Anda di halaman 1dari 28

PENANGANAN TINGKAH LAKU ANAK USIA 4 TAHUN DENGAN TEKNIK

HOME DALAM PERAWATAN GIGI ANAK

Pembimbing Mahasiswa

PENDAHULUAN

Perawatan kesehatan gigi secara dini sangat berguna bagi anak yang masih
dalam taraf tumbuh kembang. Perawatan gigi sulung sangat penting agar anak dapat
mengolah makanan dengan baik. Selain itu, gigi sulung juga dapat mempengaruhi
pertumbuhan rahang, serta untuk estetik. Peranan gigi sulung juga penting dalam
membantu anak berbicara dan sebagai petunjuk jalan bagi tumbuhnya gigi permanen.
Namun masih banyak orang tua yang menganggap bahwa gigi sulung tidak perlu
dirawat karena hanya sementara dan akan digantikan oleh gigi permanen. Kondisi ini
berimplikasi pada kerusakan gigi yang merupakan masalah paling umum terjadi pada
anak-anak dibandingkan dengan penyakit yang lainnya. Akibatnya, banyak anak-anak
mengalami kehilangan gigi secara dini karena tindakan pencabutan.
Orang tua harus berperan aktif dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut
anaknya. Salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah dengan membawa anaknya

1
berkunjung ke dokter gigi. Kunjungan ke dokter gigi sejak dini diharapkan untuk
membiasakan anak melakukan pemeriksaan gigi secara rutin dan mengatasi rasa
cemas dan ketakutan anak terhadap perawatan gigi dan mulut. Usia ideal untuk
memulai kunjungan ke dokter gigi adalah 2-4 tahun. Setiap anak yang datang berobat
ke dokter gigi memiliki kondisi kesehatan gigi yang berbeda-beda dan akan
memperlihatkan perilaku yang berbeda pula terhadap perawatan gigi dan mulut yang
akan diberikan. Ada anak yang berperilaku kooperatif terhadap perawatan gigi dan
tidak sedikit yang berperilaku tidak kooperatif.
Rasa takut yang timbul dari seorang anak merupakan suatu mekanisme
perlindungan diri dan bukan merupakan gejala yang abnormal. Rasa takut tersebut
dapat ditunjukkan berupa menangis , menolak masuk keruangan perawatan, menolak
membuka mulut ketika perawatan, bahkan dapat berupa tindakan yang lebih ekstrim
dengan tindakan memukul dan menyepak. Hal ini dapat disebabkan karena kondisi
anak yang sedang dihadapkan oleh segala sesuatu yang baru, orang-orang baru,
lingkungan baru, dan pengamalaman baru.
Keberhasilan dalam melakukan perawatan gigi terjadi bila telah terciptanya
hubungan kerja sama yang baik antara dokter gigi , pasien anak maupun orang tua.
Oleh karena itu, diperlukan cara yang tepat dalam mengatasi tingkah laku anak,
mengetahui sebab penolakan anak dalam melakukan perawatan sehingga dapat
dicari cara yang tepat dalam mengatasinya. Berbagai manajemen tingkah laku dapat
diterapkan dalam mengubah tingkah laku anak, yaitu Tell-Show-Do, meningkatkan
kontrol suara, modeling, reinforcement positif, distraksi, desensitisasi, stabilisasi
positif, Hand-Over-Mouth Exercise (HOME), sedasi, dan anestesi umum.3,4
HOME merupakan tindakan untuk menundukkan tingkah laku seorang anak
yang tidak terkendali. Melalui HOME seorang dokter gigi menunjukkan bahwa anak
harus patuh dan disiplin. Agar perawatan gigi pada anak dapat berhasil maka dokter
gigi perlu mengetahui perkembangan anak meliputi perkembangan fisik, kognitif,
emosional dan sosial serta berbagai perilaku anak pada anak usia 4 tahun.4

KLASIFIKASI TINGKAH LAKU ANAK

2
Klasifikasi tingkah laku anak menurut Frankl
Suatu metode yang menilai tingkatan tingkah laku anak adalah skala 4 angka
yang dikembangkan oleh Frankl, dimana hal ini menjadi salah satu metode
pengklasifikasian tingkah laku anak dalam perawatan gigi.5
Tingkah laku anak dikategorikan menjadi 4 kategori sesuai kriteria berikut:
1. Sangat negatif:
- Anak menolak perawatan
- Meronta-ronta dan membantah
- Menangis keras dan terus-menerus
- Menarik atau mengisolasi diri
- Amat ketakutan yang merupakan tanda negatifisme
2. Sedikit negatif :
- Tindakan negatif minor
- Anak enggan menerima perawatan gigi
- Mencoba bertahan
- Menyimpan rasa takut
- Gugup atau menangis
- Tidak kooperatif
3. Sedikit positif:
- Berhati-hati menerima perawatan
- Sedikit segan bertanya
- Tidak menolak petunjuk dokter gigi
- Cukup bersedia bekerjasama dengan dokter gigi
- Anak menerima perawatan
4. Sangat positif :
- Bersikap baik dengan dokter gigi
- Anak gembira menerima perawatan
- Tidak ada tanda-tanda takut
- Tertarik dengan tindakan yang dilakukan dokter gigi

3
- Tertarik dengan prosedur yang dilakukan
- Banyak bertanya
- Membuat kontak verbal yang baik

Klasifikasi tingkah laku anak menurut Wright


Metode pengklasifikasian tingkah laku anak yang lain dikembangkan oleh
Wright, dimana Wright membagi beberapa kategori berdasarkan kooperatif anak,
yaitu:6
1. Kooperatif, yaitu anak dapat diajak kerjasama.
Sikap anak yang dapat diajak kerjasama dengan dokter gigi, misalnya mau
menerima perawatan gigi, tidak menangis atau bersikap tidak menyenangkan, tertarik
dengan tindakan dokter gigi, dan sebagainya.
2. Tidak kooperatif, dapat dibagi menjadi tiga, yaitu :
1) Anak tidak mampu menjadi kooperatif
Biasanya terjadi pada anak tuna mental kemampuan atau keterampilan yang
terbatas sehingga kemampuan untuk kooperatif juga terbatas.
2) Anak belum mampu menjadi kooperatif
Biasanya terjadi pada anak balita atau anak yang berumur kurang dari 3 tahun.
Hal inidisebabkan karena usianya yang terlalu muda dan belum dapat berkomunikasi.
Namun, dengan adanya pertambahan usia diharapkan anak dapat menjadi kooperatif.
3) Anak mempunyai potensi menjadi kooperatif
Hal ini dapat terjadi bila adanya pendekatan serta komunikasi yang baik,
sehingga anak yang mula-mula tidak kooperatif dapat berubah tingkah lakunya dan
dapat dirawat.
Penampilan anak yang mempunyai potensi kooperatif, yaitu :
1) Tingkah laku tidak terkontrol (Uncontrolled Behavior)
- Biasanya pada usia 3-6 tahun
- Anak menangis, menendang, dan memukul
2) Tingkah laku melawan (Defiant Behavior)
- Anak tetap menolak perawatan
- Keberanian cukup, potensi menjadi kooperatif tinggi
3) Tingkah laku tegang (Tence Cooperative Behaviour)

4
- Dahi dan tangan berkeringat
- Suara bergetar dan pandangan mata selalu curiga terhadap gerakan dokter gigi
4) Tingkah laku pemalu (Timid Behavior)
- Anak ragu-ragu dan suka menangis
- Anak ingin selalu dipegang, berlindung dibalik ibu.
5) Tingkah laku cengeng (Whining Behavior)
- Apapun yang dikerjakan doktergigi, anak menangis terus

TINGKAH LAKU ANAK USIA 4 TAHUN (PRA-SEKOLAH)


Usia 4-6 tahun merupakan waktu paling efektif dalam kehidupan manusia
untuk mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki anak, suatu tahap
perkembangan dalam rentang kehidupan manusia yang ditandai oleh banyaknya
peristiwa-peristiwa penting terjadi yang pada akhirnya berpengaruh pada kehidupan
dimasa yang akan datang. Anak dilatih untuk berani mencoba kemampuan melihat
kemungkinan, keyakinan memilih strategi, dan kesempatan untuk melaksanakan
strategi pilihannya. Semua proses itu harus dikenalkan kepada anak sejak dini.
Mereka sudah dapat melakukan penilaian terhadap dirinya sendiri dan mampu
mengutarakan secara lisan apa yang mereka sukai dan apa yang dipelajari selama
mereka di sekolah. Mereka juga mengutarakan bagaimana cara mempelajari suatu
keterampilan, salah satunya keterampilan sosial.7
Anak usia 4-6 merupakan bagian dari anak usia dini yang berada pada
rentangan usia lahir sampai 6 tahun. Pada usia empat sampai enam tahun disebut
sebagai usia prasekolah dan merupakan masa peka untuk menunjukan
kemampuannya. Pada masa peka terdapat pematangan fungsi-fungsi psikis yang siap
untuk merespon stimulasi yang diberikan oleh lingkungan untuk meletakkan dasar
pertama dalam mengembangkan kemampuan fisik, kognitif, sosial dan emosional,
konsep diri, disiplin, kemandirian, seni, moral serta nilai-nilai keagamaan.7,8
Perkembangan sosial anak ditandai dengan kemajuannya dalam berbicara.
Anak menyadari bahwa berbicara merupakan sarana penting untuk memperoleh
tempat didalam kelompok. Anak mempunyai keinginan yang kuat untuk berbicara
lebih baik. Anak juga mendapatkan bentuk-bentuk komunikasi yang sederhana seperti
menangis dan gerak isyarat, secara sosial yang mulai tidak diterima. Hal ini

5
menambah dorongan untuk memperbaiki kemampuannya berbicara. Sehingga anak
mengetahui bahwa salah satu inti komunikasi adalah bahwa ia mampu mengerti apa
yang dikatakan orang lain.8

HAND-OVER-MOUTH EXERCISE (HOME)

Pengertian
Teknik HOME diterima dan terbukti untuk mencegah dan mengelola perilaku
yang tidak cocok dan tidak dapat dimodifikasi dengan teknik Manajemen Perilaku
Dasar. Teknik HOME masih dianggap sebagai sebuah tindakan ekstrim yang
diberikan seorang dokter gigi pada pasien anak. Bertujuan menundukkan seorang
anak yang menentang, melawan, tidak mengikuti perintah dan menunjukkan tingkah
laku yang tidak terkendali.1
Biasanya sikap seorang anak yang seperti ini disebabkan dari orangtua yang
terkadang selalu mengikuti kemauan anaknya. Hal ini menyebabkan jarangnya
penggunaan Teknik HOME di Inggris. Namun masih digunakan di Amerika Serikat,
untuk membantu anak histeris mendapatkan kembali pengendalian diri yang
memprediksi bahwa manajemen komunikatif akan efektif. Teknik ini khusus
digunakan untuk mengarahkan perilaku yang pantas, membingkai permintaan
sebelumnya, dan membangun kembali komunikasi yang efektif digunakan untuk
menjalin komunikasi dengan anak-anak histeris atau mengamuk.2,9
Keselamatan pasien, dokter gigi dan perawat harus diperhatikan sebelum
menggunakan teknik HOME dalam mendiagnosa dan mengobati. Keputusan
menggunakan teknik HOME harus mempertimbangkan :10
1) Alternatif lain modalitas perilaku
2) Kebutuhan perawatan gigi kepada pasien
3) Pengaruh kualitas perawatan gigi
4) Pengembangan emosional pasien
5) Pertimbangan fisik pasien

Catatan pasien harus mencakup:


1) Informed consent

6
2) Indikasi digunakan teknik HOME

Tujuan:
1. Untuk mencegah respon menolak terhadap perawatan gigi .
2. Menyadarkan anak bahwa yang mencemaskan anak sebenarnya tidak
begitu menakutkan seperti yang dibayangkan.
3. Mendapatkan perhatian anak agar dia mendengar apa yang dikatakan
dokter dan menerima perawatan.
4. Untuk mengurangi keperluan penggunaan sedasi atau anestesi umum.

Indikasi:
1.Pada pasien anak sehat yang mampu memahami dan berkerjasama, tetapi
menunjukkan perilaku menghindar suara ribut atau histeris.

2. Anak- anak usia 3 6 tahun


3. Anak - anak dapat mengerti perintah yang sederhana
4. Anak- anak yang menunjukkan perilaku yang tidak terkontrol

Kontraindikasi:
1. Pada anak-anak yang usia kurang dari 3 tahun, cacat fisik, obat-obatan, atau
ketidak dewasaan emosional yang tidak dapat berkomunikasi secara verbal,
memahami dan bekerjasama.
2. Setiap anak dengan obstruksi jalan napas

Cara Melakukan Teknik Home :3


1. Orang tua diminta meninggalkan ruangan dan sebelumnya diberitahu
mengenai tindakan yang akan dilakukan terhadap anak untuk menghindari salah
paham, tetapi pada anak usia 4 tahun anak tidak mahu ditinggalkan orang tua. Pada
saat dilakukan perawatan gigi orang tua bisa mendampingi anak.
2. Seharusnya anak didudukkan di kursi dan tangan kiri dokter menutup
mulut anak, dijaga hidung jangan sampai tertutup.
3. Tangan kanan memegang badan anak, dengan kata-kata lembut anak
dibujuk agar berhenti menangis atau berteriak sehingga setelah perawatan anak akan

7
bertemu dengan ibunya kembali.
(Gambar 1)
4. Memberikan
instruksi dengan kata-kata
lembut, tangan harus tetap
berada dipangkuan.
Biasanya bila anak mengikuti
instruksi yang diberikan pada
langkah pertama ini, mereka
menjadi lebih cepat bersifat koperatif. Jika anak tersebut menangis, ingatkan anak
agar tetap meletakkan tangannya dipangkuan.
5. Bila anak berhenti menangis dokter akan melepaskan tangannya, diberi
pujian, kemudian dilakukan perawatan.
6. Setelah anak dikuasai biasanya perawatan dapat dilakukan dan setelah
selesai kita memberi pujian dan anak dikembalikan ke orang tua.

Gambar 1 : Cara menutup mulut anak.

8
PEMBAHASAN
Rasa takut pada anak menimbulkan sikap yang nonkooperatif ketika
berhadapan dengan dokter gigi. Membangun komunikasi yang baik adalah modal
utama yang dilakukan selama proses interaksi berlangsung3.
Berkomunikasi dengan anak merupakan kunci utama penanggulangan perilaku
anak. Kunci keberhasilan seorang dokter gigi dalam menanggulangi pasien anak
adalah kemampuan dalam berkomunikasi dengan anak dan menanamkan rasa percaya
diri pada anak.2,3
Oleh sebab itu , seorang dokter gigi dituntut dapat berkomunikasi efektif dan
mengetahui perkembangan psikologis seorang anak yang dapat memudahkan dalam
melakukan perawatan terhadap anak. Pengaruh orangtua juga sangat berperan pada
tingkah laku anak , selain itu juga keadaan fisik juga ikut serta di dalamnya.

9
Dalam usaha menunjang keberhasilan perawatan gigi dan mulut maka dokter
gigi harus tahu cara menangani anak terutama yang berusia 3 hingga 6 tahun dengan
baik. Salah satunya dengan metode HOME.7
Dalam penggunaan Teknik HOME bertujuan agar anak menyadari bahwa
dokter gigi tidak terpengaruh oleh tingkah laku dan perlawanannya. Metode ini
memperlihatkan pada anak bahwa usahanya untuk menghindari keadaan tidak perlu
dan tidak berguna. Namun perlu diperhatikan bahwa penggunaan teknik HOME ini
sebaiknya tidak dipergunakan pada anak yang takut. Hal tersebut dapat memicu
trauma psikis pada anak.7,8
Menurut Barton dkk (1993), telah ditemukan bahwa anak-anak tidak ingat
atau dipengaruhi oleh teknik HOME tetapi penelitian yang telah dilakukan oleh
Newton dkk (2004) menyatakan bahwa 51% dari survei berpikiran bahwa anak akan
merasa ketakutan jika teknik HOME digunakan dalam perawatan gigi. 11 Dengan
pertimbangan adanya kecemasan umum dan ketakutan terhadap pada perawatan gigi
dapat diasumsikan bahwa anak-anak mungkin menderita rasa takut yang lebih luas
dan dapat disarankan untuk merujuk mereka untuk evaluasi psikologis yang lebih
komprehensif sehingga dapat mengatasi ketakutan pada saat perawatan gigi.8

KESIMPULAN
Kunjungan ke dokter gigi sejak dini diharapkan untuk membiasakan anak
melakukan pemeriksaan gigi secara rutin dan mengatasi rasa cemas dan ketakutan
anak terhadap perawatan gigi dan mulut. Usia ideal untuk memulai kunjungan ke
dokter gigi adalah 2-4 tahun. Rasa takut yang timbul dari seorang anak merupakan
suatu mekanisme perlindungan diri dan bukan merupakan gejala yang abnormal. Oleh
karena itu, diperlukan cara yang tepat dalam mengatasi tingkah laku anak,
mengetahui sebab penolakan anak dalam melakukan perawatan sehingga dapat
dicari cara yang tepat dalam mengatasinya. Berbagai macam cara di terapkan dalam
mengubah tingkah laku anak yang tidak kooperatif menjadi perilaku yang kooferatif.
Salah satunya dengan menggunakan metode Hand-Over-Mouth Exercise (HOME)
yang merupakan tindakan untuk menundukkan tingkah laku seorang anak yang tidak

10
terkendali. Melalui metode HOME seorang dokter gigi menunjukkan bahwa anak
harus patuh dan disiplin.

Daftar Pustaka
1. Soeparmin S. Pedodontic treatment tringle berperan dalam proses
keberhasilan perawatan gigi anak. Interdental JKG; 2011: 8(2):37-41.
2. Soeparmin S, Suarjaya IK, Tyas MP. Peranan musik dalam mengurangi
kecemasan anak selama perawatan gigi. Interdental; :6(1):1-5
3. Singh H, Rehman R, Kadtane S, Dalai DR, Jain CD. Techniques for the
Behavior Management in Pediatric Dentistry. Int J Sci Stud 2014;2(7):269-
272.
4. Chandra J, Selvarasu K. Behavioral Management Techniques in Pediatric
Clinic. Int J Pharma and Bio Sci 2016;6(7): 10-15.
5. Clinical Affairs Committee. Guideline on Behavior Guidance for the Pediatric
Dental Patient. American Academy of Pediatric Dentistry 2015;37(6):180-
193.

11
6. Janice A.T.Pocketdentistry.com/3-childrens-behavior-in-the-dental-office/
( cited 22nd November 2016).
7. Salen K, Kousha M, Anissian A, Shahabi A. Dental fear and concomitant
factors in 3-6 year old children. JODD 2012: 6 (2): 70-74.
8. Rutter M, Bishop D, Pine D, Sevenson, Taylor E, Thapar A. Rutters child and
adolescent psychiatry, 5th edition. Blackwell Publishing. 2008: 882-893.
9. Acs G, Hersch G, Testen D. A 20-year perspective on the changing use of hand
over mouth(HOM) and restraint in postdoctoral pediatric dental education.
American Academy of Pediatric Dentistry 2001;23(4):301-6.
10. Council on Clinical Affairs. Clinical Guideline on Behavior Management.
American Academy of Pediatric Dentistry 2000:41-45.
11. Robert JF, Carzon MEJ, Koch G, Martens LC. Review: behavior management
techniques in paediatric dentistry. J European Archives of paediatric dentistry.
2010: 166-172.

12
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN GIGI ANAK

LAPORAN KASUS

PERAWATAN CROSSBITE ANTERIOR DENGAN BONDED RESIN SLOPE

Disadur dari :
1. Bayrak S, Tunc ES. Treatment of Anterior Crossbite Using Bonded Resin
Composite Slopes: Case Reports, European J Dent 2008; 2: 303-7.
2. Arikan V, Sari S. Using Composite Resin Inclined Plane for the Repositioning
of a Laterally Luxated Primary Incisor: A Case Report, European J Dent 2011;
5: 117-20.

13
Pembimbing Mahasiswa
Sutanto 110600057
RestiBepiana 110600031
Luthfiani, drg Vassanty T 110600162

14
Laporan Kasus 1
PERAWATAN CROSSBITE ANTERIOR DENGAN MENGGUNAKAN
BONDED RESIN-COMPOSITE SLOPE

Abstrak
Crossbite anterior merupakan istilah untuk mengambarkan suatu hubungan
labiolingual abnormal antara satu atau lebih gigi anterior maksila terhadap gigi
anterior mandibula. Banyak teknik yang telah dilakukan untuk mengoreksi crossbite
anterior. Makalah ini menjelaskan tentang kegunaan dari bonded resin-composite
slope untuk merawat crossbite anterior pada anak pada masa gigi bercampur.
Pada beberapa kasus yang dipaparkan disini, crossbite dental dikoreksi
dengan mengaplikasikan 3-4 mm bonded resin-composite slope pada insisal edge dari
insisivus mandibula dengan sudut 450 terhadap panjang aksis gigi. perbaikan
diperoleh dalam waktu 1-2 minggu tanpa adanya kerusakan pada gigi ataupun pada
marginal jaringan periodonsium. Prosedur ini sederhana dan efektif dalam merawat
crossbite anterior dental.

Pendahuluan
Crossbite anterior didefinisikan sebagai suatu maloklusi yang dihasilkan dari
posisi gigi anterior maksila yang lebih ke lingual dalam hubungan terhadap gigi
anterior mandibula. Crossbite dental melibatkan tipping yang terlokalisir pada gigi
dan tidak melibatkan tulang basal. Pasien dengan crossbite anterior dental akan
menunjukkan suatu hubungan skeletal anterior-posterior yang normal dengan jalur
penutupan mandibula yang licin dalam hubungan Klas I Angle dan oklusi sentrik
serta relasi sentrik yang tepat.
Telah dilaporkan insidensi crossbite anterior dental sebesar 4-5% dan terlihat
jelas selama fase awal gigi bercampur. Beragam faktor telah dilaporkan sebagai
penyebab crossbite anterior dental, yaitu jalur erupsi ke lingual dari insisivus anterior
maksila, trauma terhadap insisivus desidui yang menyebabkan pergeseran lingual dari
benih gigi permanen; gigi anterior supernumerary; persistensi gigi nekrosis atau

15
radiks; crowded pada regio insisivus; inadekuat lengkung rahang; dan kebiasaan
buruk menggigit bibir atas.
Beragam metode perawatan telah dilakukan untuk mengoreksi crossbite
anterior dental seperti tongue blade, stainless steel crown terbalik, pesawat akrilik
cekat, bonded resin-composite slope dan pesawat lepasan akrilik dengan finger
spring.
Artikel ini mendokumentasikan 3 kasus crossbite anterior dental yang telah
berhasil dikoreksi dengan bonded resin-composite slope.

Laporan Kasus
Teknik
Dari semua kasus yang telah dilaporkan berada pada periode awal gigi
bercampur dan memiliki hubungan molar dan caninus klas I. Pada setiap kasus
memiliki jarak mesio distal yang cukup untuk memperoleh pergerakan labial dari gigi
maksila.
Riwayat medis dari anak tidak berkontribusi terhadap terjadinya crossbite.
Setelah pemeriksaan klinis dan radiografi, diputuskan untuk membuat suatu bonded
resin-composite slope. Orangtua dari setiap anak telah menuliskan informed consent
untuk menyetujui perawatan yang akan dilakukan. Permukaan labial dari gigi
insisivus bawah dietsa menggunakan 37% asam fosfat (Etch-37 with BAC, Bisco,
USA) selama 15 detik kemudian dibersihkan dan dikeringkan. Suatu bahan adesif
(Gluma One Bond, Heraus Kulzer, Germany) diaplikasikan dan disinar selama 20
detik menggunakan visible light unit (HILUX, Benlioglu Dental, Ankara, Turkey).
Resin komposit (Charisma, Heraus Kulzer, Germany) dibentuk menjadi suatu
inclined slope dan diaplikasikan pada permukaan labial dari setiap gigi insisivus
untuk menciptakan suatu dataran miring dengan ketebalan 3-4 mm dengan sudut 45 o
terhadap panjang aksis gigi. komposit disinar dan dipolis menggunakan polishing
disc. Oklusi diperiksa untuk memastikan hanya gigi insisivus yang dirawat saja yang
berkontak. (Khususnya gigi posterior tidak berkontak secara langsung ketika

16
penempatan slope). Namun, oklusi normal posterior dikembalikan segera mungkin
ketika gigi insisivus maksila telah bergerak ke labial.
Anak-anak dimotivasi untuk menjaga kebersihan mulut dan kontrol setelah 1
minggu untuk evakuasi klinis terhadap perkembangan perawatan dan kesehatan
periodonsium dari gigi anterior. Crossbite terkoreksi dalam waktu 1-2 minggu.
Setelah terkoreksi, resin slope dibuang menggunakan diamond bur dengan kecepatan
rendah, permukaan enamel dipolis menggunkan alumunium oxide finishing disc, dan
topikal fluoride diaplikasikan.

Kasus 1
Pasien laki-laki berusia 8 tahun datang ke klinik gigi anak untuk kunjungan
rutin. Pemeriksaan intraoral menunjukkan insisivus sentral maksila kiri mengalami
crossbite. Resin composite slope diaplikasikan pada insisivus sentral dan lateral kiri
mandibula dan ditempatkan selama 1 minggu.2

Gambar 1. Crossbite anterior pada insisivus


sentral maksila kiri

17
Gambar 2. Gambaran frontal bonded resin-
compositeslopesaat beroklusi

Gambar 3. Gambaran frontal pasca perawatan


gigi insisivus sentral maksila kiri

Kasus 2
Pasien laki-laki berusia 9 tahun dirujuk ke klinik gigi anak. Keluhan utama
orang tua pasien adalah crossbite anterior. Pemeriksaan intraoral menunjukkan gigi
insisivus permanen maksila kiri dan kanan mengalami crossbite. Crossbite dikoreksi
dalam waktu 2 minggu.2

18
Gambar 4. Crossbite pada gigi insisivus sentral
maksila permanen kiri dan kanan

Gambar 5. Gambaran frontal bonded resin-


composite slopesaat beroklusi

Gambar 6. Gambaran frontal pasca perawatan


insisivus sentral

19
Kasus 3
Pasien perempuan berusia 7 tahun datang ke klinik gigi anak dengan insisivus
sentral kanan maksila mengalami crossbite dengan insisivus sentral dan lateral
mandibula. Bonded resin-composite slope diaplikasikan dan crossbite dikoreksi
dalam waktu 1 minggu.2

Gambar 7. Crossbite pada gigi insisius


sentral kanan maksila

Gambar 8. Gambaran frontal bondedresin-


composite slopesaat beroklusi

20
Gambar 9. Gambaran frontal pasca perawatan
insisivus sentral kanan maksila

Diskusi
Salah satu tujuan utama dari kedokteran gigi anak adalah memandu
perkembangan gigi-geligi ke keadaan normal sesuai dengan tahap pertumbuhan dan
perkembangan oro-fasial. Periode gigi bercampur memberikan kesempatan besar
untuk melakukan panduan oklusal dan intersepsi maloklusi.
Crossbite anterior memerlukan perawatan awal yang cepat untuk menghindari
abrasi enamel yang abnormal, mobiliti gigi anterior dan fraktur, kelainan periodontal
dan gangguan sendi temporomandibular. Tujuan utama dari perawatan adalah untuk
membalikkan gigi maksila yang terkena ke arah labial pada titik di mana adanya
hubungan overbite yang stabil. Relaps biasanya dicegah oleh adanya hubungan
overjet/overbite normal yang telah dicapai.
Teknik yang berbeda telah digunakan untuk mengkoreksi crossbite anterior.
Mahkota stainless steel terbalik adalah metode terkenal untuk mengoreksi crossbite
anterior. Kerugian utama dari metode ini adalah kesulitan dalam mengadaptasi
mahkota yang dicocokkan ke dalam gigi crossbite. Selanjutnya, mahkota stainless
steel terbalik adalah perawatan yang tidak estetis yang sering ditolak oleh anak-anak
dan keluarga mereka. Tongue blade juga bisa menjadi metode yang efektif dalam
perawatan crossbite anterior selama fase awal erupsi; Namun, perawatan tersebut
membutuhkan kooperatif dari pasien, yang sulit diperoleh. Demikian pula, halnya
penggunaan pesawat akrilik lepasan dengan plat gigitan posterior dan z spring

21
anterior untuk menggerakan gigi maksila tipping ke labial. Lower acrylic inclined-
bite plane juga merupakan suatu metode perawatan yang cukup efektif. Namun, ini
membutuhkan fase laboratorium, sehingga akan meningkatkan harga dari perawatan.
Dikarenakan kelemahan dari metode yang disebutkan di atas, maka semua
laporan kasus disini dirawat dengan menggunakan bonded resin komposit slope.
Metode ini dapat menjadi alternatif dalam mengoreksi crossbite gigi anterior.
Prosedur ini murah, nyaman, dapat diselesaikan hanya dalam beberapa kunjungan ke
klinik, waktu perawatan pendek. Dalam semua kasus yang dilaporkan di sini, koreksi
anterior crossbite gigi diamati dalam waktu 1-2 minggu, dengan tidak adanya
kerusakan pada gigi dan jaringan periodontal marginal.

Kesimpulan
Metode perawatan untuk mengoreksi crossbite anterior dengan menggunakan
bonded resin-composite slope merupakan metode yang sederhana, efektif, murah,
aman, mudah dalam pembuatannya, secara estetis dapat diterima pasien, dan dapat
diselesaikan dalam waktu yang singkat.

22
Laporan Kasus 2
PENGGUNAAN INCLINED PLANE RESIN KOMPOSIT UNTUK REPOSISI
GIGI INSISIVUS DESIDUI YANG MENGALAMI LUKSASI LATERAL

Abstrak
Laporan kasus ini menggambarkan reposisi gigi insisivus sentral desidui yang
mengalami luksasi lateral dengan gangguan oklusal, menggunakan inclined plane
komposit. Pasien berumur 4 tahun datang ke praktek dokter gigi tiga hari setelah
terjadinya trauma pada giginya. Dikarenakan waktu terjadinya trauma dan waktu
datang ke praktek agak lama, tidak mungkin untuk melakukan reposisi gigi dengan
tekanan. Setelah perawatan saluran akar, dibuat inclined plane pada gigi anterior
bawah desidui, menggunakan resin komposit. Gigi direposisikan dalam dua minggu,
dan inclined plane kemudian dibuang. Setelah kontrol 1 tahun, perawatan dibuktikan
sukses, baik secara klinis dan radiografi. Penggunaan inclined plane komposit,
disertai follow-up yang teratur, adalah alternatif yang efektif selain ekstraksi gigi
desidui insisivus yang mengalami luksasi lateral dengan disertai gangguan oklusal.

Pendahuluan
Trauma pada gigi desidui adalah umum terjadi pada anak-anak dikarenakan
kurangnya koordinasi otot. Trauma ini khususnya mempengaruhi gigi anterior
desidui; akibat dari resilient bone di sekitar gigi desidui, biasanya trauma
menyebabkan terjadinya luksasi. Untuk gigi dengan luksasi lateral yang tidak ada
gangguan oklusal, perawatan yang biasa dilakukan adalah reposisisi secara spontan
disertai follow-up. Dalam kasus adanya gangguan oklusal yang minimal, grinding
secara minimal dianjurkan. Namun, jika gangguan oklusalnya parah maka reposisi
dengan tekanan dianjurkan. Namun, reposisi dengan tekanan tidak mungkin
dilakukan apabila terdapatnya selang waktu antara trauma dan aplikasi, maka
ekstraksi menjadi pilihan perawatan yang tepat. Dalam kasus yang dilaporkan di sini,
ekstraksi bukan pilihan perawatannya, gigi insisivus sentral desidui yang mengalami

23
luksasi lateral dengan gangguan oklusal direposisikan dengan menggunakan inclined
plane komposit.

Laporan Kasus
Pasien perempuan berusia 4 tahun datang ke praktek dokter gigi setelah 3 hari
mengalami trauma dengan keluhan sakit dan transposisi gigi desidui insisivus
sentralis kiri maksila. Pemeriksaan klinis dan radiografi menunjukkan gigi
mengalami luksasi lateral (Gambar 1 dan 2). Secara radiografi, terlihat akar maupun
tulang alveolar menunjukkan tanda-tanda fraktur. Mahkota berpindah ke arah palatal,
dan benih gigi dianggap aman.

Gambar 1. Radiografi pre-


operative pada gigi luksasi
lateral

24
Gambar 2. Pandangan intraoral gigi
luksasi lateral yang
menunjukkan ke arah palatal

Gigi tersebut mempunyai gangguan oklusal yang parah dengan gigi insisivus
desidui rahang bawah, dan anak mengalami rasa sakit spontan. Namun, karena
lamanya jarak waktu antara saat trauma dan saat datang ke klinik gigi maka tidak
dapat diposisikan ke tempat aslinya di soket alveolar.

Gambar 3. Gambaran klinis kontak


antara gigi insisivus pada
inclined plane

`
Rencana perawatan yang telah ditetapkan adalah reposisi gigi menggunakan
inclined plane komposit, sesaat setelah dilakukan perawatan saluran akar. Rencana
perawatan dijelaskan kepada orang tua untuk mendapatkan persetujuan. Perawatan
saluran akar dilakukan dengan menggunakan pasta kalsium hidroksida (Metapaste,
Meta Biomed, Cheongju, Korea) dan gigi direstorasi dengan bahan kompomer
(Dyract AP, Dentsply International). Restorasi berikutnya, permukaan labial dan
insisal pada gigi insisivus sentral desidui mandibula dietsa dengan asam fosfat selama

25
40 detik, dicuci selama 30 detik, dan dikeringkan. Resin komposit (Grandio, voco,
Cuxhaven, Jerman) diaplikasikan pada permukaan insisal untuk membentuk 3-4 mm
bidang miring dengan sudut 45 terhadap panjang aksis gigi. Satu-satunya kontak
antara kedua lengkung ada di tepi insisal dari gigi luksasi dan inclined plane (Gambar
3). Setelah 1 minggu, insisivus sentralis kiri rahang atas setelah bergerak ke arah
labial, tetapi belum reposisi sepenuhnya. Setelah dua minggu kunjungan, gigi telah
dikembalikan ke posisi semula, inclined plane dibuang, dan gigi insisivus sentralis
mandibula dipoles dengan pasta profilaksis. Selama waktu follow-up, gigi yang
dirawat dilakukan pemeriksaan perkusi, sensitivitas palpasi, mobiliti, pembengkakan,
radiolusen periapikal, dan resorpsi akar yang patologis. Tidak ada klinis atau
patologis radiografi diamati. Setelah 1 tahun follow-up, perawatan dibuktikan berhasil
secara klinis dan radiografi (Gambar 4 dan 5). Follow-up diharapkan terus berlanjut
sampai terjadinya eksfoliasi gigi.

(B)

(A) `

Gambar 4.(A) Radiografi 1 tahun pasca perawatan tidak


menunjukkan tanda patologis. (B) Gambaran klinis 1 tahun pasca
perawatan

26
Diskusi
Perawatan yang direkomendasikan untuk gigi desidui yang mengalami luksai
lateral dengan gangguan oklusal adalah reposisi dengan tekanan; Namun
keterlambatan antara saat terjadinya trauma dan saat datang untuk perawatan dapat
menghambat reposisi. Dalam kasus tersebut, grinding dapat memperbaiki gangguan
oklusal; Namun, jika gangguan tersebut tidak dapat dirawat dengan metode grinding,
maka ekstraksi gigi dianjurkan untuk dilakukan.
Sedangkan prosedur grinding dapat membahayakan struktur gigi yang sehat,
gigi anterior yang hilang terutama pada anak-anak, dapat menyebabkan gangguan
fonetik, kebiasaan buruk, dan hilangnya fungsi. Selain itu, estetika yang tidak baik
karena kehilangan gigi dapat menyebabkan masalah psikologis dan sosial bagi anak-
anak. Dalam laporan kasus ini, inclined plane dari resin komposit digunakan untuk
memposisikan gigi desidui insisivus dengan crossbite yang disebabkan oleh luksasi
lateral. Literatur menjelaskan beberapa metode yang berbeda untuk mengkoreksi
crossbite pada gigi desidui dan permanen. Salah satu metode yang sangat sederhana
adalah penggunaan "bite stick" (yaitu, wooden tongue blade), dimana anak-anak
diinstruksikan untuk menggigit pada waktu santai mereka. Namun apabila digunakan
sendiri, metode ini telah dilaporkan tidak berhasil karena metode ini memerlukan
kerjasama pasien dan orang tua mereka. Metode lain untuk mengoreksi crossbite
anterior adalah penggunaan pesawat akrilik lepasan, yang terdiri dari plat akrilik yang
membuka gigitan posterior dan finger spring yang mendorong gigi anterior ke depan.
Namun seperti tongue blade, keberhasilan pesawat akrilik juga tergantung pada
kerjasama pasien, yang sulit dicapai pada anak-anak muda. Beberapa penelitian telah
melaporkan penggunaan inclined plane untuk mengkoreksi crossbite anterior. Dengan
mengarahkan kekuatan gigitan vertikal kedepan, inclined plane membantu
mengerakkan gigi ke arah labial. Berbagai penulis telah melaporkan fixed inclined
plane, mempunyai kelebihan dan kekurangan tersendiri. Mahkota stainless steel
secara terbalik telah berhasil digunakan untuk tujuan ini, tapi disebabkan tujuan
estetika, metode ini bukan merupakan alternatif terbaik untuk anak-anak. Inclined
acrylic bite plane bawah merupakan salah satu jenis fixed inclined plane; Namun,

27
pesawat ini harus dipersiapkan di laboratorium, dimana kebutuhan uang dan
kunjungan meningkat. Inclined planes resin komposit yang digunakan untuk
memperbaiki crossbite anterior telah dilaporkan aman, cepat dan mudah diterapkan,
nyaman, dan estetis dapat diterima. Dalam kasus yang dilaporkan di sini, sebuah
inclined planes resin komposit cenderung berhasil untuk merawat gigi desidui yang
luksasi lateral. Meskipun perawatan pada kasus ini berhasil, dokter harus menyadari
beberapa risiko yang mungkin ditimbulkan dengan menggunakan metode ini untuk
merawat gigi luksasi lateral pada anak-anak. Sulit mendapat kerjasama pasien yang
tidak mampu mentoleransi open bite posterior selama perawatan. Selain itu,
penggunaan tekanan pada gigi yang trauma mungkin tidak sesuai. Karena pedoman
merekomendasikan menggunakan tekanan yang tepat pada gigi luksasi lateral dengan
gangguan oklusal untuk memposisikan gigi pada tulang alveolar dan karena gaya
yang diterapkan oleh inclined plane tersebut terbatas, metode ini bisa memberikan
keadaan yang aman untuk reposisi gigi luksasi lateral setelah perawatan saluran akar.

Kesimpulan
Penggunaan resin komposit inclined plane setelah perawatan saluran akar,
disertai dengan follow-up yang teratur, dapat dijadikan alternative selain ekstraksi
untuk gigi insisius desidui yang mengalami luksasi lateral dengan adanya gangguan
oklusal.

28

Anda mungkin juga menyukai

  • New BIOPSY Case K 12 - Nita Andriani - 10100110128
    New BIOPSY Case K 12 - Nita Andriani - 10100110128
    Dokumen14 halaman
    New BIOPSY Case K 12 - Nita Andriani - 10100110128
    Nita Andriyani
    Belum ada peringkat
  • Translate Jurnal
    Translate Jurnal
    Dokumen5 halaman
    Translate Jurnal
    Sri Ram Kumar スリランカラムクマー
    Belum ada peringkat
  • Tugas Post Tes
    Tugas Post Tes
    Dokumen18 halaman
    Tugas Post Tes
    Sri Ram Kumar スリランカラムクマー
    Belum ada peringkat
  • Pemicu 2 Blok 16
    Pemicu 2 Blok 16
    Dokumen4 halaman
    Pemicu 2 Blok 16
    Sri Ram Kumar スリランカラムクマー
    Belum ada peringkat
  • Makalah Kelompok
    Makalah Kelompok
    Dokumen2 halaman
    Makalah Kelompok
    Sri Ram Kumar スリランカラムクマー
    Belum ada peringkat
  • Makalah Kelompok
    Makalah Kelompok
    Dokumen2 halaman
    Makalah Kelompok
    Sri Ram Kumar スリランカラムクマー
    Belum ada peringkat
  • Chapter II-Sindrom Metabolik
    Chapter II-Sindrom Metabolik
    Dokumen16 halaman
    Chapter II-Sindrom Metabolik
    Sri Ram Kumar スリランカラムクマー
    Belum ada peringkat
  • RAS
    RAS
    Dokumen23 halaman
    RAS
    Khamila Tusy
    Belum ada peringkat
  • Makalah Kelompok
    Makalah Kelompok
    Dokumen2 halaman
    Makalah Kelompok
    Sri Ram Kumar スリランカラムクマー
    Belum ada peringkat
  • TBC
    TBC
    Dokumen16 halaman
    TBC
    Adhitia Mahardika
    Belum ada peringkat
  • Esemen PJ
    Esemen PJ
    Dokumen12 halaman
    Esemen PJ
    Najib Ibnu Hassan
    Belum ada peringkat
  • Cara Membuat Proposal
    Cara Membuat Proposal
    Dokumen6 halaman
    Cara Membuat Proposal
    Sri Ram Kumar スリランカラムクマー
    Belum ada peringkat
  • Kasus 1 (Similasi)
    Kasus 1 (Similasi)
    Dokumen4 halaman
    Kasus 1 (Similasi)
    Sri Ram Kumar スリランカラムクマー
    Belum ada peringkat
  • Surat Rujukan
    Surat Rujukan
    Dokumen2 halaman
    Surat Rujukan
    Sri Ram Kumar スリランカラムクマー
    Belum ada peringkat