Anda di halaman 1dari 23

Laporan Kasus

Miopi Gravior OS, Pseudophakia OD

Nama : Nur Hidayah Binti Dzulkifly


Nim : 11.2016.249

Pembimbing :
dr. Irma Andriany , Sp.M

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA


FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
SMF ILMU PENYAKIT MATA
BAYUKARTA EYE CENTRE
RUMAH SAKIT BAYUKARTA, KARAWANG
Periode 13 Agustus– 15 September 2018

1
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
(UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA)
Jl. Terusan Arjuna No. 6 Kebon Jeruk – Jakarta Barat

KEPANITERAAN KLINIK
STATUS ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
Hari/ Tanggal Ujian / Presentasi Kasus :
SMF ILMU PENYAKIT MATA
RUMAH SAKIT BAYUKARTA KARAWANG

Nama : Nur Hidayah Binti Dzulkifly Tanda Tangan


NIM : 11.2016.249

Dr. Pembimbing / Penguji : dr. Irma Andriany, Sp.M

I. IDENTITAS
Nama : An MN
Umur : 11 tahun 5 bulan 6 hari
Alamat : Cikampek
Pekerjaan : Siswa
Agama : Islam
Tanggal Pemeriksaan : 7 September 2018

II. ANAMNESIS
Auto dan Allo anamnesis : 7 September 2018

Keluhan Utama :
Pasien merasa semakin buram pada mata kiri sejak 1 bulan yang lalu

Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien datang dengan keluhan mata kiri semakin buram terutama saat melihat
jauh, pandangan kabur dirasakan sepanjang hari, kadang mata merasa sangat silau jika
dipagi hari. Pandangan dirasakan tidak jelas sehingga pasien sering memincingkan mata

2
untuk melihat dengan lebih jelas. OS juga mengaku mata merasa tegang dan cepat lelah
pada saat melihat. Untuk melihat sangat dekat, pasien tidak memiliki keluhan apapun.
Kedua mata kadang merasa pegal dan berair. Rasa sakit pada mata, mata merah dan
keluarnya belekan di mata saat pagi hari di sangkal oleh pasien. Sebelumnya 3 tahun
yang lalu pasien sudah mulai merasa mata sering merasa pegal dan buram jika melihat
jauh. Di sekolah OS mengeluh tidak melihat papan tulis apabila duduk di belakang
kelas.
Pasien sudah pergi ke dokter mata 3 tahun yang lalu dan di resepin kacamata
namun semakin hari penglihatannya menjadi semakin burem. Sebelumnya OS
menggunakan kacamata dengan berukuran – 11.00 D mata kanan dan kiri. Keluhan sakit
kepala turut dirasakan pasien saat matanya berusaha fokus untuk melihat jauh dengan
kacamata.

Riwayat Penyakit Dahulu


OS sudah pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya. riwayat penyakit
di kedua kelopak mata dan sudah di operasi di RS Bayukarta 1 tahun yang lalu. OS
sudah memakai kaca mata sejak 3 tahun yang lalu dengan kacamata berukuran – 11.00
D untuk mata kiri dan kanan. Trauma (-), Hipertensi (-), Diabetes Mellitus (-), Sakit
jantung (-), Asma (-), Stroke (-) penyakit bawaan (-) riwayat lahir normal , riwayat
imunisasi lengkap. Mata kanan sudah dilakukan phakoemulsifikasi 1 bulan yang lalu.

Riwayat Kebiasaan
Menurut bapa OS, OS sering menonton tv dengan jarak dekat dan bermain hp
setiap hari.OS sering terpapar terhadap habuk dan asap rokok di rumah dan
lingkungannya.

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada anggota keluarga OS yang memiliki keluhan yang sama seperti ini.
Riwayat darah tinggi dan kencing manis pada keluarga disangkal. Riwayat katarak
dalam keluarganya juga disangkal.

3
III. PEMERIKSAAN FISIK
STATUS GENERALIS
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
Tanda-Tanda Vital : Tidak dilakukan
Nadi :70x/menit
RR :18x/menit
Suhu :36.5oC
Kepala : Dalam batas normal
Mulut : Dalam batas normal
THT : Dalam batas normal
Thorax
Jantung : Dalam batas normal
Paru : Dalam batas normal
Abdomen : Dalam batas normal
Extremitas : Dalam batas normal

STATUS OPHTHALMOLOGIS
KETERANGAN OD OS
1. VISUS
- Visus jauh 0.8 ph tdk maju 0.05 ph 0.12
- Koreksi NBC NBC
- Addisi - -
- Kaca mata lama - -
2. KEDUDUKAN BOLA MATA
- Eksoftalmus - -
- Enoftalmus - -
- Deviasi - -
- Gerakan Bola Mata Baik ke segala arah Baik ke segala arah

3. SUPERSILIA
- Warna Hitam, distribusi Hitam, distribusi
normal normal
- Simetris Simetris Simetris

4
- Tanda peradangan - -
4. PALPEBRA SUPERIOR DAN INFERIOR
- Edema - -
- Nyeri tekan - -
- Ektropion - -
- Entropion - -
- Blefarospasme - -
- Sikatriks - -
5. KONJUNGTIVA PALBEBRA SUPERIOR INFERIOR
- Hiperemis - -
- Folikel - -
- Papil - -
- Sikatriks - -
- Hordeolum - -
- Kalazion - -
6. KONJUNGTIVA BULBI
- Sekret - -
- Injeksi Konjungtiva - -
- Injeksi Siliar - -
- Perdarahan - -
Subkonjungtiva
- Pterigium - -
- Pinguekula - -
7. SKLERA
- Warna Normal Normal
- Ikterik - -
- Nyeri Tekan - -
8. KORNEA
- Kejernihan Jernih Jernih
- Permukaan Rata Rata
- Ukuran Normal Normal
- Sensibilitas Baik Baik
- Infiltrat - -
- Sikatriks - -
- Ulkus - -
- Perforasi - -

5
- Arcus senilis - -
- Edema - -
9. BILIK MATA DEPAN
- Kedalaman Dalam Dalam
- Kejernihan Jernih Jernih
- Hifema - -
- Hipopion - -
10 IRIS
- Warna Coklat Coklat
- Sinekia - -
11 PUPIL
- Letak Sentral Sentral
- Bentuk Bulat Bulat
- Ukuran 3 mm 3 mm
- Refleks Cahaya langsung + +
- Refleks Cahaya tidak + +
langsung
12 LENSA
- Kejernihan Jernih Jernih
- Letak Tengah Tengah
- Test Shadow - -
13 BADAN KACA
- Kejernihan Jernih Jernih
14 FUNDUS OKULI
- Batas Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- Warna Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- Ekskavasio Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- Rasio Arteri : Vena Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- C/D Rasio Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- Makula Lutea Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- Retina Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- Eksudat Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- Perdarahan Tidak dilakukan Tidak dilakukan

6
- Sikatriks Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- Ablasio Tidak dilakukan Tidak dilakukan
15 PALPASI
- Nyeri tekan - -
- Massa tumor - -
- Tensi okuli 14.2 mmHg 18.6 mmHg
- Tonometri - -
16 KAMPUS VISI (LAPANG PANDANG)
- Tes Perimetri - -
- Tes Konfrontasi - -

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Saran:
− Slit-Lamp
− Oftalmoskopi direk/indirek
− Shadow test
− Gonioskopi
− USG mata
− Orbscan corneal tophograper

V. RESUME
Pasien anak laki-laki berusia 11 tahun datang ke Poliklinik Mata RS Bayukarta
dengan keluhan mata kiri semakin buram terutama melihat jauh sejak 1 bulan yang lalu.
Untuk melihat sangat dekat, pasien tidak memiliki keluhan apapun. Mata kadang terasa
pegal dan berair. Pusing juga dirasakan saat berusaha memfokuskan penglihatan jauh.
4 tahun yang lalu mata kanan sudah sering merasa buram dan pegal.1 tahun yang lalu
pasien menjalani operasi blepharoplasty ODS dan 1 bulan yang lalu pasien menjalani
phakoemulsifikasi OD. Pasien tampak sakit ringan, kesadaran compos mentis, nadi
70x/menit, frekuensi nafas 18x/menit, suhu 36.5oC

7
OD OS
Visus 0.8 ph tdk maju 0.05 ph 0.12
Lensa Jernih Jernih
Edema Palpebra - -
Nyeri tekan palpebral - -
Konjungtiva Hiperemis - -
Kornea Jernih Jernih

VI. DIAGNOSIS KERJA


- OD: pseudophakia + post blepharoplasty
- OS: miopi gravior + post blepharoplasty
- Anisometropia

VII. DIAGNOSIS BANDING


- OS : katarak immature, ambliopia

VIII. PENATALAKSANAAN
- Phacoemulsifikasi OS
- Siloxan ED 4 x 1 tetes OS
- Penggunaan kacamata

IX. PROGNOSIS
OD OS
Ad Vitam : Bonam Bonam
Ad Fungsionam : Dubia ad bonam Dubia ad bonam
Ad Sanationam : Dubia ad bonam Dubia ad bonam

8
Diskusi Kasus

Pasien anak laki-laki usia 11 tahun dengan keluhan mata burem dan tidak nyaman
terutama saat melihat jauh. Keluhan dirasakan memberat sejak 1 bulan yang lalu dan OS
mengaku sudah menderita keluhan yang sama sejak 4 tahun yang lalu. OS mengaku di sekolah
kesulitan untuk melihat papan tulis jika berada di jarak jauh. OS mengaku pusing jika matanya
coba memfokuskan melihat jauh.

OS mengaku sudah pernah memakai kacamata dengan ukuran -11.00 sejak 3 tahun
yang lalu namun penglihatannya dirasakan semakin memburuk. OS sering memincingkan mata
kalau melihat jauh merupakan cara untuk mendapatkan efek pin-hole pada pandangan. OS
menyangkal adanya penglihatan berkabut atau berawan yang mana dugaan katarak kongenital
dapat disingkirkan. Dari anamnesa didapatkan OS menderita myopia progressif/maligna.

Berdasarkan pemeriksaan fisik, mata OS tidak didapatkan mata merah, belekan,


ataupun nyeri. Ini menyangkal penurunan visus akibat dari kelainan mata akibat infeksi atau
kelaianan bawaan. Pada pemeriksaan visus didapatkan visus mata kanan 0.8 dengan pinhole
tidak maju dan visus mata kiri 0.05 dengan pinhole 0.12. pada mata kanan sudah dilakukan
phakoemulsifikasi 1 bulan yang lalu. Data ini mendukung bahwa pada pasien ini menderita
penurunan visus akibat kelainan refraksi.

Berdasarkan riwayat penyakit mata pasien ini pernah di diagnose dengan entropion dan
sudah di lakukan operasi blepharoplasty ODS . jadi dapat diduga bahwa kejadian myopia yang
di derita pasien ini adalah kelaianan kongenital atau herediter pada media refraksinya dan bisa
kelainan panjang bola matanya.

Pentalaksanaan buat myiopia gravior ada bermacam-macam. Untuk kasus ini yang
paling tepat adalah dengan memasang lensa tanam (IOL) dengan cara phakoemulsifikasi. Kerna
dengan kacamata tidak memungkinkan terjadi perbaikan kerna myopia yang diderita bersifat
progressif. Namun komplikasi seperti ablasio retina, glaucoma akut harus diwaspadai dengan
teknik ini. LASIK tidak disarankan kerna pasien masih berusia 11 tahun.

9
MIOPIA
1.1 Definisi
Miopia merupakan kelainan refraksi dimana berkas sinar sejajar yang memasuki mata
tanpa akomodasi jatuh pada fokus yang berasa di depan retina. Dalam keadaan ini objek yang
jauh tidak dapat dilihat secara teliti karena sinar yang datang saling bersilangan pada badan
kaca, ketika sinar tersebut sampai di retina sinar-sinar ini menjadi divergen membentuk
lingkaran yang difus dengan akibat bayangan yang kabur. Pasien miopia mempunyai pungtum
remotum ( titik terjauh yang masih dilihat jelas) yang dekat sehingga mata selalu dalam atau
berkedudukan konvergensi yang akan menimbulkan keluhan astenopia konvergensi. Bila
kedudukan mata ini menetap maka penderita akan terlihat juling ke dalam atau esotropia.

Gambar 1: Refraksi pada mata dengan miopia


Derajat miopia pasien dapat dibagikan ringan (1-3 dioptri), sedang 3-6 dioptri) atau
berat (lebih dari -10 dioptri). Miopia juga dapat diklasifikasikan berdasarkan etiologi ( miopia
axial, miopia kurvatural, miopia positional, miopia indeks dan miopia yang disebabkan oleh
akomodasi berlebih), laju perubahan besarnya derajat secara klinik ( miopia simplek, miopia
progresif dan miopia maligna) dan variasi klinis (miopia kongenital, miopia simplek, miopia
degeneratif dan miopia didapat) .

1.2 Klasifikasi Miopia


Klasifikasi Miopia: Besarnya derajat refraksi
1. Miopia ringan : Spheris -0,25 Dioptri s/d Spheris -3,00 Dioptri
2. Miopia sedang : Spheris -3,25 Dioptri s/d -6,00 Dioptri
3. Miopia tinggi: > Spheris -6,25 Dioptri

Klasifikasi Miopia: Laju perubahan besarnya derajat secara klinik


1. Miopia simplek/statsioner/fisiologik
Miopia tipe ini biasanya timbul pada usia yang masih muda kemudian akan berhenti.
Tetapi dapat juga naik sedikit demi sedikit kemudian berhenti. Miopia tipe ini bisa juga

10
naik sedikit pada masa puber sampai sekitar umur 20 tahun. Besar dioptrinya kurang
dari S-5,00 Dioptri atau S – 6,00 Dioptri. Tetapi miopia tipe ini sekiranya dikoreksi
dengan lensa yang tepat dapat mencapai normal yaitu 6/6 atau 20/20.
2. Miopia progresif
Miopia tipe ini ditemukan pada setiap peringkat umur. Pada miopia tipe ini terjadinya
kelainan fundus yang khas untuk miopia tinggi ( miopia lebih dari Spheris -6,00
Dioptri).
3. Miopia maligna
Miopia tipe ini bisa juga disebut dengan miopia patologis atau degeneratif karena
disertai penuaan dari koroid dan bagian lain dalam bola mata yaitu lensa,koroid dan
badan siliar.
Klasifikasi Miopia: Faktor Penyebab
1. Miopia Axial
Miopia axial terjadi akibat dari bertambahnya panjang antero-posterior dari bola mata.
Pada orang dewasa panjang axial bola mata normal adalah 22,6 mm. Perubahan
diameter anteroposterior bola mata sebanyak 1 mm akan menimbulkan perubahan
refraksi sebesar 3 Dioptri. Miopia axial ini dapat terjadi sejak lahir oleh karena faktor
hereditas ataupun bisa disebabkan oleh komplikasi penyakit lain seperti gondok, TBC,
dan campak. Selain itu dapat juga disebabkan karena anak yang suka membaca dalam
jarak yang terlalu dekat sehingga mata luar dan polus posterior yang paling lemah dari
bola mata memanjang. Miopia ini dapat bertambah terus seiring dengan usia anak.
2. Miopia Kurvatura
Miopia tipe ini terjadi akibat peningkatan kurvatura dari lensa atau kornea atau kedua-
duanya. Kurvatura dari kornea bertambah kelengkungannya, misalnya pada
keratokonus dan kelainan kongenital. Kenaikan kelengkungan lensa bisa juga
menyebabkan miopia kurvatura, misalnya pada stadium intumesen dari katarak.
Perubahan kelengkungan kornea sebesar 1 mm akan menimbulkan perubahan refraksi
sebesar 6 dioptri.
3. Miopia Positional
Miopia tipe ini terjadi akibat perubahan posisi lensa kearah anterior setelah tindakan
bedah terutama glaukoma berhubungan dengan terjadinya miopia.
4. Miopia Indeks Refraksi

11
Miopia tipe ini adalah disebabkan berlakunya peningkatan indeks bias dari lensa diikuti
dengan dengan terjadinya nuklear sklerosis. Peningkatan indeks bias media refraksi
sering terjadi pada penderita diabetes melitus yang kadar gula darahnya tidak terkontrol.
Klasifikasi Miopia : Variasi Klinis
1. Miopia Kongenital
Miopia kongenital biasanya didapatkan sejak lahir namun baru dapat didiagnosa pada
saat pasien anak mencapai usia 2-3 tahun. Biasanya miopia tipe ini terjadi secara
unilateral dan mengakibatkan anisometropia. Namun pada kasus yang jarang terdapat
kemungkinan miopia tipe ini terjadi bilateral. Anak yang mengalami miopia tipe ini
cenderung untuk melakukan konvergen squint untuk melihat objek yang jauh (10-12
cm) dengan lebih jelas. Miopia kongenital ini biasanya disertai dengan kelainan
kongenital yang lain seperti katarak, mikrophtalmus, aniridia, megalokornea dan
separasi retina kongenital.
2. Miopia Simplek
Miopia simplek atau developmental merupakan tipe miopia yang sering terjadi. Miopia
tipe ini biasanya dianggap sebagai perubahan fisiologis dan tidak ada kaitan dengan
penyakit mata lainnya. Prevalensi miopia tipe ini meningkat dari 2 % pada umur 5 tahun
kepada 14 % pada umur 15 tahun. Disebabkan peningkatan signifikan kasus ini terjadi
pada usia sekolah yaitu 8 – 10 tahun, miopia tipe ini juga disebut school myopia.
2.1 Etiologi
Miopia tipe ini merupakan suatu variasi biologi normal dari perkembangan mata
dimana miopia tipe ini bisa berkait dengan genetik maupun tidak. Beberapa faktor
penyebab terjadinya miopia simplek ini adalah:
 Miopia simplek tipe axial : Merupakan variasi fisiologis dari perkembangan
bola mata atau berhubungan dengan pertumbuhan neurologi prekok pada
masa anak-anak
 Miopia simplek tipe kurvatural : Miopia tipe ini disebabkan oleh tidak
terjadinya perkembangan dari bola mata.
 Pengaruh genetik : Genetik berperan dalam menentukan variasi
pertumbuhan bola mata dimana anak dengan kedua orang tua yang
mempunyai riwayat miopia mempunyai persentase sebanyak 20% mendapat
miopia dibanding dengan anak dengan salah satu orang tua yang mempunyai
riwayat miopia ( 10%) dan anak dengan orang tua tidak mempunyai riwayat
miopia (5%).
12
 Teori bekerja dengan penglihatan sangat dekat: Menurut teori ini, sekiranya
dari zaman anak masih kecil mereka sudah terbiasa dengan bekerja dengan
penglihatan sangat dekat ini dapat mencetuskan miopia. Namun, teori ini
masih belum terbukti secara medis.

Gejala Klinis
 Symptom
- Kabur pada penglihatan jauh
- Gejala astenopia dapat terjadi pada pasien dengan miopia ringan
- Orang tua sering mengeluh anak mereka sering menyipitkan mata.
Tindakan ini dilakukan anak untuk mendapatkan penglihatan yang lebih
jelas.
 Signs
- Bola mata tampak lebih besar dan menonjol.
- Kamera okuli anterior tanpak lebih dalam dibandingkan dengan mata
normal
- Pupil tampak lebih melebar
- Pada pemeriksaan fundus biasanya hasil yang didapatkan normal
- Biasanya terjadi pada usia 5 – 10 tahun dan meningkat sampai usia 18 –
20 tahun dengan rata-rata -0,5 ± 0,3 per tahun.
1 Miopia Patologis / Degeneratif
Miopia tipe patologis/ degeneratif/ progresif merupakan tipe miopia yang berjalan
secara progresif dan didapatkan mulai dari umur 5 – 10 tahun dan berkembang menjadi
miopia derajat tinggi pada saat dewasa di mana keadaan ini berefek pada perubahan
degenerasi pada mata.

1.3 Etiologi
 Pengaruh herediter : Literatur telah membuktikan bahwa miopia tipe ini
sangat dipengaruhi faktor herediter dimana miopia tipe ini bersifat familial,
lebih sering terjadi pada bangsa arab, cina, jepang dan yahudi dan miopia
tipe ini sangat jarang terjadi pada bangsa negro, nubian dan sudan. Hal ini
menunjukkan hubungan herediter dalam perkembangan retina namun koroid

13
mengalami degenerasi akibat dari peregangan mengakibatkan degenerasi
retina.
 Pengaruh pertumbuhan secara umum: Proses pertumbuhan ini merupakan
faktor minor pada perkembangan miopia. Perpanjangan dari segmen
posterior bola mata terjadi hanya sepanjang masa pertumbuhan aktif dan
diperkirakan berhenti saat pertumbuhan aktif berhenti. Pada saat
pertumbuhan ini terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi seperti
nutrisi, defisiensi, gangguan hormonal dan penyakit yang terjadi saat
pertumbuhan aktif sehingga mempengaruhi perkembangan miopia.

Gambar 2 : Bagan Hipotesa Miopia Patologis

1.4 Gejala Klinis


 Symptom
- Kabur pada saat melihat jauh. Penurunan visus pada miopie tipe
patologis biasanya lebih parah dengan miopia simplek
- Pasien mengeluh melihat sesuatu bewarna hitam melayang pda
lapang pandang nya. Hal ini terjadi akibat dari degenerasi vitreus.

14
- Rabun pada malam hari dapat terjadi pada pasien dengan miopia
tinggi.
 Signs
- Bola mata yang lebih besar dan menonjol
- Kornea terlihat lebih besar
- Bilik kamera depan lebih dalam dibanding dengan normal
- Pupil lebih melebar dibanding dengan normal
- Gambaran pada pemeriksaan fundus:
 Badan kaca: Ditemukan kekeruhan berupa pendarahan atau
degenerasi yang terlihat sebagai floaters atau benda-benda
mengapung dalam badan kaca. Kadang ditemukan ablasi
badan kaca yang dianggap belum jelas hubungannya dengan
keadaan miopia.
 Papil saraf optik: Terlihat pigmentasi peripapil, kresen
miopia, papil terlihat lebih pucat yang meluas terutama k
bagian temporal. Kresen miopia dapat ke seluruh lingkaran
papil sehingga papil dikelilingi oleh daerah koroid yang
atrofi dan pigmentasi yang tidak teratur.
 Degenerasi pada retina dan koroid: Keadaan ini ditandai
dengan plak keputihan pada makula dengan sedikit pigmen
yang mengelilinginya. Foster fuchs spot berupa bercak merah
sirkuler yang disebab kan oleh neovaskularisasi sub retinal
dan perdarahan koroid dapat terlihat di daerah makula.
 Stafiloma posterior: Keadaan ini terjadi akibat dari ekstasi
sklera pada daerah posterior sehingga terlihat gambaran
pembuluh darah yang berkelok dari tempat pertumbuhan
asal.
 Lapang pandang terlihat berkontraksi dan memperlihatkan
adanya skotoma.
 ERG menunjukkan hasil sub normal electroretinogram.

15
Gambar 3 : Kresen Miopia

Gambar 4: Gambaran fundus pada miopia patologis

2.3 Pemeriksaan Oftalmologi


Pemeriksaan oftalmologi dilakukan secara umum seperti pada saat pertama kali pasien
datang yaitu:
 Pemeriksaan ketajaman penglihatan dari jarak jauh menggunakan kartu Snellen
dan dari jarak dekat dengan menggunakan kartu Jaeger
 Uji pembiasan dilakukan untuk menentukan benarnya resep dokter dalam
pemakaian kacamata.

16
 Uji penglihatan terhadap warna
 Uji gerekan otot-otot mata
 Pemeriksaan celah dan bentuk tepat di depan mata
 Mengukur tekanan cairan di dalam mata
 Pemeriksaan funduskopi

2.4 Penatalaksanaan Miopia


a) Non farmakologis
 Kaca Mata
Penggunaan kacamata untuk pasien miopia tinggi masih sangat penting.
Meskipun banyak pasien miopia tinggi menggunakan lensa kontak, kacamata
masih dibutuhkan. Pembuatan kacamata untuk miopia tinggi membutuhkan
keahlian khusus. Bingkai kacamata haruslah cocok dengan ukuran mata.
Bingkainya juga harus memiliki ukuran lensa yang kecil untuk mengakomodasi
resep kacamata yang tinggi. pengguanaan indeks material lensa yang tinggi akan
mengurangi ketebalan lensa. Semakin tinggi indeks lensa, semakin tipis lensa.
Pelapis antisilau pada lensa akan meningkatkan pengiriman cahaya melalui
material lensa dengan indeks yang tinggi ini sehingga membuat resolusi yang
lebih tinggi.

Gambar 5: Refraksi pada miopia setelah diperbaiki dengan lensa konkaf


 Lensa Kontak
Cara yang disukai untuk mengoreksi kelainan miopia tinggi adalah lensa
kontak. Banyak jenis lensa kontak yang tersedia meliputi lensa kontak sekali
pakai yang sekarang telah tersedia lebih dari -16.00 dioptri. Lensa kontak ada
dua macam yaitu lensa kontak lunak (soft lens) serta lensa kontak keras (hard
lens). Pengelompokan ini didasarkan pada bahan penyusunnya. Lensa kontak
lunak disusun oleh hydrogels, HEMA (hydroksimethylmetacrylate) dan vinyl
copolymer sedangkan lensa kontak keras disusun dari PMMA
(polymethylmetacrylate). Keuntungan lensa kontak lunak adalah nyaman,
17
singkat masa adaptasi pemakaiannya, mudah memakainya, dislokasi lensa yang
minimal, dapat dipakai untuk sementara waktu. Kerugian lensa kontak lunak
adalah memberikan ketajaman penglihatan yang tidak maksimal, risiko
terjadinya komplikasi, tidak mampu mengoreksi astigmatisme, kurang awet
serta perawatannya sulit. Kontak lensa keras mempunyai keuntungan yaitu
memberikan koreksi visus yang baik, bisa dipakai dalam jangka waktu yang
lama (awet), serta mampu mengoreksi astigmatisme kurang dari 2 dioptri.
Kerugiannya adalah memerlukan fitting yang lama, serta memberikan rasa yang
kurang nyaman.Pemakaian lensa kontak harus sangat hati-hati karena
memberikan komplikasi pada kornea, tetapi komplikasi ini dikurangi dengan
pemilihan bahan yang mampu dilewati gas O2. Hal ini disebut Dk (gas Diffusion
Coefficient), semakin tinggi Dk-nya semakin besar bisa mengalirkan oksigen,
sehingga semakin baik bahan tersebut.
b) Farmakologis
Obat yang digunakan pada penderita miopia adalah obat tetes mata untuk
mensterilisasi kotoran yang masuk kedalam mata.
c) Tindakan operatif
1. Radial Keratotomy
Tindakan ini dilakukan bertujuan untuk membuat insisi radial yang dalam pada
pinggir kornea dan ditinggalkan 4 mm sebagai zona optik. Pada penyembuhan dari
insisi yang telah dilakukan ini terjadi pendataran dari permukaan kornea sentral
sehingga menurunkan kekuatan refraksi. Prosedur ini sangat dianjurkan untuk
penderita miopia derajat ringan sehingga sedang. Namun tindakan radial keratotomy
ini mempunyai kelemahan dimana setelah dilakukan radial karatotomy kornea akan
menjadi lemah dan bisa terjadi ruptur bola mata sekiranya terjadi trauma. Tindakan
ini juga bisa mengakibatkan terjadinya astigmat irreguler karena penyembuhan luka
yang tidak sempurna namun hal ini sangat jarang terjadi. Pasien post radial
keratotomy juga sering mengeluhkan silau pada malam hari.

18
Gambar 6: Radial Keratotomy
2. Photorefractive Keratectomy (PRK)
Pada teknik PRK ini zona optik sentral pada stroma kornea anterior difotoablasi
dengan menggunakan kaser excimer (193 nm sinar UV) yang bisa menyebabkan
sentral kornea menjadi flat. Kelamahan dari tindakan ini adalah penyembuhan post
operatif yang lambat, keterlambatan penyembuhan epitel menyebabkan
keterlambatan pulihnya penglihatan, pasien merasa nyeri dan tidak nyaman selama
beberapa minggu, dapat terjadi sisa kornea yang keruh yang menganggu englihatan
dan tindakan ini lebih mahal dibandingkan dengan radial keratotomy.

19
Gambar 7: Photorefractive Keratectomy
3. Laser in-situ Keratomileusis ( LASIK)

Gambar 8 : Laser in-situ Keratomileusis

LASIK adalah suatu tindakan koreksi kelainan refraksi mata yang menggunakan
teknologi laser dingin (cold/non thermal laser) dengan cara merubah atau mengkoreksi
kelengkungan kornea. Setelah dilakukan tindakan LASIK, penderita kelainan refraksi dapat
terbebas dari kacamata atau lensa kontak, sehingga secara permanen menyembuhkan rabun
jauh (miopia), rabun dekat (hipermetropia), serta mata silinder (astigmatisme).
Untuk dapat menjalani prosedur LASIK perlu diperhatikan beberapa hal, yaitu:

 Ingin terbebas dari kacamata dan lensa kontak


 Kelainan refraksi:
Miopia sampai -1.00 sampai dengan - 13.00 dioptri.
Hipermetropia + 1.00 sampai dengan + 4.00 dioptri.
Astigmatisme 1.00 sampai dengan 5.00 dioptri
 Usia minimal 18 tahun

20
 Tidak sedang hamil atau menyusui
 Tidak mempunyai riwayat penyakit autoimun
 Mempunyai ukuran kacamata/ lensa kontak yang stabil selama paling tidak 6 (enam)
bulan
 Tidak ada kelainan mata, yaitu infeksi, kelainan retina saraf mata, katarak, glaukoma
dan ambliopia
 Telah melepas lensa kontak (Soft contact lens) selama 14 hari atau 2 (dua) minggu dan
30 (tiga puluh) hari untuk lensa kontak (hard contact lens)

Kontraindikasi dari tindakan LASIK adalah:

 Usia < 18 tahun / usia dibawah 18 tahun dikarenakan refraksi belum stabil
 Sedang hamil atau menyusui
 Kelainan kornea atau kornea terlalu tipis
 Riwayat penyakit glaukoma
 Penderita diabetes melitus
 Mata kering
 Penyakit autoimun
 Kelainan retina atau katarak

Sebelum menjalani prosedur LASIK, pasien harus melakukan konsultasi atau pemeriksaan
dengan dokter spesialis mata untuk dapat mengetahui dengan pasti mengenai prosedur /
tindakan LASIK baik dari manfaat, ataupun kemungkinan komplikasi yang dapat terjadi.
Setelah melakukan konsultasi / pemeriksaan oleh dokter spesialis mata, mata pasien akan
diperiksa secara seksama dan teliti dengan menggunakan peralatan yang berteknologi tinggi
(computerized) dan mutakhir sehingga dapat diketahui apakah seseorang layak untuk
menjalankan tindakan LASIK.

Kelebihan Bedah Refraksi LASIK antara lain:


 Anestesi topikal (tetes mata)
 Pemulihan yang cepat (Magic Surgery)
 Tanpa rasa nyeri (Painless)
 Tanpa jahitan (Sutureless & Bloodless)
 Tingkat ketepatan yang tinggi (Accuracy)
 Komplikasi yang rendah

21
 Prosedur dapat diulang (Enhancement)

2.5 Komplikasi
Miopia boleh menimbulkan beberapa komplikasi dari yang ringan sehingga yang berbahaya
buat pasien. Komplikasi yang bisa terjadi pada pasien dengan miopia adalah:
 Ablasi Retina
 Katarak komplikata
 Perdarahan pada badan kaca
 Perdarahan pada daerah koroid
 Strabismus akibat konvergensi yang terus menerus.
Selain komplikasi yang ditimbulkan akibat penyakit miopia itu sendiri, komplikasi dapat juga
terjadi setelah tindakan operatip maupun penatalaksanaan secara non farmakologis.
Penggunaan lensa kontak tanpa pengawasan dan penjagaan higiene yang baik dapat
menyebabkan terjadi infeksi yang akhirnya bisa menyebabkan keratitis. Terapi operatif laser
juga bisa menyebabkan kerusakan serius pada mata sekiranya tidak dilakukan dengan prosedur
yang tepat dan kurangnya persiapan.
2.6 Pencegahan
Pencegahan dari miopi meliputi :
 Membaca pada jarak yang benar (30 cm)
 Membaca dalam ruangan yang mempunyai pencahayaan yang cukup
 Mengistirahatkan mata pada saat mata merasa lelah
 Segera konsul ke dokter sekiranya mempunyai keluhan seperti penglihatan buram

22
BAB III
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas S. Kelainan Refraksi dan Kacamata Edisi Kedua. Fakultas Kedokteran Indonesia.
Jakarta. 2006.hal 47-48.

2. Paul R.E, John P.W. Optic & Refraction.Vaughan & Asbury’s General Ophthalmology
Sixteenth Edition. United States Of America. 2004. hal 380 – 395

3. Bruce J, Chris C, Anthony B. Lectures Notes Oftalmologi Edisi Kesembilan. Blackwell


Science. 2003. hal 34-38

4. Khurana A.K. Comphrehensive Ophtalmology Fourth Edition. New Delhi. 2007. hal 19
- 49

23

Anda mungkin juga menyukai