Faktor genetik
Mutasi gen BRCA1pada kromosom 17 dan BRCA2 pada kromosom 13 dapat
meningkatkan resiko tumor payudara sampai 85%. Selain itu, gen p53, BARD1,
BRCA3, dan noey2 juga diduga meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara.
d.Faktor usia
Resiko tumor payudara meningkat seiring dengan pertambahan usia.
e.Faktor hormonal
Kadar hormon yang tinggi selama masa reproduktif, terutama jika tidak
diselingi oleh perubahan hormon akibat kehamilan, dapat meningkatkan resiko
terjadinya tumor payudara.
f.Usia saat kehamilan pertama
Hamil pertama pada usia 30 tahun beresiko dua kali lipat dibandingkan
dengan hamil pada usia kurang dari 20 tahun.
g.Terpapar radiasi
h.Intake alkohol
i.Pemakaian kontrasepsi oral
Pemakaian kontrasepsi oral dapat meningkatkan resiko tumor payudara.
Penggunaan pada usia kurang dari 20 tahun beresiko lebih tinggi dibandingkan
dengan penggunaan pada usia lebih tua.

Diagnosis
Diagnosis tumor payudara dapat ditegakkan dengan berdasarkan anamnesis yang
baik, pemeriksaan fisik dasar dan pemeriksaan penunjang. Sedangkan diagnosis pasti adalah
pemeriksaan histopatologi anatomi.
Anamnesa meliputi riwayat reproduksi dan ginekologi, riwayat timbulnya tumor,
adanya faktor resiko untuk terjadinya tumor payudara dan adanya tanda-tanda penyebaran
tumor. Pemeriksaan fisik dari tumor payudara, pada inspeksi pasien diminta untuk duduk
tegak dan berbaring kemudian inspeksi dilakukan terhadap bentuk kedua payudara, warna
kulit, lekukan, retraksi papila, adanya kulit berbintik seperti kulit jeruk, ulkus dan benjolan.
Cekungan kulit akan terlihat jelas dengan pasien mengangkat tangan ke atas. Palpasi pasien
berbaring dengan bantal tipis dipunggung, palpasi dilakukan dengan ruas pertama jari
telunjuk, tengah dan manis yang digerakkan perlahan tanpa tekanan pada setiap kuadran
payudara dengan melingkar lalu memijat halus puting susu untuk mengetahui pengeluaran
cairan. Dilakukan pula perabaan pada aksila dan kelenjar getah bening sekitar leher.

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dapat dengan Mammography, Ultrasonografi (USG),
Magnetic Resonance Imaging (MRI), Imunohistokimia (IHK), Biopsi terbuka (dilakukan
dengan operasi seperti biasa dapat berupa pengangkatan seluruh benjolannya (eksisi) atau
sebagian saja (insisi)), Biopsi tertutup (biopsi aspirasi jarum halus), Core biopsi.
Mammography adalah suatu teknik pemeriksaan soft tissue. Adanya proses keganasan
akan memberikan tanda-tanda primer dan sekunder. Tanda primer berupa fibrosis reaktif,
cornet sign, adanya perbedaan yang nyata ukuran klinik, roentgenologik, dan adanya
mikrokalsifikasi. Tanda-tanda sekunder berupa retraksi, penebalan kulit, bertambahnya
vaskularisasi, perubahan posisi papilla dan areola berupa bridge of tumor, keadaan daerah
tumor dan jaringan fibroglanduler tidak teratur, infiltrasi dalam jaringan lunak di belakang
mammae, dan adanya metastasis ke kelenjar. Mammografi dapat mendeteksi tumor-tumor
yang secara palpasi tidak teraba, jadi sangat baik untuk diagnosis dini dan skrining. Hanya
saja untuk mass screening. Cara ini merupakan cara yang mahal dan hanya dianjurkan pada
wanita dengan faktor high risk. Ketepatan 83%-95%, tergantung dari teknisi dan ahli
radiologinya.
Ultrasound digunakan untuk menentukan ukuran lesi dan membedakan kista dengan
tumor solid.
MRI dilakukan pada pasien usia muda karena gambaran mammografi yang kurang
jelas, untuk mendeteksi adanya rekurensi dini keganasan payudara.
Tumor Jinak Payudara
a. Kista
Kista payudara biasanya ditemukan pada dekade kelima, dan menurun setelah wanita
melewati menopause. Etiologi pastinya belum jelas, kemungkinan gambaran antara lain
adenosis, epiteliosis, fibrosis stroma, kista multiple yang disertai fibrosis, sehingga
metaplasia dan hyperplasia epitel. Kista merupakan suatu tumor yang berupa kantongan dan
didalamnya berisi cairan encer atau setengah padat. Menyakinkan pasien bahwa “kelainan”
ini tidak berbahaya. Namun, jika pasien memiliki riwayat keluarga penderita kanker payudara
ditambah adanya gambaran hyperplasia yang atipik pada hasil biopsy, potensi keganasan
perlu diwaspadai.
Secara praktis, penemuan dari massa pada payudara yang dapat dipalpasi biasanya
diperoleh dari biopsi jarum, yang membuat diagnosis awal adanya kista. Jika terdapat satu
massa lainnya, pemeriksaan USG dilakukan untuk menyingkirkan kista yang persisten.Jika
salah satu dari keadaan tersebut tidak dipenuhi, maka USG, biopsi jarum, dan mungkin biopsi
eksisi menjadi rekomendasi selanjutnya.1
b. Fibroadenoma
Neoplasma jinak yang menyerang wanita pada usia reproduktif yaitu 25-30 tahun ini
disebut fibroadenoma mammae. Fibroadenoma merupakan tumor jinak payudara yang sering
ditemukan pada masa reproduksi yang disebabkan oleh beberapa kemungkinan yaitu akibat
sensitivitas jaringan setempat yang berlebihan terhadap estrogen sehingga kelainan ini sering
digolongkan dalam mamary displasia. Fibroadenoma biasanya ditemukan pada kuadran luar
atas, merupakan lobus yang berbatas jelas, mudah digerakkan dari jaringan di sekitarnya.Pada
gambaran histologis menunjukkan stroma dengan proliferasi fibroblast yang mengelilingi
kelenjar dan rongga kistik yang dilapisi epitel dengan bentuk dan ukuran yang
berbeda.Setelah menopause, fibroadenoma biasa menjadi mikrokalsifikasi yang dapat terjadi
pada tipe distrofi dan terjadi dalam stroma di celah epitel. Fibroadenoma ini harus dieksisi
karena tumor jinak ini akan terus membesar.
c. Tumor Filoides
Tumor phyllodes (dahulu bernama sistosarkoma filodes) merupakan suatu neoplasma
jinak yang berasal dari jaringan penyongkong nonepitel.Tumor Phyllodes merupakan tumor
mirip dengan fibroadenoma dengan stroma seluler yang bertumbuh dengan cepat. Tumor ini
terdapat pada semua usia, tetapi kebanyakan pada usia 30 tahun. Dapat mencapai ukuran
yang besar dan jika tidak dieksisi total dapat terjadi rekurensi. Lesi dapat jinak atau ganas.
Jika jinak, tumor phylloides dapat diatasi dengan eksisi lokal dengan batas jaringan payudara
sekitar. Penanganan tumor phyllode ganas masih kontroversial, namun pembuangan tumor
sempurna dengan sedikit area normal disekitar tumor dapat mencegah rekurensi.Karena
tumor ini dapat membesar, mastektomi simple biasanya penting dilakukan. Bila tumor
ternyata ganas, harus dilakukan mastektomi radikal walaupun mungkin bermetastasis secara
hematogen seperti sarcoma.
d. Galaktokel
Galaktokel adalah kista retensi berisi air susu. Galaktokel berbatas jelas dan mobile,
dan biasanya timbul 6-10 bulan setelah berhenti menyusui. Galaktokel biasanya terletak di
tengah payudara atau dibawa puting. Tata laksana galaktokel adalah aspirasi jarum untuk
mengeluarkan secret susu dan pembedahan baru dilakukan jika kista terlalu kental untuk bisa
diaspirasi atau jika terjadi infeksi dalam galaktokel.
e. Papiloma intraduktus
Papilloma intraduktal adalah pertumbuhan menyerupai kutil dengan disertai tangkai
yang tumbuh dari dalam payudara yang berasal dari jaringan glandular dan jaringan
fibrovaskular. Papilloma seringkali melibatkan sejumlah besar kelenjar susu. Lesi jinak yang
berasal dari duktus laktiferus dan 75% tumbuh di bawah areola mamma ini memberikan
gejala berupa sekresi cairan berdarah dari puting susu. Papilloma dapat juga ditemukan di
duktus yang kecil di daerah yang jauh dari puting.Keadaan ini seringkali tumbuh dalam
jumlah banyak dan juga mungkin disertai hiperplasi epitelial. Konfirmasi diagnosis papilloma
intraduktus dilakukan dengan duktografi.Terapinya eksisi pada tepi sekeliling areola.
f. Duktus ekstasia
Duktus ekstasia merupakan kelainan jinak akibat kerusakan elastin dinding duktus
payudara, diikuti infiltrasi sel radang dan hasil akhirnya adalah dilatasi dan pemendekan
duktus. Ectasia duktus terdiri dari dilatasi duktus subareola yang terisi dengan material yang
seperti titik hitam. Ectasia duktus biasa terjadi pada perokok, dan dipersulit dengan abses
periduktus dan fistel mammae. Ektasia duktus juga menyebabkan cairan pada puting dan
retraksi puting. Kalsifikasi karena ectasia duktus biasanya memiliki karakteriktis. Ia memberi
gambaran kasar, batang, dan kalsifikasi bercabang pada distribusi duktus. Kalsifikasi ini
dibentuk oleh kalsifikasi debris ketika duktus mengalami dilatasi.
Kalsifikasi intraduktal ini telah digambarkan sebagai “broken needle appearance”.
Ectasia ductus biasanya bilateral dan hal ini cukup berguna untuk mendiagnosis daerah
ectasia ductal yang kecil. Biasanya ditemukan debris dalam ductal dan hal ini menyebabkan
reaksi inflamasi meyebabkan “lead pipe” appearance.
Ektasia duktus adalah kondisi yang biasanya menyerang wanita usia sekitar 40 sampai
50 tahun. Ektasia duktus adalah kelainan jinak yang walaupun begitu dapat mengacaukan
diagnosis dengan kanker dikarenakan benjolan yang keras di sekitar duktus yang abnormal
akibat terbentuknya jaringan parut. Kondisi ini umumnya tidak memerlukan tindakan apapun,
atau dapat membaik dengan melakukan pengkompresan dengan air hangat dan obat-obat
antibiotik. Apabila keluhan tidak membaik, duktus yang abnormal dapat diangkat melalui
pembedahan dengan cara insisi pada tepi areola.
g. Adenosis sclerosis
Secara klinis, adenosis sclerosis teraba seperti kelainan fibrokistik dan digolongkan
dalam kelainan dysplasia, secara histopatologi adenosis sclerosis tampak sebagai proliferasi
jinak sehingga ahli patologi sering terkecoh, mengira suatu karsinoma.
h. Mastitis sel plasma.
Mastitis sel plasma juga disebut mastitis komedo. Lesi ini merupakan radang subakut
yang didapat pada system duktus yang melalui di bawah aerola.Mastitis adalah infeksi yang
sering menyerang wanita yang sedang menyusui atau pada wanita yang mengalami kerusakan
atau keretakan pada kulit sekitar puting. Kerusakan pada kulit sekitar puting tersebut akan
memudahkan bakteri dari permukaan kulit untuk memasuki duktus yang menjadi tempat
berkembangnya bakteri dan menarik sel-sel inflamasi. Sel-sel inflamasi melepaskan substansi
untuk melawan infeksi, namun juga menyebabkan pembengkakan jaringan dan peningkatan
aliran darah. Perubahan ini menyebabkan payudara menjadi merah, nyeri, dan terasa hangat
saat perabaan.
Gambaran klinisnya sukar dibedakan dengan karsinoma, yaitu massa berkonsistensi
keras, bisa melekat ke kulit, dan menimbulkan retraksi puting susu akibat fibrosis periduktal,
dan bisa terdapat pembesaran kelenjar getah bening aksila. Kondisi ini diterapi dengan
antibiotik.Pada beberapa kasus, mastitis berkembang menjadi abses atau kumpulan pus yang
harus dikeluarkan melalui pembedahan.
i. Nekrosis lemak
Nekrosis lemak adalah proses inflamesi non-supuratif yang biasa terjadi sebagai suatu
kecelakaan atau karena penyebab iatrogenic. Nekrosis lemak dapat juga terjadi akibat terapi
radiasi. Ketika tubuh berusaha memperbaiki jaringan payudara yang rusak, daerah yang
mengalami kerusakan tergantikan menjadi jaringan parut. Secara klinis ia muncul sebagai
nodul single atau multiple yang dengan permukaan licin dan terfiksir, atau irregular yang
dapat menimbulkan keganasan. Dengan biopsi jarum atau dengan tindakan pembedahan
eksisi sangat diperlukan untuk membedakan nekrosis lemak dengan kanker.Secara
histopatologik terdapat nekrosis jaringan lemak yang kemudian menjadi fibrosis.Pada
mamografi ditemukan kista lemak, mikrokalsifikasi.
Menurut American Cancer Society, beberapa area dari nekrosis dapat berespon berbeda-beda
terhadap cedera. Desamping pembentukan jaringan parut, sel-sel lemak akan mati dan
mengeluarkan isi sel, yang membentuk kumpulan seperti kantong-kantong berisi cairan
berminyak dan disebut kista minyak. Kista minyak dapat ditemukan melalui aspirasi jarum
halus, yang sekaligus merupakan tindakan untuk terapinya.
j. Kelainan lain
Tumor lain jarang tetapi dapat ditemukan di payudara yaitu lipoma, leiomyoma, histiositoma,
kista sebasea, penyakit Mondor, Pseudolump akibat penonjolan iga, yang sebenarnya tidak
ada sangkut pautnya dengan jaringan kelenjar payudara.

Tumor Ganas
Berdasarkan WHO Histological Classification of breast tumor, kanker payudara
diklasifikasikan sebagai berikut:4
a. Non-invasif karsinoma
Non-invasif karsinoma adalah kanker yang masih berada pada tempatnya, merupakan
kanker dini yang belum menyebar atau menyusup keluar dari tempat asalnya. Non-invasif
karsinoma dibedakan menjadi menjadi dua, yaitu :
 Non-invasif duktal karsinoma
 Lobular karsinoma in situ

b. Invasif karsinoma
Invasif karsinoma adalah kanker yang telah menyebar dan merusak jaringan lainnya, bisa
terlokalisir (terbatas pada payudara) maupun metastatik (menyebar ke bagian tubuh lainnya).
Sekitar 80% kanker payudara invasif adalah kanker duktal dan 10% adalah kanker lobuler.
Invasif karsinoma terdapat beberapa jenis, antara lain :
 Invasif duktal karsinoma
§ Papilobular karsinoma
§ Solid-tubular karsinoma
§ Scirrhous karsinoma
§ Special types
§ Mucinous karsinoma
§ Medulare karsinoma
 Invasif lobular karsinoma
§ Adenoid cystic karsinoma
§ karsinoma sel squamos
§ karsinoma sel spindel
§ Apocrin karsinoma
§ Karsinoma dengan metaplasia kartilago atau osseus metaplasia
§ Tubular karsinoma
§ Sekretori karsinoma
§ Lainnya
Kanker payudara lanjut sangat mudah dikenali dengan mengetahui kriteria operbilitas
Heagensen sebagai berikut:
 Terdapat edema luas pada kulit payudara (lebih 1/3 luas kulit payudara)
 Adanya nodul satelit pada kulit payudara
 Kanker payudara jenis mastitis karsinimatosa
 Terdapat model parasternal
 Terdapat nodul supraklavikula
 Adanya edema lengan
 Adanya metastase jauh
 Serta terdapat dua dari tanda-tanda locally advanced, yaitu ulserasi kulit, edema kulit,
kulit terfiksasi pada dinding toraks, kelenjar getah bening aksila berdiameter lebih 2,5
cm, dan kelenjar getah bening aksila melekat satu sama lain.

Penatalaksanaan
Indikasi operasi untuk tumor jinak payudara adalah jika lesi yang bersifat jinak
memberikan keluhan atau tidak berhasil dengan terapi konservatif.Adapun kontraindikasi,
jika tumor jinak payudara tersebut bukan suatu lesi maligna dan tidak ada komorbid yang
berat. Berbagai jenis tindakan dapat dilakukan bergantung pada jenis tumor jinak payudara
yang didapatkan, antara lain: 8
a. Aspirasi Kista
Teknik yang digunakan untuk mengaspirasi suatu kista payudara hampir sama dengan teknik
yang digunakan untuk pemeriksaan sitologi biopsi jarum halus. Permukaan kulit dibersihkan
dengan alkohol. Biasanya ‘gauze-needle’ berukuran 21 dilekatkan ke jarum 20ml. kista
difiksasi dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk atau jari telunjuk dan jari tengah.
Jarum dipegang di tangan yang lain, dan kista tersebut diaspirasi sehingga ia tidak dapat
teraba lagi.
Biasanya isi dari suatu kista adalah cairan berwarna kecoklatan, kekuningan, atau
kehijauan. Jika cairan seperti itu didapatkan pada pemeriksaan, maka ia tidaak perlu dikirim
untuk evaluasi sitologi. Pemeriksaan sitologi hanya diperlukan jika didapatkan cairan
berwarna kemerahan pada aspirasi.
b. Eksisi papilloma intraduktal
Galaktrografi ini menunjukkan suatu papilloma intraduktal, penyebab tersering dari
cairan merah yang keluar dari payudara yang timbul dari suatu duktus tunggal. Secara umum,
pasien-pasien ini ditangani secara konservatif, papilloma akan terlepas, dan cairan berwarna
merah biasanya sembuh secara spontan dalam waktu beberapa minggu. Jika ini tidak terjadi,
diindikasi untuk eksisi duktus yang terlibat.
c. Eksisi ‘giant fribroadenoma’
Fibroadenoma adalah lesi benigna, biasanya ditemukan pada wanita muda.Lesi-lesi
adalah keras, berbatas tegas dan mobile. Pada palpasi, suatu fibroadenoma dapat menyerupai
biji yang berguling dibawah jari. Pada wanita muda yang dicurigai dengan suatu
fibroadenoma, biopsy eksisi harus dilakukan, jika memungkinkan, sengan inisiasi periareolar.
d. Drainase suatu abses payudara
Jika seorang pasien datang dengan sebagian payudaranya yang eritematous, hangat,
dan berfluktuasi, ini biasanya mengindikasi suatu abses payudara. Abses payudara harus di
drainase denga cepat. Pada kebanyakan kasus, abses payudara di drainase sama seperti
drainase abses di tempat lain, yaitu suatu insisi dilakukan pada rongga abses, pus dikeluarkan,
dan lukanya dibuka.
Beberapa abses yang besar dapat di drainase melalui suatu insisi periareolar, dengan
meletakkan drainase ‘penrose’ pada abses. Drain dibiarkan selama beberapa hari, sehingga
produksi drainasenya berkurang.
Perlu diberi perhatian bahwa eritema payudara dapat menyerupai suatu abses yang lama,
selulitis, atau kanker payudara berinflamasi. Untuk menyingkirkan suaatu kanker payudara
berinflamasi, biopsy kulit kadang diindikasikan.
Untuk tumor ganas :
a. Terapi bedah
Pasien yang pada awal terapi termasuk stadium 0, I, II dan sebagian stadium III
disebut kanker mammae operabel. Pola operasi yang sering dipakai adalah :
Mastektomi radikal :
Tahun 1890 Halsted pertama kali merancang dan mempopulerkan operasi
radikal kanker mammae, lingkup reseksinya mencakup kulit berjarak minimal 3 cm
dari tumor, seluruh kelenjar mammae, m. Pektoralis mayor, m. Pektoralis minor dan
jaringan limfatik dan lemak subskapular, aksilar secara kontinu enblok direseksi.
Namun sekitar 20 tahun belakangan ini, dengan pemahaman lebih dalam atas tabiat
biologis karsinoma mammae, ditambah makin banyaknya kasus stadium sedang dan
dini serta kemajuan terapi kombinasi, maka penggunaan mastektomi radikal
konvensional telah makin berkurang.
Mastektomi radikal modifikasi :
Lingkup reseksi sama dengan teknik radikal, tapi mempertahankan m.
Pektoralis mayor dan minor (model Auchincloss) atau mempertahankan m. Pektoralis
mayor, mereseksi m. Pektoralis minor (model Patey). Pola operasi ini mempunyai
kelebihan antara lain memacu pemulihan fungsi pasca operasi, tapi sulit
membersihkan kelenjar limfe aksilar superior. Dewasa ini, mastektomi radikal
modifikasi disebut sebagai mastektomi radikal standar, luas digunakan secara klinis.
Mastektomi total :
Hanya membuang seluruh kelenjar mammae tanpa membersihkan kelenjar limfe.
Model operasi ini terutama untuk karsinoma in situ atau pasien lanjut usia.
b. Radioterapi
Radioterapi terutama mempunyai 3 tujuan :
Radioterapi murni kuratif :
Radioterapi murni terhadap kanker mammae hasilnya kurang ideal, survival 5
tahun 10-37%. Terutama digunakan untuk pasien dengan kontraindikasi atau menolak
operasi.

Radioterapi adjuvan :
Menjadi bagian integral penting dari terapi kombinasi. Menurut pengaturan waktu
radioterapi dapat dibagi menjadi radioterapi pra-operasi terutama untuk pasien stadium lanjut
lokalisasi, dapat membuat sebagian kanker mammae non-operabel menjadi kanker mammae
yang operabel. Radioterapi pasca operasi adalah radioterapi seluruh mammae (bila perlu
ditambah radioterapi kelenjar limfe regional). Indikasi radioterapi pasca mastektomi adalah :
diameter tumor primer ≥ 5 cm, fasia pektoralis terinvasi, jumlah kelenjar limfe aksilar
metastatik lebih dari 4 buah dan tepi irisan positif. Area target iradiasi harus mencakup
dinding toraks dan regio supraklavikular. Regio mamaria interna jarang terjadi rekurensi
klinik, sehingga perlu tidaknya radioterapi rutin masih kontroversial.
Radioterapi paliatif :
Terutama untuk terapi paliatif kasus stadium lanjut dengan rekurensi, metastasis.
Dalam hal meredakan nyeri efeknya sangat baik.

c. Kemoterapi
Kemoterapi adalah proses pemberian obat-obatan anti kanker dalam bentuk pil cair
atau kapsul atau melalui infus yang bertujuan membunuh sel kanker. Tidak hanya sel kanker
pada payudara, tapi juga di seluruh tubuh. Efek dari kemoterapi adalah pasien mengalami
mual dan muntah serta rambut rontok karena pengaruh obat-obatan yang diberikan pada saat
kemoterapi.

d. Terapi hormonal
Terapi hormonal terutama mencakup bedah dan terapi hormon. Terapi hormonal
bedah terutama adalah ooforektomi (disebut juga kastrasi) terhadap wanita pramenopause,
sedangkan adrenalektomi dan hipofisektomi sudah ditinggalkan. Terapi hormonal
medikamentosa yang digunakan di klinis yang terutama adalah obat antiestrogen. Tamoksifen
merupakan penyekat reseptor estrogen, mekanisme utamanya adalah berikatan dengan
reseptor estrogen secara kompetitif, menyekat transmisi informasi ke dalam sel tumor
sehingga berefek terapi. Tamoksifen juga memiliki efek mirip estrogen, berefek samping
trombosis vena dalam, karsinoma endometrium dan lain-lain. Sehingga perlu diperhatikan
dan diperiksa secara berkala.

Prognosis
Banyak faktor yang mempengaruhi prognosis, tapi yang jelas berpengaruh adalah
kondisi kelenjar limfe dan stadium. Survival 5 tahun pasca operasi pada kasus kelenjar limfe
negatif dan positif adalah masing-masing 80% dan 59%, survival 5 tahun untuk stadium 0-I,
II, dan III adalah masing-masing 92%, 73%, dan 47%. Sedangkan pada yang non-operabel,
survival 5 tahun kebanyakan dilaporkan dalam batas 20%. Oleh karena itu dalam kondisi
dewasa ini untuk meningkatkan angka kesembuhan kanker mammae kuncinya adalah
penemuan dini, diagnosis dini, terapi dini dan tepat.

Pencegahan
Hampir setiap epidemiologi sepakat bahwa pencegahan yang paling efektif bagi
kejadian penyakit tidak menular adalah promosi kesehatan dan deteksi dini. Begitu pula pada
kanker payudara, pencegahan yang dilakukan antara lain berupa:
 Pencegahan primer
Pencegahan primer pada kanker payudara merupakan salah satu bentuk promosi
kesehatan karena dilakukan pada orang yang "sehat" melalui upaya menghindarkan diri dari
keterpaparan pada berbagai faktor risiko dan melaksanakan pola hidup sehat.
 Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder dilakukan terhadap individu yang memiliki risiko untuk terkena
kanker payudara. Setiap wanita yang normal dan memiliki siklus haid normal merupakan
populasi at risk dari kanker payudara. Pencegahan sekunder dilakukan dengan melakukan
deteksi dini. Beberapa metode deteksi dini terus mengalami perkembangan. Skrining
melalui mammografi diklaim memiliki akurasi 90% dari semua penderita kanker payudara,
tetapi keterpaparan terus-menerus pada mammografi pada wanita yang sehat merupakan
salah satu faktor risiko terjadinya kanker payudara.
Foster dan Constanta menemukan bahwa kematian oleh kanker payudara lebih sedikit
pada wanita yang melakukan pemeriksaan SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri)
dibandingkan yang tidak. Walaupun sensitivitas SADARI untuk mendeteksi kanker payudara
hanya 26%, bila dikombinasikan dengan mammografi maka sensitivitas mendeteksi secara
dini menjadi 75%.
 Pencegahan tertier
Pencegahan tertier biasanya diarahkan pada individu yang telah positif menderita
kanker payudara. Penanganan yang tepat penderita kanker payudara sesuai dengan
stadiumnya akan dapat mengurangi kecatatan dan memperpanjang harapan hidup penderita.
Pencegahan tertier ini penting untuk meningkatkan kualitas hidup penderita serta mencegah
komplikasi penyakit dan meneruskan pengobatan. Tindakan pengobatan dapat berupa operasi
walaupun tidak berpengaruh banyak terhadap ketahanan hidup penderita. Bila kanker telah
jauh bermetastasis, dilakukan tindakan kemoterapi dengan sitostatika. Pada stadium tertentu,
pengobatan yang diberikan hanya berupa simptomatik dan dianjurkan untuk mencari
pengobatan alternatif.
Kesimpulan
Benjolan pada payudara dapat merupakan tumor jinak ataupun ganas, untuk
mendiagnosa nya diperlukan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang yang
mendukung terutama biopsi pada benjolan nya lalu diterapi yang sesua baik dengan bedah,
radioterapi, kemoterapi maupun hormonal.

Daftar Pustaka
1) Sabitson, David C. Buku ajar bedah. Jakarta: EGC.2002.
2) Sjamsuhidajat R. De jong buku ajar ilmu bedah. Jakarta : EGC, 2012.h.471-97
3) Brunicardi FC. Schwartz’s principles of surgery. United States : McGrawHill, 2015.h.
499-556.
4) USU. Tumor payudara . 4 Mei 2017. http://repository.usu.ac.id.
5) Wan desen, 2008. Onkologi klinis. Edisi 2. FK UI
6) Copeland EM., Bland KI. Payudara dalam sabiston buku ajar bedah. Bagian1.
Jakarta:EGC; hlm.365-413.
7) Tjokronagoro, M. Radioterapi pada carcinoma mammae. Buku ajar kuliah radiasi
onkologi volume II. Yogyakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada,
2001. Hal. 4-5.
8) Suyatno, Tamir P. Kanker payudara dalam bedah onkologi diagnostic dan terapi.
Jakarta: Sagung Seto.2010.Hlm. 35-82
9) Stopeck AT. Breast cancer. 24 Mei 2015. http://emedicine.medscape.com.

Anda mungkin juga menyukai