Anda di halaman 1dari 12

KEPANITERAAN KLINIK

STATUS ILMU BEDAH


FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
SMF ILMU BEDAH
RUMAH SAKIT TARAKAN - JAKARTA
Nama: Olivia C Kaihatu Tanda Tangan
NIM: 11.2014.162
___________________________________________________________________________
I.IDENTITAS PASIEN

Nama lengkap: Tn. E Jenis kelamin: Laki-laki


Umur: 55 tahun Suku: Sunda
Status perkawinan: Menikah Agama: Islam
Pekerjaan: Wiraswasta Pendidikan: SLTA
Alamat: Kp. Tanah Sewa 03/003

II. ANAMNESIS
Diambil dari autoanamnesis Tanggal 26 Mei 2015
Keluhan utama:
Luka yang menghitam pada kaki kanan sejak 1 hari SMRS.
Riwayat penyakit sekarang:
Os mengeluhkan adanya luka pada kaki kanannya, lukanya didapat saat terkena pecahan
beling di rumahnya ± 1 minggu SMRS dikarenakan pada saat itu OS tidak menggunakan alas
kaki dirumah. Luka sebenarnya tidak dirasakan pada saat itu, dia hanya tiba-tiba melihat
sudah ada banyak darah yang berlumuran di lantai pada saat itu. Saat itu, OS hanya
membersihkan lukanya dengan air, kemudian menutupnya dengan plester. 1 hari SMRS, OS
merasakan kaki kananya sakit dan membengkak dan saat plester dibuka, terlihat lukanya
mulai menghitam.
Riwayat penyakit dahulu:
OS menyatakan bahwa dirinya mengidap DM dan hipertensi tetapi tidak teratur minum
obat. Riwayat alergi dan operasi sebelumnya juga disangkal.
Riwayat hidup
Riwayat kelahiran:
(+) Di rumah (-) Rumah Sakit (-) Rumah Bersalin
Ditolong oleh (-) Dokter (-)Bidan (+)Dukun (-) Lainnya
Kehidupan berkeluarga dan perkawinan:
Hubungan dengan ahli keluarga baik
Adakah kesulitan:
Pekerjaan(-)
Keuangan(-)
Keluarga(-)
Lain-lain(-)
Riwayat makanan
Frekuensi/hari: 3 kali/hari
Jumlah/hari: 1 porsi, cukup
Variasi/hari: bervariasi

STATUS ILMU BEDAH | 1


Nafsu makan: tetap
Riwayat imunisasi(kurang pasti)
(+) BCG (+) DPT, 3 kali (+) Polio, 3 kali
(+) Hepatitis B, 3 kali (+) Campak (+) Lainnya
Penyakit Dahulu(Tahun, diisi bila ya(+), bila tidak(-))
(-) Wasir (-) Appendicitis (-) Struma Tiroid
(-) Batu Ginjal/sal kemih (-) Tumor (-) Hernia
(-) Penyakit Prostat (-) Perdarahan Otak (-) Hepatitis
(-) Typhoid (-) Diare kronis (-)Gastritis
(-) Batu Empedu (+) DM, sejak 2010 (+)Hipertensi,sejak 2010
(-) Tifus abdominalis (-) Kelainan Kongenital (-)Invaginasi
(-) Ulkus Ventrikuli (-) Colitis (-) ISK
(-) Tuberculosis (-) Tetanus (-) Volvulus
(-) Penyakit Pembuluh Darah (-) Penyakit Jantung Bawaan (-) Abses Hati
(-) Penyakit Degeneratif (-) Fistel (-) Patah tulang
(-) Luka Bakar
Lain-lain: (-) Operasi (-) Kecelakaan

Riwayat keluarga

Hubungan Umur(tahun) Jenis kelamin Keadaan Penyebab


kesehatan meninggal
Kakek Tidak diketahui Laki-laki Meninggal Tidak diketahui
Nenek Tidak diketahui Perempuan Meninggal Tidak diketahui
Ayah 69 Laki-laki Meninggal DM
Ibu 64 Perempuan Meninggal Kecelakaan
Istri 46 Perempuan Sehat -
Anak-anak 27 Laki-laki Sehat -
15 Perempuan Sehat

Adakah keluarga/kerabat yang menderita:

Penyakit Ya Tidak Hubungan


Alergi √
Asma √
Tuberkulosis √
Hipertensi √
Diabetes √ Ayah
Jantung √
Ginjal √

STATUS ILMU BEDAH | 2


ANAMNESIS SISTEM
Catat keluhan tambahan positif disamping judul-judul yang bersangkutan. Harap diisi;
Bila ya(+), bila tidak(-).
Kulit
(-) Bisul (-) Rambut (-) Keringat malam
(-) Kuku (-) Kuning/ikterus (-) Sianosis
Kepala
(-) Trauma (-) Sakit kepala (-) Nyeri pada sinus
Mata
(-) Merah (-) Nyeri
(-) Sekret (-) Kuning/ikterus
(-) Trauma (-) Ketajaman penglihatan
Telinga
(-) Nyeri (-) Gangguan pendengaran
(-) Sekret (-) Tinitus
Hidung
(-) Rhinnorhea (-) Tersumbat
(-) Nyeri (-) Gangguan penciuman
(-) Sekret (-) Epistaksis
(-) Trauma (-) Benda asing/foreign body
Mulut
(-) Bibir (-) Lidah
(-) Gusi (-) Mukosa
Tenggorokan
(-) Nyeri tenggorokan (-) Perubahan suara
Leher
(-) Benjolan (-) Nyeri leher
Thorax(Jantung/Paru-paru)
(-) Sesak napas (-) Mengi
(-) Batuk (-) Batuk darah
(-) Nyeri dada (-) Berdebar-debar
Abdomen(Lambung/Usus)
(-) Mual (-) Muntah
(-) Diare (-) Konstipasi
(-) Nyeri epigastrium (-) Nyeri kolik
(-) Tinja berdarah (-) Tinja berwarna dempul
(-) Benjolan
Saluran kemih/Alat kelamin
(-) Disuria (-) Hematuria (-) Kolik
(-) Hesistancy (-) Nokturia (-) Retensio urin
(-) Kencing Batu (-) Urgency
Katamenia(tidak dilakukan)
(-) Leukore (-) Perdarahan (-) Lain-lain
Haid
(-)Haid terakhir (-) Jumlah dan lamanya (-)Menarche
(-)Teratur (-)Nyeri (-)Gejala klimakterum
(-)Gangguan haid (-)Pasca menopause
Saraf dan Otot
(-) Riwayat Trauma (-) Nyeri (-) Bengkak
Ekstremitas

STATUS ILMU BEDAH | 3


(+) Bengkak (-)Deformitas
(+) Nyeri (-)Sianosis

BERAT BADAN
Berat badan rata-rata(Kg):tidak diketahui
Berat tertinggi kapan(Kg):tidak diketahui
Berat badan sekarang(Kg): 53 kg
(Bila pasien tidak tahu dengan pasti)
Tetap(+) Turun(-) Naik(-)

III.STATUS GENERALIS
Keadaan umum: tampak sakit sedang
Kesadaran: compos mentis
Tanda-tanda vital: TD: 120/80mmHg N:63x/menit RR: 20x/menit S:37.50C
Kepala: normocephali
Mata: konjungtiva tidak ikterik, sklera tidak anemis
Telinga: normotia,sekret -/-
Hidung: normosepta, deviasi septum(-), sekret(-)
Tenggorokan: Faring tidak hiperemis, tonsil T1-T1 tenang
Leher: KGB leher dan kelenjar tiroid tidak teraba membesar
Thorax:
Paru-paru:
Inspeksi: paru kanan dan kiri, simetris saat statis dan dinamis
Palpasi: benjolan(-), vokal fremitus simetris pada paru kanan dan kiri,nyeri
tekan(-)
Perkusi: sonor di kedua lapangan paru
Auskultasi: suara napas vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-
Jantung:
Inspeksi: ictus cordis tidak kelihatan
Palpasi: ictus cordis teraba pada linea midklavikula sinistra sela iga V.
Perkusi: batas jantung normal
Auskultasi: BJ I-II reguler, murmur(-), gallop(-)
Abdomen
Inspeksi: datar, tiada benjolan
Auskultasi: bising usus(+) normal
Perkusi: timpani pada seluruh lapangan abdomen
Palpasi: nyeri tekan(-), massa(-)
Hati: tidak teraba pembesaran
Limpa: tidak teraba pembesaran
Ginjal: tidak teraba pembesaran, Ballotement(-), bimanual(-)
Alat kelamin(atas indikasi):tidak dilakukan
Pria Penis(-) Skrotum(-) Testis(-)
Wanita Fluor albus/darah(-)
Colok dubur(atas indikasi):tidak dilakukan
Extremitas(lengan dan tungkai)
Tonus: normotonus
Massa: normal
Sendi:
Kekuatan Sensori
+ + + +

STATUS ILMU BEDAH | 4


+ + + +

Edema Sianosis
- - - -
- + - -

Lain-lain: akral hangat.

Refleks

Refleks tendon Kanan Kiri

Bisep +2 +2

Trisep +2 +2

Patella +2 +2

Achiles +2 +2

Kremaster Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Refleks kulit Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Refleks patologis Tidak dilakukan Tidak dilakukan

IV.STATUS LOKALIS
1. Inspeksi: adanya luka pada ventral pedis dextra uk. 5×2 cm, hitam, bengkak, tepi rata.
Palpasi: Nyeri tekan(-), baal (+/-)
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium:25 Mei 2015, jam 12.30, RSUD Cengkareng
Hb: 10,4 g/dL
Ht: 31 %
Trombosit: 489.000/mm3
Leukosit: 19.900/mm3
GDS: 59mg/dl
Laboratorium: 25 Mei 2015, jam 21.05
GDS: 410 mg/dl

Laboratorium: 26 Mei 2015, jam 06.00


GDS: 205 mg/dl
BT: 2 menit
CT: 12 menit
Radiolgi
COR: Tidak tampak kelainan
Pulmo: Kedua hilus tidak melebar
Corakan bronkovaskuler kedua paru normal, infiltrat (-)
Diaphragma licin, kedua sinus kostofrenikus lancip
Tulang-tulang dan jaringan lunak sekitar tenang
Kesan: Cor dan pulmo tidak tampak kelainan

STATUS ILMU BEDAH | 5


VI. RINGKASAN(RESUME/SAILENT FEATURES)
Anamnesis:
Tn. E, umur 55 tahun, datang dengan keluhan luka yang mengitam sejak 1 hari SMRS pada
kaki kanannya, luka tersebut dikarenakan terkena pecahan beling ± 1 minggu SMRS, pada
saat terjadinya luka, OS tidak merasakan nyeri, dia baru tersadar saat melihat banyaknya
darah yang keluar. 1 hari SMRS, OS merasa kaki kanannya sakit dan mulai bengkak dan saat
plester dibuka OS melihat luka yang mulai menghitam.

Pemeriksaan fisik:
1. Inspeksi: adanya luka pada ventral pedis dextra uk. 5×2 cm, hitam, bengkak, tepi rata.
Palpasi: Nyeri tekan(-), baal (+/-)
Pemeriksaan penunjang
Laboratorium:25 Mei 2015, jam 12.30, RSUD Cengkareng
Hb: 10,4 g/dL
Ht: 31 %
Trombosit: 489.000/mm3
Leukosit: 19.900/mm3
GDS: 59mg/dl
Laboratorium: 25 Mei 2015, jam 21.05
GDS: 410 mg/dl
Laboratorium: 26 Mei 2015, jam 06.00
GDS: 205 mg/dl
BT: 2 menit
CT: 12 menit

VII. DIAGNOSIS KERJA:


Gangren DM Pedis Dextra
IX. PENATALAKSANAAN
Medika mentosa
1. Cefeoime 1gr IV
2. Glibenclamide tab 5mg 1 × 1
Non medika mentosa
1. Diet DM
2. Debridement
Edukasi:

1. Mengatur pola makan agar gula darah terkontrol


2. Memakai alas kaki dan lebih berhati-hati agar tidak terjadi luka.
3. Ganti verban setiap hari dan menjaga kebersihan luka

Rencana Pemeriksaan Lanjutan(jika diperlukan)


Jika selesai debridement dilakukan, dan masih dicurigai ascending infection maka disarankan
melakukan angiografi.
X.PROGNOSIS
Ad vitam: dubia ad bonam
Ad fungsionam: dubia
Ad sanationam: dubia

STATUS ILMU BEDAH | 6


Tinjauan Pustaka
Diabetes melitus adalah kelainan metabolik dimana ditemukan ketidakmampuan untuk
mengoksidasi karbohidrat, akibat gangguan pada mekanisme insulin yang normal,
menimbulkan hiperglikemia, glikosuria, poliuria, rasa haus, rasa lapar, badan kurus, dan
kelemahan.1 Diabetes melitus sering disebut sebagai the great imitator, karena penyakit ini
dapat mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam keluhan, gejalanya
sangat bervariasi. Diabetes melitus jika tidak ditangani dengan baik akan mengakibatkan
timbulnya komplikasi pada berbagai organ tubuh seperti mata, ginjal, jantung, pembuluh
darah kaki, syaraf, dan lain-lain.2 Penderita diabetes melitus dapat mengalami beberapa
komplikasi bersama-sama atau terdapat satu masalah yang mendominasi, yang meliputi
kelainan vaskuler, retinopati, nefropati diabetik, neuropati diabetik dan ulkus kaki diabetik. 3
Menurut beberapa ahli kira-kira 4 % dari penduduk dunia menderita diabetes dan 50 % dari
penderita ini memerlukan perawatan bedah. Penanggulangan gangren diabetik atau sering
disebut kaki diabetes merupakan bagian penting dalam suatu klinik diabetes. Sampai
sekarang kelainan vaskuler yang didapat sebagai komplikasi dari penyakit diabetes masih
tetap merupakan suatu tantangan.4 Gangren diabetik bisa membahayakan dan peluang untuk
menjalani amputasi yang besar maka pasien diabetes melitus dengan infeksi kaki harus segera
dibawa ke rumah sakit untuk mendapat perawatan yang lebih intensif.2

Definisi.
Diabetes melitus merupakan penyakit endokrin akibat defek dalam sekresi dan kerja
insulin atau keduanya sehingga terjadi defisiensi insulin dimana tubuh mengeluarkan terlalu
sedikit insulin atau insulin yang dikeluarkan resisten sehingga mengakibatkan kelainan
metabolisme kronis berupa hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan metabolik akibat
gangguan hormonal yang menimbulkan komplikasi kronik pada sistem tubuh. 5 Kaki diabetik
merupakan tukak yang timbul pada penderita diabetes melitus yang disebabkan karena
angiopati diabetik, neuropati diabetik atau akibat trauma.

Patofisiologi.
Penyakit diabetes membuat gangguan/ komplikasi melalui kerusakan pada pembuluh darah
di seluruh tubuh, disebut angiopati diabetik. Penyakit ini berjalan kronis dan terbagi dua yaitu
gangguan pada pembuluh darah besar (makrovaskular) disebut makroangiopati, dan pada
pembuluh darah kecil (mikrovaskular) disebut mikroangiopati. Bila yang terkena pembuluh
darah di otak timbul stroke, bila pada mata terjadi kebutaan, pada jantung penyakit jantung
koroner yang dapat berakibat serangan jantung/infark jantung, pada ginjal menjadi penyakit
ginjal kronik sampai gagal ginjal tahap akhir sehingga harus cuci darah atau transplantasi.

STATUS ILMU BEDAH | 7


Bila pada kaki timbul luka yang sukar sembuh sampai menjadi busuk (gangren). Selain itu
bila saraf yang terkena timbul neuropati diabetik, sehingga ada bagian yang tidak berasa apa-
apa/mati rasa, sekalipun tertusuk jarum / paku atau terkena benda panas. 6 Kelainan tungkai
bawah karena diabetes disebabkan adanya gangguan pembuluh darah, gangguan saraf, dan
adanya infeksi. Pada gangguan pembuluh darah, kaki bisa terasa sakit, jika diraba terasa
dingin, jika ada luka sukar sembuh karena aliran darah ke bagian tersebut sudah berkurang.
Pemeriksaan nadi pada kaki sukar diraba, kulit tampak pucat atau kebiru-biruan, kemudian
pada akhirnya dapat menjadi gangren/jaringan busuk, kemudian terinfeksi dan kuman
tumbuh subur, hal ini akan membahayakan pasien karena infeksi bisa menjalar ke seluruh
tubuh (sepsis). Bila terjadi gangguan saraf, disebut neuropati diabetik dapat timbul gangguan
rasa (sensorik) baal, kurang berasa sampai mati rasa. Selain itu gangguan motorik, timbul
kelemahan otot, otot mengecil, kram otot, mudah lelah. Kaki yang tidak berasa akan
berbahaya karena bila menginjak benda tajam tidak akan dirasa padahal telah timbul luka,
ditambah dengan mudahnya terjadi infeksi. Kalau sudah gangren, kaki harus dipotong di atas
bagian yang membusuk tersebut.6
Gangren diabetik merupakan dampak jangka lama arteriosclerosis dan emboli trombus
kecil. Angiopati diabetik hampir selalu juga mengakibatkan neuropati perifer. Neuropati
diabetik ini berupa gangguan motorik, sensorik dan autonom yang masing-masing memegang
peranan pada terjadinya luka kaki. Paralisis otot kaki menyebabkan terjadinya perubahan
keseimbangan di sendi kaki, perubahan cara berjalan, dan akan menimbulkan titik tekan baru
pada telapak kaki sehingga terjadi kalus pada tempat itu. Gangguan sensorik menyebabkan
mati rasa setempat dan hilangnya perlindungan terhadap trauma sehingga penderita
mengalami cedera tanpa disadari. Akibatnya, kalus dapat berubah menjadi ulkus yang bila
disertai dengan infeksi berkembang menjadi selulitis dan berakhir dengan gangren. 4
Gangguan saraf autonom mengakibatkan hilangnya sekresi kulit sehingga kulit kering dan
mudah mengalami luka yang sukar sembuh. Infeksi dan luka ini sukar sembuh dan mudah
mengalami nekrosis akibat dari tiga faktor. Faktor pertama adalah angiopati arteriol yang
menyebabkan perfusi jaringan kaki kurang baik sehingga mekanisme radang jadi tidak
efektif. Faktor kedua adalah lingkungan gula darah yang subur untuk perkembangan bakteri
patogen. Faktor ketiga terbukanya pintas arteri-vena di subkutis, aliran nutrien akan
memintas tempat infeksi di kulit.7
Gambaran Klinis.
Gangren diabetik akibat mikroangiopatik disebut juga gangren panas karena walaupun
nekrosis, daerah akral itu tampak merah dan terasa hangat oleh peradangan, dan biasanya
teraba pulsasi arteri di bagian distal. Biasanya terdapat ulkus diabetik pada telapak kaki. 4

STATUS ILMU BEDAH | 8


Proses makroangiopati menyebabkan sumbatan pembuluh darah, sedangkan secara akut
emboli akan memberikan gejala klinis 5 P, yaitu: 4
a. Pain (nyeri).
b. Paleness (kepucatan).
c. Paresthesia (parestesia dan kesemutan).
d. Pulselessness (denyut nadi hilang).
e. Paralysis (lumpuh).
Bila terjadi sumbatan kronik, akan timbul gambaran klinis menurut pola dari Fontaine,
yaitu:4
a. Stadium I ; asimptomatis atau gejala tidak khas (semutan atau geringgingan).
b. Stadium II ; terjadi klaudikasio intermiten.
c. Stadium III ; timbul nyeri saat istirahat.
d. Stadium IV ; berupa manifestasi kerusakan jaringan karena anoksia (ulkus).

Klasifikasi.
Menurut berat ringannya lesi, kelainan kaki diabetik dibagi dalam enam derajat menurut
Wagner, yaitu ;
Sistem Klasifikasi Kaki Diabetik, Wagner.8
Derajat Lesi
0 Kulit utuh; ada kelainan bentuk kaki akibat neuropati
1 Tukak superfisial
2 Tukak lebih dalam
3 Tukak dalam disertai abses dengan kemungkinan selulitis dan atau osteomielitis
4 Gangren jari
5 Gangren kaki

Klasifikasi lesi kaki diabetik juga dapat didasarkan pada dalamnya luka dan luasnya daerah
iskemik yang dimodifikasi oleh Brodsky dari klasifikasi kaki diabetik menurut Wagner.
Sistem Klasifikasi Kaki Diabetik, modifikasi Brodsky.9
Kedalaman luka Definisi
0 Kaki berisiko, tanpa ulserasi
1 Ulserasi superfisial, tanpa infeksi
2 Ulserasi yang dalam sampai mengenai tendon
3 Ulserasi yang luas/abses
Luas daerah Iskemia Definisi
A Tanpa iskemia
B Iskemia tanpa gangren
C Partial gangrene
D Complete foot gangrene

Penatalaksanaan.
Pengobatan kelainan kaki diabetik terdiri dari pengendalian diabetes dan penanganan
terhadap kelainan kaki.
A. Pengendalian Diabetes.
Langkah awal penanganan pasien dengan kaki diabetik adalah dengan melakukan
manajemen medis terhadap penyakit diabetes secara sistemik karena kebanyakan pasien
dengan kaki diabetik juga menderita malnutrisi, penyakit ginjal kronik, dan infeksi kronis.

STATUS ILMU BEDAH | 9


Diabetes melitus jika tidak dikelola dengan baik akan dapat menyebabkan terjadinya berbagai
komplikasi kronik diabetes, salah satunya adalah terjadinya gangren diabetik. Jika kadar
glukosa darah dapat selalu dikendalikan dengan baik, diharapkan semua komplikasi yang
akan terjadi dapat dicegah, paling sedikit dihambat. Mengelola diabetes melitus langkah yang
harus dilakukan adalah pengelolaan non farmakologis, berupa perencanaan makanan dan
kegiatan jasmani. Baru kemudian kalau dengan langkah-langkah tersebut sasaran
pengendalian diabetes yang ditentukan belum tercapai, dilanjutkan dengan langkah
berikutnya, yaitu dengan penggunaan obat atau pengelolaan farmakologis.
Perencanaan makanan pada penderita diabetes melitus masih tetap merupakan pengobatan
utama pada penatalaksanaan diabetes melitus, meskipun sudah sedemikian majunya riset di
bidang pengobatan diabetes dengan ditemukannya berbagai jenis insulin dan obat oral yang
mutakhir.
Sarana pengendalian secara farmakologis pada diabetes melitus dapat berupa:3
a. Pemberian Insulin.
b. Pemberian Obat Hipoglikemik Oral (OHO).
- Golongan Sulfonylurea.
- Golongan Biguanid.
- Golongan Inhibitor Alfa Glukosidase.
- Golongan Insulin Sensitizing.
B. Penanganan Kelainan Kaki.
1) Strategi Pencegahan.
Fokus utama penanganan kaki diabetik adalah pencegahan terhadap terjadinya luka.
Strategi pencegahan meliputi edukasi kepada pasien, perawatan kulit, kuku dan kaki dan
penggunaan alas kaki yang dapat melindungi.
Pada penderita dengan risiko rendah diperbolehkan menggunakan sepatu, hanya saja
sepatu yang digunakan tidak sempit atau sesak. Sepatu atau sandal dengan bantalan yang
lembut dapat mengurangi resiko terjadinya kerusakan jaringan akibat tekanan langsung yang
dapat memberi beban pada telapak kaki. Pada penderita diabetes melitus dengan gangguan
penglihatan sebaiknya memilih kaos kaki yang putih karena diharapkan kaos kaki putih dapat
memperlihatkan adanya luka dengan mudah.3 Perawatan kuku yang dianjurkan pada
penderita diabetes melitus adalah kuku-kuku harus dipotong secara transversal untuk
mengurangi risiko terjadinya kuku yang tumbuh kedalam dan menusuk jaringan sekitar.
Edukasi tentang pentingnya perawatan kulit, kuku dan kaki serta penggunaan alas kaki yang
dapat melindungi dapat dilakukan saat penderita datang untuk kontrol.4
Kaidah pencegahan kaki diabetik, yaitu;4
 Setiap infeksi meskipun kecil merupakan masalah penting sehingga menuntut
perhatian penuh.

STATUS ILMU BEDAH | 10


 Kaki harus dibersihkan secara teliti dan dikeringkan dengan handuk kering setiap
kali mandi.
 Kaki harus diinspeksi setiap hari termasuk telapaknya, dapat dengan menggunakan
cermin.
 Kaki harus dilindungi dari kedinginan.
 Kaki harus dilindungi dari kepanasan,batu atau pasir panas dan api.
 Sepatu harus cukup lebar dan pas.
 Dianjurkan memakai kaus kaki setiap saat.
 Kaus kaki harus cocok dan dikenakan secara teliti tanpa lipatan.
 Alas kaki tanpa pegangan, pita atau tali antara jari.
 Kuku dipotong secara lurus.
 Berhenti merokok.

2) Penanganan Ulkus.
Di klinik dibedakan 2 bentuk ulkus diabetik pada kaki, yaitu kaki neuropati dan kaki
neuro-iskemik. 4

Kaki Neuropati Kaki Neuro-Iskemik

Panas Dingin

Pulsasi besar Pulsasi tidak ada

Sensorik menurun Sensorik biasanya ada

Warna kemerahan Pucat bila diangkat dan merah bila digantung

Ulkus pada kaki neuropati biasanya terjadi pada kalus yang tidak terawat dengan baik.
Kalus ini terbentuk karena rangsangan dari luar pada ujung jari atau penekanan oleh ujung
tulang. Nekrosis terjadi dibawah kalus yang kemudian membentuk rongga berisi cairan
serous dan bila pecah akan terjadi luka yang sering diikuti oleh infeksi sekunder.4
Penanganan ulkus diabetik dapat dilakukan dalam beberapa tingkatan, yaitu;9
a) Tingkat 0.
Penanganan meliputi edukasi kepada pasien tentang alas kaki khusus dan pelengkap alas
kaki yang dianjurkan. Sepatu atau sandal yang dibuat secara khusus dapat mengurangi
tekanan yang terjadi. Bila pada kaki terdapat tulang yang menonjol atau adanya deformitas,
biasanya tidak dapat hanya diatasi dengan penggunaan alas kaki buatan umumnya
memerlukan tindakan pemotongan tulang yang menonjol (exostectomy) atau dengan
pembenahan deformitas.
b) Tingkat I.

STATUS ILMU BEDAH | 11


Memerlukan debridemen jaringan nekrotik atau jaringan yang infeksius, perawatan lokal
luka dan pengurangan beban.
c) Tingkat II.
Memerlukan debridemen, antibiotik yang sesuai dengan hasil kultur, perawatan lokal luka
dan teknik pengurangan beban yang lebih berarti.
d) Tingkat III.
Memerlukan debridemen jaringan yang sudah menjadi gangren, amputasi sebagian,
imobilisasi yang lebih ketat, dan pemberian antibiotik parenteral yang sesuai dengan kultur.
e) Tingkat IV.
Pada tahap ini biasanya memerlukan tindakan amputasi sebagian atau amputasi seluruh
kaki.

Prognosis.
Prognosis penderita kaki diabetik sangat tergantung dari usia karena semakin tua usia
penderita diabetes melitus semakin mudah untuk mendapatkan masalah yang serius pada kaki
dan tungkainya, lamanya menderita diabetes melitus, adanya infeksi yang berat, derajat
kualitas sirkulasi, dan keterampilan dari tenaga medis atau paramedis.4

Daftar Pustaka
1. Kamus Saku Kedokteran Dorland, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta,1998. Hal 309.
2. Noer, Prof.dr.H.M. Sjaifoellah, Ilmu Penyakit Endokrin dan Metabolik, Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam, Jilid I, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 2004. Hal 571-705.
3. Isselbacher, Baraundwald, Wilson, Harrison’s Principles of internal medicine, International
edition, Mcgraw Hill Book Co.,Singapore,1994.
4. Staf Pengajar Bagian Bedah FK UI, Vaskuler, Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah, Binarupa
Aksara Jakarta, 1995; hal: 241-330.
5. Pinzur M.S. Diabetic Foot, Http//www.emedicine.com/
6. Harapan, Sinar. Konsultasi, Pencurian Kaki Pada Diabetes http://rds.yahoo.com/
7. Sjamsuhidayat R, De Jong WD : Buku ajar ilmu bedah, EGC; Jakarta, 1997
8. Frykberg R.G. Diabetic Foot Ulcer : Pathogenesis and Management, American Family
Physician, November 1, 2002.
9. WHO. Diabetes Mellitus, WHO Geneva, Http//www.who.int.inf.fs/en/fact 138.html
10. Cunha BA: Diabetic foot infections. Emerg Med, 1997; 10: 115-24.
11. Rush M.D. Diabetic Foot Care, Http//www.emedicine.com/

STATUS ILMU BEDAH | 12

Anda mungkin juga menyukai