Anda di halaman 1dari 32

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA

(UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA)


Jl. Arjuna Utara No.6 Kebun Jeruk – Jakarta Barat

KEPANITERAAN KLINIK
STATUS ILMU BEDAH
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
SMF BEDAH
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOJA

Nama Mahasiswa : Clement Tirta Tanda Tangan :


NIM : 11-2014-077
Dokter Pembimbing : dr. Nurul Akbar, Sp.U

I. IDENTITAS PASIEN
Nama lengkap : Bpk. SAA Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 41 tahun Suku bangsa : Jawa
Status perkawinan : Menikah Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta Pendidikan :-
Alamat : Warakas

II. ANAMNESIS
Diambil dari: Autoanamnesa, tanggal : 01-11-2015 , Jam : 07.30 WIB

Keluhan Utama: Os merasa sakit pada pinggang kanan sejak 1 minggu SMRS.

Riwayat Penyakit Sekarang:


Sejak 1 tahun yang lalu, OS mulai merasakan nyeri pada pinggang kanan. Nyeri yang dirasakan
hilang timbul sehingga tidak dapat diprediksi kapan terjadi. Nyeri pada pinggang kanan menjalar
ke kemaluan sebelah terutama pada bagian kanan. Selain nyeri yang hilang timbul, os juga
merasakan gangguan saat berkemih yaitu seperti rasa tidak nyaman ketika berkemih tetapi tidak
dirasakan nyeri.

1
Sejak 1 minggu SMRS, OS merasakan nyeri yang sangat hebat pada pinggang kanan sehingga
tidak dapat merasakan aktifitas. Nyeri yang tadinya jarang-jarang, menjadi hilang timbul dengan
jedah waktu semakin dekat yaitu dalam sehari bisa terjadi 2-3 kali serangan. Selain nyeri pada
pinggang kanan, OS juga merasakan mual tetapi tidak disertai dengan muntah. Gangguan saat
berkemih juga semakin parah yaitu menjadi berwarna merah dan frekuensi berkemih menjadi
sangat berkurang. Dalam 1 hari pernah tidak berkemih sama sekali.

Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien tidak pernah mengalami hal yang sama sebelumnya. Riwayat Hipertensi (+), Diabetes (-),
Penyakit Lainnya (-).

Riwayat Hidup
Riwayat kelahiran:
( ) Di Rumah (+) Rumah Sakit ( ) Rumah Bersalin
Ditolong oleh ( ) Dokter (+) Bidan ( ) Dukun ( ) Lainnya

Kehidupan Berkeluarga dan Perkawinan:


Adanya kesulitan: -
Pekerjaan : Wiraswasta
Keuangan : -
Keluarga : -

Riwayat Makanan
Frekuensi/hari : normal
Variasi/hari : nasi, sayur, laukpauk, buah
Jumlah/hari :3x
Nafsu makan : baik

Riwayat Imunisasi
Pasien tidak mengetahui tentang riwayat imunisasinya

2
Penyakit Dahulu (Tahun)
( - ) Wasir/Hemorrhoid ( - ) Appendisitis ( - ) Hepatitis
( - ) Batu Ginjal / Saluran Kemih ( - ) Tumor ( - ) Fistel
( + ) Batu ginjal/saluran kemih ( - ) Penyakit Prostat ( - ) Struma tiroid
( - ) Hernia ( - ) Diare Kronis ( - ) Penyakit jantung
bawaan
( - ) Typhoid ( - ) DM ( - ) Perdarahan otak
( - ) Batu empedu ( - ) Kelainan kongenital ( + ) Gastritis
( - ) Tifus abdominalis ( - ) Colitis ( - ) Hipertensi
( - ) Ulkus ventrikuli ( - ) Tetanus (-) Penyakit pembuluh
darah
( - ) ISK ( - ) Volvulus ( - ) Abses hati
( - ) Patah tulang
( - ) Luka bakar

Lain-lain : ( - ) Operasi
( - ) Kecelakaan
Riwayat Keluarga

Hubungan Umur Jenis Keadaan Kesehatan Penyebab Meninggal


(tahun) Kelamin
Kakek - - - -
Nenek - - - -
Ayah - - - -
Ibu - - - -
Saudara - - - -
Anak-anak - - - -

3
Adakah Keluarga /Kerabat Yang Menderita:

Penyakit Ya Tidak Hubungan


Alergi - - -
Asma - - -
Tuberkulosis - - -
Arthritis - - --
Rematisme - - -
Hipertensi - - -
Jantung - - -
Ginjal - - -
Lambung - - -

ANAMNESIS SISTEM
Kulit
( - ) Bisul ( - ) Rambut ( - ) Keringat malam
( - ) Kuku ( - ) Kuning / Ikterus ( - ) Sianosis

Kepala
( - ) Trauma ( - ) Sakit kepala
( - ) Sinkop ( - ) Nyeri pada sinus

Mata
( - ) Nyeri ( - ) Radang
( - ) Sekret ( - ) Gangguan penglihatan
( - ) Kuning / Ikterus ( - ) Ketajaman penglihatan

4
Telinga
( - ) Nyeri ( - ) Gangguan pendengaran
( - ) Sekret ( - ) Kehilangan pendengaran
( - ) Tinitus

Hidung
( - ) Rhinnorhea ( - ) Gejala penyumbatan
( - ) Nyeri ( - ) Gangguan penciuman
( - ) Sekret ( - ) Epistaksis
( - ) Trauma ( - ) Benda asing (foreign body)

Mulut
( - ) Bibir ( - ) Lidah
( - ) Gusi ( - ) Mukosa

Tenggorokan
( - ) Nyeri tenggorokan ( - ) Perubahan suara

Leher
( - ) Benjolan ( - ) Nyeri leher

Dada (Jantung / Paru)


( - ) Sesak napas ( - ) Mengi
( - ) Batuk ( - ) Batuk darah
( - ) Nyeri dada ( - ) Berdebar-debar

5
Abdomen (Lambung / Usus)
( + ) Mual (- ) Muntah
( - ) Diare ( - ) Konstipasi
( - ) Nyeri epigastrium ( + ) Nyeri kolik
( - ) Tinja berdarah ( - ) Tinja berwarna dempul
( - ) Benjolan

Saluran Kemih / Alat kelamin


( + ) Disuria
( - ) Hesistancy
( - ) Kencing batu
( + ) Hematuria
( - ) Nokturia
( - ) Urgency
( + ) Kolik
( - ) Retensio urin

Katanemia
( - ) Leukorea ( - ) Perdarahan ( - ) Lain-lain

Haid (tidak di tanyakan)


Kapan haid terakhir?
( - ) Jumlah dan lamanya
( - ) Teratur/tidak
( - ) Nyeri
( - ) Gangguan haid
( - ) Gejala klimakterium
( - ) Pasca menopouse

Saraf dan Otot


( - ) Riwayat trauma ( - ) Nyeri ( - ) Bengkak

6
Ekstremitas
( - ) Bengkak ( - ) Deformitas
( - ) Nyeri ( - ) Sianosis

BERAT BADAN
Berat badan rata-rata (Kg) : 75 Kg
Berat tertinggi (Kg) : -
Berat badan sekarang (Kg) : 75 Kg
Tetap (+ )
Turun (- )
Naik (- )

III. STATUS GENERALIS


Keadaan umum : tampak sakit ringan
Kesadaran : compos mentis
Tanda-tanda vital : TD : 180/120 N : 70x/mnt RR : 18x/mnt S : 36,8oC
Kepala : Normocephali, rambut hitam, distribusi merata
Mata : Konjungtiva anemis -/-, sclera ikterik -/-,
Telinga : Normotia, sekret -/-, abses -/-
Hidung : Deviasi septum(-), Normosepta, sekret (-), perdarahan (-)
Tenggorokan : Hiperemis (-), Tonsil T1-T1
Leher : KGB leher dan kelenjar tiroid tidak teraba membesar, trakea
ditengah
Thorax : Kedua hemithorax simetris dalam keadaan status dan dinamis
Paru-paru :
Inspeksi : Kedua hemithorax simetris dalam keadaan statis dan dinamis,
luka (-), benjolan (-), hematoma (-), retraksi sela iga (-)
Palpasi : Nyeri tekan di daerah linea parasternal sinistra ICS 2-3,
vocal fremitus paru kiri dan kanan simetris, benjolan (-)
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Suara nafas vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-

7
Jantung :
Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba pada intercostal 5 linea midclavicular sinistra,
diameter 2 cm.
Perkusi : Bunyi redup
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen :
Inspeksi : warna kulit sawo matang, lesi (-), benjolan (-), simetris
Palpasi : nyeri tekan (+) di regio lumbal kanan, suprapubik, dan hipogastrik
kanan,benjolan (-).
Perkusi : bunyi timpani di seluruh abdomen
Auskultasi : bising usus (+)
Hati : tidak ada pembesaran hati
Limpa : tidak ada pembesaran limpa
Ginjal : Nyeri ketok CVA +/-, Balotement -/-, Bimanual -/-

Urogenitalis
Nyeri Ketok CVA +/-, Massa -/-
Regio Supra Symphisis : Nyeri tekan (-)
Regio Genitalis : tampak terpasang DC no.20 dengan hasil urine jernih.
Regio Abdomen : nyeri tekan (+) di regio lumbal kanan, suprapubik, dan hipogastrik
kanan
Ekstremitas atas:
Kanan Kiri
Tonus : normal normal
Massa : tidak ada tidak ada
Sendi : normal normal
Gerakan : terbatas normal
Kekuatan : normal normal
Edema : tidak ada tidak ada
Lain-lain : lengan kanan tampak dibidai

8
Ekstremitas bawah:
Kanan Kiri
Tonus : normal normal
Massa : tidak ada tidak ada
Sendi : normal normal
Gerakan : normal normal
Kekuatan : normal normal
Edema : tidak ada tidak ada

Refleks
Kanan Kiri
Refleks tendon Baik Baik
Bisep Baik Baik
Trisep Baik Baik
Patella Baik Baik
Archiles Baik Baik
Kremaster - -
Refleks patologis - -

IV. STATUS LOKALIS


Regio Abdomen
Inspeksi : tampak membuncit, warna kulit sawo matang, tidak tampak benjolan.
Palpasi : nyeri tekan (+) di regio lumbal kanan, suprapubik, dan hipogastrik kanan, benjolan
(-), Hati (-), Limpa (-).
Perkusi : Timpani pada seluruh lapang abdomen
Auskultasi : Bising Usus (+), 8x/menit.

9
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah rutin , 28 – 10 – 2015

Hemoglobin 15,1 g/dL 12.5 – 16.0 g/dL


Leukosit 11.530 /uL 4.000 – 10.500 /uL
Hematokrit 42,5 % 37.0 – 47.0 %
Trombosit 265.000 /uL 182.000 – 269.000 /uL

Urine Lengkap , 29 – 10 - 2015


Makroskopis
Warna Kuning Kuning pucat
Kekeruhan Agak keruh Jenrih
Berat jenis 1.005 1.002 – 1.035
pH 6.0 4.6 – 8.0
Protein Negatif Negatif
Glukosa Negatif Negatif
Bilirubin Negatif Negatif
Keton Negatif Negatif
Darah samar 2+ Negatif
Lekosit esterase Negatif Negatif
Nitrit Negatif Negatif
urobilinigen 0.2 0.1 – 1.0
Mikroskopis
Leukosit 6-8 / LPB < 10
Eritrosit 8-10 /LPB <3
Silinder Negatif Negatif
Sel epitel 1+ Negatif
Kristal Calcium oksalat 1+ Negatif
Bakteria Negatif Negatif
Jamur Negatif Negatif

10
Kimia Klinik , 29 – 10 – 2015
Ureum 64.0 g/dL 16.6 – 48.5
Kreatinin 5.09 g/dL 0.51 – 0.95

Kimia Klinik , 30 – 10 – 2015


Ureum 42.6 g/dL 16.6 – 48.5
Kreatinin 2.39 g/dL 0.51 – 0.95

Foto Polos Abdomen 29 – 10 – 2015

11
VI. RESUME
Anamnesis:
Pada tanggal 28 Oktober 2015, OS datang ke UGD RSUD Koja karena mengeluh nyeri pada
pinggang kanan yang menjalar ke kemaluan. OS sudah merasakan nyeri sejak 1 tahun yang lalu,
tetapi seminggu terakhir dirasakan semakin sering nyeri timbul. OS juga merasaan nyeri ketika
berkemih dan urine menjadi berwarna merah yang semula kuning. OS merasakan mual tetapi
tidak sampai muntah.

Pemeriksaan fisik :
Regio Abdomen
Inspeksi : tampak membuncit, warna kulit sawo matang, tidak tampak benjolan.
Palpasi : nyeri tekan (+) di regio lumbal kanan, suprapubik, dan hipogastrik kanan, benjolan (-),
Hati (-), Limpa (-).
Perkusi : Timpani pada seluruh lapang abdomen
Auskultasi : Bising Usus (+), 8x/menit.

VII. DIAGNOSA KERJA


 Batu Ureter Distal
 Acute Kidney Injury
 Hipertensi Grade 2

VIII. PENATALAKSANAN
 Medikamentosa
o IVFD Ringer Laktat 20 tpm
o Parasetamol 3 x 500 mg
o Tramadol tablet 3 x 50 mg (Bila nyeri tidak tertahankan)
o Ampicilin Sulbactam 3 x 1,5 gram (5 hari)
 Non-Medikamentosa
o Mengkonsumsi cairan (air putih ) yang banyak dengan target urine 2 L / hari
o Diet rendah protein dan garam
o Mengatur diet untuk mendapatkan berat badan ideal

12
IX. PROGNOSIS
 Vitam : dubia ad bonam
 Fungsionam : dubia ad bonam
 Sanationam : dubia ad bonam

X. FOLLOW UP
2 November 2015, 07.00
S OS tidak ada keluhan. Os tidak merasakan nyeri pada pinggang kanan dan dapat
beraktifitas seperti biasa. Mual dan muntah juga sudah tidak dirasakan. Urin sudah
tidak merah dan tidak nyeri ketika berkemih.
O Keadaan umum : tampak sakit ringan
Kesadaran : compos mentis
Tekanan darah : 140/90 mmHg, Nadi : 84x/menit, Frekuensi Napas : 24x/menit, Suhu
: 37.0 oC
Pemeriksaan fisik :
Jantung : Murmur (-), Gallop (-)
Pulmo : Rhonki (-), Wheezing (-)
Abdomen : Nyeri Tekan Regio Lumbal (-/-), Ketok CVA (-/-) Bising Usus (+).
A Batu Ureter Distal, hipertensi grade 2, dan acute kidney injury
P  IVFD Ringer Laktat 20 tpm
 Parasetamol 3 x 500 mg
 Tramadol tablet 3 x 50 mg (Bila nyeri tidak tertahankan)
 Ampicilin Sulbactam 3 x 1,5 gram

13
3 November 2015, 07.00
S OS tidak ada keluhan. Os tidak merasakan nyeri pada pinggang kanan dan dapat
beraktifitas seperti biasa. Mual dan muntah juga sudah tidak dirasakan. Urin sudah
tidak merah dan tidak nyeri ketika berkemih.
O Keadaan umum : tampak sakit ringan
Kesadaran : compos mentis
Tekanan darah : 140/90 mmHg, Nadi : 84x/menit, Frekuensi Napas : 24x/menit, Suhu
: 37.0 oC
Pemeriksaan fisik :
Jantung : Murmur (-), Gallop (-)
Pulmo : Rhonki (-), Wheezing (-)
Abdomen : Nyeri Tekan Regio Lumbal (-/-), Ketok CVA (-/-) Bising Usus (+).
A Batu Ureter Distal, hipertensi grade 2, dan acute kidney injury
P  IVFD Ringer Laktat 20 tpm
 Parasetamol 3 x 500 mg
 Tramadol tablet 3 x 50 mg (Bila nyeri tidak tertahankan)
 Ampicilin Sulbactam 3 x 1,5 gram
 Pulang untuk menunggu ureum dan kreatinin kembali normal

14
Tinjauan Pustaka

Anatomi

 Ginjal
Ginjal merupakan organ yang berbentuk seperti kacang, terdapat sepasang
(masing-masing satu di sebelah kanan dan kiri vertebra) dan posisinya retroperitoneal.
Ginjal kanan terletak sedikit lebih rendah (kurang lebih 1 cm) dibanding ginjal kiri, hal
ini disebabkan adanya hati yang mendesak ginjal sebelah kanan. Kutub atas ginjal kiri
adalah tepi atas iga 11 (vertebra T12), sedangkan kutub atas ginjal kanan adalah tepi
bawah iga 11 atau iga 12. Adapun kutub bawah ginjal kiri adalah processus transversus
vertebra L2 (kira-kira 5 cm dari krista iliaka) sedangkan kutub bawah ginjal kanan adalah
pertengahan vertebra L3. Dari batas-batas tersebut dapat terlihat bahwa ginjal kanan
posisinya lebih rendah dibandingkan ginjal kiri.
Secara umum, ginjal terdiri dari beberapa bagian:
 Korteks, yaitu bagian ginjal di mana di dalamnya terdapat/terdiri dari korpus
renalis/Malpighi (glomerulus dan kapsul Bowman), tubulus kontortus proksimal dan
tubulus kontortus distalis.
 Medula, yang terdiri dari 9-14 pyiramid. Di dalamnya terdiri dari tubulus rektus,
lengkung Henle dan tubukus pengumpul (ductus colligent).
 Columna renalis, yaitu bagian korteks di antara pyramid ginjal
 Processus renalis, yaitu bagian pyramid/medula yang menonjol ke arah korteks
 Hilus renalis, yaitu suatu bagian/area di mana pembuluh darah, serabut saraf atau
duktus memasuki/meninggalkan ginjal.
 Papilla renalis, yaitu bagian yang menghubungkan antara duktus pengumpul dan calix
minor.
 Calix minor, yaitu percabangan dari calix major.
 Calix major, yaitu percabangan dari pelvis renalis.
 Pelvis renalis, disebut juga piala ginjal, yaitu bagian yang menghubungkan antara
calix major dan ureter.
 Ureter, yaitu saluran yang membawa urine menuju vesica urinaria.1,2

15
Unit fungsional ginjal disebut nefron. Nefron terdiri dari korpus renalis/ Malpighi
(yaitu glomerulus dan kapsul Bowman), tubulus kontortus proksimal, lengkung Henle,
tubulus kontortus distal yang bermuara pada tubulus pengumpul. Di sekeliling tubulus
ginjal tersebut terdapat pembuluh kapiler,yaitu arteriol (yang membawa darah dari dan
menuju glomerulus) serta kapiler peritubulus (yang memperdarahi jaringan ginjal)
Berdasarkan letakya nefron dapat dibagi menjadi: (1) nefron kortikal, yaitu nefron di
mana korpus renalisnya terletak di korteks yang relatif jauh dari medula serta hanya
sedikit saja bagian lengkung Henle yang terbenam pada medula, dan (2) nefron juxta
medula, yaitu nefron di mana korpus renalisnya terletak di tepi medula, memiliki
lengkung Henle yang terbenam jauh ke dalam medula dan pembuluh-pembuluh darah
panjang dan lurus yang disebut sebagai vasa rekta.
Ginjal diperdarahi oleh a/v renalis. A. renalis merupakan percabangan dari aorta
abdominal, sedangkan v.renalis akan bermuara pada vena cava inferior. Setelah
memasuki ginjal melalui hilus, a.renalis akan bercabang menjadi arteri sublobaris yang
akan memperdarahi segmen-segmen tertentu pada ginjal, yaitu segmen superior, anterior-
superior, anterior-inferior, inferior serta posterior. Ginjal memiliki persarafan simpatis
dan parasimpatis. Untuk persarafan simpatis ginjal melalui segmen T10-L1 atau L2,
melalui n.splanchnicus major, n.splanchnicus imus dan n.lumbalis. Saraf ini berperan
untuk vasomotorik dan aferen viseral. Sedangkan persarafan simpatis melalui n.vagus.

16
 Ureter
Ureter merupakan saluran sepanjang 25-30 cm yang membawa hasil penyaringan
ginjal (filtrasi, reabsorpsi, sekresi) dari pelvis renalis menuju vesica urinaria. Terdapat
sepasang ureter yang terletak retroperitoneal, masing-masing satu untuk setiap ginjal.
Ureter setelah keluar dari ginjal (melalui pelvis) akan turun di depan m.psoas
major, lalu menyilangi pintu atas panggul dengan a.iliaca communis. Ureter berjalan
secara postero-inferior di dinding lateral pelvis, lalu melengkung secara ventro-medial
untuk mencapai vesica urinaria. Adanya katup uretero-vesical mencegah aliran balik
urine setelah memasuki kandung kemih. Terdapat beberapa tempat di mana ureter
mengalami penyempitan yaitu peralihan pelvis renalis-ureter, fleksura marginalis serta
muara ureter ke dalam vesica urinaria. Tempat-tempat seperti ini sering terbentuk
batu/kalkulus.
Ureter diperdarahi oleh cabang dari a.renalis, aorta abdominalis, a.iliaca
communis, a.testicularis/ovarica serta a.vesicalis inferior. Sedangkan persarafan ureter
melalui segmen T10-L1 atau L2 melalui pleksus renalis, pleksus aorticus, serta pleksus
hipogastricus superior dan inferior.1,2

 Vesica Urinaria
Vesica urinaria, sering juga disebut kandung kemih atau buli-buli, merupakan
tempat untuk menampung urine yang berasal dari ginjal melalui ureter, untuk selanjutnya
diteruskan ke uretra dan lingkungan eksternal tubuh melalui mekanisme relaksasi
sphincter. Vesica urinaria terletak di lantai pelvis (pelvic floor), bersama-sama dengan
organ lain seperti rektum, organ reproduksi, bagian usus halus, serta pembuluh-pembuluh
darah, limfatik dan saraf.
Dalam keadaan kosong vesica urinaria berbentuk tetrahedral yang terdiri atas tiga
bagian yaitu apex, fundus/basis dan collum. Serta mempunyai tiga permukaan (superior
dan inferolateral dextra dan sinistra) serta empat tepi (anterior, posterior, dan lateral
dextra dan sinistra). Dinding vesica urinaria terdiri dari otot m.detrusor (otot spiral,
longitudinal, sirkular). Terdapat trigonum vesicae pada bagian posteroinferior dan collum
vesicae. Trigonum vesicae merupakan suatu bagian berbentuk mirip-segitiga yang terdiri

17
dari orifisium kedua ureter dan collum vesicae, bagian ini berwarna lebih pucat dan tidak
memiliki rugae walaupun dalam keadaan kosong.
Vesicae urinaria diperdarahi oleh a.vesicalis superior dan inferior. Namun pada
perempuan, a.vesicalis inferior digantikan oleh a.vaginalis.
Sedangkan persarafan pada vesica urinaria terdiri atas persarafan simpatis dan
parasimpatis. Persarafan simpatis melalui n.splanchnicus minor, n.splanchnicus imus, dan
n.splanchnicus lumbalis L1-L2. Adapun persarafan parasimpatis melalui n.splanchnicus
pelvicus S2-S4, yang berperan sebagai sensorik dan motorik.1,2

 Uretra
Uretra merupakan saluran yang membawa urine keluar dari vesica urinaria
menuju lingkungan luar. Terdapat beberapa perbedaan uretra pada pria dan wanita.
Uretra pada pria memiliki panjang sekitar 20 cm dan juga berfungsi sebagai organ
seksual (berhubungan dengan kelenjar prostat), sedangkan uretra pada wanita panjangnya
sekitar 3.5 cm. selain itu, Pria memiliki dua otot sphincter yaitu m.sphincter interna (otot
polos terusan dari m.detrusor dan bersifat involunter) dan m.sphincter externa (di uretra
pars membranosa, bersifat volunter), sedangkan pada wanita hanya memiliki m.sphincter
externa (distal inferior dari kandung kemih dan bersifat volunter).
Pada pria, uretra dapat dibagi atas pars pre-prostatika, pars prostatika, pars
membranosa dan pars spongiosa.
 Pars pre-prostatika (1-1.5 cm), merupakan bagian dari collum vesicae dan aspek
superior kelenjar prostat. Pars pre-prostatika dikelilingi otot m. sphincter urethrae

18
internal yang berlanjut dengan kapsul kelenjar prostat. Bagian ini disuplai oleh
persarafan simpatis.
 Pars prostatika (3-4 cm), merupakan bagian yang melewati/menembus kelenjar
prostat. Bagian ini dapat lebih dapat berdilatasi/melebar dibanding bagian lainnya.
 Pars membranosa (12-19 mm), merupakan bagian yang terpendek dan tersempit.
Bagian ini menghubungkan dari prostat menuju bulbus penis melintasi diafragma
urogenital. Diliputi otot polos dan di luarnya oleh m.sphincter urethrae eksternal
yang berada di bawah kendali volunter (somatis).
 Pars spongiosa (15 cm), merupakan bagian uretra paling panjang, membentang
dari pars membranosa sampai orifisium di ujung kelenjar penis. Bagian ini
dilapisi oleh korpus spongiosum di bagian luarnya.

Sedangkan uretra pada wanita berukuran lebih pendek (3.5 cm) dibanding uretra pada
pria. Setelah melewati diafragma urogenital, uretra akan bermuara pada orifisiumnya di
antara klitoris dan vagina (vagina opening). Terdapat m. spchinter urethrae yang bersifat
volunter di bawah kendali somatis, namun tidak seperti uretra pria, uretra pada wanita
tidak memiliki fungsi reproduktif.1,2

19
Fisiologi

Fungsi ginjal adalah memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksin atau racun,
mempertahankan suasana keseimbangan cairan, mempertahankan keseimbangan kadar asam dan
basa dari cairan tubuh, dan mengeluarkan sisa-sisa metabolisme akhir dari protein ureum,
kreatinin dan amoniak. Tahap pembentukan urin adalah :

 Proses Filtrasi

Di glomerulus terjadi penyerapan darah, yang tersaring adalah bagian cairan darah
kecuali protein. Cairan yang tersaring ditampung oleh simpai bowmen yang terdiri dari
glukosa, air, sodium, klorida, sulfat, bikarbonat dll, diteruskan ke tubulus ginjal. cairan
yang di saring disebut filtrate gromerulus.

 Proses Reabsorbsi

Pada proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glikosa, sodium, klorida,
fospat dan beberapa ion bikarbonat. Prosesnya terjadi secara pasif (obligator reabsorbsi)
di tubulus proximal. sedangkan pada tubulus distal terjadi kembali penyerapan sodium
dan ion bikarbonat bila diperlukan tubuh. Penyerapan terjadi secara aktif (reabsorbsi
fakultatif) dan sisanya dialirkan pada papilla renalis.

20
 Proses sekresi.
 Sisa dari penyerapan kembali yang terjadi di tubulus distal dialirkan ke papilla renalis
selanjutnya diteruskan ke luar3

Epidemiologi
Di Amerika Serikat, prevalensi batu pada saluran kemih diperkiarakan sekitar 10% -
15%. Berdasarkan epidemiologi jenis kelamin, batu lebih banyak menyerang laki-laki
dibandingkan perempuan dengan data yang dikumpukan dari pasien yang datang berobat ke poli
dan rawat inap dengan perbandingan 2-3 kali lebih sering menyerang pria. Pada epidemiologi
berdasarkan ras dan etnik, prevalensi tertinggi ditemukan pada orang berkulit putih, kemudian
asia, dan afrika-amerika dengan prevalensi 70%, 63%, dan 44%.
Batu jarang ditemukan pada usia kurang dari 20 tahun tetapi puncak insiden tertinggi
ditemukan pada 4-6 dekade kehidupan. Prevalensi tertinggi ditemukan pada daerah yang panas
dan daerah kering seperti pegunungan, gurun, dan daerah tropikal. Batu yang sering dimteukan
juga berbeda-beda tergantung daerah seperti pada daerah amerika bagian tenggara dimtemukan
batu kalsium sedangkan pada amerikabagian timur ditemukan batu asam urat yang tertinggi.
Karena pada daerh panas sering menyebabkan timbulnya batu, pekerjaan seperti tukang masak
dan orang yang bekerja dibagian mesin dengan suhu panas ditemukan banyak yang terkena
pennyakit batu saluran kemih. 4

Etiologi
Mineralisasi pada seluruh sistem biologik terjadi melalui kristalisasi dan matriks. Teori untuk
menjelaskan batu saluran kamih masih belum diketahi seluruhnya. Formasi batu tergantug dari
pH saluran kemih, kekuatan ion, konsentrasi ion. Ph dalam saluran kemih dapat berubah secara
cepat tergantung pada sarpan yang kita makan. Penurunan konsentrasi ion menyebabkan
penurunan saturasi dan peningkatan solubilitas. Teori nukleasi merupakan teiru batu saluran
kemih adalah teori yang sering digunakan. Terdapat berbagai macam ion pada saluran kemih
yang dapat menyebabkan batu antara lain :
 Kalsium
Kalsium merupakan ion mayoritas yang ditemukan pada saluran kemih. Hanya 50%
kalsium dari plasma yang terionisasi dan tersedia untuk difiltrasi pada saluran kemih.

21
Lebih dari 95% difiltrasi di glomerulus dan direabsorpsi pada tubulus proksimal dan
tubulus distal, dan sedikit pada tubulus kolektikus. Hanya sekitar 2% yang diekskresi di
urin. Banyak faktor yang mempengruhi kesediaan kalsium antara lain sitrat, fosfat, dan
sulfat. Peningkatan monosodium urat dan penurunan pH urin menyebabkan kristalisasi
dari kalsium.
 Oksalat
Oksalat merupakan produk sisa dari metabolisme dan bersifat insolubel. Normalnya
ditemuakn 10-15% oksalat pada urin. Hampir seluruh oksalat ada tubuh manusia
diprodukso dari kolon yang dikonsumsi oleh dekomposisi bakteri. Diet dapat
mempengruhi jumlah oksalat pada urin. Ketika diabsorbsi dari usus kecil, oksalat tidak
bisa langsung dimetabolisme dan diekskresi terutama di tubulus proksimal. Ketersediaan
kalsium di usus merupakan faktor terpenting dalam absorbsi oksalat. Normalnya oksalat
diekskresi sekitar 20-45 mg/hari.
 Fosfat
Fosfat memegang peranan penting pada sistem buffer dan kalsium dalam tubuh. Fosfat
merupakan bahan penting dalam pebentukan batu kalsium fosfat dan batu magnesium
amonium fosfat. Jumlah yang diekskresi dari tubuh tergantung dari jumlah yang
dikonsumsi setiap harinya. Jumlah kecil yang difiltrasi oleh glomerulus dapaat di
reabsorbsi oleh tubulus proksimal.
 Asam Urat
Asam urat merupakan hasil metabolisme dari purin. Asam urat dapat menurunkan pH
urin. Sekitar 10% dari asam urat didfiltrasi setiap harinya dan dibuang melalui urin.
Kerusakan pada metabolisme purin dapat menyebabkan batu pada saluran kemih.
Kelainan pada xantin oksidase dapat meningkatkan jumlah xantin dimana xantin dapat
menyebabkan batu pada saluran kemih. Batu asam urat yang ditemukan pada saluran
kemih memberikan gambaran putih (lusen) pada foto rontgent abdomen. 4,5
 Sodium
Mmeskipun bukan bahan ion yang sering menyebabkan batu pada saluran kemih, sodium
memegang peranan penting dapat kristalisasi garam kalsium pada urine. Sodium
dimteukan dengan konsentrasi lebih tinggi pada inti dari ginjal dan memegang peranan

22
penting dalam inisiasi kristal dan agregrasi. Diet tinggi sodium menyebabkan peningkaan
ekskresi dari kalsium.
 Struvit
Batu struvit merupakan batu yang tersusun dari magnesium, amonium, dan fosfat.
Ditemukan lebih banyak pada perempuan. Batu struvit sering menyebabkan infeksi
seperti bakteru proteus, pseudomonas, klebsiella, dan staphylococcus. pH urin yang
bisanya ditemukan berkisar < 7,2.
 Sitrat
Sitrat merupakan kunci penting dalam pembentukann batu kalsium pada saluran kemih.
Defisiensi sitrat dalam pembentukan batu dapat ditemukan pada diare kronik atau renal
tubular asidosis tipe 1 dan pada pasien pengguna tiazid kronik. Esterogen meningkatkan
ekskresi sitrat dan menurunkan insiden dari batu pada perempuan terutama pada
kehamilan. Alkalosis juga meningkatkan eksresi sitrat.
 Magnesium
Magnesium menyebabkan pembentukan batu struvit. Kekurangan magnesium dapat
menyebabkan peningkatan kalsium oksalat dan kristalisasi batu oksalat. Mekanisme pasti
tentang magnesium masih belum diketahui secara pasti. Mengkonsumsi suplemen
magnesium tidak memproteksi pembentukan batu pada orang normal.
 Suflat
Sulfat pada saluran kemih dapat menghambat pembentukan batu saluran kemih. Sulfat
merupakan bahan penttung dalam protein saluran kemuh dan sering ditemukan pada
chondroitin sulfat dan heparin sulfat.4,5

Patofisiologi
Secara teoritis batu dapat terbentuk di seluruh saluran kemih terutama pada tempat-
tempat yang sering mengalami hambatan aliran urine (stasis urine), yaitu pada sistem kalises
ginjal atau buli-buli. Adanya kelainan bawaan pada pelvikalises (stenosis uretero-pelvis),
divertikel, obstruksi infravesika kronis seperti pada hyperplasia prostat benigna, stiktura, dan
buli-buli neurogenik merupakan keadaan-keadaan yang memudahkan terjadinya pembentukan
batu.

23
Pembentukan batu karena terjadi supersaturasi atau penumpukan dari bahan pembentuk
batu. Batu terdiri atas kristal-kristal yang tersusun oleh bahan-bahan organik maupun anorganik
yang terlarut dalam urine. Kristal-kristal tersebut tetap berada dalam keadaan metastable (tetap
terlarut) dalam urine jika tidak ada keadaan-keadaan tertentu yang menyebabkan terjadinya
presipitasi kristal. Kristal-kristal yang saling mengadakan presipitasi membentuk inti batu
(nukleasi) yang kemudian akan mengadakan agregasi dan menarik bahan-bahan lain sehingga
menjadi kristal yang lebih besar.
Meskipun ukurannya cukup besar, agregat kristal masih rapuh dan belum cukup mampu
menyumbat saluran kemih. Untuk itu agregat kristal menempel pada epitel saluran kemih
(membentuk retensi kristal), dan dari sini bahan-bahan lain diendapkan pada agregat itu sehingga
membentuk batu yang cukup besar untuk menyumbat saluran kemih. Kondisi metastabel
dipengaruhi oleh suhu, pH larutan, adanya koloid di dalam urine, laju aliran urine di dalam
saluran kemih, atau adanya korpus alienum di dalam saluran kemih yang bertindak sebagai inti
batu.4-7

Gejala Klinis
Batu pada kaliks ginjal memberikan rada nyeri ringan sampai berat karena distensi dari
kapsul ginjal. Begitu juga baru pada pelvis renalis, dapat bermanifestasi tanpa gejala sampai
dengan gejala berat. Umumnya gejala batu saluran kemih merupakan akibat obstruksi aliran
kemih dan infeksi. Keluhan yang disampaikan oleh pasien tergantung pada posisi atau letak batu,
besar batu, dan penyulit yang telah terjadi.
Keluhan yang paling dirasakan oleh pasien adalah nyeri pada pinggang. Nyeri ini
mungkin bisa merupakan nyeri kolik ataupun bukan kolik. Nyeri kolik terjadi karena aktivitas
peristaltik otot polos sistem kalises ataupun ureter meningkat dalam usaha untuk mengeluarkan
batu dari saluran kemih. Peningkatan peristaltik itu menyebabkan tekanan intraluminalnya
meningkat sehingga terjadi peregangan dari terminal saraf yang memberikan sensasi nyeri.
Nyeri ini disebabkan oleh karena adanya batu yang menyumbat saluran kemih, biasanya
pada pertemuan pelvis ren dengan ureter (ureteropelvic junction), dan ureter. Nyeri bersifat tajam
dan episodik di daerah pinggang (flank) yang sering menjalar ke perut, atau lipat paha, bahkan
pada batu ureter distal sering ke kemaluan. Mual dan muntah sering menyertai keadaan ini.

24
Nyeri non kolik terjadi akibat peregangan kapsul ginjal karena terjadi hidronefrosis atau
infeksi pada ginjal. Pada pemeriksaan fisik mungkin didapatkan nyeri ketok pada daerah kosto-
vertebra, teraba ginjal pada sisi sakit akibat hidronefrosis, terlihat tanda-tanda gagal ginjal,
retensi urine, dan jika disertai infeksi didapatkan demam-menggigil.4,5

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang detil sangat penting dalam mengevaluasi pasien yang dicurigiai
mempunyai batu pada saluran kemih. Pasien yang memberikan gejala seperti akut renal kolik
seperti nyeri yang kronik dan sering kambuh. Terdapat manifestasi sistemik antara lain
takikardia, keringat berlebihan, mual, dan muntah. Nyeri pada sudut kostovertebral biasa
dijumpai. Massa pada abdomen biasa ditemukan pada daerah pinggang bila telah terjadi
hidronefrosis. Demam, hipotensi, dan vasodilatasi kutaneus biasa dijumpai pada pasien dengan
urosepsis. Maka dari itu merlukan dekompresi pada saluran kemih denga memberikan resusitasi
cairan dan antibiotik intravena bahkan harus masuk ruang intensive care unit. Setelah melakukan
pemeriksaan abdomen secara menyeluruh harus menghilangkan kemungkinan adanya tumor
pada abdomen seperto abdominal tumor, aneurisma abdominal aorta, herniasi lumbal, dan
kehamilan yang mungkin memberikan gejala seperti kolik renal. Nyeri alih mungkin biasa terjadi
karena mengikuti alur saraf. Ileus biasa ditemukan pada kolik renal dan diasosiasikan dengan
kolik renal dan kelainan lainnya di peritoneal dan retroperitoneal. Palpasi pada vesica urinaria
harus dilakukan karena retensi urin dapat terjadi dan memberi gambaran yang sama dengan kolik
renal. Hernia inguinalis inkarserata, epididimitis, orchitis, dan kelainan lainnya pada panggul
wanita dapat memberikan gejala klinis yang mirip dengan batu saluran kemih. Pemeriksaan
rectal toucher dibutuhkan untuk menghilangkan diagnosis banding lainnya.4,5,8,9

Pemeriksaan Penunjang
 Computed Tomography
Non kontrast CT-Scan memberikan gambaran dan modalitas terbaik dalam mendiagnosis
batu saluran kemih terutama dengan akut renal kolik. Pemeriksaan ini cepat dan lebih
murah dibandingkan dengan intravenous pyeogram (IVP). Pemeriksaan ini memberikan
gambaran struktur dari peritoneal dan retroperitoneal struktur dan membantu dalam
menentukan diagnosis. Pemeriksaan ini tidak membutuhkan kontras intravena.

25
Pemeriksaan ini tidak memberikan gambaran anatomis sebaik IVP dimana IVP lebih baik
dalam menentukan rencana pencegahan berikutnya. Batu asam urat memberikan
gambaran yang sama dengan batu kalsium oksalat. 4,5

 Intravenous Pyeolography (IVP)


Pemeriksaan ini dapat memberikan gambaran yang baik tentang anatomis dan menetukan
batu pada saluran kemih. Kalsifikasi ekstraoseous memberikan gambaran pasti batu.
Preparasi pada abdomen yang tidak adekuat, ileus, dan adanya udara pada saluran
pencernaan akan memberikan hasil yang kurang ideal .

26
 Ultrasonografi (USG)
pemeriksaan ini dapat membantu menemukan batu pada slairan kemih dan sama baiknya
dengan pemeriksaan IVP. Pemeriksaan ini langsung diarahkan pada area yang dicurgai
terdapat batu terutama dari hasil yang didapatkan pada pemeriksaan sebelumnya seperti
x-ray. Pemeriksaan in idapat melihat dengan baik bagian distal ureter sampai keseluruhan
dari vesica urinaria. Edema dan batu kecil yang lolos dari pemeriksaan IVP dapat
dijumpai pada pemeriksaan ini.
 Pemeriksaan Urin Lengkap
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menemukan adnaya infeksi pada saluran kemih yang
diakibatkan oleh batu pada saluran kemih. Pada pemeriksaan ini biasanya ditemukan
nitrat dan lekosit esterase yang merupakan bhasil dari metabolisme bakteri yang ada pada
saluran kemih.4,5

Penatalaksanaan
 Terapi Konservatif
Sebagian besar batu ureter mempunyai diameter <5 mm. Seperti disebutkan sebelumnya,
batu ureter <5 mm bisa keluar spontan. Pada terapi konserfaif pasien diharuskan minum
sebanyak 2 liter perhari. Batas lama terapi konservatif adalah 6 minggu. Di samping
ukuran batu syarat lain untuk observasi adalah berat ringannya keluhan pasien, ada
tidaknya infeksi dan obstruksi. Adanya kolik berulang atau ISK menyebabkan observasi
bukan merupakan pilihan. Begitu juga dengan adanya obstruksi, apalagi pada pasien-
pasien tertentu (misalnya ginjal tunggal, ginjal trasplan dan penurunan fungsi ginjal )
tidak ada toleransi terhadap obstruksi. Pasien seperti ini harus segera dilakukan
intervensi.
 Agen Alkalinisasi
Pemberian agen alkalinisasi tergantung dari luasnya area, jenis batu, dan letak batu.
Pemberiaan alkalinisasi oral antara lain adalah sodium atau potasium bikarbonat dan
potasium sitrat. Perhatian khusus harus dibetikan terutama pada pasien gagal jantung
kronik dan gagal ginjal. Sitrat dimetabolisme menjadi bikarbonat dan menjadi bahan
untuk persiapan. Makanan dan minunam seperti jus jeruk dapat mengalkalinisasi urin.
Pemberian bahan alkalinisasi melalui intrvena seperti sodium laktat harus diberikan

27
dengan tekanan rendah ( <25 cm mmH20). Agen alkalinisasi lainnya seperti sodium
bikarbonat dapat diberikan dengan 2-4 ampul dalam 1 L normal saline untuk
mendapatkan pH urin sekitar 7,5-9. 4,5
 Extracorporeal shock wave lithotripsy (ESWL)
Tindakan ini telah berevolusi dalam penatalaksanaan batu saluran kemih.
Tindakan ini digunakan pertama kali tahun 1950 di Rusia. Tindakan ini ditemukan
ketika penelitian dalam pesawat supersonik yang diproduksi oleh perusahaan jerman
yang menemukan bahwa shock wave dapat melewati debris pada atmosfer dan dapat
menghancuran debirs tersebut. Pemeriksaan ini baru mulai dilakukan secara baik
pada tahun 1980. Pembangkit (generator) gelombang kejut dalam ESWL ada tiga
jenis yaitu elektrohidrolik, piezoelektrik dan elektromagnetik. Masing-masing
generator mempunyai cara kerja yang berbeda, tapi sama-sama menggunakan air atau
gelatin sebagai medium untuk merambatkan gelombang kejut. Air dan gelatin
mempunyai sifat akustik paling mendekati sifat akustik tubuh sehingga tidak akan
menimbulkan rasa sakit pada saat gelombang kejut masuk tubuh.
ESWL merupakan alat pemecah batu ginjal dengan menggunakan
gelombang kejut antara 15-22 kilowatt. ESWL hanya sesuai untuk menghancurkan
batu ginjal dengan ukuran kurang dari 3 cm serta terletak di ginjal atau saluran kemih
antara ginjal dan kandung kemih (kecuali yang terhalang oleh tulang panggul). Batu
yang keras (misalnya kalsium oksalat monohidrat) sulit pecah dan perlu beberapa kali
tindakan. ESWL tidak boleh digunakan oleh penderita darah tinggi, kencing manis,
gangguan pembekuan darah dan fungsi ginjal, wanita hamil dan anak-anak, serta
berat badan berlebih (obesitas).
Penggunaan ESWL untuk terapi batu ureter distal pada wanita dan anak-
anak juga harus dipertimbangkan dengan serius. Sebab ada kemungkinan terjadi
kerusakan pada ovarium. Meskipun belum ada data yang valid, untuk wanita di
bawah 40 tahun sebaiknya diinformasikan sejelas-jelasnya.4,5

28
 Operasi Batu Terbuka
Di klinik-klinik yang belum mempunyai fasilitas yang memadai untuk tindakan-tindakan
endourologi, laparoskopi, maupun ESWL, pengambilan batu masih dilakukan melalui
pembedahan terbuka. Pembedahan terbuka itu antara lain adalah: pielolitotomi atau
nefrolitotomi untuk mengambil batu pada saluran ginjal, dan ureterolitotomi untuk batu
di ureter. Tidak jarang pasien harus menjalani tindakan nefrektomi atau pengambilan
ginjal karena ginjalnya sudah tidak berfungsi dan berisi nanah (pionefrosis), korteksnya
sudah sangat tipis, atau mengalami pengkerutan akibat batu saluran kemih yang
menimbulkan obstruksi atau infeksi yang menahun.
 Ureteroskopi atau uretero-renoskopi.
Keterbatasan URS adalah tidak bisa untuk ekstraksi langsung batu ureter yang besar,
sehingga perlu alat pemecah batu seperti yang disebutkan di atas. Pilihan untuk
menggunakan jenis pemecah batu tertentu, tergantung pada pengalaman masing-masing
operator dan ketersediaan alat tersebut.4,5

Pencegahan
Pencegahan yang dilakukan adalah berdasarkan atas kandungan unsur yang menyusun batu
saluran kemih yang diperoleh dari analisis batu. Pada umumnya pencegahan itu berupa
menghindari dehidrasi dengan minum cukup dan diusahakan produksi urin 2-3 liter per hari, diet
untuk mengurangi kadar zat-zat komponen pembentuk batu, rendah protein, karena protein akan
memacu ekskresi kalsium urine dan menyebabkan suasana urine menjadi lebih asam, rendah
oksalat, rendah garam karena natriuresis akan memacu timbulnya hiperkalsiuri, rendah purin.4,5

Komplikasi
Dibedakan komplikasi akut dan komplikasi jangka panjang. Komplikasi akut yang sangat
diperhatikan oleh penderita adalah kematian, kehilangan ginjal, kebutuhan transfusi dan
tambahan intervensi sekunder yang tidak direncanakan. Data kematian, kehilangan ginjal dan
kebutuhan transfusi pada tindakan batu ureter memiliki risiko sangat rendah. Komplikasi akut
dapat dibagi menjadi yang signifikan dan kurang signifikan. Yang termasuk komplikasi
signifikan adalah avulsi ureter, trauma organ pencernaan, sepsis, trauma vaskuler, hidro atau

29
pneumotorak, emboli paru dan urinoma. Sedang yang termasuk kurang signifikan perforasi
ureter, hematom perirenal, ileus, stein strasse, infeksi luka operasi, ISK dan migrasi stent.
Komplikasi jangka panjang adalah striktur ureter. Striktur tidak hanya disebabkan oleh
intervensi, tetapi juga dipicu oleh reaksi inflamasi dari batu, terutama yang melekat. Angka
kejadian striktur kemungkinan lebih besar dari yang ditemukan karena secara klinis tidak tampak
dan sebagian besar penderita tidak dilakukan evaluasi radiografi (IVP) pasca operasi.
Obstruksi adalah komplikasi dari batu ginjal yang dapat menyebabkan terjadinya
hidronefrosis dan kemudian berlanjut dengan atau tanpa pionefrosis yang berakhir dengan
kegagalan faal ginjal yang terkena. Komplikasi lainnya dapat terjadi saat penanganan batu
dilakukan. Infeksi, termasuk didalamnya adalah pielonefritis dan sepsis yang dapat terjadi
melalui pembedahan terbuka maupun noninvasif seperti ESWL. Biasanya infeksi terjadi sesaat
setelah dilakukannya PNL, atau pada beberapa saat setelah dilakukannya ESWL saat pecahan
batu lewat dan obstruksi terjadi. Cidera pada organ-organ terdekat seperti lien, hepar, kolon dan
paru serta perforasi pelvis renalis juga dapat terjadi saat dilakukan PNL, visualisasi yang
adekuat, penanganan yang hati-hati, irigasi serta drainase yang cukup dapat menurunkan resiko
terjadinya komplikasi ini.
Pada batu ginjal nonstaghorn, komplikasi berupa kehilangan darah, demam, dan terapi
nyeri yang diperlukan selama dan sesudah prosedur lebih sedikit dan berbeda secara bermakna
pada ESWL dibandingkan dengan PNL. Demikian pula ESWL dapat dilakukan dengan rawat
jalan atau perawatan yang lebih singkat dibandingkan PNL.
Komplikasi akut meliputi transfusi, kematian, dan komplikasi keseluruhan. Dari meta-
analisis, kebutuhan transfusi pada PNL dan kombinasi terapi sama (< 20%). Kebutuhan transfusi
pada ESWL sangat rendah kecuali pada hematom perirenal yang besar. Kebutuhan transfusi pada
operasi terbuka mencapai 25-50%. Mortalitas akibat tindakan jarang, namun dapat dijumpai,
khususnya pada pasien dengan komorbiditas atau mengalami sepsis dan komplikasi akut lainnya.
Dari data yang ada di pusat urologi di Indonesia, risiko kematian pada operasi terbuka kurang
dari 1%.

30
Komplikasi ESWL meliputi kolik renal (10,1%), demam (8,5%), urosepsis (1,1%) dan
steinstrasse (1,1%). Hematom ginjal terjadi akibat trauma parietal dan viseral. Dalam evaluasi
jangka pendek pada anak pasca ESWL, dijumpai adanya perubahan fungsi tubular yang bersifat
sementara yang kembali normal setelah 15 hari. Belum ada data mengenai efek jangka panjang
pasca ESWL pada anak. 4,5

Prognosis
Prognosis batu ginjal tergantung dari faktor-faktor ukuran batu, letak batu, dan adanya infeksi
serta obstruksi. Makin besar ukuran suatu batu, makin buruk prognosisnya. Letak batu yang
dapat menyebabkan obstruksi dapat mempermudah terjadinya infeksi. Makin besar kerusakan
jaringan dan adanya infeksi karena faktor obstruksi akan dapat menyebabkan penurunan fungsi
ginjal. Pada pasien dengan batu yang ditangani dengan ESWL, 60% dinyatakan bebas dari batu,
sisanya masih memerlukan perawatan ulang karena masih ada sisa fragmen batu dalam saluran
kemihnya. Pada pasien yang ditangani dengan PNL, 80% dinyatakan bebas dari batu, namun
hasil yang baik ditentukan pula oleh pengalaman operator.4

Kesimpulan
Batu saluran kemih lebih sering ditemukan pada laki-laki terutama pada iklim panas seperti iklim
tropis. Batu saluran kemih paling banyak dijumpai dengan konsistensi batu kalsium oksalat. Batu
saluran kemih dapat menyebabkan gejala klinis seperti kolik abdomen, mual, muntah, gangguan
berkemih, dll. Pentalaksanaan penykit ini mulai dari konservatif, alkalinisasi oral, dan tindakan
extracorporeal shock wave lithotripsy, dan operasi terbuka untuk batu yang besar. Komplikasi
yang ditakutkan pada batu saluran kemih adalah dapat menimbulkan obstruksi sehingga
menyebabkan gagal ginjal.

31
Daftar Pustaka
1. Snell RS. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Edisi ke-6. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC; 2006.
2. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC; 2003.
3. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi ke-6. Jakarta: EGC; 2011.
4. Tanagho EA, McAninch JW. Smith’s general urology. Edisi ke-17. USA: McGrawHill;
2008.
5. Kavoussi LR, Novick AC, Partin AW, Peters CA. Campbell-walsh urology. Edisi ke-10.
USA: Elsevier Saunders; 2012.
6. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit. Edisi ke-6.
Jakarta: EGC; 2005.
7. Corwin EJ. Buku saku patofisiologi. Jakarta: EGC; 2009.
8. Bickley LS, Szilagyi PG. Bate’s guide physical examination and history taking. Edisi ke-
11. USA: Lippincott Williams & Wilkins; 2013.
9. Gleadle J. Physical examination at a glance. USA: Blakwell Science; 2004.

32

Anda mungkin juga menyukai