II. ANAMNESIS
Diambil dari allo-anamnesis Tanggal 26 Juni 2015
Keluhan utama:
Tidur terus sejak 2 hari SMRS.
Riwayat penyakit sekarang:
Os diantar oleh keluarganya k IGD RS Tarakan dengan keluhan tidur terus sejak 2 hari
SMRS. OS tidak dibawa segera ke RS karena keluarga tidak punya cukup uang. Sebelumnya
dikatakan bahwa, OS dapat beraktivitas seperti biasa, hanya saja tangan dan kaki sebelah kiri
tidak bisa digerakan. OS juga tidak pernah mengeluhkan adanya sakit kepala. Mual dan muntah
juga disangkal. Bicara pelo dan kejang juga disangkal.
Riwayat penyakit dahulu:
OS diketahui memiliki hipertensi tetapi tidak teratur minum obat. Riwayat DM, alergi dan
operasi sebelumnya juga disangkal.
Riwayat hidup
Riwayat kelahiran:
(+) Di rumah (-) Rumah Sakit (-) Rumah Bersalin
Ditolong oleh (-) Dokter (-)Bidan (+)Dukun (-) Lainnya
BERAT BADAN
Berat badan rata-rata(Kg):tidak diketahui
Berat tertinggi kapan(Kg):tidak diketahui
Berat badan sekarang(Kg): tidak diketahui
(Bila pasien tidak tahu dengan pasti)
Tetap(+) Turun(-) Naik(-)
III.STATUS GENERALIS
Keadaan umum: tampak sakit berat
Kesadaran: E2 V2 M5
Tanda-tanda vital: TD: 140/70mmHg N:129x/menit RR: 31x/menit S:39,70C
Kepala: normocephali
Mata: konjungtiva tidak ikterik, sklera tidak anemis, RC langsung +/+, tidak langsung +/+
Telinga: normotia,sekret -/-
Hidung: normosepta, deviasi septum(-), sekret(-)
1. N I: N. Olfaktorius
Tidak dilakukan
2. N. II: N. Opticus
Tidak dilakukan
3. N. III, IV, VI: N. Occulomotorius, Trochlearis, Abducens
Tidak dilakukan
4. N. V: N. Trigeminus
Tidak dilakukan
5. N. VII: N. Facialis
Tidak dilakukan
6. N. VIII: N. Vestibulocochlearis
Tidak dilakukan
7. N. IX, X: N. Glossopharyngeus, Vagus
Tidak dilakukan
8. N. XI: N. Accesorius
Kesan : Tampak gambaran lesi hiperdens pada ekstradural dan lesi litik pada skull.
X.PROGNOSIS
Ad vitam: dubia
Ad fungsionam: dubia
Ad sanationam: dubia
A. Pendahuluan
Space Occupying Lesions (SOL) biasanya merupakan proses malignansi, tetapi juga
bisa disebabkan oleh adanya proses abses atau perdarahan.1 Otak dan Medula Spinalis
ditutupi oleh tulang sehingga ketika ada penekanan oleh SOL menyebabkan kompresi dan
distorsi dari jaringan CNS. Pembesaran secara lambat dari SOL dapat terjadi karena adanya
atrofi dari jaringan otak ataupun spinal. Pembesaran yang semakin cepat menyebabkan
peningkatan tekanan pada kompartemen dan terjadi herniasi dari jaringan lunak CNS
kedalam kompartemen dimana tekanannya lebih rendah. Proses dari penekanan dari SOL
inilah yang memiliki kemungkinan bahaya lebih lanjut.2 Tumor otak adalah suatu lesi
ekspansif yang bersifat jinak (benigna) ataupun ganas (maligna), membentuk massa dalam
ruang tengkorak kepala (intra cranial) atau di sumsum tulang belakang (medulla spinalis).3
B. Definisi
Tumor otak bisa mengenai segala.usia, tapi umumnya pada usia dewasa muda atau
pertengahan, jarang di bawah usia 10 tahun atau di atas 70 tahun. Sebagian ahli menyatakan
insidens pada laki-laki lebih banyak dibanding wanita, tapi sebagian lagi menyatakan tak
ada perbedaan insidens antara pria dan wanita.3
C. Klasifikasi
Neoplasma pada jaringan otak dan selaputnya dapat berupa tumor primer maupun
metastase. Apabila sel-sel tumor berasal dari jaringan otak itu sendiri, disebut tumor otak
primer dan bila berasal dari organ-organ lain (metastase) seperti ; kanker paru, payudara,
prostate, ginjal dan lain-lain, disebut tumor otak sekunder. 3 Tumor Medulla spinalis adalah
tumor di daerah spinal yang dapat terjadi pada daerah cervical I hingga sacral, yang dapat
dibedakan atas:3
1. Tumor primer
Terdiri dari tumor jinak dan tumor ganas.
2. Tumor sekunder
Merupakan anak sebar (metastase) dari tumor ganas di daerah rongga dada, perut,
pelvis dan tumor payudara.3
Mengioma Glioma
Craniopharyngima Ependymoma
Hemangioblastoma Oligodendroglioma
Meningeal Carcinomatosis
Astrocytoma
Metastatic Tumor
Epidermoids
C. Patofisiologi
Tumor disebabkan oleh mutasi DNA di dalam sel. Akumulasi dari mutasi-mutasi
tersebut menyebabkan munculnya tumor. Sebenarnya sel memiliki mekanisme perbaikan
D. Manifestasi klinis
Gejala umum akan dijumpai gangguan fungsi akibat adanya pembengkakan otak dan
peninggian tekanan dalam tengkorak kepala seperti:
1. Nyeri kepala
Biasanya terlokalisir, tapi bisa juga menyeluruh. Biasanya muncul pada pagi hari
setelah bangun tidur dan berlangsung beberapa waktu, datang pergi (rekuren)
dengan interval tak teratur beberapa menit sampai beberapa jam. Mula-mula rasa sakit
bisa diatasi dengan analgetik biasa tetapi lama kelamaan obat tidak berkhasiat
lagi.3 Walaupun hampir seluruh penderita tumor otak mengalami keluhan sakit kepala,
tetapi pada gejala awal tidak terdeteksi, disebabkan oleh banyaknya prevalensi sakit
kepala yang bukan saja hanya pada penderita tumor otak, hingga keluhan sakit kepala
tidak termasuk sebagai gejala klinis jika tidak dijumpai secara bersamaan dengan
tanda atau gejala-gejala lain yang mengarah pada tumor otak. Serangan semakin lama
semakin sering dengan interval semakin pendek.6 Nyeri kepala ini bertambah hebat
pada waktu penderita batuk, bersin atau mengejan (misalnya waktu buang air besar atau
koitus). Nyeri kepaia juga bertambah berat waktu posisi berbaring, dan berkurang bila
duduk. Penyebab nyeri kepala ini diduga akibat tarikan (traksi) pada pain sensitive
structure seperti dura, pembuluh darah atau serabut saraf. Nyeri kepala merupakan
gejala permulaan dari tumor otak yang berlokasi di daerah lobus oksipitalis.7
2. Muntah proyektil
Muntah biasanya tanpa didahului oleh rasa mual yang diakibatkan peninggian tekanan
intra kranial. Terdapat pada 30% kasus dan umumnya menyertai nyeri kepala. Lebih
sering dijumpai pada tumor di fossa posterior.7
3. Gejala Tekanan Tinggi Intrakranial
Berupa keluhan nyeri kepala di daerah frontal dan oksipital yang timbul pada pagi hari
dan malam hari, muntah proyektil dan penurunan kesadaran. Pada pemeriksaan
diketemukan papil udem. Keadaan ini perlu tindakan segera karena setiap saat dapat
1. Lobus frontal
1. Elektroensefalografi (EEG)
STATUS ILMU BEDAH | 16
2. Foto polos kepala
Foto Rontgen untuk diagnostik sekurang – kurangnya diambila dalam dua arah,
antero-posterior dan lateral.pada peninggian tekanan intrakranial yang sudah lama,
gambaran impressiones digitale makin jelas sehingga gambaran kranium mempunyai
gambaran ”berawan”. Pada anak, dapat juga dijumpai pelebaran sutura6.
3. Arteriografi
Bersifat invasif, sehingga sekarang jarang dilakukan lagi.
F. Penatalaksanaan8
Pengobatan pada tumor otak dapat berupa initial supportive dan definitive therapy.
1. Terapi Suportif
Terapi Suportif berfokus pada meringankan gejala dan meningkatkan fungsi
neuroligik pasien. Terapi suportif yang utama digunakan adalah anticonvulsants dan
corticosteroid.
a. Antikonvulsan
Antikonvulsan diberikan pada pasien yang menunjukan tanda-tanda seizure.
Phenytoin (300-400mg/d) adalah yang paling umum digunakan, tapi
carbamazepine (600-1000mg/h), Phenobarbital (90-150mg/h), dan valproic acid
(750-1500mg/h) juga dapat digunakan8.
c. Manitol
Digunakan untuk mengurangi peningkatan tekanan intrakranial.
2. Terapi Defenitif
Terapi defenitif meliputi pembedahan, radiotherapy, kemoterapi dan yang sedang
dikembangkan yaitu immunotherapy.
Pembedahan
Berbagai pilihan pembedahan telah tersedia, dan pendekatan pembedahan yang
dipilih harus berhati-hati untuk meminimalisir resiko deficit neurologic setelah
operasi2.
Tujuan pembedahan :
1. Menghasilkan diagnosis histologi yang akurat
2. Mengurangi tumor pokok
3. Memberikan jalan untuk CSF mengalir
4. Mencapai potensial penyembuhan.
Terapi Radiasi
Terapi radiasi memainkan peran penting dalam pengobatan tumor otak pada
orang dewasa. Terapi radiasi adalah terapi nonpembedahan yang paling efektif
untuk pasien dengan malignant glioma dan juga sangat penting bagi pengobatan
pasien dengan low-grade glioma2,8.
Kemoterapi
Kemoterapi hanya sedikit bermanfaat dalam pengobatan pasien dengan
malignant glioma. Kemoterapi tidak memperpanjang rata-rata pertahanan
semua pasien, tetapi sebuah subgroup tertentu nampaknya bertahan lebih lama
dengan penambahan kemoterapi dan radioterapi. Kemoterapi juga tidak
G. Prognosa
Prognosis tergantung pada tipe tumor. Untuk glioblastoma multiforme yang cepat
membesar “rata-rata survival time” tanpa pengobatan adalah 12 minggu; dengan terapi
pembedahan yang optimal dan radiasi, 32 minggu. Beberapa astrositoma yang tumbuh
mungkin menyebabkan gejala-gejala minimal atau hanya serangan kejang-kejang selama
20 tahun atau lebih.3,8
Prognosa penderita tumor otak yang seluruh tumornya telah dilakukan pengangkatan
secara bersih dan luas akan mempengaruhi (recurrens rates) atau angka residif kembali.
Hasil penelitian dari ‘The Mayo Clinic Amerika’ menunjukkan bahwa; 25 persen dari
seluruh penderita tumor otak yang telah dilakukan reseksi total, 10 tahun kemudian
tumornya residif kembali, sedangkan pada penderita yang hanya dilakukan reseksi
subtotal, 61 persen yang residif kembali3,8. Sebagian besar (80 persen) tumor-
tumor Meningioma dapat di reseksi total dengan hasil baik. (Stafford et al, 1998). Oleh
karena itu tindakan bedah masih merupakan terapi yang terbaik. Tumor-tumor pada daerah
cerebral convexities (cembungan otak) dan pada kompartemen spinal sering dilakukan total
reseksi. Suatu hal yang sulit untuk dapat membuat pernyataan umum tentang recurrens
rates tanpa mempertimbangkan lokasi tumor dan pertumbuhannya.8