Anda di halaman 1dari 66

Laporan kasus

Alopesia Areata

Pembimbing : dr. Chadijah Rifai Latief,


Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Sp.KK
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Rumah Sakit Umum Daerah Koja
Periode 2 April – 5 Mei 2018
Disusun oleh : Nur Hidayah Binti
Dzulkifly 11.2016.249
IDENTITAS PASIEN

– Nama : An. A
– Usia : 11 tahun
– Jenis Kelamin : Laki-laki
– Alamat : cilincing
– Suku : Jawa
– Agama : Islam
– Tanggal Pemeriksaan :4/4/2018
Anamnesis (Auto & Allo
anamnesis)
– Keluhan Utama
Rambut rontok tiba-tiba sejak 1minggu yang lalu

– Keluhan Tambahan
Kadang terasa gatal jika berkeringat
Riwayat Penyakit Sekarang

– Pasien datang ke poliklinik kulit dan kelamin RSUD KOJA dengan


keluhan rambut rontok tiba – tiba sejak 1 minggu SMRS. Awalnya
pasien menganggap kerontokan yang terjadi pada pasien hanya
kerontokan yang biasa, tetapi lama kelamaan pada daerah kepala
tengah menjadi botak dan kebotakan hanya dialami pada daerah
tersebut tidak ada kebotakan ditempat lain. Selain mengeluh
rambut rontok, pasien juga mengeluh kadang terasa gatal pada
daerah yang mengalami kebotakan ketika pasien beraktivitas diluar
ruangan.
– Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Penyakit serupa : (-)
Riwayat penyakit lain di kulit kepala: (-)
Riwayat Asma : (-)
Riwayat Rhinitis alergika : (-)

– Riwayat Penyakit Keluarga


- Adik OS ada keluhan yang sama dengan pasien.

– Riwayat Alergi
- Alergi obat- obatan dan makanan disangkal
– Riwayat Pengobatan
Belum pernah berobat untuk keluhan ini

– Riwayat Sosial-Ekonomi
Keluarga pasien sosial ekonomi menengah ke bawah.

Riwayat Higienitas dan Kebiasaan


Pasien sering main bola di siang hari, jarang ganti baju setelah berkeringat.
Pasien sering menyundul bola dengan kepala.
Mandi menggunakan air PDAM, 2 kali sehari.
Pasien tidak memelihara kucing/anjing.
Pemeriksaan Fisik
– Keadaan umum : Tampak sakit ringan
– Kesadaran : compos mentis

– Tanda Vital
- Tekanan darah : tidak ada kelainan
- Nadi : tidak ada kelainan
- Suhu : tidak ada kelainan
- Pernapasan :tidak ada kelainan
Status Generalisata

– Kepala :
– Rambut : rambut rontok di regio parietalis kiri
– Mata : tidak ada kelainan
– Hidung : tidak ada kelainan
– Mulut : tidak ada kelainan
– Leher
– KGB: tidak ada kelainan
– Kelenjar tiroid tidak ada kelainan
– Thoraks : tidak ada kelainan

– Abdomen : tidak ada kelainan

– Ekstremitas : tidak ada kelainan


Status Dermatologis

Ad regio Regio parietal sinistra

Distribusi Regional

Efluroesensi Inspeksi: patch alopecia, ireguler, diameter 4cm, diskret,


tidak tampak folikel rambut.
– Status Lokalis Dermatologis
Regio capitis sinistra
– Lokasi : kulit kepala bagian parietal kiri
– Distribusi : terlokalisir unilateral
– Bentuk : bulat
– Susunan : soliter
– Batas : tegas
– Ukuran : plakat
– Efloresensi : plak berskuama ukuran diameter 4cm berbatas tegas.
Resume
– Anamnesis
– Seorang anak laki-laki 11 tahun

– Keluhan rambut rontok sejak 1minggu SMRS

– Awalnya pasien menganggap kerontokan yang terjadi pada pasien hanya


kerontokan yang biasa

– Tetapi lama kelamaan pada tengah kepala botak dan kebotakan hanya dialami
pada daerah itu saja tidak ada kebotakan ditempat lain.

– Selain mengeluh rambut rontok, pasien juga mengeluh kadang terasa gatal
pada daerah yang mengalami kebotakan ketika pasien beraktivitas diluar
ruangan.
Pemeriksaan penunjang

– Pemeriksaan spesimen rambut


– Dilakukan pencabutan rambut di regio parietalis sinistra
– Pemeriksaan spesimen rambut dengan KOH 20%
– Pemeriksaan lampu Wood
– Diagnosis kerja : Alopesia Areata

– Diagnosis Banding : Tinea Kapitis


Effluvium Telogen
Lupus eritematous
Penatalaksanaan

– Medikamentosa
– Kortikosteroid topikal 2x1
– Triamnisolon asetonid injeksi

– Non-Medikamentosa
– Hindari stress yang dapat mempengaruhi kerontokan rambut
– Menjaga kebersihan rambut dan kulit kepala
Prognosis

Quo ad vitam : ad bonam


Quo ad fungsionam : ad bonam
Quo ad sanactionam : ad bonam
–Tinjauan Pustaka
–Alopesia Areata
Rambut

– Salah satu adneksa kulit yang terdapat di seluruh


tubuh kecuali telapak tangan, telapak kaki, kuku
dan bibir.
Penampang rambut dapat dibagi
atas :

1. Kutikula
2. Korteks
3. Medula
Siklus pertumbuhan rambut normal
Alopesia
Alopesia berarti kehilangan rambut dari tubuh. Berikut ada beberapa tipe
alopesia :

• Alopesia Universalis
Kebotakan yang mengenai seluruh rambut yang ada pada tubuh.
• Alopesia Totalis
Kebotakan yang mengenai seluruh rambut kepala.
• Alopesia Areata
Kebotakan yang terjadi setempat-setempat dan berbatas tegas,
umumnya terdapat pada kulit kepala, tetapi dapat juga
mengenai daerah berambut lainnya.
Alopesia Areata

Alopesia areata adalah peradangan yang bersifat kronis dan


berulang, yang melibatkan folikel rambut, yang ditandai oleh timbulnya
satu atau lebih bercak kerontokan rambut pada skalp dan atau kulit
yang berambut terminal lainnya.

Lesi pada umumnya bulat atau lonjong dengan batas tegas,


permukaannya licin tanpa adanya tanda – tanda atropi, skuamasi
maupun sikatriks.
Faktor-faktor yang
mempengaruhi
Pada alopesia areata masa fase telogen menjadi lebih pendek dan
diganti dengan pertumbuhan rambut anagen yang distrofik. Berbagai faktor
dianggap mempengaruhi terjadinya kelainan ini antara lain:

1. Genetik

2. Imunologi

3. Faktor lain
Klasifikasi

Ikeda (1965), setelah meneliti 1989 kasus, mengemukakan klasifikasi alopesia areata sebagai
berikut :

1. Tipe umum : umur 20-40 tahun, 6% akan berkembang menjadi alopesia totalis
2. Tipe atipik : dimulai pada masa anak-anak dan 75% berkembang menjadi alopesia totalis
3. Tipe prehipertensif : usia dewasa muda, 39% akan menjadi alopecia totalis
4. Tipe kombinasi : setelah usia 40 tahun dan 10% akan menjadi alopecia totalis
Patogenesis

• Genetik : alopecia areata ditemukan secara autosomal dominan pada 25%


penderita
• Imunologi : merupakan penyakit autoimun.
• Faktor lain, keadaan atipikal
Gejala Klinis
• Bercak dengan kerontokan rambut pada kulit kepala, alis, janggut dan bulu
mata.

• Bercak berbentuk bulat atau lonjong.

• Pada tepi daerah yg botak ada rambut yg terputus.

• Bila rambut dicabut terlihat bulbus atrofi.

• Sisa rambut seperti tanda seru (exclamation mark hair) batang rambut ke
arah pangkal makin halus tetapi mudah dicabut.
Jenis Rambut

– 1. Rambut terminal, rambut kasar mengandung


banyak pigmen terdapat di kepala, bulu mata,
ketiak dan genitalia eksterna.
– 2. Rambut velus, rambut halus sedikit
mengandung pigmen terdapat hampir di seluruh
tubuh.
Bagian Rambut

1. Kutikula, lapisan keratin berguna untuk perlindungan


terhadap kekeringan dan pengaruh lain dari luar.
2. Korteks, serabut polipeptida yg memanjang & saling
berdekatan, mengandung pigmen.
3. Medula, terdiri atas 3-4 lapis sel kubus berisi
keratohialin, badan lemak & rongga udara. Rambut halus
tidak mempunyai medulla.
BAGIAN RAMBUT
Siklus Rambut

Siklus pertumbuhan yg normal terdiri dari 3


siklus yaitu :
1. Masa Anagen
2 Masa Katagen
3. Masa Telogen
 1. Masa Anagen, sel-sel matriks melalui mitosis membentuk
sel baru mendorong sel yg lebih tua ke atas. Lamanya 2-6
tahun.
 2. Masa Katagen, masa peralihan didahului oleh penebalan
jaringan ikat di sekitar folikel rambut.Bagian tengah akar
rambut menyempit & bagian bawahnya melebar & mengalami
pertandukan & terbentuk gada (club). Berlangsung 2-3
minggu.
– 3. Masa Telogen, masa istirahat yg
dimulai dgn memendeknya sel epitel &
berbentuk tunas kecil yg membuat
rambut baru sehingga rambut gada akan
terdorong keluar.
SIKLUS PERTUMBUHAN
RAMBUT
– Lama masa anagen berkisar 1000 hari,
– Lama masa telogen sekitar 100 hari
– Perbandingan rambut anagen & telogen antara 9 : 1.
– Jumlah folikel rambut pada manusia adalah sekitar
100.000,
– Rambut pirang & merah jumlahnya lebih sedikit
daripada rambut hitam
– Jumlah rambut yang rontok per hari adalah
100 helai.
– Densitas folikel rambut pada bayi adalah
1135/cm2 dan berkurang menjadi 615/cm2
pada usia 3 puluhan, karena meluasnya
permukaan kulit.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan rambut

1. Faktor Fisiologi :
– Hormon :
- Androgen : Mempercepat pertumbuhan dan
menebalkan rambut di daerah janggut (pada pria).
Pada wanita, dapat menyebabkan hirsutisme. Pada
penderita alopesia androgenik, dapat memperkecil
diameter batang rambut dan memperkecil waktu
pertumbuhan rambut anagen.
- Estrogen : Dapat memperlambat pertumbuhan rambut,
tetapi memperpanjang anagen.

- Tiroksin.

- Kortikosteroid.
– Metabolisme

– Vaskularisasi

– Nutrisi : Malnutrisi (protein dan kalori) → rambut


menjadi kering, suram dan kehilangan pigmen setempat.
Kekurangan vit. B12, asam folat, zat besi → rambut
rontok.
2. Faktor Patologi :
– Peradangan sistemik / setempat :
- Kuman lepra → kulit atropi dan folikel rambut rusak → kerontokan alis mata
dan bulu mata (madarosis).

- Eritomatosis sifillis st. II → rambut menipis secara merata atau setempat


secara tidak rata, disebut moth eaten appearance.

- Tinea Capitis → kerusakan batang rambut dan kerontokan rambut.


– Obat :
- Antineoplasma (bleomisin, endoksan, vinkristin, antimitotik (kolkisin)) →
menghalangi pembentukan btg rambut → rambut rontok.

- Logam berat (thalium, merkuri dan arsen) → terikat pada grup sulfhidril dlm
keratin rambut.
ALOPESIA

– Ada 3 tipe Alopesia, diantaranya :


– 1.Alopesia universalis, kebotakan mengenai seluruh rambut pada tubuh
– 2. Alopesia totalis, kebotakan mengenai seluruh rambut kepala
– 3. Alopesia areata kebotakan yg terjadi setempat, berbatas tegas, terdapat
pada kulit kepala juga dapat mengenai daerah berambut lainnya.
Definisi

– Kebotakan yang terjadi setempat-setempat


dan berbatas tegas, umumnya terdapat
pada kulit kepala, tetapi dapat juga
mengenai daerah berambut lainnya.
Etiologi

– Etiologinya belum diketahui.

– Seringkali dihubungkan dengan penyakit autoimun.

– Sering dihubungkan juga dengan infeksi fokal, kelainan endokrin, dan stress emosional.

– Sebagian penderita menunjukkan keadaan neurotik dan trauma psikis.

– 10-20% penderita alopesia areata mempunyai riwayat alopesia areata dalam keluarganya.
Epidemiologi

– Di Amerika Serikat prevalensi pada populasi umum adalah 0.1-0.2%.


– Insidensi dan prevalensi alopesia areata tidak diketahui. Diperkirakan bahwa
1,7% dari penduduk akan mengalami episode alopesia areata selama hidupnya.
– Dalam satu studi, pada 736 pasien, rasio laki-laki : perempuan dilaporkan 1 : 1.
Lanjutan

– Puncak insidensi tampaknya terjadi pada dewasa muda, yaitu pada usia 15-29
tahun.
– Sebanyak 44% orang dengan alopesia areata telah mulai terlihat pada usia
kurang dari 20 tahun dan kurang dari 30% orang dengan alopesia areata terlihat
pada usia lebih dari 40 tahun.

Pada kasus ini pasien merupakan


laki-laki berusia11tahun dan
termasuk kedalam epidemiologi
dari alopesia areata
Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi

Genetik Imunologi Faktor Lain


Klasifikasi
Ikeda (1965), setelah meneliti 1989 kasus, mengemukakan klasifikasi
alopesia areata sebagai berikut :
– Tipe umum
Meliputi 83% kasus terjadi diantara umur 20 – 40 tahun, dengan
gambaran lesi berupa bercak bercak bulat selama masa perjalanan
penyakit.

– Tipe atopic
Meliputi 10% kasus, yang umumnya mempunyai stigmata atopi atau
penyakitnya telah berlangsung lebih dari 10 tahun. Tipe ini dapat
menetap atau mengalami rekurensi pada musim-musim tertentu
(perubahan musim)
Lanjutan … Pada kasus ini pasien
berusia11tahun dan
termasuk kedalam tipe
umum
– Tipe prehipertensif
Meliputi 4% kasus dengan riwayat hipertensi pada penderita maupun
keluarganya.

– Tipe kombinasi
Meliputi 5% kasus, pada umur > 40 tahun dengan gambaran lesi-lesi
bulat atau retikular. Penyakit endokrin autonomik yang terdapat pada
penderita antara lain berupa diabetes mellitus dan kelainan tiroid.
Patogenesis

– Kelainan yang terjadi pada alopesia areata dimulai oleh adanya rangsangan
yang menyebabkan folikel rambut setempat memasuki fase telogen lebih awal
sehingga terjadi pemendekan siklus rambut.

– Rambut yang melanjutkan siklus akan membentuk rambut anagen baru yang
lebih pendek, lebih kurus, terletak lebih superfisial pada middermis dan
berkembang hanya sampai fase anagen IV
– Beberapa ciri khas alopesia areata dapat dijumpai,
misalnya berupa batang rambut tidak berpigmen dengan
diameter bervariasi, dan kadang-kadang tumbuh lebih
menonjol ke atas (rambut-rambut pendek yang bagian
proksimalnya lebih tipis di banding bagian distal sehingga
mudah dicabut), disebut exclamation mark hairs atau
exclamation point.
– Lesi yang telah lama tidak mengakibatkan pengurangan jumlah folikel.
Folikel anagen terdapat di semua tempat walaupun terjadi perubahan
rasio anagen : telogen.

– Folikel anagen akan mengecil dengan sarung akar yang meruncing tetapi
tetap terjadi diferensiasi korteks, walaupun tanpa tanda keratinisasi.
Rambut yang tumbuh lagi pada lesi biasanya di dahului oleh rambut
velus yang kurang berpigmen.
Gambaran Klinis

– Bercak dengan kerontokan rambut pada kulit kepala, alis,


janggut dan bulu mata.
– Bundar atau lonjong.
– Pada tepi daerah yg botak ada rambut yg terputus, bila
rambut itu dicabut akan terlihat bulbus yg atrofi. Sisa rambut
terlihat seperti tanda seru.
Pada kasus ini tampak bercak
berbentuk Bundar

– Rambut tanda seru (Exclamation Mark Hair) adalah


batang rambut yang ke arah pangkal makin halus,
– rambut sekitarnya tampak normal, namun mudah
dicabut.
– Pada beberapa penderita kelainan menjadi progresif
dgn terbentuknya bercak baru sehingga terdapat
Alopesia totalis.
Yang terdapat pada
kasus
Pemeriksaan Penunjang

– Adanya trikodistrofi, anagen effluvium, atau telogen yang luas,


dan perubahan pada gambaran histopatologi.
– Tes menarik rambut pada bagian tepi lesi yang positif
menunjukkan keaktifan penyakit
– Biopsi pada tempat yang terserang menunjukkan peradangan
limfositik peribulbar pada sekitar folikel anagen atau katagen
disertai meningkatnya eosinofil atau sel mast.
Lanjutan…

– Pada pemeriksaan histopatologi diperoleh


gambaran spesifik pada alopesia areata berupa
miniaturisasi struktur rambut, baik pada fase awal
rambut anagen maupun pada rambut telogen
yang distrofik.
Diagnosis Banding

– Tinea kapitis,
– Lupus eritematosus
– Telogen Effluvium
– Trikotilomania
– Alopesia Andregenik
Gejala Klinis Tinea kapitis tipe grey Alopesia Areata Dermatitis Seboroik
patch ring worm

Predileksi Scalp Scalp Scalp

Pruritus Pruritus (+) Pruritus (+/-) Pruritus (+)


Alopesia Alopesia setempat Alopesia di beberapa Alopesia sementara
tempat
Bercak Bercak kemerahan atau Warna kulit kepala sama Eritema
plak eritematosa dengan sekitarnya

Skuama Skuama halus Skuama halus Skuama berminyak

Krusta Krusta (+/-) Krusta (-) Krusta kekuningan


Terapi
– Penatalaksanaan Umum

- Tidak ada terapi kuratif yang tersedia untuk alopesia areata.


Penatalaksanaan untuk aleposia areata ini masih kurang
memuaskan. Dalam kebanyakan kasus, yang paling penting adalah
penanganan pasien secara psikologis baik berupa dukungan dari
dokter, keluarga, maupun kelompok lain.

- Pasien dengan area alopesia yang luas dapat disarankan untuk


memakai wig. Alis mata juga dapat digambar dengan
menggunakan make-up ataupun ditato untuk memperbaiki
kosmetik.
Terapi (Penatalaksanaan
Khusus)
– Injeksi intralesi dengan Triamsinolon asetonid
dapat membantu,
– Pemberian topikal dgn kortikosteroid.

Pada kasus ini


– Dapat juga dengan penutulan Fenol 95% yang
debrikan
kortikosteroid
dinetralisasikan dgn alkohol setiap minggu
topikal dan
triamsinolon
asetonid
Prognosis

– Pertumbuhan kembali rambut secara spontan terjadi


dalam 6 bulan pada 33% kasus alopesia areata, dan
dalam 1 tahun pada 50% kasus.

– Pada awalnya rambut yang tumbuh kembali akan berupa


rambut velus yang halus, kamudian akan digantikan
dengan rambut yang kuat dan berpigman.
– Namun, pada 33 % kasus akan mengalami
episode alopesia seumur hidupnya.
– Prognosis buruk dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain usia awal terkena alopesia yang
< 10 tahun, luasnya alopesia, cepat atau
lambatnya pengobatan serta adanya kelainan
organ tubuh lain misalnya distrofi kuku.

Anda mungkin juga menyukai