Anda di halaman 1dari 64

PEMBIMBING : DR.

ARSANTO TRIWIDODO, SpOT(K),


Fics(K), MHKes.
KOAS BEDAH RSUD KOJA (PERIODE JAN-MAR 2018)
 Ulkus diabetes adalah suatu luka terbuka pada lapisan kulit
sampai ke dalam dermis, yang biasanya terjadi di telapak kaki
dengan gejala dan tanda sebagai berikut :
1. Sering kesemutan/gringgingan (asmiptomatus).
2. Jarak tapak menjadi lebih pendek (klaudikasio intermil).
3. Nyeri saat istirahat.
4. Kerusakan jaringan (necrosis, ulkus).

Beberapa etiologi yang menyebabkan ulkus diabetes meliputi neuropati, penyakit


arterial, tekanan dan deformitas kaki
 Di Negara maju kaki diabetes memang masih
merupakan masalah kesehatan masyarakat yang besar,
tetapi dengan kemajuan cara pengelolaan angka
kematian dan angka amputasi dapat ditekan samapai
sangat rendah, menurun sebanyak 49-85% dari
sebelumnya.
 Angka kematian dan angka amputasi masih tinggi,
masing-masing sebesar 16% dan 25%.
 Sebanyak 14,3% akan meninggal dalam setahun pasca
amputasi, dan sebanyak 37% akan meninggal 3 tahun
pasca amputasi.3
 Di Amerika Serikat didapatkan DM menduduki
peringkat ketiga penyebab kecacatan permanen, setelah
kelainan neurologic dan penyakit jantung iskemik.5
Sensasi • pasien tidak menyadari bahkan sering mengabaikan luka yang terjadi karena tidak
rasa nyeri dirasakannya.
• Luka timbul spontan sering disebabkan karena trauma dan mulanya hanya kecil,
berkurang kemudian meluas dalam waktu yang tidak begitu lama.

Sirkulasi • Manifestasi angiopati pada pembuluh darah penderita DM antara lain berupa
darah penyempitan dan penyumbatan pembuluh darah perifer .
• perfusi jaringan bagian distal dari tungkai menjadi kurang baik dan timbul ulkus
menurun yang kemudian dapat berkembang menjadi nekrosi/gangren.

Daya tahan • Penderita diabetes lebih rentan terhadap infeksi


tubuh • kemampuan leukosit ‘terhadap infeksi berkurang pada kondisi kadar gula darah
diatas 200 mg%.
berkurang
usia

Faktor
Berat Jenis
badan resiko kelamin
lain

Gaya
hidup
 I: benturan tumit, pada saat calcaneus menyentuh tanah dan otot, tendon,
serta ligamen berelaksasi, menjadikan tempat penyerapan energi yang
optimal.
 II: kaki bagian tengah, pada saat kaki mendatar dan dapat beradaptasi
dengan tanah yang tidak rata, mepertahankan keseimbangan dan menyerap
goncangan saat menapak. Calcaneus tepat dibawah pergelangan kaki,
menjaga kaki depan dan belakang tetap segaris untuk penopangan beban.
 III: pengangkatan tumit, pada saat calcaneus diangkat, mengalami pronasi,
otot, tendon dan ligamen mengencang dan kaki mencapai lengkungannya
kembali.
 IV: jari kaki bergerak mendorong.
 Riwayat :
 Gejala neuropati perifer : hipesthesia, hiperesthesia, paresthesia, disesthesia,
radicular pain dan anhidrosis.
 Penderita yang menunjukkan gejala didapatkan claudicatio, nyeri iskemik
saat istirahat, luka yang tidak sembuh dan nyeri kaki yang jelas.
 kelemahan dan rasa tidak nyaman pada kaki sering dirasakan oleh penderita
diabetes karena kecenderungannya menderita oklusi aterosklerosis
tibioperoneal
 Pemeriksaan ulkus dan keadaan umum ekstremitas
 daerah yang menjadi tumpuan beban terbesar, seperti tumit,
area kaput metatarsal di telapak, ujung jari yang menonjol
(pada jari pertama dan kedua). malleolus daerah ini sering
mendapatkan trauma.
 Callus hipertropik
 Kuku yang rapuh/pecah
 Hammer toes
 Fissure
 Penilaian kemungkinan isufisiensi
vaskuler
 adanya bunyi bising (bruit) pada arteri
iliaka dan femoralis,
 atrofi kulit, hilangnya rambut pada
kaki, sianosis jari kaki, ulserasi dan
nekrosis iskemia, kedua kaki pucat
pada saat kaki diangkat setinggi
jantung selama 1-2 menit
 cuff dipasang pada calf distal dan
Doppler dipasang pada arteri dorsalis
pedis atau arteri tibialis posterior.
 ABI didapatkan dari tekanan sistolik
ankle dibagi tekanan sistolik
brachialis.
 Penilaian kemungkinan neuropati perifer
 Status neurologis dapat diperiksa dengan
menggunakan monofilament Semmes-
Weinsten untuk mengetahui apakah penderita
masih memiliki "sensasi protektif',
 abnormal jika penderita tidak dapat
merasakan sentuhan monofilamen ketika
ditekankan pada kaki dengan tekanan yang
cukup sampai monofilamen bengkok
 Pemeriksaan darah :
 lekositosis abses atau infeksi lainnya pada kaki.
 Anemia  penyembuhan luka dihambat , nyeri saat istirahat.

 Profil metabolik :
 pengukuran kadar glukosa darah, glikohemoglobin dan kreatinin serum  regulasi
glukosa dan fungsi ginjal
 Pemeriksaan laboratorium vaskuler noninvasif : Pulse Volume Recording
(PVR), atau plethymosgra
 X-ray : demineralisasi dan sendi Charcot serta adanya ostomielitis.
 CT & MRI : membantu diagnosis abses apabila pada pemeriksaan fisik tidak
jelas.
 Bone scanning : dipertanyakan kegunaannya karena besarnya hasil false
positif dan false negative
 Arteriografi konvensional : untuk memperlihatkan luas dan makna penyakit
atherosklerosis
 Penilaian dan klasifikasi ulkus diabetes sangat penting untuk membantu
perencanaan terapi dari berbagai pendekatan dan membantu memprediksi
hasil.
 University of Texas kedalaman ulkus dan membaginya lagi berdasarkan
adanya infeksi atau iskemi.
 Setiap tingkatan dibagi menjadi 4 stadium,
 A : luka bersih
 B : luka iskemik
 C : luka terinfeksi non iskemik
 D : luka terinfeksi dan iskemik
 Sistem Klasifikasi Ulkus Wagner-Meggit kedalaman luka dan terdiri dari 6
grade luka
 Guideline The Infectious Disease of America
 Mild : terbatas hanya pada kulit dan jaringan subkutan
 Moderate : lebih luas atau sampai jaringan yang lebih dalam
 Severe :disertai gejala infeksi sistemik atau ketidakstabilan metaboli
Derajat 0 : tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh disertai dengan pembentukan kalus ”claw”

Derajat I : ulkus superfisial terbatas pada kulit

Derajat II : ulkus dalam dan menembus tendon dan tulang

Derajat III: abses dalam, dengan atau tanpa osteomielitis

Derajat IV : gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau tanpa selullitis

Derajat V :gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai bawah


Stadium :0

Stadium :I
Stadium II
Stadium III
Stadium IV & V
Fase inflamasi

Fase proliferasi

Fase remodelling
warna kemerahan
karena kapiler
melebar (rubor),
suhu hangat (kalor),
- Hari 1 hingga 5
rasa nyeri (dolor),
-Sel mast dan pembengkakan -Leukosit mengeluarkan
menghasilkan serotonin enzim hidrolitik yang
dan histamine yang (tumor)
membantu mencerna
meningkatkan bakteri dan kotoran
permeabilitas kapiler luka.
sehingga terjadi
eksudasi cairan, -Limfosit dan monosit
penyebukan sel radang, yang kemudian muncul
disertai vasodilatasi ikut menghancurkan
setempat yang dan memakan kotoran
menyebabkan udem dan luka dan bakteri
pembengkakan. (fagositosis)

Fase
inflamasi
-Dari akhir fase inflamasi sampai kira – kira
akhir minggu ketiga.
-Fibroblast menghasilkan mukopolisakarida,
asam aminoglisi dan prolin yang merupakan
bahan dasar kolagen serat yang akan
mempertautkan tepi luka.

-Proses migrasi hanya


bisa terjadi ke arah yang -kekuatan regangan luka
lebih rendah atau datar, mencapai 25% jaringan
sbb epitel tak dapat Fase normal.
bermigrasi ke arah yang
lebih tinggi. proliferasi -membentuk jaringan
berwarna kemerahan
- Proses ini berhenti dengan permukaan yang
setelah epitel saling berbenjol halus yang
menyentuh dan menutup disebut jaringan granulasi.
seluruh permukaan luka

-Epitel tepi luka yang terdiri dari sel


basal terlepas dari dasarnya dan
berpindah mengisi permukaan luka.
-Tempatnya kemudian diisi oleh sel
baru yang terbentuk dari proses
mitosis.
Fase remodelling

-terdiri dari penyerapan kembali -Udem dan sel radang diserap, sel
jaringan yang berlebih, pengerutan muda menjadi matang, kapiler baru
sesuai dengan gaya gravitasi, dan menutup dan diserap kembali, -Pada akhir fase ini, perupaan luka
akhirnya perupaan kembali jaringan -kolagen yang berlebih diserap dan kulit mampu menahan regangan kira
yang baru terbentuk. sisanya mengerut sesuai dengan – kira 80% kemampuan kulit normal.
regangan yang ada
-Fase ini dapat berlangsung berbulan -Selama proses ini dihasilkan -Hal ini tercapai kira – kira 3-6 bulan
– bulan dan dinyatakan berkahir jaringan parut yang pucat, tipis, dan setelah penyembuhan
kalau semua tanda radang sudah lemas serta mudah digerakkan dari
lenyap. dasar.
• Bentuk & ukuran luka dilakukan dengan pengukuran 3 dimensi atau
dengan photographer m kemajuan proses penyembuhan luka.
• alat ukur tepat, hindari infeksi nosokomial.
• Jika mengukur kedalam luka / goa pada luka, gunakan alat ukur
steril( kapas lidi / pinset steril)

Teknik
swab
luka
 Proses kearah penyembuhan luka secepat mungkin
debridemen
 Menurunkan terjadinya amputasi

pengelolaan penanganan
infeksi. luka

UlkusDM

komorbiditas tekanan
dan risiko plantar pedis
kekambuhan (off-loading),

bedah
 Penilaian kompetensi vaskular pedis -MRI angiogram, doppler
/angiografi.
 Perabaan pulsasi : arteri poplitea, tibialis posterior dan
dorsalis pedis
 bedah vaskular rekonstruktif dapat meningkatkan prognosis
 Angioplasti transluminal perkutaneus (ATP), tromboarterektomi dan bedah
pintas terbuka (by pass) efektif untuk jangka panjang
 Penggunaan antiplatelet  keadaan insufisiensi arteri perifer
 memperlambat progresifitas sumbatan dan kebutuhan rekonstruksi
pembuluh darah
1) Palpasi.
• Dinilai dengan melakukan palpasi pada daerah tibia dan dorsalis pedis untuk
menilai ada / tidaknya denyut nadi ( arteri dorsalis pedis )
• pasien dengan lanjut usia ( lansia) terkadang sulit diraba, dapat menggunakan
USG Doppler.

2) Capillery Refill Time


• Merupakan waktu pengisian kapiler,di evaluasi dengan memberi tekanan pada
ujung jari atau ujung kuku kaki tampak warna kemerahan atau putih pada
ujung kuku.
• Pada beberapa kondisi menurunnya atau bahkan hilangnya denyut nadi, pucat,
kulit dingin merupakan indikasi iskemia ( CRT> 40 detik).
• Normal : 10 -15 detik.
• Iskemia ringan : 15 - 25 detik
• Iskemia berat : 25 - 40 detik
• Iskemia sangat berat : lebih dari 40
dtk
 Upaya untuk membersihkan semua jaringan nekrotik, karena
autolitik, enzimatik, mekanik, biologik
 Metode surgical, autolitik dan kimia  membuang jaringan
nekrosis (debridement selektif),
 Metode mekanis  jaringan nekrosis dan jaringan hidup
(debridement non selektif).
 agen topikal merusak jaringan nekrotik dengan enzim
proteolitik seperti papain, colagenase, fibrinolisin-Dnase,
papainurea, streptokinase, streptodornase dan tripsin
Tujuan Debridement

 Mengevakuasi bakteri kontaminasi,


 Mengangkat jaringan nekrotik sehingga dapat mempercepat
penyembuhan,
 Menghilangkan jaringan kalus, dan infeksi lokal
 Mengurangi beban tekanan (offloading)
Debridement autolisis

♣ Terjadi secara alami apabila seseorang terkena luka. Proses ini


melibatkan makrofag dan enzim proteolitik endogen yang secara alami akan
melisiskan jaringan nekrotik.

♣ Secara sintetis preparat hidrogel dan hydrocolloid dapat menciptakan


kondisi lingkungan yang optimal bagi fagosit tubuh dan bertindak sebagai agent
yang melisiskan jaringan nekrotik serta memacu proses granulasi.
Membersihkan
Mengkaji kondisi luka Debridemen Dressing
luka -membersihkan -jaringan
-warna luka dengan nekrotik dibuang -pilih wundres
cairan Nacl 0.9% -membuat yang sesuai
-Kelembapan
dengan cara drainase yang kondisi luka.
-diameter bathing atau baik Contoh: wundres
-kedalaman shower.
-ulang kalau tipe N,B,F
-keringkan luka perlu
dengan kassa
steril.
 Moist wound healing  menjaga agar luka senantiasa dalam keadaan
lembab
 Ulkus basahpembalut (dressing) absorben
 Ulkus kering pembalut yang mampu melembabkan ulkus
 Ulkus lembabpembalut ulkus yang dapat mempertahankan kelembaban
 Pembalut konvensional  kasa steril yang dilembabkan dengan NaCl 0,9%
 Teknik modern dressing: hydrocolloid, hydrogel, calcium alginate, foam
• memberikan kelembapan optimal ,sesuai untuk luka akut

N(Hidrofilik)
dan kronis disertai eksudat yang sedang.
• Indikasi : Luka robek, luka trauma, luka akut dan kronik
dengan eksudat sedang,luka akibat tekanan,luka
diabetik,luka kanker, luka bakar 1&2,luka donor.

• memiliki upaya resapan yang tinggi di samping memberikan


kelembapan optimal,sesuai untuk luka dengan eksudat

B (Hidrofilik)
banyak.
• Indikasi: luka akut dan kronik disertai banyak eksudat,
ulkus akibat tekanan,ulkus kaki,ulkus diabetic,luka
kanker,luka bakar derajat 3

• memberikan kelembapan optimal untuk membantu

F
penyembuhan luka,sesuai untuk luka ulkus yang minimal
eksudat .
(adesif) • Indikasi : luka robek,luka trauma,ulkus kaki,ulkus diabetik,
luka post operasi, luka kanker,luka bakar derajat 1& 2
• terbuat dari rumput laut (brown algae), balutan ini akan
berubah menjadi gel apabila bercampur dengan eksudat atau
cairan luka.
Calcium alginate • membantu proses penyembuhan luka dan mempercepat
terbentuknya jaringan granulasi

• memberikan suasana lembab pada luka, mengurangi nyeri,


alergi rendah, absorbent dan berguna pada luka,
Keuntungan & kekurangan meningkatkan homeostasis pada perdarahan.
• pembentukan gel menyebabkan bau tak enak dan tampak
purulen karena tidak melekat diperlukan dressing sekunder.

• luka dibersihkan dengan saline ,dibiarkan basah sedangkan


kulit di sekitarnya dikeringkan. Alginat dioleskan dalam
keadaan kering pada permukaan luka sampai 2 mm pada
Teknik bagian pinggir luka. Jika digunakan pita atau tali maka
membentuk spiral bebas di dalam luka. Dressing sekunder
ditempatkan di atas alginat ini
• mengandung matrik koloid seperti gelatin, pektin, dan
karboksilmetilselulosa.opaque, absorbent, adhesive waterproof,

Hidrokoloid mengandung partikel koloid hidrofilik .


• partikel hidrofilik menyerap air, edem, dan cairan dan akan
membentuk suatu gel di atas luka, sehingga meningkatkan
debridemen autolitik.

• kemampuan debridemen autolitik akan meningkatkan


angiogenesis, pembentukan jaringan granulasi, dan
penyembuhan.Pasien bisa mandi.
Keuntungan & kekurangan • menyebabkan ukuran luka bertambah, kadang-kadang kulit
di sekitar luka mengalami maserasi, terbentuk gel kuning
dengan bau yang tidak enak.

• daerah tepi luka dibersihkan dan dikeringkan . Dressing


dipotong 2 cm melebihi tepi luka. Gunting sekeliling sudut
Teknik untuk meminimalkan terguntingnya dressing. Bagian belakang
dikelupaskan dengan hati-hati sambil menekan bagian
dasarnya secara hati-hati pada luka.Diganti tiap 3 hari.
• terdiri dari polimer hidrofilik, biasanya suatu tepung kanji
polimer seperti polietilen oksida, dan 80% nya
Hydrogel air,semitransparan dan non adheren.
• bekerja pada jaringan nekrotik dengan debridernen autolitik,
sehingga memfasilitasi pembentukan jaringan granulasi

• kemampuan untuk rehidrasi iuka yang kering, sehingga


rnemberi efek menghaluskan dan mendinginkan.
Keuntungan & kekurangan • akan memisahkan antara jaringan yang sehat dan jaringan
mati.

• lapisan hidrogel ini dipotong sesuai dengan ukuran dan


bentuk luka. Lapisan ini dibuat dengan suatu penutup
pelindung pada ke dua sisinya. Penutup pada satu sisinya
Teknik diangkat agar terpapar dengan hidrogel dan bagian yang
terpapar kernudian diletakkan pada luka. Gunakan plester
untuk menahannya.
Polyurethane • terdiri dari lapisan-lapisan polyurethane foam yang hidrofobik,
lembut,
Foam • daya serap yang tinggi dan opaque
• dapat diperluas sesuai bentuk dan ukuran luka.

• daya serap yang tinggi, tidak melekat pada permukaan luka, jadi
mudah diangkat untuk membersihkan luka, dapat digunakan
Keuntungan & kekurangan untuk menekan relief seperti bantalan pada penonjolan tulan.
• membuat dasar luka menjadi kering.

• aplikasikan sampai 2 cm dari bagian tepi dibiarkan di sekitar


pinggir luka. Foam nonadhesif dapat dibiarkan tetap pada
tempatnya dengan plester atau verban gulung di sekelilingnya.
Teknik Foam dressing relatif mudah diangkat. Jika dressing kering,
terlebih dulu direndam dengan larutan saline sebelum diangkat
untuk mencegah kerusakan epitelium.
 Penatalaksanaan ulkus kronik dengan dasar neuropati.
 Tujuan :
 mengurangi tekanan pada daerah ulkus
 mengurangi trauma
 mempercepat proses penyembuhan luka

 Metode :
 total non-weight bearing,
 total contact cast gips yang dibentuk secara khusus untuk menyebarkan beban
pasien keluar dari area ulkus
 foot cast dan boots,
 sepatu yang dimodifikasi (half shoe, wedge shoe),
 serta alat penyanggah tubuh seperti crutches dan walker
 Bedah elektif  untuk menghilangkan nyeri akibat deformitas seperti pada
kelainan spur tulang, hammertoes atau bunions
 Bedah profilaktif  diindikasikan untuk mencegah terjadinya ulkus atau
ulkus berulang pada pasien yang mengalami neuropati dengan melakukan
koreksi deformitas sendi, tulang atau tendon.
 Bedah kuratif  diindikasikan bila ulkus tidak sembuh dengan perawatan
konservatif, misalnya angioplasti atau bedah vascular (Osteomielitis)
 Bedah emergensi adalah tindakan yang paling sering dilakukan, dan
diindikasikan untuk menghambat atau menghentikan proses infeksi,
 ulkus dengan daerah infeksi yang luas
 adanya gangren gas.
 Tindakan bedah emergensi dapat berupa amputasi atau debridemen jaringan
nekrotik
 Menurut The Infectious Diseases Society of America
 Infeksi ringan : apabila didapatkan eritema < 2 cm
 Infeksi sedang: apabila didapatkan eritema > 2 cm
 Infeksi berat : apabila didapatkan gejala infeksi sistemik

 Ulkus diabetes yang terinfeksi dibagi menjadi 2 kelompok,


 Non-limb threatening : selulitis < 2cm dan tidak meluas sampai tulang atau sendi.
 Limb threatening : selulitis > 2cm dan telah meacapai tulang atau sendi, serta
adanya infeksi sistemik.
 Pemilihan antibiotik  berdasarkan hasil kultur sekret dan sensitivitas
 Pada bahan sekret yang diambil superfisial dengan yang deep swab
 Penggunaan antibiotik dapat dipilih secara empirik. berspektrum luas dan
diberikan secara intravena
 Lamanya pemberian antibiotik tergantung pada gejala klinis, luas dan dalamnya
jaringan yang terkena serta beratnya infeksi.
 Pada infeksi ringan sampai sedang 1-2 minggu,
 Infeksi yang lebih berat 2-4 minggu.
 Debridemen yang adekuat, reseksi atau amputasi jaringan nekrosis dapat
mempersingkat waktu pemberian antibiotik.
 Pada kasus osteomielitis
 jika tulang terinfeksi tidak dievakuasi, maka antibiotik harus diberikan selama 6-8
minggu, bahkan beberapa literatur menganjurkan sampai 6 bulan.
 Jika semua tulang yang terinfeksi dievakuasi, antibiotik dapat diberikan lebih singkat,
yaitu 1-2 minggu dan ditujukan untuk infeksi jaringan lunak.5
 Secara klinis,
 terlihat sebagai ulserasi yang dangkal
 iskemia yang nyata,
 Tidak mengenai tulang atau sendi,
 area selulitis <2 cm dari pusat ulkus.
 Pasien tampak stabil serta tidak memperlihatkan tanda dan gejala infeksi sistemik.
 Pengelolaan pasien
 pasien rawat jalan.
 Perawatan di rumah sakit  tidak ada perbaikan setelah 48-72 jam atau kondisi memburuk.
 Antibiotik langsung diberikan (cephalexin, amoxilin-clavulanic, moxifloxin atau clindamycin-p/o)
 pembersihan dan debridemen ulkus.
 koreksi hiperglikemia dan kontrol komorbid lainnya.
 evaluasi setelah 48- 72 jam untuk menilai tindakan yang mungkin perlu dilakukan.
 Aspek pencegahan, pendidikan pasien, perawatan dan penanganan ortotik juga dilakukan secara
terpadu
 ulkus yang dalam sampai mengenai tulang / sendi dengan selulitis
(kemungkinan besar akan terjadi osteomyelitis)
 lebih dari 2 cm dan/atau disertai
 gambaran klinis infeksi sistemik berupa demam, edema, limfangitis,
hiperglikemia, leukositosis dan iskemia.
 Pengelolaan pasien
 harus dirawat di rumah sakit untuk manajemen yang tepat.
 Debridemen dilakukan sejak awal
 Jaringan yang diambil dari luka dikirim untuk kultur
 Terapi empiris untuk infeksi berat harus dengan mempertimbangkan faktor lain seperti
biaya, toleransi pasien, alergi, potensi efek yang merugikan ginjal atau hati, kemudahan
pemberian dan pola resistensi antibiotik setempat.
 a/biotika intravena : imipenem-cilastatin, B-lactam B-lactamase (ampisilin-sulbactam
dan piperacilintazobactam),dan cephalosporin spektrum luas
 Infeksi kronik dan berat  infeksi polimikroba yang mencakup organisme
aerob gram positif & negatif serta anaerob.
 Pseudomonas sering diperoleh dari isolasi luka yang menggunakan
pembalutan basah;
 Enterokokus umumnya dibiakkan dari pasien yang sebelumnya telah
diterapi sefalosporin;
 kuman anaerob sering ditemukan pada luka dengan keterlibatan jaringan
yang dalam dan nekrosis;
 Methicillin-resistant Staphylococcy aureus (MRSA) diperoleh pada pasien
yang sebelumnya pernah di rawat inap atau diberikan terapi antibiotika.
 Bila terjadi infeksi berulang meskipun terapi antibiotik tetap diberikan, perlu
dilakukan kultur ulang jaringan untuk menyingkirkan infeksi superimposed.
Terapi Hiperbarik Oksigenasi Terapi Belatung
(HBOT) (MDT)

Terapi
Alternatif

Terapi luka Tekanan Negatif


Terapi Madu
(NPWT)
PaO2 > tekanan atmosfer normal.  Indikasi pemberian
 luka derajat 3 dalam
klasifikasi Wagner
peningkatan konsentrasi oksigen  luka yang gagal sembuh
dalam darah dan peningkatan setelah 30 hari
kapasitas difusi jaringan pengobatan standar
 ulkus kronis dengan
iskemia.
merangsang neovaskularisasi dan
replikasi fibroblas

meningkatkan fagositosis dan


leucocyte-mediated killing dari
bakteri
Hiperoksigenas
i

Hukum Boyle Dasar- Neovaskularisasi


dasar THO

Anti mikroba
Terapi Belatung

-jaringan mati (nekrotik) tanpa


mengganggu jaringan sehat -mengeluarkan enzim proteolitik -menstimulasi penyembuhan luka
yang mampu melunakkan jaringan sehingga mempercepat proses
nekrotik penyembuhan luka.
-memiliki sepasang taring pada
rahangnya yang digunakan untuk -menangani ulkus lebih cepat, lebih
bergerak dan menempel pada -mensekresi enzim yang bisa aman, dan lebih efisien daripada
luka merubah pH luka terapi debridemen lain
larutan yang
mengalami
supersaturasi
dengan
kandungan gula
yang tinggi

Menghasilkan Terapi pH yang rendah


hidrogen
peroksida madu (3,6-3,7)

cairan luka
akan terlarut
akibat
kandungan
gula yang tinggi
Non invasif
dgn Vacum
assisted
closure device memberikan
digunakan pada luka tekanan
kronik yang ukurannya (VAC)
subatmosfer
berkurang tidak lebih secara intermiten
dari 30% setelah empat atau terus-terusan
minggu dilakukannya dengan tekanan
debridement /pada Terapi sebesar 50-175
luka dengan cairan Luka mmHg.
eksudat yang banyak,
yang tidak bisa Tekanan
ditatalaksana secara Negatif
efektif hanya dengan
mengganti perban.

mengalirkan cairan luka


dari ruang
ekstravaskuler,
meningkatkan
oksigenisasi lokal, dan
aliran darah perifer dan
membantu angiogenesis
dan pembentukan
jaringan granulasi.
 Granulocyte colony stimulating factors (GCSF)
 terapi alternatif yang masih dalam penelitian.
 meningkatkan aktivitas neutrofil pada pasien DM.
 suntikan GSCF subkutan selama satu minggu pada ulkus dengan infeksi terbukti
mempercepat eradikasi kuman, memperpendek waktu pemberian antibiotik serta
menurunkan angka amputasi
 Platelet-derived growth factor becaplermin (PDGF-b, becaplermin)
 digunakan untuk merangsang penyembuhan luka
 dianjurkan pada neuropati kaki diabetes.
 Pemakaian bahan ini secara topikal dikatakan efektif dan aman, namun belum
terdapat data yang memadai
 Bioengineered skin (Apligraf) dan human dermis (Dermagraf)
 merupakan implan biologik aktif untuk mempercepat penyembuhan ulkus kronik.
 Produk bioengineered ini bekerja pada sistem penghantaran growth factor dan
komponen matriks dermal melalui aktifitas fibroblas  merangsang pertumbuhan
jaringan dan penutupan luka.
 Efektivitas terapi dievaluasi
 klinis pasien, suhu,
 leukosit dan hitung jenis, laju endap darah dan penanda inflamasi lainnya,
 kontrol gula darah dan parameter metabolik,
 tanda-tanda penyembuhan luka dan peradangan.

 Pada keadaan kompetensi vaskular yang baik, pengukuran suhu kaki


merupakan parameter klinis inflamasi
 Jika terdapat iskemi jaringan luka, antibiotik mungkin tidak dapat mencapai
lokasi yang terinfeksi.  prosedur rekonstruksi vaskular mungkin harus
dilakukan untuk meningkatkan aliran darah ke jaringan yang terinfeksi
 1 diantara 20 penderita akan menderita ulkus pada kaki dan 1 diantara 100
penderita akan membutuhkan amputasi setiap tahun
 Diabetes merupakan faktor penyebab utama amputasi non trauma
ekstremitas bawah di Amerika Serikat. Amputasi kontralateral akan
dilakukan pada 50 % penderita ini selama rentang 5 tahun ke depan
 Pada penderita diabetes dengan neuropati, meskipun hasil penyembuhan
ulkus tersebut baik, angka kekambuhanrrya 66% dan angka amputasi
meningkat menjadi 12%
 Patogenesis utama UPD yaitu neuropati dan iskemia tungkai. Pengeloaan
UPD hendaknya dilakukan melalui pendekatan patofisiologi. Prinsip
pengelolaan UPD secara terpadu ialah adekuasi penanganan iskemia,
debridemen, penanganan luka, offloading, penanganan bedah, penanganan
komorbiditas, menurunkan resiko kekambuhan dan penanganan infeksi.
Pengelolaan UPD terinfeksi terbagi atas infeksi yang tidak mengancam
tungkai dan yang mengancam tungkai. Pemilihan antibiotik sesuai dengan
hasil uji kultur dan sensitivitas, sedangkan lamanya pemberian tergantung
pada keadaan klinis dan beratnya infeksi. Terapi ajuvan lain yang
dikembangkan dalam pengelolaan UPD antara lain terapi oksigen hiperbarik,
pemberian granulocyte colony stimulating factors dan faktor pertumbuhan,
serta bioengineered tissue.

Anda mungkin juga menyukai