Anda di halaman 1dari 20

KEPANITERAAN KLINIK

STATUS ILMU BEDAH


FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
SMF ILMU BEDAH
RUMAH SAKIT TARAKAN - JAKARTA
Nama: Olivia C Kaihatu Tanda Tangan
NIM: 11.2014.162
___________________________________________________________________________
I.IDENTITAS PASIEN
Nama lengkap: Ny. S Jenis kelamin: Perempuan
Umur: 60 tahun Suku: Jawa
Status perkawinan: Menikah Agama: Islam
Pekerjaan: - Pendidikan: SLTA
Alamat: Tambora, Jakarta Barat

II. ANAMNESIS
Diambil dari allo-anamnesis Tanggal 26 Juni 2015
Keluhan utama:
Tidur terus sejak 2 hari SMRS.
Riwayat penyakit sekarang:
Os diantar oleh keluarganya k IGD RS Tarakan dengan keluhan tidur terus sejak 2 hari
SMRS. OS tidak dibawa segera ke RS karena keluarga tidak punya cukup uang. Sebelumnya
dikatakan bahwa, OS dapat beraktivitas seperti biasa, hanya saja tangan dan kaki sebelah kiri
tidak bisa digerakan. OS juga tidak pernah mengeluhkan adanya sakit kepala. Mual dan muntah
juga disangkal. Bicara pelo dan kejang juga disangkal.
Riwayat penyakit dahulu:
OS diketahui memiliki hipertensi tetapi tidak teratur minum obat. Riwayat DM, alergi dan
operasi sebelumnya juga disangkal.
Riwayat hidup
Riwayat kelahiran:
(+) Di rumah (-) Rumah Sakit (-) Rumah Bersalin
Ditolong oleh (-) Dokter (-)Bidan (+)Dukun (-) Lainnya

STATUS ILMU BEDAH | 1


Kehidupan berkeluarga dan perkawinan:
Hubungan dengan ahli keluarga baik
Adakah kesulitan:
Pekerjaan(-)
Keuangan(-)
Keluarga(-)
Lain-lain(-)
Riwayat makanan
Frekuensi/hari: 3 kali/hari
Jumlah/hari: 1 porsi, cukup
Variasi/hari: bervariasi
Nafsu makan: tetap
Riwayat imunisasi(kurang pasti)
(+) BCG (+) DPT, 3 kali (+) Polio, 3 kali
(+) Hepatitis B, 3 kali (+) Campak (+) Lainnya
Penyakit Dahulu(Tahun, diisi bila ya(+), bila tidak(-))
(-) Wasir (-) Appendicitis (-) Struma Tiroid
(-) Batu Ginjal/sal kemih (-) Tumor (-) Hernia
(-) Penyakit Prostat (-) Perdarahan Otak (-) Hepatitis
(-) Typhoid (-) Diare kronis (-)Gastritis
(-) Batu Empedu (-) DM, sejak 2010 (+)Hipertensi,sejak ???
(-) Tifus abdominalis (-) Kelainan Kongenital (-)Invaginasi
(-) Ulkus Ventrikuli (-) Colitis (-) ISK
(-) Tuberculosis (-) Tetanus (-) Volvulus
(-) Penyakit Pembuluh Darah (-) Penyakit Jantung Bawaan (-) Abses Hati
(-) Penyakit Degeneratif (-) Fistel (-) Patah tulang
(-) Luka Bakar
Lain-lain: (-) Operasi (-) Kecelakaan

STATUS ILMU BEDAH | 2


ANAMNESIS SISTEM
Catat keluhan tambahan positif disamping judul-judul yang bersangkutan. Harap diisi;
Bila ya(+), bila tidak(-).
Kulit
(-) Bisul (-) Rambut (-) Keringat malam
(-) Kuku (-) Kuning/ikterus (-) Sianosis
Kepala
(-) Trauma (-) Sakit kepala (-) Nyeri pada sinus
Mata
(-) Merah (-) Nyeri
(-) Sekret (-) Kuning/ikterus
(-) Trauma (-) Ketajaman penglihatan
Telinga
(-) Nyeri (-) Gangguan pendengaran
(-) Sekret (-) Tinitus
Hidung
(-) Rhinnorhea (-) Tersumbat
(-) Nyeri (-) Gangguan penciuman
(-) Sekret (-) Epistaksis
(-) Trauma (-) Benda asing/foreign body
Mulut
(-) Bibir (-) Lidah
(-) Gusi (-) Mukosa
Tenggorokan
(-) Nyeri tenggorokan (-) Perubahan suara
Leher
(-) Benjolan (-) Nyeri leher
Thorax(Jantung/Paru-paru)
(-) Sesak napas (-) Mengi
(-) Batuk (-) Batuk darah
(-) Nyeri dada (-) Berdebar-debar
Abdomen(Lambung/Usus)
(-) Mual (-) Muntah
(-) Diare (-) Konstipasi

STATUS ILMU BEDAH | 3


(-) Nyeri epigastrium (-) Nyeri kolik
(-) Tinja berdarah (-) Tinja berwarna dempul
(-) Benjolan
Saluran kemih/Alat kelamin
(-) Disuria (-) Hematuria (-) Kolik
(-) Hesistancy (-) Nokturia (-) Retensio urin
(-) Kencing Batu (-) Urgency
Katamenia(tidak dilakukan)
(-) Leukore (-) Perdarahan (-) Lain-lain
Haid
(-)Haid terakhir (-) Jumlah dan lamanya (-)Menarche
(-)Teratur (-)Nyeri (-)Gejala klimakterum
(-)Gangguan haid (-)Pasca menopause
Saraf dan Otot
(-) Riwayat Trauma (-) Nyeri (-) Bengkak
Ekstremitas
(-) Bengkak (-)Deformitas
(-) Nyeri (-)Sianosis

BERAT BADAN
Berat badan rata-rata(Kg):tidak diketahui
Berat tertinggi kapan(Kg):tidak diketahui
Berat badan sekarang(Kg): tidak diketahui
(Bila pasien tidak tahu dengan pasti)
Tetap(+) Turun(-) Naik(-)

III.STATUS GENERALIS
Keadaan umum: tampak sakit berat
Kesadaran: E2 V2 M5
Tanda-tanda vital: TD: 140/70mmHg N:129x/menit RR: 31x/menit S:39,70C
Kepala: normocephali
Mata: konjungtiva tidak ikterik, sklera tidak anemis, RC langsung +/+, tidak langsung +/+
Telinga: normotia,sekret -/-
Hidung: normosepta, deviasi septum(-), sekret(-)

STATUS ILMU BEDAH | 4


Leher: KGB leher dan kelenjar tiroid tidak teraba membesar
Thorax:
Paru-paru:
Inspeksi: paru kanan dan kiri, simetris saat statis dan dinamis
Palpasi: benjolan(-), vokal fremitus simetris pada paru kanan dan kiri, nyeri
tekan(-)
Perkusi: sonor di kedua lapangan paru
Auskultasi: suara napas vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-
Jantung:
Inspeksi: ictus cordis tidak kelihatan
Palpasi: ictus cordis teraba pada linea midklavikula sinistra sela iga V.
Perkusi: batas jantung normal
Auskultasi: BJ I-II reguler, murmur(-), gallop(-)
Abdomen
Inspeksi: datar, tiada benjolan
Auskultasi: bising usus(+) normal
Perkusi: timpani pada seluruh lapangan abdomen
Palpasi: nyeri tekan(-), massa(-)
Hati: tidak teraba pembesaran
Limpa: tidak teraba pembesaran
Ginjal: tidak teraba pembesaran, Ballotement(-), bimanual(-)
Alat kelamin(atas indikasi):tidak dilakukan
Pria Penis(-) Skrotum(-) Testis(-)
Wanita Fluor albus/darah(-)
Colok dubur(atas indikasi):tidak dilakukan
Extremitas(lengan dan tungkai)
Inspeksi : Atrofi (-), gerakan involunter (-)
Palpasi : Normotonus
Kekuatan Sensori
+3 +4 ? ?
+2 +4 ? ?

STATUS ILMU BEDAH | 5


Edema Sianosis
- - - -
- - - -

Lain-lain: akral hangat.


Refleks
Refleks tendon Kanan Kiri
Bisep Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Trisep Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Patella Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Achiles Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Kremaster Tidak dilakukan Tidak dilakukan


Refleks kulit Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Kaku Kuduk -
Babinski - -

Pemeriksaan Saraf Kranial

1. N I: N. Olfaktorius
Tidak dilakukan
2. N. II: N. Opticus
Tidak dilakukan
3. N. III, IV, VI: N. Occulomotorius, Trochlearis, Abducens
Tidak dilakukan
4. N. V: N. Trigeminus
Tidak dilakukan
5. N. VII: N. Facialis
Tidak dilakukan
6. N. VIII: N. Vestibulocochlearis
Tidak dilakukan
7. N. IX, X: N. Glossopharyngeus, Vagus
Tidak dilakukan
8. N. XI: N. Accesorius

STATUS ILMU BEDAH | 6


Tidak dilakukan
9. N. XII: N. Hypoglossus
Tidak dilakukan

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Laboratorium:26 Juni 2015, jam 14.27
Darah Rutin
Hb: 9.4 g/dL
Ht: 28.8 %
Eritrosit: 3.31 juta/uL
Leukosit: 7.824/mm3
Trombosit: 135.200/mm3
Elektrolit
Natrium: 146 mEq/L
Kalium: 2.0 mEq/L
Clorida : 101 mEq/L
Gula Darah
GDS: 157 mg/dL
Fungsi Liver
SGOT : 61 U/L
SGPT : 14 U/L
Fungsi Ginjal
Ureum : 64 mg/dL
Kreatinin : 1.92 mg/dL
Analisa Gas Darah
pH : 7.529
PCO2 : 32.8 mmHg
PO2 : 261.4 mmHg
SO2 : 99.9 %
BE-ecf : 4.6 mmol/L
TCO2 : 28.5 mmol/L

STATUS ILMU BEDAH | 7


Radiolgi
COR: CTR >50%, elongasio arcus aortae, LVH
Pulmo: Kedua hilus tidak melebar
Corakan bronkovaskuler kedua paru normal, infiltrat (-)
Diaphragma dan kedua sinus kostofrenikus lancip
Tulang-tulang dan jaringan lunak sekitar tidak tampak kelainan
Kesan: Cor tampak cardiomegali, elongasio arcus aortae, LVH

STATUS ILMU BEDAH | 8


CT Scan

Kesan : Tampak gambaran lesi hiperdens pada ekstradural dan lesi litik pada skull.

STATUS ILMU BEDAH | 9


VII. DIAGNOSIS KERJA:
Encephalopati ec SOL extradural
IX. PENATALAKSANAAN

1. Koreksi kalium → KCL 25meq + RL/8jam


2. Amlodipin 1×5 mg
3. Manitol 4×125 cc inj
4. Transamin 3×1 inj
5. PCT 3×1 inj
6. Ceftriaxone 1×2 gr
7. Operasi

X.PROGNOSIS
Ad vitam: dubia
Ad fungsionam: dubia
Ad sanationam: dubia

STATUS ILMU BEDAH | 10


TINJAUAN PUSTAKA

A. Pendahuluan
Space Occupying Lesions (SOL) biasanya merupakan proses malignansi, tetapi juga
bisa disebabkan oleh adanya proses abses atau perdarahan.1 Otak dan Medula Spinalis
ditutupi oleh tulang sehingga ketika ada penekanan oleh SOL menyebabkan kompresi dan
distorsi dari jaringan CNS. Pembesaran secara lambat dari SOL dapat terjadi karena adanya
atrofi dari jaringan otak ataupun spinal. Pembesaran yang semakin cepat menyebabkan
peningkatan tekanan pada kompartemen dan terjadi herniasi dari jaringan lunak CNS
kedalam kompartemen dimana tekanannya lebih rendah. Proses dari penekanan dari SOL
inilah yang memiliki kemungkinan bahaya lebih lanjut.2 Tumor otak adalah suatu lesi
ekspansif yang bersifat jinak (benigna) ataupun ganas (maligna), membentuk massa dalam
ruang tengkorak kepala (intra cranial) atau di sumsum tulang belakang (medulla spinalis).3

B. Definisi

Tumor otak bisa mengenai segala.usia, tapi umumnya pada usia dewasa muda atau
pertengahan, jarang di bawah usia 10 tahun atau di atas 70 tahun. Sebagian ahli menyatakan
insidens pada laki-laki lebih banyak dibanding wanita, tapi sebagian lagi menyatakan tak
ada perbedaan insidens antara pria dan wanita.3

C. Klasifikasi

Neoplasma pada jaringan otak dan selaputnya dapat berupa tumor primer maupun
metastase. Apabila sel-sel tumor berasal dari jaringan otak itu sendiri, disebut tumor otak
primer dan bila berasal dari organ-organ lain (metastase) seperti ; kanker paru, payudara,
prostate, ginjal dan lain-lain, disebut tumor otak sekunder. 3 Tumor Medulla spinalis adalah
tumor di daerah spinal yang dapat terjadi pada daerah cervical I hingga sacral, yang dapat
dibedakan atas:3

1. Tumor primer
Terdiri dari tumor jinak dan tumor ganas.

a. Tumor jinak, yang berasal dari:


- tulang: osteoma dan kondroma

STATUS ILMU BEDAH | 11


- serabut saraf: neurinoma (Schwannoma)

- selaput otak disebut Meningioma;

- jaringan otak: Glioma, Ependinoma

b. Tumor ganas, berasal dari :


- jaringan saraf seperti; Astrocytoma, Neuroblastoma,

- sel muda seperti Kordoma.

2. Tumor sekunder
Merupakan anak sebar (metastase) dari tumor ganas di daerah rongga dada, perut,
pelvis dan tumor payudara.3

Tabel 1. Klasifikasi Tumor Otak yang Penting dari segi Klinis4

Primary Brain Tumor:

Histologically Benign Or Malformative Histologically Malignant

Mengioma Glioma

Pituitary Adenoma Anaplastic Astrocytoma

Acustic Neuroma Glioblastoma Multiforme

Craniopharyngima Ependymoma

Pilocytic Astrocytoma Medulloblastoma

Hemangioblastoma Oligodendroglioma

Pineal Cell Tumor

Metastatic Brain Tumors: Choroid Plexus Carcinoma

Single Or Multiple Metastases Primitive Neuroectodermal Tumors

Meningeal Carcinomatosis

STATUS ILMU BEDAH | 12


Klasifikasi Tumor Otak Berdasarkan Lokasi Tumor5

Lokasi Dewasa Anak – Anak

Cerebrum Meningioma Astrocytoma

Glioblastoma Multiforme Ependymoma

Astrocytoma

Metastatic Tumor

Pituitary Region Pituitary Adenoma Craniopharyngoma

Craniopharyngoma Optic Tract Glioma

Meningioma Pituitary Adenoma

Cerebellum Hemangioblastoma Medulloblastoma

Cerebellar Astrocytoma Cerebellar Astrocytoma

Metastatic Tumor Ependymoma

Cerebellopontine Acoustic Neurinoma Ependymoma


Angle

Meningioma Choroid Plexus


Papilloma

Epidermoids

Brainstem Astrocytoma Astrocytoma

Glioblastoma Multiforme Glioblastoma


Multiforme

C. Patofisiologi
Tumor disebabkan oleh mutasi DNA di dalam sel. Akumulasi dari mutasi-mutasi
tersebut menyebabkan munculnya tumor. Sebenarnya sel memiliki mekanisme perbaikan

STATUS ILMU BEDAH | 13


DNA (DNA repair) dan mekanisme lainnya yang menyebabkan sel merusak dirinya dengan
apoptosis jika kerusakan DNA sudah terlalu berat. Apoptosis adalah proses aktif kematian
sel yang ditandai dengan pembelahan DNA kromosom, kondensasi kromatin, serta
fragmentasi nukleus dan sel itu sendiri. Mutasi yang menekan gen untuk mekanisme
tersebut biasanya dapat memicu terjadinya kanker.6

D. Manifestasi klinis
Gejala umum akan dijumpai gangguan fungsi akibat adanya pembengkakan otak dan
peninggian tekanan dalam tengkorak kepala seperti:

1. Nyeri kepala
Biasanya terlokalisir, tapi bisa juga menyeluruh. Biasanya muncul pada pagi hari
setelah bangun tidur dan berlangsung beberapa waktu, datang pergi (rekuren)
dengan interval tak teratur beberapa menit sampai beberapa jam. Mula-mula rasa sakit
bisa diatasi dengan analgetik biasa tetapi lama kelamaan obat tidak berkhasiat
lagi.3 Walaupun hampir seluruh penderita tumor otak mengalami keluhan sakit kepala,
tetapi pada gejala awal tidak terdeteksi, disebabkan oleh banyaknya prevalensi sakit
kepala yang bukan saja hanya pada penderita tumor otak, hingga keluhan sakit kepala
tidak termasuk sebagai gejala klinis jika tidak dijumpai secara bersamaan dengan
tanda atau gejala-gejala lain yang mengarah pada tumor otak. Serangan semakin lama
semakin sering dengan interval semakin pendek.6 Nyeri kepala ini bertambah hebat
pada waktu penderita batuk, bersin atau mengejan (misalnya waktu buang air besar atau
koitus). Nyeri kepaia juga bertambah berat waktu posisi berbaring, dan berkurang bila
duduk. Penyebab nyeri kepala ini diduga akibat tarikan (traksi) pada pain sensitive
structure seperti dura, pembuluh darah atau serabut saraf. Nyeri kepala merupakan
gejala permulaan dari tumor otak yang berlokasi di daerah lobus oksipitalis.7

2. Muntah proyektil
Muntah biasanya tanpa didahului oleh rasa mual yang diakibatkan peninggian tekanan
intra kranial. Terdapat pada 30% kasus dan umumnya menyertai nyeri kepala. Lebih
sering dijumpai pada tumor di fossa posterior.7
3. Gejala Tekanan Tinggi Intrakranial
Berupa keluhan nyeri kepala di daerah frontal dan oksipital yang timbul pada pagi hari
dan malam hari, muntah proyektil dan penurunan kesadaran. Pada pemeriksaan
diketemukan papil udem. Keadaan ini perlu tindakan segera karena setiap saat dapat

STATUS ILMU BEDAH | 14


timbul ancaman herniasi. Selain itu dapat dijumpai parese N.VI akibat teregangnya
N.VI oleh TTIK. Tumor-tumor yang sering memberikan gejala TTIK tanpa gejala-
gejala fokal maupun lateralisasi adalah meduloblatoma, spendimoma dari ventrikel III,
haemangioblastoma serebelum dan craniopharingioma.6,7
4. Kejang
Kejang dapat merupakan gejala awal dari tumor otak pada 25% kasus, dan lebih dari
35% kasus pada stadium lanjut. Diperkirakan 2% penyebab bangkitan kejang adalah
tumor otak. Perlu dicurigai penyebab bangkitan kejang adalah tumor otak bila:

 Bangkitan kejang pertama kali pada usia lebih dari 25 tahun


 Mengalami post iktal paralisis
 Mengalami status epilepsi
 Resisten terhadap obat-obat epilepsi
 Bangkitan disertai dengan gejala TTIK lain
Bangkitan kejang ditemui pada 70% tumor otak dikorteks, 50% pasien dengan
astrositoma, 40% pada pasen meningioma, dan 25% pada glioblastoma.7

Gejala Spesifik Tumor Otak Yang Berhubungan Dengan Lokasi4:

1. Lobus frontal

 Menimbulkan gejala perubahan kepribadian


 Bila tumor menekan jaras motorik menimbulkan hemiparese
 kontra lateral, kejang fokal
 Bila menekan permukaan media dapat menyebabkan inkontinentia
 Bila tumor terletak pada basis frontal menimbulkan sindrom foster kennedy
 Pada lobus dominan menimbulkan gejala afasia
2. Lobus parietal
 Dapat menimbulkan gejala modalitas sensori kortikal hemianopsi homonym
 Bila terletak dekat area motorik dapat timbul kejang fokal dan pada girus angularis
menimbulkan gejala sindrom gerstmann’s
3. Lobus temporal
 Akan menimbulkan gejala hemianopsi, bangkitan psikomotor, yang didahului
dengan aura atau halusinasi

STATUS ILMU BEDAH | 15


 Bila letak tumor lebih dalam menimbulkan gejala afasia dan hemiparese
 Pada tumor yang terletak sekitar basal ganglia dapat diketemukan gejala
choreoathetosis, parkinsonism.
4. Lobus oksipital
 Menimbulkan bangkitan kejang yang dahului dengan gangguan penglihatan
 Gangguan penglihatan yang permulaan bersifat quadranopia berkembang menjadi
hemianopsia, objeckagnosia
5. Tumor di ventrikel ke III
Tumor biasanya bertangkai sehingga pada pergerakan kepala menimbulkan obstruksi
dari cairan serebrospinal dan terjadi peninggian tekanan intrakranial mendadak, pasien
tiba-tiba nyeri kepala, penglihatan kabur, dan penurunan kesadaran
6. Tumor di cerebello pontin angle
 Tersering berasal dari N VIII yaitu acustic neurinoma
 Dapat dibedakan dengan tumor jenis lain karena gejala awalnya berupa gangguan
fungsi pendengaran
 Gejala lain timbul bila tumor telah membesar dan keluar dari daerah pontin angel
7. Tumor Hipotalamus
 Menyebabkan gejala TTIK akibat oklusi dari foramen Monroe
 Gangguan fungsi hipotalamus menyebabkan gejala: gangguan perkembangan
seksuil pada anak-anak, amenorrhoe, dwarfism, gangguan cairan dan elektrolit.
8. Tumor di cerebelum
 Umumnya didapat gangguan berjalan dan gejala TTIK akan cepat terjadi disertai
dengan papil udem
 Nyeri kepala khas didaerah oksipital yang menjalar keleher dan spasme dari otot-
otot servikal
9. Tumor fosa posterior
 Diketemukan gangguan berjalan, nyeri kepala dan muntah disertai dengan
nystacmus, biasanya merupakan gejala awal dari medulloblastoma
 Gangguan ketajaman visus dan lapangan pandang akibat penekanan saraf opticus.4
E. Pemeriksaan Penunjang
Setelah diagnosa klinik ditentukan, harus dilakukan pemeriksaan yang spesifik untuk
memperkuat diagnosa dan mengetahui letak tumor.6

1. Elektroensefalografi (EEG)
STATUS ILMU BEDAH | 16
2. Foto polos kepala
Foto Rontgen untuk diagnostik sekurang – kurangnya diambila dalam dua arah,
antero-posterior dan lateral.pada peninggian tekanan intrakranial yang sudah lama,
gambaran impressiones digitale makin jelas sehingga gambaran kranium mempunyai
gambaran ”berawan”. Pada anak, dapat juga dijumpai pelebaran sutura6.

3. Arteriografi
Bersifat invasif, sehingga sekarang jarang dilakukan lagi.

4. Computerized Tomografi (CT Scan)


CT Scan adalah pemeriksaan yang menggunakan sinar-X dan dengan penggunaan
komputer yang akan menghasilkan gambar organ-organ tubuh manusia. CT Scan dapat
digunakan apabila MRI tidak tersedia. Namun, low-grade tumor pada posterior fossa
dapat terlewatkan oleh CT Scan.

5. Magnetic Resonance Imaging (MRI)


Diagnosis terbaik pada brain tumor adalah dengan penggunaan cranial MRI.
MRI harus menjadi pemeriksaan pertama pada pasien dengan tanda dan gejala kelainan
pada intracranial. MRI menggunakan magnetic field bertenaga untuk menentukan
nuclear magnetic spin dan resonansi yang tepat pada sebuah jaringan bervolume kecil.
Jaringan yang berbeda memiliki nuclear magnetic spin dan resonansi yang berbeda
pula7.

F. Penatalaksanaan8
Pengobatan pada tumor otak dapat berupa initial supportive dan definitive therapy.

1. Terapi Suportif
Terapi Suportif berfokus pada meringankan gejala dan meningkatkan fungsi
neuroligik pasien. Terapi suportif yang utama digunakan adalah anticonvulsants dan
corticosteroid.

a. Antikonvulsan
Antikonvulsan diberikan pada pasien yang menunjukan tanda-tanda seizure.
Phenytoin (300-400mg/d) adalah yang paling umum digunakan, tapi
carbamazepine (600-1000mg/h), Phenobarbital (90-150mg/h), dan valproic acid
(750-1500mg/h) juga dapat digunakan8.

STATUS ILMU BEDAH | 17


b. Kortikosteroid
Kortikosteroid mengurangi edema peritumoral dan mengurangi tekanan
intracranial. Efeknya mengurangi sakit kepala dengan cepat. Dexamethasone
adalah corticosteroid yang dipilih karena aktivitas mineralocorticoid yang minimal.
Dosisinya dapat diberikan mulai dari 16 mg/h, tetapi dosis ini dapat ditambahkan
maupun dikurangi untuk mencapai dosis yang dibutuhkan untuk mengontrol gejala
neurologik.

c. Manitol
Digunakan untuk mengurangi peningkatan tekanan intrakranial.

2. Terapi Defenitif
Terapi defenitif meliputi pembedahan, radiotherapy, kemoterapi dan yang sedang
dikembangkan yaitu immunotherapy.

 Pembedahan
Berbagai pilihan pembedahan telah tersedia, dan pendekatan pembedahan yang
dipilih harus berhati-hati untuk meminimalisir resiko deficit neurologic setelah
operasi2.
Tujuan pembedahan :
1. Menghasilkan diagnosis histologi yang akurat
2. Mengurangi tumor pokok
3. Memberikan jalan untuk CSF mengalir
4. Mencapai potensial penyembuhan.
 Terapi Radiasi
Terapi radiasi memainkan peran penting dalam pengobatan tumor otak pada
orang dewasa. Terapi radiasi adalah terapi nonpembedahan yang paling efektif
untuk pasien dengan malignant glioma dan juga sangat penting bagi pengobatan
pasien dengan low-grade glioma2,8.
 Kemoterapi
Kemoterapi hanya sedikit bermanfaat dalam pengobatan pasien dengan
malignant glioma. Kemoterapi tidak memperpanjang rata-rata pertahanan
semua pasien, tetapi sebuah subgroup tertentu nampaknya bertahan lebih lama
dengan penambahan kemoterapi dan radioterapi. Kemoterapi juga tidak

STATUS ILMU BEDAH | 18


berperan banyak dalam pengobatan pasien dengan low-grade astrocytoma.
Sebaliknya, kemoterapi disarankan untuk pengobatan pasien dengan
oligodendroglioma.2,8
 Imunoterapi
Imunoterapi merupakan pengobatan baru yang masih perlu diteliti lebih lanjut.
Dasar pemikiran bahwa sistem imun dapat menolak tumor, khususnya allograft,
telah didemonstrasikan lebih dari 50 tahun yang lalu. Hal itu hanya sebuah
contoh bagaimana sistem imun dapat mengendalikan pertumbuhan tumor.
Tumor umumnya menghasilkan level protein yang berbeda (dibandingkan
protein normal) disekitar jaringan, dan beberapa protein mengandung asam
amino substitusi atau deletions, atau mengubah phosphorylation atau
glycosylation. Beberapa perubahan protein oleh tumor sudah mencukupi bagi
sistem imun untuk mengenal protein yang dihasilkan tumor sebagai antigenik,
dan memunculkan imun respon untuk melawan protein-protein tersebut.3,8

G. Prognosa
Prognosis tergantung pada tipe tumor. Untuk glioblastoma multiforme yang cepat
membesar “rata-rata survival time” tanpa pengobatan adalah 12 minggu; dengan terapi
pembedahan yang optimal dan radiasi, 32 minggu. Beberapa astrositoma yang tumbuh
mungkin menyebabkan gejala-gejala minimal atau hanya serangan kejang-kejang selama
20 tahun atau lebih.3,8
Prognosa penderita tumor otak yang seluruh tumornya telah dilakukan pengangkatan
secara bersih dan luas akan mempengaruhi (recurrens rates) atau angka residif kembali.
Hasil penelitian dari ‘The Mayo Clinic Amerika’ menunjukkan bahwa; 25 persen dari
seluruh penderita tumor otak yang telah dilakukan reseksi total, 10 tahun kemudian
tumornya residif kembali, sedangkan pada penderita yang hanya dilakukan reseksi
subtotal, 61 persen yang residif kembali3,8. Sebagian besar (80 persen) tumor-
tumor Meningioma dapat di reseksi total dengan hasil baik. (Stafford et al, 1998). Oleh
karena itu tindakan bedah masih merupakan terapi yang terbaik. Tumor-tumor pada daerah
cerebral convexities (cembungan otak) dan pada kompartemen spinal sering dilakukan total
reseksi. Suatu hal yang sulit untuk dapat membuat pernyataan umum tentang recurrens
rates tanpa mempertimbangkan lokasi tumor dan pertumbuhannya.8

STATUS ILMU BEDAH | 19


DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim.http://www.patient.co.uk/showdoc/40000781/9 (diakses 11 Juli 2015).


2. Hakim, Adril Arsyad, Prof. dr. H. SP.S,SP.BS(K). Permasalahan Serta Penanggulangan
Tumor Otak Dan Sumsum Tulang
Belakang.www.hjmi.net/Pustaka/Ilmiah/CPA%20tumor-x1.htm (diakses 11 Juli 2015).
3. Gilroy J. Basic Neurology 3rd ed. New York: McGraw-Hill Caompanies, Inc. 2000.
4. Japardi, Iskandar, dr. Gambaran CT Scan pada Tumor Otak Benigna.
(www.library.usu.ac.id/download/fk/bedah-iskandar%20japardi11.pdf (diakses 11 Juli
2015)
5. Anonim.www.neuro-onkologi.com/articles/Klasifikasi%20tumor%20otak% (diakses 11
Juli 2015).
6. Mardjono M & Sidharta P. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat. 2000. Hal 35-37.
7. Harsono. Buku Ajar Neurologi Klinis Ed.1. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.1999. Hal 207-208.
8. Anonim.www.fkuii.org/tiki-download_wiki_attachment.php (diakses 11 Juli 2015).

STATUS ILMU BEDAH | 20

Anda mungkin juga menyukai