Anda di halaman 1dari 12

I.

Tujuan : Melakukan compounding resep Suspensi Kering Amoxicilin

II. Latar belakang


Suspensi dapat dibagi dalam 2 jenis, yaitu suspensi yang siap digunakan atau
yang dikonstitusikan dengan sejumlah air untuk injeksi atau pelarut lain yang
sesuai sebelum digunakan. Suspensi tidak boleh diinjeksikan secara intravena dan
intratekal. Suspensi kering adalah suatu campuran padat yang ditambahakan air
pada saat digunakan agar campuran setelah ditambah air membentuk dispersi
suspensi yang dikonstitusikan dengan sejumlah air untuk injeksi atau pelarut lain
yang sesuai sebelum digunakan. (FI 1V)
Suspensi kering (dry powders and granules for reconstitution) adalah
campuran serbuk atau granul untuk kemudian direkonstitusi. Bentuk ini
digunakan terutama bila stabilitas obat dalam air terbatas. (BPC hal 38)
Alasan dibuatnya sediaan suspensi kering yaitu karena pada Umumnya, suatu
sediaan suspensi kering dibuat karena stabilitas zat aktif di dalam pelarut air
terbatas, baik stabilitas kimia atau stabilitas fisik. Umumnya antibiotik
mempunyai stabilitas yang terbatas di dalam pelarut air.
Persyaratan Sediaan Suspensi Rekonstitusi menurut Pharm.Dosage Forms :
Disperse System, 1989, Vol 2, hal 318 :
1. Campuran serbuk/granul haruslah merupakan campuran yang homogen,
sehingga konsentrasi/dosis tetap untuk setiap pemberian obat.
2. Selama rekonstitusi campuran serbuk harus terdispersi secara cepat dan
sempurna dalam medium pembawa.
3. Suspensi yang sudah direkonstitusi harus dengan mudah didispersikan kembali
dan dituang oleh pasien untuk memperoleh dosis yang tepat dan serba sama.
4. Produk akhir haruslah menunjukkan penampilan, rasa, dan aroma yang
menarik.
Pembuatan suspensi kering berlangsung dalam 4 tahapan, yaitu :
1. Agregasi campuran serbuk dengan penambahan suatu cairan penggranul
2. Pembagian rasa
3. Pengeringan granulat
4.Mengayak bagian yang halus sekalian menyiapkan granulat, artinya
melonggarkan butiran granulat yang masih melekat bersama-sama dari proses
pengeringan melalui gerakan-gerakan yang hati-hati diatas ayakan.
Efek farmakologi Amoxicillin :
Antibiotik : Antibiotik golongan penisilin yang digunakan untuk mengatasi
berbagai jenis bakteri. Membunuh bakteri dengan cara menghambat pembentukan
dinding sel bakteri .Misalnya, amoxicillin digunakan untuk mengobati infeksi
pada saluran pernapasan, saluran kemih, dan telinga.
Dosis Amoxicillin :
Dosis Lazim :Dewasa : 3 250 mg Amoxsisilin anhidrat
Anak di bawah 10 tahun : 3 125-250 mg
Anak di bawah 20 kg : 20-40 mg/kg BB per hari

III. Preformulasi Zat Aktif


a. Amoxicillin
1. Struktur kimia :

2. Rumus molekul : C16H19N3O5S. 3H2O


3. Berat molekul : 419,45
4. Pemerian : Serbuk hablur putih, praktis tidak berbau.
5. Kelarutan : Sukar larut dalam air dan metanol, tidak larut dalam
benzen, dalam karbon tetraklorida dan dalam kloroform.
6. pH : 3.5 6.0
7. pH untuk suspensi : Antara 5,0 dan 7,5 dalam suspensi yang disiapkan seperti pada
etiket.
8. Indikas i: Antibiotika spektrum luas yang aktif terhadap kuman-kuman gram
positif dan gram negatif, kecuali Pseudomonas, Klebsiella dan B Fraglis
9. Penyimpanan : Dalam wadah yang tidak tembus cahaya
IV. Preformulasi Eksipien (Bahan Tambahan)
a. CMC Na/ Natrium Carboxy Metil Cellulose (Handbook of Excipients
Ed.VI hal.78)
1. Struktur Kimia :

2. Pemerian : Serbuk berwarna putih, tidak berasa, bergranul.


3. Kelarutan : Mudah terdispersi dalam air membentuk larutan koloidal;
tidak larut dalam etanol, dalam eter dan dalam pelarut organik lain.
4. Berat Jenis : 0,52 g/ml
5. pH : antara 6,5 dan 8,5
6. Kegunaan : Suspending agent
7. Konsentrasi : 0,1 1,0 %
8. Stabilitas : Stabil dan higroskopis, dibawah kondisi Kelembapan tinggi
dapat mengabsorpsi (>50%) air
9. OTT : Tidak bercampur dengan larutan asam berkonsentrasi tinggi
dan larut dengan garam besi juga beberapa logam seperti aluminium,
merkuri, dan zink.
10. Wadah dan Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

b. PVP (Povidone)
1. Rumus molekul : (C3H4O2)n
2. Struktur kimia :

3. Pemerian : Serbuk putih, agak putih atau tidak berbau, serbuk higroskopis.
4. Kelarutan : Mudah larut dalam suasana asam, sukar larut dalam etanol
95%, metanol dan asam asetat.
5. Berat Jenis : 0,29-0,39 g/ml
6. pH : 3,0 7,0
7. Kegunaan : bahan pengikat
8. Konsentrasi : 0,5 - 5%
9. Stabilitasi : Stabil pada pemanasan 110 1800C
10. OTT : Tidak bercampur dalam larutan garam anorganik, resin alam
dan sintetis, sulfatiazole, sodium salisilat, asam salisilat, fenobarbital;,
tannin
11. Wadah dan Penyimpanan: Di wadah yang tertutup rapat dan disimpan
di tempat yang sejuk dan kering.

c. Tragakan (FI III: 799)


1. Pemerian : Putih kekuningan warna tembus pandang,
zat berbau, dengan rasa hambar.
2. pH : 5-6 untuk 1% b / v dispersi berair.
3. Sinonim : Duri kambing, gum benjamin, gum naga,
gum tragacanth,
4. Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, etanol (95%),
dan lainnya pelarut organik. Meskipun tidak larut dalam air, gum
tragacanth membengkak dengan cepat dalam 10 kali beratnya sendiri baik
panas atau dingin . air untuk menghasilkan sols koloid kental atau
semigels.
5. Khasiat : Sebagai pengikat.

d. Natrium Bikarbonat
1. Rumus Molekul : C7H5NaO2
2. Struktur kimia :
3. Berat Molekul : 144,11
4. Pemerian : Granul atau serbuk hablur putih, tidak berbau, atau
praktis tidak berbau, stabil di udara.
5. Kelarutan : Mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam
etanol dan lebih mudah larut dalam etanol 90%.
6. Berat Jenis : 1,497-1,527 g/ml
7. pH : 8,0
8. Kegunaan : pengawet
9. Konsentrasi : 0,02 0,5%
10. Stabilitas : Larutan dapat disterilisasi dengan autoklaf dan filtrasi.
11. OTT : Incompatibel dengan senyawa kuartener, gelatin, garam feri,
garam kalsium. Aktifitas pengawet biasanya berkurang karena interaksi
dengan kaolin atau surfaktan nonionik.
12. Wadah & Penyimpanan : Dalam wadah yang tertutup baik dan di
tempat sejuk dan kering.

e. Vanilin
1. Nama kimia : 4 hidroksi 3 metoksi benzaldehid
2. Rumus Empiris : C8H8O3
3. Berat Molekul : 152,15
4. Khasiat: sebagai agen perasa
5. Pemerian : putih atau krims, serbuk dengan karakteristik berbau vanila dan
rasa yang manis.
6. Sifat spesifik: titik lebur 284-2850C
7. Keasaman atau kebasaan : larutan bersifat asam untuk litmus
8. Kelarutan : vanilin pada suhu 200C larut dalam aseton, dalam larutan
hidroksi alkali, dalamkloroform, larut dalam metanol, dalam eter dan
dalam minyak. Larut dalam 2 bagian etanol 95%, dalam 3 bagian etanol
70%, dalam 20 bagian gliserin, dalam 100 bagian air dan dalam16 bagian
air pada suhu 800C
9. Stabilitas : vanilin tidak stabil dengan aseton dan komponen yang
berwarna terang.
f. Sakarosa
1. Struktur

2. Pemerian : Hablur putih, tidak berwarna, massa hablur /berbentuk hablur /


berbentuk kubus /serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa manis, stabil di
udara, larutannya netral pada lakmus
3. Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, lebih mudah larut dalam air
mendidih, sukar larut dalam etanol, tidak larut dalam klorofor dan dalam
eter
4. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
5. Titik leleh : Tidak lebih dari 0,05% lakukan penetapan menggunakan 5,0 g
6. Inkompatibilitas : Bubuk sukrosa mungkin terkontaminasi dengan jejak
berat logam, yang dapat menyebabkan ketidakcocokan dengan bahan aktif,
misalnya asam askorbat. Sukrosa juga dapat terkontaminasi dengan sulfit
dari proses pemurnian.

g. Pelarut (Aquadest)
1. Rumus Kimia : H2O
2. Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak mempunyai
rasa.
3. Kelarutan : Bercampur dengan hampir semua pelarut polar
4. Inkompatibilitas : Dalam formulasi farmasetik, air dapat bereaksi dengan
obat dan bahan lain yang dapat mengalami hidrolisis. Air dapat bereaksi
kuat dengan logam alkali dan dengan cepat dengan logam alkali tanah dan
oksidanya seperti kalsium oksida atau magnesium oksida. Air juga
bereaksi dengan garam anhidrat membentuk garam hidrat, dengan
beberapa bahan organik dan kalsium karbida.
5. Stabilitas : Stabil dalam semua keadaan fisik (padat, cair, gas)
6. Wadah dan Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
V. Formulasi
R/ Amoxicillin 125mg/5ml
PVP 2%
CMC-Na 1%
Sukrosa 20%
Vanilin 0,015%
Na. Benzoat 0,25%
M aquadest ad 200 ml
m. f suspensi kering

VI. Permasalahan
1. Amoxicillin merupakan antibiotik yang mempunyai stabilitas terbatas dalam
sediaan cair
2. Sediaan dapat ditumbuhi mikroba
3. Sediaan diperlukan peningkat viskositas
4. Sediaan diperlukan perasa

VII. Penyelesaian
1. Amoxicillin dibuat sediaan suspensi
2. Penggunaan na-benzoat sebagai pengawet
3. Sukrosa digunakan untuk meningkatkan viskositas
4. Vanilin digunakan sebagai perasa

VIII. Perhitungan Bahan


125
1. Amoxicillin = 200 ml = 5 g
5
2
2. PVP = 100 200 ml = 4 g
1
3. CMC-Na = 100 200 ml = 2 g
20
4. Sukrosa = 100 200 ml = 40 g
0,25
5. Na-benzoat = 100 200 ml = 0,5 g
0,015
6. Vanilin = 200 ml = 0,03 g
100

7. Aquadest ad 200 ml = (200) (5+4+2+40+0,5+0,03)


= 200 51,53
= 149 gram

IX. Penimbangan Granul


1. Amoxicillin = 5 g + (50% 5) = 7,5 g
2. PVP = 4 g + (50% 4) = 6 g
3. CMC-Na = 2 g (ditambahkan dalam bentuk fines)
4. Sukrosa = 40 g + (50% 40) = 60 g
5. Vanilin = 0,03 g + (50% 0,03) = 0,045 g
6. Na-benzoat = 0,5 g + (50% 0,5) = 0,75 g

X. Perhitungan kelarutan
1. PVP (Mudah larut dalam air) 1:1 = 6 gr :1 = 6ml 10 ml air
2. Air untuk tragakan 30ml aquadest

XI. Prosedur kerja


1. Siapkan alat dan bahan
2. Stabilitas botol 200 ml
3. Timbang semua bahan, masing-masing bahan di haluskan
4. PVP di larutkan dengan air terlebih dahulu sebanyak 10 ml
5. Di buat masa granul : Amoxicilin, sukrosa, vanilin, Na benzoat, dan PVP
yang telah di larutkan di campur homogen sampai terbentuk masa
granulisasi
6. Masa granul di ayak dengan ayakan no 12 kemudian di keringkan dalam
oven hingga mencampur kadar air dalam granul <2%
7. Setelah kering di ayak dengan ayakan no. 14
8. Masa granul di timbang sesuai dengan masa yang di inginkan
9. Ditambahkan fines yang terdri dari CMC-Na
10. Masukan ke dalam botol
11. Tambahkan air ad 200 ml , kemudian kocok
12. Di beri etiket , masukan ke dalam kemasan dan beri brosur
13. Lakukan evaluasi sediaan

XII. Etiket

XIII. Evaluasi Sediaan


NO Evaluasi dan prinsip Syarat
1. Organoleptik Bau : Vanila
Diperhatikan bau, rasa, dan penampilan Rasa : Manis
sediaan Penampilan : Berwarna
putih
2. Bobot seluruh 36,3472 gr
3. Laju air 1 menit
4. Volume terpindahkan 20 ml
XIV. Pembahasan
Pada praktikum kali ini dibuat Amoxicillin sediaan Suspensi kering
sebanyak 200ml. Sediaan amoxicillin suspensi kering ini yaitu suatu campuran
padat yang ditambahakan air pada saat digunakan agar campuran setelah ditambah
air membentuk dispersi suspensi yang dikonstitusikan dengan sejumlah air untuk
injeksi atau pelarut lain yang sesuai sebelum digunakan.
Alasan dibuatnya sediaan suspensi kering yaitu karena, stabilitas
Antibiotik Amoxicillin sebagai zat aktif di dalam pelarut air terbatas, baik
stabilitas kimia atau stabilitas fisik. Karena pada umumnya antibiotik mempunyai
stabilitas yang terbatas di dalam pelarut air. Zat aktif dalam suspensi kering ini
yaitu Antibiotik Amoxicillin termasuk golongan penisilin yang digunakan untuk
mengatasi berbagai jenis bakteri. Membunuh bakteri dengan cara menghambat
pembentukan dinding sel bakteri. Misalnya, amoxicillin digunakan untuk
mengobati infeksi pada saluran pernapasan, saluran kemih, dan telinga.
Banyak sekali hal-hal yang harus diperhatikan pada saat membuat
suspensi kering. Hal pertama yang harus dilakukan yaitu alat dan bahan disiapkan.
Dilakukan kalibrasi atau menara pada botol 200ml. Timbang semua bahan sesuai
dengan perhitungan. Sukrosa dihaluskan agar lebih mudah terdispersi. Dalam
resep digunakan PVP tetapi karena tidak tersedianya PVP di laboratorium,
digunakan tragakan sebagai pengikat dalam sediaan suspensi kering.
Tragakan dilarutkan dengan aquadest sebanyak 30ml, lalu ditambahkan
pewarna dan perasa anggur campur homogen. Amoxicillin, sukrosa, vanilin, Na-
benzoat digerus sampai homogen. Setelah itu tragakan diambil sedikit dan
ditambahkan ke dalam campuran bahan Amoxicillin yang sudah tercampur bahan
lain, campur hingga homogen. Kemudian dibuatlah masa granul dengan cara
mengayaknya dengan ayakan No.12 tetapi karena dilaboratorium tidak tersedia
digunakan ayakan No.22. Setelah diayak keringkan dalam oven hingga mencapai
kadar air dalam granul < 2% pada suhu kering 40%. Kemudian diayak kembali
dengan ayakan No.22 agar granul lebih halus dan dapat direkonstrusi dengan baik.
Kemudian dilakukan penimbangan granul sesuai dengan sediaan dibuat 2
yang akan dievaluasi dilakukan sediaan yang sudah dilarutkan sebanyak 20ml
dengan berat 6,08 g dengan 16,6%. Sedangkan bobot seluruh suspensi kering
yaitu 36,3472 g.
Setelah itu dilakukan evaluasi pada sediaan yang sudah dilarutkan. Pada
uji organoleptik yang terdiri dari bau vanilin, rasa manis dan berwarna putih.
Volume terpindahkan yaitu 20ml sedangkan laju airnya yaitu 1 menit. Dan berat
bobot keseluruhannya yaitu 36,3472 g.

XV. Kesimpulan
Pada sediaan yang di buat kali ini yaitu sediaan suspensi kering , bahan yang di
gunakan adalah salah satunya amoxicilin , Amoxilin ini tidak dapat larut dalam air,
maka dari itu dibuat sediaan suspensi kering agar tetap stabil dalam sediaan suspensi.
Setelah di lakukan uji organoleptik dapat di ketahui sediaan suspensi kering ini
memiliki viskositas 1 menit dan memiliki volume terpindahkanya sebanyak 20ml

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Farmakope Indonesia Edisi Empat 1995. DEPARTEMEN


KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA.
Anonim. Farmakope Indonesia Edisi Ketiga 1979. DEPARTEMEN
KESEHA TAN REPUBLIK INDONESIA.
Anonim. Formularium Nasional Edisi Kedua 1978. DEPARTEMEN
KESEHA TAN REPUBLIK INDONESIA
Ansel, Howard.1989.Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi IV.Jakarta
: Universitas Indonesia
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK LIQUID DAN SEMI SOLIDA

SUSPENSI KERING AMOXICILLIN

Oleh,

Nama :Siti Marfuah

NIM : P2.06.30.1.15.034

JURUSAN D-III FARMASI

POLTEKKES KEMENKES TASIKMALAYA

2016

Anda mungkin juga menyukai