Anda di halaman 1dari 46

MAKALAH TEORI AKUNTANSI

KONSEP LABA DAN PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN

DISUSUN OLEH :
IRNANDA A. SIMANGUNSONG 1515100430

PROGRAM STUDI AKUNTANSI EKONOMI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN PANCA BUDI
2017

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat, dan
hidayah-Nya telah memberikan petunjuk, kesehatan, kesempatan dan kekuatan
kepada saya sehingga dapat menyajikan Makalah yang berjudul Konsep Laba.
Di dalam tulisan ini, disajikan pokok-pokok bahasan yang disusun sebagai bahan
penambah wawasan untuk mahasiswa dalam mendalami akuntansi.
Saya sadari bahwa dengan kekurangan dan keterbatasan yang saya miliki
masih dirasakan banyak kekurangan, Oleh karena itu saya mengharapkan kritik
dan saran yang membangun agar tulisan ini bermanfaat bagi yang membutuhkan.

Medan, Oktober 2017

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii

DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii

KONSEP LABA ................................................................................................. 1


BAB I
PENDAHULUAN .............................................................................................. 2
1.1. Latar Belakang ................................................................................... 2

1.2. Rumusan Masalah .............................................................................. 2

1.3. Tujuan Masalah .................................................................................. 2

BAB II
PEMBAHASAN KONSEP LABA .................................................................... 3
2.1. Polemik Tentang Laba ........................................................................ 4

2.2. Laba Menurut Konsep Akuntansi (Accounting Income) ...................... 7

2.3. Laba Ekonomi (Economic Income) ..................................................... 9

2.4. Konsep Capital Maintenance ............................................................ 10

2.5. Laba Akuntansi dan Money Income .................................................. 11

BAB III
PENUTUP ........................................................................................................ 13
3.1. Kesimpulan ...................................................................................... 14

iii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... 15

PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN ......................................................... 14


BAB I
PENDAHULUAN ............................................................................................ 17
1.1. Latar Belakang ................................................................................. 17

1.2. Rumusan Masalah ............................................................................ 17

1.3. Tujuan .............................................................................................. 18

BAB II
PEMBAHASAN PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN............................. 19
2.1. Hakikat Penyajian Dan Pengungkapan ............................................. 19

2.2. Pengungkapan memadai dalam laporan keuangan ............................ 19

2.3. Metode penyajian khusus ................................................................. 20

2.4. Komitmen, Kontinjensi, dan Unsur-unsur di Luar Neraca (Off Balance


Sheet Items) ................................................................................................ 26

2.5. Konsentrasi Aktiva, Kewajiban, dan Unsur-unsur di Luar Neraca..... 28

2.6. Laporan Keuangan Perusahaan Asuransi .......................................... 32

2.7. Penyajian Laporan Keuangan ........................................................... 33

2.8. Pengungkapan .................................................................................. 39

BAB III
PENUTUP ........................................................................................................ 40
3.1. Kesimpulan ...................................................................................... 40

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 41

iv
KONSEP LABA

PROGRAM STUDI AKUNTANSI EKONOMI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN PANCA BUDI
2017

1
2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Konsep laba dan arus kas suatu perusahaa selalu menjadi bahan
perbincangan yang menarik bagi akuntan dan analis keuangan. Laba akuntansi
dan arus kas adalah ukuran kinerja perusahaan yang mendapat perhatian utama dari
para investor dan kreditur. Hal ini dikarena laba menentukan harga saham perusahaan.
(Suwardjono.2005,p,484) Demikian halnya laba akuntansi dan arus kas perusahaan
mempunyai arus kas positif terhadap return saham (Triyono dan Hartono,2000,p.63).
Laba adalah selisih antara pendapatan dan biaya. Besar dan kecilnya laba yang di
peroleh suatu perusahaan menunjukkan kinerja/prestasi perusahaan tersebut. Dengan
demikian, laba dapat dimaknai dan di interpretasikan sebagai pengukur efisiensi oleh
investor dalam bentuk return on investment (ROI) (Suwardjono,2005, p, 459). FASB
(financial Accounting Standards Board) menyatakan bahwa informasi laba yang di hitung
dengan dasar akrual biasanya bias menunjukkan informasi prestasi yang lebih baik
dibanding dengan informasi penerimaan dan pengeluaran kas (arus kas), sehingga laba
dapat di interpretasikan sebagai alat untuk mengkonfirmasi harapan-harapan investor atau
pemakai lain dalam menilai kinerja perusahaan (Suwardjono,2005, p, 456).

1.2. Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah :
1. Apa itu laba akuntansi
2. Apa itu laba ekonomi
3. Bagaimana cara penghitungan laba
4. Bagaimana laba menurut konsep akuntansi

1.3. Tujuan Masalah


Adapun tujuan yang bisa diambil berdasarkan rumusan di atas, sebagai berikut:
1. Bisa menjelaskan tentang laba akuntansi.
2. Bisa menjelaskan tentang laba ekonomi.
3. Bisa menjelaskan bagaimana pengitungan dalam laba.

2
4. Bisa menjelaskan laba dalam konsep akuntansi.

BAB II
PEMBAHASAN KONSEP LABA

3
2.1. Polemik Tentang Laba
Sebelum kita masuk dalam membahas konsep laba berikut ini penulis akan
mengemukakan sebuah polemic yang dimuat dalam surat pembaca TEMPO 9
Desember 1989 antara penulis dengan Kwik Kian Gie yang menyangkut
perbedaan persepsi tentang konsep laba. Berikut ini adalah polemic tersebut :
Semula menurut hasil wawancara TEMPO dengan Kwik Kian Gie yang di
muat TEMPO edisi 25 November 1989 di Rubrik Ekonomi & Bisnis dengan
judul Tidak Cukup Dengan Iktikad Baik, memuat tanggapan beliau tentang
posisi AGIO SAHAM. Beliau berpendapat bahwa Agio Saham adalah laba karena
empat pokok alasan yakni :
1. Perusahaan biasanya minta agio dengan alasan akan membagikan keuntungan
dikemudian hari.
Jawaban Penulis :
Alasan ini tidak mudah untuk menopang pendapat agio sebagai laba. Penulis
berpendapat agio bukan diminta melainkan muncul dari perbedaan harga jual
saham dengan harga nominal yang telah dibayar oleh investor. Tentu setelah
mempertimbangkannya secara rasional. Alasan membagikan dikemudian hari
juga tidak dapat menguatkan bahwa agio adalah laba. Pembagian keuntungan
sebenarnya bukan didasarkan pada agio atau diluar laba, baik laba ditahan
maupun laba tahun berjalan. Membagikan keuntungan mempunyai arti bahwa
yang dibagi adalah untung (laba)bukan yang lain. Dan bagian tersebut diberikan
berupa kas atau aktiva jenis lainnya.
2. Prinsip akuntansi secara ketat menetapkan agio harus dicantumkan secara
terpisah, karena agio bukan modal saham.
Jawaban Penulis:
Pencantuman agio saham secara terpisah dari perkiraan modal saham berarti
bahwa setiap pos yang dipisahkan dari modal otomatis dianggap sebagai laba.
Pemisahan itu adalah untuk melaksanakan prinsip full dislosurc. Agio Saham
adalahmerupakan unsure modal setor (paid in capital) yang terdiri dari modal
saham nominal ditambah dengan agio saham tadi. Yang benar, prisip akuntansi
secara ketat haqqul yakin menganggap agio bukan laba.

4
3. Agio juga merupakan laba. Perusahaan boleh membagi deviden dari agio
saham.
Jawaban Penulis :
Deviden adalah bagian laba yang diterima oleh pemilik perusahaan. Pembagian
deviden ini didasarkan pada laba, bak laba ditahan maupun laba tahun berjalan.
Secar teoritis tanpa laba tidak aka nada deviden. Namun, di Indonesia sering
terjadi deviden sudah dijamin, kendati perhitungan laba rugi perusahaan belum
final. Ini terjadi karena praktek pasarmodal kita masih belum sepenuhnya diatur
pasar.
4. Agio boleh langsung dikantongi emiten.
Jawaban Penulis :
Ini sangat absurd. Laba tidak sama dengan penerimaan kas. Kalau Kwik
menganggap setiap yang dikantongi perusahaan adalah laba, yang paling senang
adalah Fiskus, karena pemasukan pajak akan sangat deras.

Pengertian laba yang paling diterima umum menurut kami yakni laba menurut
akuntansi. Bahkan dalam akuntansi sendiri konsep laba itu bervariasi. Menurut akuntansi,
laba berasal dari perbedaan antara penghasilan dan biaya. Penghasilan adalah kenaikan
aktiva atau penurunan aktiva atau penurunan kewajiban akibat penjualan barang atau jasa
perusahaan.. Sedang biaya adalah penurunan aktiva atau kenaikan kewajiban akibat
aktivitas produksi (pembelian, penjualan barang atau jasa perusahaan). Laba rugi adalah
penghasilan dikurangi biaya.
Laba adalah kenaikan asset dalam satu periode akibat kegiatan produktif
yang dapat dibagi atau didistribusi kepada kreditor, pemerintah, pemegang saham
(dalam bentuk bunga, pajak, dan deviden) tanpa mempengaruhi keutuhan ekuitas
pemegang saham semula. Pengertian laba yang dianut oleh struktur akuntansi
sekarang ini adalah laba akuntansi yang merupakan selisih antara pengukuran
pendapatan dan biaya. Besar kecilnya laba sebagai kenaikan aktiva sangat
tergantung pada ketepatan pengukuran pendapatan dan biaya. Jadi dalam hal ini
laba hanya merupakan angka artikulasi dan tidak dapat didefinisikan tersendiri
secara ekonomik seperti halnya aktiva dan atau hutang.

5
Dari definisi ini, akuntansi menganggap bahwa agio sebagai unsur harga
saham bukan laba. Itu hanya penerimaan kas menjadi laba, kendati untuk
mengakui laba harus ada penerimaan kas.
Untuk menghitung laba masing-masing orang dapat menetukan
perhitungan laba tersendiri. Kenapa perlu diketahui jumlah laba ini? Laba ini
adalah merupakan informasipenting dalam suatu laporan keuangan. Angka ini
penting untuk :
1. Perhitungan pajak, berfungsi sebagai dasar pengenaan pajak yang akan
diterima Negara.
2. Untuk menghitung deviden yang kan dibagikan kepada pemilik dan yang kan
ditahan dalam perusahaan.
3. Sebagai pedoman dalam menentukan kebijaksanaan investasi dan
pengambilan keputusan.
4. Menjadi dasar dalam peramalan laba maupun kejadian ekonomi perusahaan
lainnya di masa yang akan datang.
5. Sebagai dasar dalam perhitungan dan penilaian efisiensi.
6. Untuk menilai prestasi atau kinerja perusahaan/segmen perusahaan divisi.

Dalam akuntansi yang memiliki konsep perhitungan laba juga dikenal


perbedaan pandangan dalam menghitung laba (income). Dibawah ini ada empat
pendapat, yaitu :
1. Pemikiran klasik yang berpedoman pada postulat unit of measure dan prinsip
historical cost yang sering disebut historical cost
accounting atau conventional accounting sebagaimana yang kita anut saat ini.
Konsep ini dinamakan konsep laba accounting income.
2. Pemikiran neo klasik yang mengubah postulat unit of measure dengan
menerapkan perhitungan perubahan tingkat harga unum (general price level)
dan tetap mempertahankan prinsip historical cost. Konsep ini dikenal dengan
istilah general price level adjusted historical cost accounting(GPLA
Historical Accounting). Dan perhitungan labanya disebut GPLA Accounting
Income.

6
3. Pemikiran radikal, yang memilih harga sekarang (current value) sebagai dasar
penilaian bukan historical cost lagi. Konsep ini dikenal dengan current value
accounting sedang perhitungan labanya disebut current income.
4. Pemikiran neo radikal, yang menggunakan current value tetapi disesuaikan dengan
perubahan tingkat harga umum. Konsep ini disebut GPLA Current Value
Accounting sedangkan perhitungan labanya disebut Adjusted Current Income.

2.2. Laba Menurut Konsep Akuntansi (Accounting Income)


Menurut akuntansi yang dimaksud dengan laba akuntansi adalah
perbedaan antara revenue yang direalisasi yang timbul dari transaksi pada periode
tertentu dihadapkan dengan biaya-biaya yang dikleuarkan pada periode tersebut.
Menurut Belkaoui definisi tentang laba itu mengandung lima sifat yaitu :
a. Laba akuntansi didasarkan pada transaksi yang benar-benar terjadi yaitu
timbulnya hasil dan biaya untuk mendapatkan hasil tersebut.
b. Laba akuntansi didasarkan pada postulat periodiklaba itu, artinya
merupakan prestasi perusahaan pada periode tertentu.
c. Laba akuntansi didasarkan pada prinsip revenue yang memerlukan batasan
tersendiri tentang pa yang termasuk hasil.
d. Laba akuntansi memerlukan perhitungan terhadap biaya dalam bentuk biaya
historis yang dikeluarkan perusahaan untuk mendapatkan hasil tertentu.
e. Laba akuntansi didasarkan pada prinsip matching, artinya hasil dikurangi
biaya yang diterima/dikeluarkan dalam periode yang sama.

Most menambahkan ciri-ciri laba akuntansi sebagai berikut :


1. Laba akuntansi menggunakan konsep periodik.
2. Laba akuntansi diperluas bukan hanya transaksi dan termasuk seluruh nilai
fenomena dan periode yang dapat diukur.
3. Laba akuntansi mengizinkan agregasi kedalam kategori berupa input dan
output.
4. Sehingga perbandingan input dengan output akan menghasilkan sisa.
5. Sehingga mayoritas mereka yang berkepentingan terhadap angka itu
dapat menggunakannya untuk berbagai tujuan.

7
Beberapa kebaikan dari kondisi laba akuntansi adalah :
Dapat terus menerus ditelusuri dan diuji.
Karena perhitungannya didasarkan pada kenyataan yang terjadi (fakta) dan
dilaporkan secara objektif, perhitungan laba ini dapat diperiksa (verifiability).
Memenuhi prinsip conservatisme, karena yang diakui hanya laba yang
direalisasi dan tidak memperhatikan perubahan nilai.
Dapat dijadikan sebagai alat kontrol oleh manajemen dalam melaksanakan
fungsi-fungsi manajemen.

Disamping adanya keistimewaan,konsep laba juga mempunyai kelemahan


yang terkandung didalamnya adalah :
a. Tidak dapat menunjukkan laba yang belum direalisasi yang timbul dari
kenaikan nilai.
b. Sulit mengakui kebenaran jika dilakukan perbandingan. Hal ini timbul karena
adanya perbedaan dalam metode menghitung cost, perbedaan waktu antara
realisasi hasil dan biaya.
c. Penerapan prinsip realisasi, historical cost, dan conservatisme dapat
menimbulkan salah pengertian terhadap data yang disajikan.

Hendriksen (1992) dan Most (1982) memberikan kelemahan laba


akuntansi sebagai berikut :
Konsep laba akuntansi belum dirumuskan secara jelas dalam teori aluntansi.
Standar akuntansi yang diterima umum masih mengandung berbagai cara
yang berbeda-beda dan mengandung ketidakkonsistenan baik antar
perusahaan maupun dalam suatu periode tertentu.
Perubahan tingkat harga telah mengubah arti laba yang diukur berdasarkan
nilai historis, sehingga perubahan nilai uang atau tingkat inflasi belum
diperhitungkan dalam laporan keuangan.
Kurang bermanfaat untuk keputusan jangka pendek.
Informasi lainnya diluar data historis dinilai lebih bermanfaat bagi investor
dalam pengambilan keputusan.

8
Kurangnya informasi fisik dan perilaku yang membuat informasi laba semakin
bermanfaat.

2.3. Laba Ekonomi (Economic Income)


Adam Smith menjelaskan bahwa Income adalah kenaikan dalam
kekayaan. Pengertian ini diikuti oleh Marshall dkk dan dihubungkan dengan
konsep praktik bisnis. Mereka membedakan modal tetap dengan modal kerja,
modal fisik dan laba, dan menetapkan pada realisasi sebagai pengakuan laba.
Fischer, Lindahl dan Hick menjelaskan sifat-sifat laba ekonomi yang mencakup
tiga tahap sebagai berikut :
1. Physical Income yaitu konsumen barang dan jasa pribadi yang sebenarnya
memberikan kesenangan fisik dan pemenuhan kebutuhan. Laba jenis ini tidak
dapat diukur.
2. Real Income adalah ungkapan kejadian yang memberikan peningkatan
terhadap kesenangan fisik. Ukuran yang dapat digunakan untuk Real Income
ini adalah Biaya Hidup (Cost of Living).
3. Money Income merupakan hasil uang yang diterima dan dimaksudkan untuk
konsumsi dalam memenuhi kebutuhan hidup.

Menurut Fischer real Income dekat pda pengertian akutansi tentang


income Lindahl mengangap konsep laba ekonomi sebagai interest yaitu
merupakan penghargaan secara terus menerus terhadap barang modal sepanjang
waktu. Perbedaan anatar interest dengan konsumsi yang diharapkan pada periode
tertentu dianggap sebagai Saving sehingga lab dianggap sebagai konsumsi
saving.
Hick mengembangkan teori Fischer dan Lindahl tentang Economic Incom.
Ia mendefenisikan Personal Income sebagai berikut: Jumlah yang paling tinggi
dapat dikonsumsikan seseorang selama seminggu dan dia masih mengharapkan
seperti itu pda akhir minggu sebagaimana keadaannya pada awalnya.
Defenisi ini disederhanakan menjadi: jumlah maksimum yang dapat
dikonsumsikan pada periode tertentu dan dia masih tetap dapat mempertahankan
modalnya tidak berkurang.

9
2.4. Konsep Capital Maintenance
Menurut konsep ini laba baru disebut ada setelah modal yang dikeluarkan
tetap masih ada (capital maintained atau return of capital) atau biaya yang
dikeluarkan telah tertutupi (cost recovery) atau pengambilan modal return of
capital.
Konsep ini dapat dinyatakan baik dalam ukuran uang (unit of money) yang
disebut financial capital atau daam ukuran tenaga beli (general purchasing power)
yang disebut physical capital.
Berdasarkan kedua konsep ini maka konsep capital maintenance
menghasilkan empat konsep sebagai berikut :
A. Financial Capital
1. Money Maintenance
Yaiu Finacial Capital yang diukur menurut unit uang. Menurut konsep ini
modal yang ditanamkan oleh pemilik tetap terpelihara. Laba menurut konsep ini
adalah perubahan net asset dengan menyesuiakan transaksi modal yang
dijabarkan dalam ukuran uang. Konsep ini sama dengan konsep yang dianut
dalam Conventional Accounting.
2. General Puchasing Power Money Maintenance
Yaitu Financial Capital yang diukur menurut tenaga beli yang sama. Menurut
konsep ini tenaga beli dari modal yang diinvestasikan pemilik tetap
dipertahankan, sehingga menurut konsep ini laba adalah perubahan net asset
setelah disesuaikan transaksi modal yang diukur dengan tenaga beli yang sama.
Konsep ini sama dengan GAPLA Historical Cost Accounting.
3. Productive Capacity maintenance
Yaitu Physical Capital yang diukur menurut unit uang. Menurut konsep ini
kapasitas produksi perusahaan dipertahankan, kapasitas produksi dapat diartikan
sebagai kapasitas fisik, kapasitas untuk berproduksi, (volume) barang dan jasa
yang sama dan kapasitas produksi nilai barang dan jasa yang sama. Konsep ini
sama dengan Current Value Accounting.
Current Value (nilai sekarang) dapat dihitung dengan 3 metode:
a) Capitalization atau Present Value Method

10
Yaitu jumlah bersih dari arus kas (kas masuk-kas keluar) yang diharapkan
diterima selama umur ekonominya yang didiskontokan pada saat sekarang. Untuk
menghitung ini perlu diketahui :
Arus kas yang diharapkan dari penggunaan/penjualan asset tersebut.
Jangka waktu arus kas tersebut.
Jumlah sisa umur aktiva tersebut.
Diskount rate (tingkat diskonto).
b. Current Entry Price
yaitu jumlah kas atau aktiva lainnya yang dibutuhkan untuk mendapatkan
aktiva yang sejenis atau yang sama. Istilah yang sering adalah :
Replacement Cost Used : Jumlah kas yang diperlukan untuk mendapatkan
asset yang serupa yang memiliki umur pemakaian yang sama di pasaran
barang bekas.
Reproduction Cost : Jumlah kas atas aktiva yang diperlukan untuk
mendapatkan asset yang sama persis dengtan aktiva yang ada sekarang (asset
yang baru).
c. Current Exit Price (Net Realizable Value)
Current Exit Prce adalah jumlah kas yang diterima atau utang yang dianggap
lunas apabila asset tersebut dijual. Umumnya nilai ini bermakna :
Harga penjualan yang ada dalam keadaan pasar bebas bukan harga yang
timbul karena terpaksa.
Harga jual pada saat berlngsungnya pengukuran/pencatatan.
4. General Purchasing Powe, Produktive Capacity Maintenance
Yaitu Physical Capital yang diukur dengan unit tenaga beli yang sama.
Menurut konsep ini kapasitas produksi fisik perusahaan yang diukur dalam unit
tenaga beli yang sama dipertahankan. Konsep yang serupa dengan ini adalah
GAPLA Current Value Accounting.

2.5. Laba Akuntansi dan Money Income


Money Income atau disebut juga Bussiness Income berbeda
dengan Accounting Income. Accounting Income adalah perbedaan antara realisasi
penghasilan yang berasal dari transaksi perusahaan pada periode tertentu

11
dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan penghasilan
tersebut.
Modal adalah aktiva bersih. Laba menaikkan modal atau aktiva bersih.
Laba adalah arus kekayaan sedangkan modal adalah simpanan kekayaan.
Sehingga penentuan laba, yaitu penentuan kenaikkan modal yang juga
menyangkut masalah harga. Modal bisa berarti financial capital di mana
tekanannya adalah nilai uang dari aktiva dikurangi dengan nilai kewajiban yang
merupakan kontribusi uang pemilik.
Physical capital di sini difokuskan pada kemampuan fisik dari modal
untuk memproduksikan barang dan jasa bukan pada nilai uangnya. Ukurannya
adalah kapasitas produksi dari aktiva yang dimiliki.
Dalam konsep Replacement Cost Income dikenal dua komponen Income,
yaitu :
1. Current Operating Profit yang dihitung dari pengurangan biaya pengganti
(replacement cost) dari penghasilan.
2. Realized Holding Gain and Loss yang dihitung dari perbedaan
antara replacement cost dari barang yang dijual dengan biaya historis dari
barang yang sama. Laba rugi ini dibagi dua yaitu :
Yang direalisasi dan accrued selama periode tersebut.
Yang direalisasi pada periode itu tetapi accrued pada periode sebelumnya.
Dari pembagian ini mka, menurut Belkaoui Accounting Income ini dapat
dirumuskan sebagai berikut :
Pa = X + Y + Z
Dimana;
Pa :Accounting Income
X :Current Operating Profit
Y :Realisasi dan Accrued Holding Gain periode itu
Z :Realisasi holding gain pada periode itu tapi accrued pada periode sebelumnya.

Money Income berbeda dengan Accounting Income dalam hal :


1. Money Income dihitung berdasarkan nilai replacement cost, sedangkan
Accounting Income berdasarkan cost.

12
2. Money Income hanya mengakui gain yang accrued pada periode itu.

Sehingga dapat diketahui bahwa money income dapat dihitung sebagai berikut
:

Pm = Pa Z + W

Dimana;
Pm = Money Income
Pa = Accounting Income
Z = Realisasi holding gain ang loss pada periode itu accrued pada periode
sebelumnya.
W = Holding gain and loss yang belum direalisasi.

BAB III
PENUTUP

13
3.1. Kesimpulan
Accounting Income adalah perbedaan antara realisasi penghasilan yang
berasal dari transaksi perusahaan pada periode tertentu dikurangi dengan biaya
yang dikeluarkan untuk mendapatkan penghasilan tersebut
fischer, lindahl, dan hick menjelaskan sifat- sifta laba ekonomi, mencakup
3 tahap: Physical Income , Real income , Money income.
Menurut Konsep capital maintenance ini, laba baru disebut ada setelah
modal yang dikeluarkan tetap masih ada (capital maintenance atau return of
capital) atau biaya yang telah ditutupi (cost recovery) atau pengambilan modal
return of capital.

PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN

14
PROGRAM STUDI AKUNTANSI EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN PANCA BUDI
2017
KATA PENGANTAR

15
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat, dan
hidayah-Nya telah memberikan petunjuk, kesehatan, kesempatan dan kekuatan
kepada saya sehingga dapat menyajikan Makalah yang berjudul Penyajian dan
Pengungkapan. Di dalam tulisan ini, disajikan pokok-pokok bahasan yang
disusun sebagai bahan penambah wawasan untuk mahasiswa dalam mendalami
akuntansi.
Saya sadari bahwa dengan kekurangan dan keterbatasan yang saya miliki
masih dirasakan banyak kekurangan, Oleh karena itu saya mengharapkan kritik
dan saran yang membangun agar tulisan ini bermanfaat bagi yang membutuhkan.

Medan, Oktober 2017

16
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dalam era globalisasi saat ini, nasib suatu negara semakin ditentukan oleh
kekuatan persaingan global. Dalam dunia seperti ini, keputusan-keputusan operasi,
investasi dan pendanaan pembiayaan diwarnai oleh implikasi-implikasi internasional.
Dengan banyaknya keputusan yang berasal dari data-data akuntansi, pengetahuan
mengenai isu-isu akuntansi internasional sangat penting untuk memperolah
interpretasi dan pemahaman yang tepat dalam komunikasi bisnis internasional.
Dengan kata lain, saat ini akuntansi telah berkembang dalam tahap masa
kedewasaannya menjadi suatu aspek integral dari bisnis dan keuangan global.
Penyajian dimaksudkan disini adalah bagaimana laporan keuangan dibuat dan
bagaimana informasi mengenai posisi dan hasil usaha perusahaan itu diungkapkan
melalui berbagai cara pengungkapan. Secara umum aturan tentang penyajian laporan
keuangan adalah bahwa laporan keuangan disajikan dalam neraca, hasil usaha dalam
laporan laba rugi dan arus kas dalam laporan arus kas. Kemudian disamping itu cara
penyajiannya dijelaskan bahwa untuk neraca disajikan berdasarkan urusan likuiditas,
sedangkan dalam laba rugi disajikan secara multistep dan arus kas disajikan dengan
mengelompokkan dalam tiga kelompok: operasi, pendanaan, dan investasi. Namun,
adakalanya standar akuntansi membuat aturan yang berbeda seperti halnya laporan
keuangan bank dan asuransi. Kesejahteraan masayarakat bisa dipengaruhi oleh
pembayaran pajak secara arbiter (sewenang-wenang) antar negara, ataupun serentetan
manipulasi yang dilakukan oleh perusahaan multinasional, sehingga Pemegang
saham non keuangan, seperti serikat pekerja, pemerintah, dan masyarakat umum
memerlukan transparansi (pengungkapan) Koorporasi, baik keuangan maupun non-
keuangan.
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah penyajian dan pengungkapan ini adalah:

17
1. Bagaimana perkembangan pengungkapan
2. Apa tujuan pengungkapan akuntansi dalam pasar ekuitas
3. Bagaimana praktik penyajian dan pengungkapan
4. Bagaimana pengungkapan tata kelola perusahaan
5. Bagaimana implikasinya bagi para pengguna laporan keuangan dan manajer

1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah pelaporan dan pengungkapan ini adalah:
1. Mengetahui materi mengenai perkembangan penyajian dan pengungkapan.
2. Mengetahui tujuan pengungkapan akuntansi dalam pasar ekuitas.
3. Mengetahui praktik pelaporan dan pengungkapan.
4. Mengetahui pengungkapan tata kelola perusahaan.
5. Mengetahui implikasi pengungkapan dan pelaporan bagi pengguna laporan
keuangan dan manajer.

18
BAB II
PEMBAHASAN PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN

2.1. Hakikat Penyajian Dan Pengungkapan


Penyajian dimaksudkan disini adalah bagaimana laporan keuangan dibuat dan
bagaimana informasi mengenai posisi dan hasil usaha perusahaan itu diungkapkan
melalui berbagai cara pengungkapan. Secara umum aturan tentang penyajian laporan
keuangan adalah bahwa laporan keuangan disajikan dalam neraca, hasil usaha dalam
laporan laba rugi dan arus kas dalam laporan arus kas. Kemudian disamping itu cara
penyajiannya dijelaskan bahwa untuk neraca disajikan berdasarkan urusan likuiditas,
sedangkan dalam laba rugi disajikan secara multistep dan arus kas disajikan dengan
mengelompokkan dalam tiga kelompok: operasi, pendanaan, dan investasi. Namun,
adakalanya standar akuntansi membuat aturan yang berbeda seperti halnya laporan
keuangan bank dan asuransi.

2.2. Pengungkapan memadai dalam laporan keuangan


Standar pelaporan ketiga berbunyi Pengungkapan informative dalam laporan
keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor
Dalam prinsip akuntansi dikenal prinsip full disclosure. Prisip ini mengharapkan agar
laporan keuangan dapat menyajikan informasi secara penuh. Namun, prinsip
dijabarkan lagi lebih dalam berbagai standar lain yang mengaturnya. Secara umum
ada tiga pengertian disclosure (pengungkapan), yaitu:
1. Full disclosure
2. Adequate disclosure
3. Fair disclousure

Full disclousure diartikan bahwa informasi disajikan secara penuh sedangkan


adequate sepantasnya dan fair seperlunya. Standar akuntansi sebenarnya sangat
konservatif dia mewajibkan yang berbagai sifat adequate saja.

19
PSAK mengatur masalah penyajian ini dengan ketentuan sebagai berikut.
Penyajian laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum
di Indonesia mencakup dimuatnya pengungkapan informative yang memadai atas
hal-hal material. Hal-hal tersebut mencakup bentuk,susunan, dan isi laporan
keuangan,serta catatan atas laporan keuangan,yang meliputi, sebagai contoh, istilah
yang digunakan, rincian yang dibuat, penggolongan unsur dalam laporan keuangan,
dan dasar-dasar yang digunakan untuk menghasilkan jumlah yang dicantumkan
dalam laporan keuangan.

2.3. Metode penyajian khusus


1. Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Bank
Laporan keuangan bank terdiri atas:
a. Neraca
b. Laporan laba rugi
c. Laporan arus kas
d. Laporan perubahan ekuitas
e. Catatan atas laporan keuangan

2.3.1. Neraca
Bank menyajikan aktiva dan kewajiban dalam neraca berdasarkan karakteristiknya
disusun berdasarkan urutan likuiditasinya.
Dengan memerhatikan ketentuan yang diatur dalam PSAK lainnya. Penyajian pada
neraca atau pengungkapan pada catatan atas laporan keuangan mencakup, tetapi tidak
terbatas pada unsur-unsur aktiva, kewajiban dan ekuitas berikut.
1. Aktiva
a. Kas
b. Giro pada bank Indonesia
c. Giro pada bank lain
d. Efek-efek
e. Efek yang dibeli dengan janji jual kembali

20
f. Tagihan derivatif
g. Kredit
h. Tagihan akseptasi
i. Penyertaan saham
j. Aktiva tetap
k. Aktiva lain-lain
2. Kewajiban
a. Kewjiban segera
b. Simpanan
c. Simpanan dari bank lain
d. Efek-efek yang dijual dengan janji dibeli kembali
e. Kewajiban derivatif
f. Kewajiban akseptasi
g. Surat berharga yang diterbitkan
h. Pinjaman diterima
i. Estimasi kerugian komitmen dan kontinjensi
j. Kewajiban lain-lain
k. Pinjaman subordinasi
3. Ekuitas
a. Modal disetpr
b. Tambahan modal disetor
c. Saldo laba rugi

Pendekatan yang paling berguna dalam membuat klasifikasi aktiva dan


kewajiban adlah dengan cara mengelompokkan aktiva dan kewajiban tersebut
berdasarkan karakteristiknya dan menyajikan aktiva dan kewjiban tersebut dalam
urutan yang kurang lebih mencerminkan likuiditasnya ; urutan likuiditas secara garis
besar akan sama dengan urutan jatuh temponya. Pos lancar dan tidak lancartidak
disajikan secara terpisah karena sebagian besar aktiva dan kewajiban suatu bank
dapat direalisasi atau diselesaikan dalam waktu dekat.

21
Para pengguna laporan keuangan memerlukan informasi yang dapat memberi
gambaran tentang hubungan dan ketergantungan bank terhadap bebrbagai pihak.
Seperti bank lain, pelaku pasar lainnya dan penyimpan. Dengan demikian, bank
mengungkapkan secara terpisah:
a. Saldo pada Bank Indonesia
b. Penempatan pada bank-bank lain
c. Penempatan pada pasar uang
d. Simpanan dari bank-bank lain
e. Simpanan lain
Pada umumnya, bank tidak mengetahui pemegang sertifikat deposito karena
sertifikat tersebut diperdagangkan di pasar bebas. Dengan demikian bank
mengungkapkan secara terpisah yang diperoleh melalui penerbitan sertifikat deposito
atau surat berharga lain yang dapat dinegoisasikan.
Jumlah aktiva dan kewajiban yang disajikan pada neraca tidak boleh
disainghapuskan dengan kewjiban atau aktiva lain kecuali secara hukum dibenarkan
dan saling hapus tersebut mencerminkan perkiraan realisasi atau penyelesaian aktiva
atau kewajiban,
Penyisihan kerugian aktiva produktif yang dibentuk dan disajikan sebagia pos
pengurang dari setiap jeis aktiva peroduktif yang bersangkutan. Dalam hal
merestrukturisasi kredit, jumlah bruto kredit meliputi pokok kredit, bunga dan beban
lain yang dialihkan menjadi pokok kredit.

2.3.2. Laporan Laba Rugi


Laporan laba rugi bank menyajikan secara terperinci unsur pendapatan dan
beban menurut karakteristiknya dan disusun dalam bentuk berjenjang yang
menggambarkan pendapatan dan beban berasal dari kegiatan operasional dan
nonoperasional. Dengan memerhatikan ketentuan yang diatur dalam PSAK lainnya,
penyajian pada laporan laba rugi atau pengungkapan pada catatn atas laporan
keuangan mencakup, tetapi tidak terbatas pada unsur-unsur pendapatan dan beban
berikut.

22
Pendapatan bunga.
Beban bunga.
Pendapatan komisi.
Beban provisi atau komisi.
Keuntungan atau kerugian penjualan efek.
Keuntungan atau kerugian investasi efek.
Keuntungan atau kerugian transaksi valuta asing.
Pendapatan dividen.
Pendapatan operasional lainnya.
Beban penyisihan kerugian kredit dan aktiva produktif lainnya.
Beban administrasi umum.
Beban operasional lain.

Jenis-jenis pendapatan utama dari operasi suatu bank, antara lain adalh
pendapatan bunga, pendapatan komisi dan provisi, serta pendapatan jasa lainnya.
Setiap jenis pendapatan diungkapkan secara terpisah agar para pengguna dapat
menilai kinerja bank.
Jenis-jenis beban utama dari operasi suatu bank. Antara lain, adalah beban
bunga,beban komisi,beban penyisihan kerugian aktiva produktif, beban yang terkait
dengan penurunan nilai tercatat investasi dan beban administrasi umum. Setiap jenis
beban diungkapkan secara terpisah agar para pemakai dapat menilai kinerja bank.
Pos-pos pendapatan dan beban tidak boleh salinghapuskan, kecuali yang
berhubungan dengan transaksi lindung nilai dan dengan aktiva dan kewajiban yang
disalinghapuskan sebagaimana diatur pada paragraph 87.
Salin hapus harus dilakukan secara hati-hati. Tidak semua pos biaya bisa
disalinghapuskan. Saling hapus yang tidak tepat dapat menyulitkan pengguna laporan
keuangan dalam memahami kinerja dari berbagai aktivitas bank dan tingkat imbal
hasil yang diperoleh dari jenis-jenis aktiva tertentu.
Keuntungan dan kerugian yang timbul dari hal-hal berikut dapat dilaporkan secara
neto:
a. Penjualan dan perubahan nilai tercatat efek

23
b. Penjualan penyertaan efek investasi
c. Transaksi dalam valuta asing
Pendapatan bunga dan beban bunga diungkapkan secara terpisah untuk
memebrikan pemahaman yang lebih baik mengenai komposisi dan alasan perubahan
nilai bersih bunga.
Nilai bersih bunga merupakan selisih antara pendapatan bunga dan beban
bunga. Manajemen dianjurkan mengungkapkan rata-rata tingkat bunga,rata-rata nilai
aktiva yang menghasilkan bunga, dan rata-rata nilai kewajiban yang berbunga dalam
periode bersangkutan. Apabila pemerintah menyediakan bantuan kepada bank berupa
dana atau fasilitas kredit dengan tingkat bunga yang lebih rendah daripada tingkat
bunga pasar maka manajemen dianjurkan mengungkapkan bantuan tersebut dan
dampaknya terhadap laba bersih.
2.3.3. Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan perubahan ekuitas disajikan sesuai dengan PSAK 1 : Penyajian
Laporan Keuangan.
Laporan perubahan ekuitas menyajikan peningkatan dan penurunan aktiva
bersih atau kekayaan bank selama periode bersangkutan berdasarkan prinsip
pengukutan tertentu yang dianut dan harus diungkapkan dalam laporan keuangan.

2.3.4. Laporan Arus Kas


Laporan kas disajikan sesuai dengan PSAK 2 : Laporan Arus Kas dan harus
disusun bedasarkan kas selama periode laporan.
Kas dan setara kas terdiri atas:
a. Kas
b. Giro pada Bank Indonesia
c. Giro pada bank lain

Mengingat bank mempunyai likuiditas yang sangat ketat jika dibandingkan


dengan perusahaan pada umumnya maka penempatan yang segera akan jatuh

24
tempo dalam waktu tiga bulan atau kurang dari tanggal perolehannya tidak termasuk
dalam penghitungan ini.

2.3.5. Analisis Jatuh Tempo Aktiva dan Kewajiban


Bank harus mengungkapkan analisis aktiva dan kewajiban menurut kelompok
jatuh temponya berdasarkan periode yang tersisa, terhitung sejak tanggal neraca
sampai tanggal jatuh tempo.
Salah satu hal mendasar dalam pengelolaan risiko bank adalah pengelolaan
keseimbangan/kesesuaian aktiva dan kewajiban, termasuk pengelolaan perbedaan
jatuh tempo (maturity gap) dan tentang risiko tingkat bunga (interest risk spread).
Pada umumnya tidal lazim bagi suatu bank untuk mencapai keseimbangan/kesesuaian
yang sempurna karena transaksinya sering mengandung persyaratan berbeda.
Jatuh tempo aktiva dan kewajiban serta kemampuan untuk menyelesaikan
dengan biaya yang wajar, kewajiban yang berbunga pada saat jatuh tempo merupakan
faktor penting dalam menilai likuiditas bank dan kerentanannya terhadap perubahan
tingkat bunga dan nilai tukar. Agar dapat menyediakan informasi yang relevan dalam
menilai likuiditas bank, bank minimal harus mengungkapkan analisis aktiva dan
kewajiban menurut kelompok-kelompok jatuh temponya.
Pengelompokan jatuh tempo setiap aktiva pada setiap bank berbeda-beda dan
penerapannya akan berbeda pula untuk jenis-jenis aktiva dan kewajiban tertentu.
Contoh periode waktu yang digunakan sebagai dasar pengelompokkan adalah :
a. Sampai dengan satu bulan
b. Lebih dari 1 bulan sampai dengan 3 bulan
c. Lebih dari 3 bulan sampai dengan 1 tahun
d. Lebih dari 1 tahun sampai dengan 5 tahun
e. 5 tahun ke atas

Penting diperhatikan bahwa periode jatuh tempo yang digunakan bank adalah
sama untuk pengelompokkan aktiva dan kewajiban. Hal itu akan membantu analisis
perbedaan jatuh tempo ataupun ketergantungan bank terhadap sumber likuiditas lain.
Periode jatuh tempo dapat didefinisikan sebagai:
Waktu yang tersisa sampai dengan tanggal pelunasan

25
Periode sebagaimana diperjanjikan sampai dengan tanggal pelunasan
Waktu yang tersisa sampai dengan tanggal yang diperkirakan akan terjadi
perubahan tingkat bunga.
Simpanan yang dilakukan pada suatu bank dapat ditarik sewaktu-waktu dan
uang muka yang diberikan oleh bank dapat dilunasi sewaktu-waktu. Akan tetapi,
dalam praktiknya, simpanan dan uang muka ini seringkali terjadi sampai jangka
waktu yang lama tanpa adanya penarikan atau pelunasan sehingga tanggal
pelunasannya secara efektif lebih lama daripada tanggal menurut kontrak. Bank
melakukan analisis berdasarkan periode jatuh tempo menurut kontrak, walaupun
periode pelunasan berdasarkan kontrak sering kali bukan periode yang efektif karena
tanggal menurut kontrak mencerminkan risiko likuiditas yang melekat pada aktiva
dan kewajiban bank.
Dalam menilai likuiditas suatu bank selain memerhatikan analisis jatuh
tempo, pengguna laporan keuangan juga mempertimbangkan faktor lain, seperti
kemudahan bank dalam memperoleh dana.

2.4. Komitmen, Kontinjensi, dan Unsur-unsur di Luar Neraca (Off Balance


Sheet Items)
Dalam kaitannya dengan komitmen dan kontinjensi, bank harus
mengungkapkan hal-hal berikut.
a. Karakteristik dan jumlah komitmen untuk menerima dan memberikan kredit yang
tidak bisa dibatalkan oleh bank, tanpa menimbulkan sanksi atau beban yang
signifikan pada pihak bank. Jumlah komitmen fasilitas pinjaman yang diterima
diungkapkan sebesar sisa fasilitas yang belum digunakan oleh bank. Jumlah
komitmen fasilitas kredit yang diberikan diungkapkan sebesar sisa komitmen
yang belum ditarik oleh nasabah.
b. Karakteristik dan jumlah komitmen atas:
1. Penerbitan I/C yang tidak dapat dibatalkan (irrevocable) yang masih berjalan
dalam rangka impor sebesar sisa jumlah L/C yang belum direalisasi
2. Fasilitas penerbitan efek atau komitmen sejenis lainnya.

26
c. Karakteristik dan jumlah kontinjensi yang berhubungan dengan:
1. Subtitusi kredit langsung, seperti garansi bank, standby L/C dan risk sharing
dalam rangka pemberian kredit
2. Transaksi tertentu (konstruksi dan perdagangan) seperti garansi penawaran (bid
bonds), garansi pelaksanaan (performance bonds), garansi uang muka (advance
payment bonds), garansi kepabeanan (shipping guarantee/missing B/L guarantee),
standby L/C untuk transaksi tertentu.
3. Garansi yang diterima dan diterbitkan dalam rangka pemberian atau penerimaan
kredit dalam dan luar negri, kontra garansi dari bank lain, corporate guarantee
yang diterima bank dan L/C yang dapat dibatalkan (revocable) yang masih
berjalan.
4. Garansi bank atau jaminan yang diterbitkan secara sindikasi sebesar porsi yang
dijamin bank yang bersangkutan
5. Perdagangan yang sifatnya berakhir sendiri dan berjangka pendek yang timbul
dari pergerakan barang-barang, seperti kredit documenter yang timbul ketika
barang yang dikirimkan digunakan sebagai jaminan
6. Pendapat bunga dalam penyelesaian yang merupakan perhitungan bunga dari
aktiva produktif non-performin yang belum dapat diakui sebagai pendapatan
bunga dalam periode berjalan.

Kadang-kadang bank mengadakan transaksi yang tidak berakibat pada


pengakuan aktiva dan kewajiban pada neraca, tetapi berakibat pada timbulnya
komitmen dan kontijensi. Pos-pos neraca seperti itu seringkali merupakan bagian
yang penting dari usaha suatu bank dan berdampak signifikan terhadap tingkat resiko
yang dihadapi oleh suatu bank.
Para pengguna laporan keuangan perlu mengetahui komitmen dan kontijensi
yang tidak dapat dibatalkan dari suatu bank karena komitmen dan kontijensi tersebut
dapat mempengaruhi likuiditas dan solvabilitas bank, serta dapat menimbulkan
kemungkinan kerugian bagi bank

27
2.5. Konsentrasi Aktiva, Kewajiban, dan Unsur-unsur di Luar Neraca
Bank mengungkapkan distribusi aktiva dan sumber kewajibannya yang
signifikan karena merupakan petunjuk bermanfaat atas risiko potensial yang
terkandung dalam realisasi aktiva dan dana yang tersedia bagi bank. Pengungkapan
konsentrasi tersebut dilakukan atsa dasar geografis, kelompok nasabah atau kelompok
industry, atau konsentrasi risiko lain yang sesuai dengan kondisi bank. Bank juga
perlu menyajikan analisis dan penjelasan seruoa untuk unsur-unsur diluar neraca.
Wilayah geografis dapat mencakup negara, kelompok negara atau daerah dalam suatu
negara. Kelompok pelanggan dapat dibagi per sector seperti pemerintah atau swasta.
Pengungkapan mengenai risiko yang berkaitan dengan valuta asing juga
merupakan petunjuk bermanfaat atas risiko kerugian karena perubahan nilai tukar.

2.5.1. Perkreditan
Bank harus mengungkapkan hal-hal antara lain:
a. Jenis kredit, sektor ekonomi, dan jumlah kredit masing-masing
b. Jumlah kredit yang diberikan kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa
c. Kedudukan bank dalam pembiayaan bersama dan besarta porsi yang dibiayai
d. Jumlah kredit yang telah direstruktkrisasikan dan informasi lain tentang kredit
yangdirestrukturisasi selama periode berjalan.
e. Klasifikasi kredit menurut jangka waktu, ketertagihan (kolektibilitas), value
dantingkat bunga kredit yang dihitung secara rat-rata
f. Ikhtisar perubahan penyisihan kerugian dan penghapusan kredit yag diberikan
dalamtahun yang bersangkutan yang menunjukan saldo awal, penyisihan selama 1
tahun berjalan, penghapusan selam 1 tahun berjalan, pembiayaan kredit yang
telah dihapus bukukan dan saldo penyisihan pada akhir tahun
g. Metode yang digunakan untuk menentukan penyisihan khusus dan umum
h. Kebijakan, manajemen, dan pelaksanaan pengendalian risiko portofolio kredit
i. Besarnya kredit bermasalah dan penyisihannya untuk setiap sektor ekonomi
j. Saldo kredit yang sudah dihentikan pembebanan bunganya.

28
2.5.2. Aktiva yang Dijamin
Bank harus mengungkapkan jumlah keseluruhan kewajiban yang
dijamin,karakteristik, dan nilai tercatat aktiva yang dijadikan jaminan.

2.5.3. Aktiva yang Dijamin


Bank harus mengungkapkan jumlah keseluruhan kewajiban yang
dijamin,karakteristik, dan nilai tercatat aktiva yang dijadikan jaminan.

2.5.4. Instrumen Derivatif


Hal-hal yang wajib diungkapkan berkaitan dengan instrumen derivatif, baik
berupatagihan derivatif maupun kewajiban derivatif adalah:
a. Kebijakan akuntansi, bidang usaha, jumlah dan persentase serta instrumen
derivatifuntuk tujuan investasi
b. Karakteristik kualitatif kegiatan perdagangan dan jenis derivatif yang, antara
lain,meliputi:
Pengendalian manajemen dan risiko yang berupa deskripsi tentang risiko,
metode pengukuran dan pengelolaannya.
Metode penilaian dan akuntansi yang meliputi kebijakan akuntansi
mengenai perlakuan berbagai instrumen derivatif dan pegakuan pendapata
nnya, metode penilaian, dan penyesuaiannya terhadap harga pasar.
c. Karakteristik kuantitatif kegiatan perdagangan dan jenis derivatif yang, antara
lain,meliputi:
Kegiatan pasar, risiko kredit, dan likuiditas pasar berupa informasi
tentangkomposisi portofolio yang diperdagangkan, katagori menurut
risiko
(tingkat bunga, nilai tukar, komoditas, dan ekuitas) dan instrumen (misaln
ya, futures,forwards, swaps dan options) serta jangka waktu kontrak.

Risiko pasar berupa informasi tentang keuntungan dan kerugian yang


diperolehdari hasil kegiatan perdagangan di pasar

Pendapatan dari kegiatan perdagangan menurut katagori risiko (tingkat


bunga,nilai tukar), pendapatan efek dari transaksi derivatif yang tidak
diperdagangkan(non trading) dan kerugian yang ditangguhkan atau belum
terealisasi.

29
2.5.5. Kegiatan Wali Amanat (Trustee)
Dalam kegiatan wali amanaat atau kegiatan yang memiliki dasar hukum
serupa.Aktiva yang diamankan atau dipercayakan bukanlah aktiva bank sehingga
tidak disajikan pada neraca.
Bank kadang-kadang bertindak sebagai wali amanat atau menjalankan
kegiatanamanat lainnya dengan menguasai atau mengelola individu, yayasan, dan
pesiun, ataulembaga lainnya. Jika bank bertindak sebagai wali amanat maka bank
harus mengungkapkangambaran mengenai kegiatan tersebut karena risiko kewajiban
mungkin timbul apabila bankgagal dalam kegiatan amanatnya. Perlu diperhatikan
bahwa jasa pengamanan fisik aktivatidak termaasuk dalam lingkup kegiatan wali
amanat.

2.5.6. Pengungkapan Tambahan untuk pos Tertentu


Bank harus mengungkapkan jenis transaksi, jumlah penempatan, dan jenis
valuta dari penempatan antar bank.Hal-hal yang berkaitan dengan efek diungkapkan
dalam catatan atas laporan keuangansesuai dengan PSAK 50; Akuntansi Investasi
Efek Tertentu dengan tambahan pengungkapanhal-hal di antaranya:
a. Jenis dan jumlah nominal efek;
b. Harga pasar;
c. Jenis valuta;
d. Kelompok penerbitnya (pemerintah, bank, dan perusahaan lain);
e. Peringkat efek;
f. Ketertagihan atau kolektibilitasBank harus mengungkapkan perincian simpan
mengenai:
Jumlah giro dan deposito berjangka diblokir dan dijadikan jaminan kredit
dantransaksi/fasilitas perbankan lainnya;
Pemberian fasilitas istimewa, kepada pemilik rekening giro;
Komposisi besarnya pemilikan deposito dan sertifikat deposit menurut jenis
mata uang rupiah dan value asing.

30
Selain pengungkapan yang harus diharuskan PSAK 1 (revisi 1998), bank
harusmengungkapkan perincian pinjaman yang diterima mengenai:
a. Jenis pinjaman yang diterima;
b. Jenis value (rupiah dan valuta asing);
c. Perikatan yang menyertaannya;
d. Nilai aktiva bank yang dijaminkan.

Bank harus mengungkapkaan jenis value (rupiah dan valuta asing) dan
perikatan yangmenyertainya atas pinjaman subordinasi yang diterima.

2.5.7. Pengungkapan Hal-hal Penting lainnya


Bank harus mengungkapkan posisi devisa neto menurut jenis mata uang.Bank
selain wajib mengungkapkan informasi dalam catatan atas laporaan
keuangan,sebagaimana dijelaskan dalam penyajian ini ddan PSAK lainnya, juga
wajibmengungkapkannya dalam catatan tersendiri mengenai kegiatan dan informasi
lainnya.Informasi tersebut, antara lain, meliputi:
a. Kegiatan wali amanat;
b. Penitipan harta;
c. Penyaluran kredit kelolaan;
d. Rasio kecukupan modal;
e. Rasio aktiva produktif yang di klasifikasi terhadap total aktiva produktif;
f. Risiko umum yang dihadapi;
g. Transaksi dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa
h. Kerugian atas pinjaman dan uang muka.

Contoh Laporan Keuangan Bank


Neraca
Laporan Laba Rugic.
Laporan Arus Kasd.
Laporan Kontijensi

31
Laporan Off Balance Sheet.

2.6. Laporan Keuangan Perusahaan Asuransi


industri asuransi bagi masayarakat sudah merupakan kebutuhan apalagi dalam dunia
bisnis. industri muncul karena masarakat ingin menghindari resikodengan cara
mengalihkan resiko kerugian keuangan kepada perusahaan asuransi dan untuk jasa
itu maka dibutuhkan biaya dalam bentuk biaya premi asuransi. beberapa resiko yang
dapat diasuransikan meliputi: asuransi umum atau asuransi kergian dan jiwa. bahkan
dalam praktik pada hakikatnya semua bidangdapat diasuransikan termasuk klaim
pada malpraktik seperti akuntan, dokter, sebagainya yang diklaim pada malpraktik
seperti akuntan, dokter, dan sebagainya yang dikenal dengan profesional liability
Insurance.

2.6.1. Kekhasan Industri Asuransi


Indusri asuransi memiliki karakteristik khusus karena bagi perusahaan
asuransi pendapatan premi sudah diterima, sementara beban kllaim yang merupakan
bahan utama perusahaan asuransi belum terjadi dan bersifat tidak pasti, baik megenai
kejadiannya maupun jumlahnya kerugian yang akan ditanggungnya . untuk itu maka
standar akutansi melalui PSAK industri asuransi mengatur perlakuan akutansi untuk
transaksi yang berkaitan secara khusus denga industri asuransi kerugian seperti biasa
menurut PSAK hal- hal yang bersifat umum atau hal-hal yang tidak diatur dalam
penyajian ini harus tetap mengacu pada prinsip akutansi yang berlaku umum.
Menurut PSAK beberapa karakteristik usaha asuransi kerugian antara lain:
a. Usaha asuransi merupaka suatu sistem proteksi menghadapi risiko kerugian
keuangandan sekaligus merupakan upaya penghimpunan dana maasyarakat.
b. pertanggung jawaban keuangan kepada para tertanggung memengaruhi penyajian
laporan keuangan.
c. jumlah premi yang belum merupakan pendapatan, dan jumlah klaim, termasuk
jumlah klaim yang terjadi namun belum dilaporkan, diestimasi dengan
menggunakan metoda tertentu.

32
d. peraturan perundangan dibidangan perasuransian mewajibkan perusahaan
asuransi kerugian memnuh ketentuan kesehatan keuangan misalnya tingkat
svabilitas. usaha asuransi kerugian banyak dipengaruhi oleh ketentuan peraturan
perundangan yang berbeda dengan prinsip akutansi yang berlaku umum. laporan
keuangan yang disajikan berdasarkan pernyataan ini tidak dimaksudkan
untukmememnuhi ketentuan peraturan perundangan tersebut khususnya
kebutuhan regulator dalam hal ini departemane keuangan yang jiga menjadi
pemberi izin dan pengawas asuransi ini.

2.7. Penyajian Laporan Keuangan


sebagaimana disebutkan dimuka cara penyajian laporan keuangan perusahaan
asuransi ini bebrebeda dengan yang umum. perbedaan utamanya adalah dalam hal
penyajian laporan keuangan neraca. penyajian neraca umumnya didasarkan pda
tingkat likuiditaskun yang ada misalnya didahului kas, surat berharga, piutang, dan
seteruanya, tetapi dalam perusahaan asuransi justru penyajian pos paling atas bukan
pada likuditas, tetrapi pada resiko. berikut ini akan dijelaskan ketentuan PSAK
mengenai penyajian laporan keuangan .

2.7.1. Neraca
Dalam penyajian neraca, aktiva, dan kewajiban tidak di kelompokkan
menurut lancar dantidak lancar, tetapi mandahulukan kelompok akun investasi dan
kelompok akun kewajibankepada tertanggung. Dengan demikian, laporaan keuangan
menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban
kepada tertanggung. Jelasnya aktiva harus disajikan dengan menempatkan akun
investasi pada urutan pertama diikuti akun-akun aktiva yang lain.Akun-akun yang
lain disajikan berdasarkan urutan likuiditas.Kewajiban disajikan dengan
menempatkan akun kewajiban kepada tertanggung padaurutan pertama dan diikuti
oleh akun-akun kewajiban yang lain. Akun-akun kewajiban yanglain disajikan

33
berdasarkan urutan jatuh tempo. Pinjaman subordinasi setelah kewajiban laindan
sebelum ekuitas.

2.7.2. Laporan Laba Rugi


Laporan laba rugi disajikan dalam bentuk multiple step. Pendapatan premi
disajikansedemikian rupa sehingga menejukan jumlah premi bruto, premi reasuransi,
dan kenaikan(penurunan) premi yang belum merupakan pendapatan. Premi reasuransi
disajikan sebagai pengaruh premi bruto.Bagian reasuradur atas klaim yang telah
disetujui dan di atur dibayar, dan estimasi bagianreasuradur atas klaim dalam proses
penyelesaian, tremasuk klaim yang terjadi namun belumdilaporkan, disajikan sebagai
pengaruh beban klaim.Komisi yang diperoleh dari transaksi reasuransi merupakan
pengaruh beban komisi,dalam hal jumlah komisi yang diperoleh lebih besar dari
jumlah beban komisi, maka selisihtersebut disajikan sebagai pendapatan dalam
laporan laba rugi.

2.7.3. Pendapatan Premi


Premi yang diperoleh sehubungan dengan kontrak asuransi dan reasuransi
diakui sebagai pendapatan selama periode polis (kontrak) berdasarkan proporsi jumla
h proteksi yangdiberikan. Dalam hal periode polis berbeda secara signifikan dengan
periode risiko (misalnya pada penutupan jenis pertanggungan asuransi konstruksi),
maka seluruh premi yang diperolehtersebut diakui sebagai pendapatan selama periode
risiko, kecuali sebagaimana diatur dalam paragraf 27. Apabila jumlah premi masih
dapat disesuaikan, misalnya premi ditentukan pada akhirkontrak atau premi
disesuaikan pada akhir kontrak berdasarkan nilai pertanggungan, maka pendapatan
premi diakui sebagai berikut.Apabila jumlah premi dapat diestimasikan secara layak,
maka pendapatan premi diakuiselama periode kontak dan estimasi jumlah premi
tersebut di sesuaikan setiap periode untukmencerminkan jumlah premi yang
sebenarnya. Apabila jumlah premi tidak dapat diestimasikan secara layak, maka
premi diperlakukandengan menggunakan metode uang muka sampai jumlah premi
dapat diestimasikan secaralayak.Premi dari polis bersama diakui sebesar pangsa

34
premi yang diteria oleh perusahaan.Perusahaan asuraansi dapat memperoleh ganti
rugi atas klaim-klaim sehubungan dengankontrak asuransi yang ditutupnya dengan
melakukan kontrak reasuransi dengan asuradur lainatau reasuradur. Selanjutnya,
reasuradur dapat mengadakan kontrak reasuransi denganreasuradur lain yang dikenal
sebagai proses retrosesi perlakuan akuntansi terhadap transaksireasuransi tergantung
pada apakah sesuatu kontrak reasuransi tersebut meerupakan reasuransi prospektif
atau retroaktif.Jumlah premi dibayar atau bagian premi atas transaksi reasuransi
prospektif diakuisebagai premi reasuransi selama sisa periode kontrak yang
jumlahnya proposional dengan proteksi yang diberikan. Jika premi reasuransi masih
dapat disesuaikan dan jumlahnya dapatdiestimasi secara layak, jumlah premi
reasuransi yang diakui selama sisa periode kontrakadalah sebesar estimasi premi yang
dibayar tersebut.Pembayaran atau kewajiban atas transksi reasuransi retroaktif diakui
sebagai piutangreasuransi sebagai jumlah kewajiban yang dicatat sehubungan dengan
kontrak reasuransiyang mendasar. Apabila kewajiban yang dicatat melebihi jumlah
yang dibayar, maka piutang reasuransi harus dinaikan untuk mencerminkan
perbedaan tersebut dan menimbulkankeuntungan ditangguhnya. Keuntungan
ditanguhkan diamortisasi selama estimasi sisa periode penyelesaian.Apabila
pembayaran atau kewajiban atas transksi reasuransi retroaktif melebihi
jumlahkewajiban yang dicatat, harus menaikan kewajiban yang bersangkutan atau
mengurangi piutang reasuransi atau keduanya pada saat kontrak reasuransi dilakukan.
Perbedaan tersebutdibedakan pada laporan laba rugi.Perubahan dalam estiasi jumlah
kewajiban sehubungan dengan kontrak reasuransi yangmendasari diakui dalam
laporan laba rugi pada periode perubahan. Piutang reasuransi harusmencerminkan
perubahan yang berhubungan dengan jumlah klaim yang dapat diperoleh
darireasuradur dan keuntungannya ditangguhkan dan diamortisasi apabila kontrak
reasuransimencakup baik reasuransi prospektif maupun reasuransi retroaaktif
transaksi reasuransitersebut dipertanggungjawabkan secara terpisah.

35
2.7.4. Beban Klaim
Klaim sehubungan dengan terjadinya peristiwa kerugian terhadap objek
asuransi yangdi pertanggungkan, meliputi klaim yang disetujui, klaim dalam proses
penyelesaian, klaimyang terjadi namun belum dilaporkan dan beban penyelesain
klaim, diakui sebagai bebanklaim pada saat timbulnya kewajiban untuk memenuhi
klaim. Hak subrogasi diakui sebagai pengurang beban klaim pada saat
realisasi.Jumlah klaim dalam proses penyelesaian, termasuk klaim yang terjadi
namun belumdilaporkan, ditentukan berdasarkan estimasi kewajiban klaim tersebut.
Perubahan jumlahestimasi kewajiban klaim, sebagai akibat proses penelaahan lebih
lanjut dan perbedaan
antara jumlah estimasi klaim dengan klaim yang dibayarkan diakui dalam laporan lab
a rugi pada periode terjadinyaa perubahan.
2.7.5. Aktiva
PSAK memberikan beberapa definisi tentang istilah yang terdapat dlam
industri ini.Kontrak jangka pendek adalah kontrak yang memberikan proteksi untuk
suatu periode
yang pasti dan memungkinkan asuradur untuk membatalkan kontrak atau menyesuaik
an persyaratan kontrak pada akhir setiap periode kontrak, seperti penyesuaian jumlah
premi atau penutupan yang diberikan. Premi bruto adalah premi yang diperoleh dari
penutupan langsungdan penutupan tidak langsung. Premi penutupan langsung
termasuk premi yang diperolehdari penutupan polis bersama. Polis bersama adalah
penutupan terhadap satu objek asuransiyang dilakukan secara bersama oleh beberapa
perusahaan asuransi dan dinyatakan dalam
satu polis. Premi reasuransi adalah bagian premi bruto yang
menjadi hak reasuradur berdasarkan perjanjian reasuransi. Reasuransi prospektif adal
ah ketentuan dalam kontak reasuransi yangmewajibkan reasuradur untuk membayar
kepada asuradur sejumlah kerugian yang sudahterjadi sebagai akibat dari peristiwa
masa lalu yang dipertanggungkan. Klaim bruto adalahklaim yang jumlahnya telah
disepakati, termasuk biaya penyelesaian klaim. Klaim reasuransimerupakan bagian
dari klaim bruto yang terjadi tanggungan reasuradur.

36
2.7.6. Investasi
Perlakuan akuntansi untuk investasi mengacu pada pernyataan standar
akuntansikeuangan (PSAK) Nomor 13 mengenai akuntansi untuk investasi dan
PSAK nomer 15mengenai akuntansi untuk investasi dalam perubahan asosiasi,
kecuali untuk surat berhargayang diperlukan akuntansinya adalah sebagai berikut.
Sekuritas utang yang dimaksudkan untuk dimili hingga jatuh tempo
dinyatakan berdasarkan biaya perolehan setelah dikurangi amortisasi premi atau disko
nto dalammenentukan maksud tersebut, perusahaan harus mempertimbangkan
pengalaman
yangmereka miliki dalam hal penjualan dan transfer sekuritas. Perusahaan tidak boleh
mengklasifikasikan suatu sekuritas utang dalam katagori ini jka perusahaan
mempunyaimaksud untuk mempunyai sekuritas hanya untuk suatu periode yang tidak
ditentukan. Olehkarena itu, sekuritas utang tidak boleh dimaksudkan dalam
klasifikasi ini kalau perusahaanmempunyai tujuan untuk menjual sekuritas tersebut,
misalnya untuk menghadapi tingkat bunga pasar dan perubahan yang berhubungan
dengan resiko sejenis:a.Kebutuhan likuiditas b.Perubahan dalam ketersedian dan hasil
investasi alternatif c.Perusahaan dalam resiko mata uang asing.
Sekuritas utang dan ekuitas yang dimaksud untuk segera diperdagangkan,
dinyatakan berdasarkan harga pasar. Perdagangan dalam hal ini mencerminkan
pembelian dan penjualanyang aktif dan sering dengan tujuan untuk memperoleh
keutungan dan perbedaan
jangka pendek. Sekuritas ekuitas yang diklasifikasi dalam katagori ini adalah sekurita
s yang bisaditentukan nilai wajarnya, yaitu jika harga jual atau kuotasi harga beli dan
jual tesedia dibursa efek yang terdaftar di BAPEPAM. Untuk sekuritas utang yang
tidak tersedia harga pasarnya,estimasi nilai wajar bisa dibuat dengan menggunakan
berbagai teknik penentuan harganm salnya dengan analisis arus
kas didiskontokan, penentuan harga matriks
dan analisis pondamental keuangan yang belum direalisasikan akibat kenaikan harga
pasar dilaporkandalam laporan laba rugi periode berjalan.Sekuritas utang dan ekuitas
yang tidak termaksud dalam kedua katagori diatas diklasifikasikan sebagai sekuritas

37
yang tersedia untuk dijual dan dinyatakan berdasarkan harga pasar. Sekuritas
utang yang masuk dalam katagori ini adalah yang dimiliki untuk waktu yangtidak
ditentukan karena misalnya dimaksudkan untuk suatu saat dijual guna memenuhi
tujuan likuiditas atau sebagai bagian dari program menejemen resiko perusahaan.
Keuntungan(kerugian)yang belum direalisasi akibat kenaikan harga tidak diakui dala
m laporan laba rugi melainkan disajikan secara terpisah sebagai komponen ekuitas.

2.7.7. Piutang Reasuransi


Piutang reasuransi adalah tagihan kepada reasuradur yang timbul dari
transaksireasuransi. Piutang reasuransi tidak boleh dikompensasikan dengan utang
reasuransi, kecuali apabila kontrak reasuransi menyatakan adanya kompensasi.
Apabila dalam kompensasitersebut timbul saldo kredit, saldo tersebut harus disajikan
kepada kelompok kewajibansebagai utang reasuransi.
2.7.8. Utang Klaim
Utang klaim diakui pada saat jumlahnya disepakati untuk dibayar.
2.7.9. Estimasi Klaim Retensi Sendiri
Estimasi klaim retensi sendiri adalah taksiran jumlah kewajiban yang
menjaditanggungan sendiri sehubungan dengan klaim yang masih dalam proses
penyelesaiannya,termasuk klaim yang terjadi, namun belum dilaporkan. Estimasi
klaim retensi sendiridinyatakan sebesar jumlah taksiran berdasarkan penelaahan
secara teknis asuransi.

2.7.10. Premi yang belum merupakan pendapatan


Premi yang belum merupakan pendapatan adalah bagian dari premi yang
belumdiakui sebagai pendapatan karena masa pertanggungannya masih berjalan pada
akhir periodeakuntansi. Premi yang belum merupakan pendapatan ditentukan masing-
masing jenis pertanggungan dengan cara sebagai berikut:
a. Secara agregat tanpa memerhatikan tanggal penutupannya dan besarnya
dihitung berdasarkan presentasi tertentu;

38
b. Secara individual dari tiap pertanggungan dan besarnya premi yang belum
merupakan pendapatan ditetapkan secara proporsional dengan jumlah proteksi ya
ng diberikan,selama periode kontrak atau periode resiko, konsisten dengan
pengakuan pendapatan premi.
2.7.11. Utang Reasuransi
Utang reasuransi adalah kewajiban kepada reasuradur yang timbul dari
transaksireasuransi. Dan utang reasuransi tidak boleh dikompensasikan dengan
piutang reasuransi,kecuali apabila kontrak reasuransi menyatakan adanya kompensasi
apabila dalam kompensasitersebut timbul saldo debit, saldo tersebut harus disajikan
pada kelompok aktiva sebagai piutang reasuransi.

2.8. Pengungkapan
Pengungkapan berikut harus disajikan pada catatan atas laporan keuangan:
a. Kebijakan akuntansi mengenai:
1. Pengakuan pendapatan premi yang belum merupakan pendapatan
2. Transaksi reasuransi termasksud sifat, tujuan, dan efek transaksi
reasuransitersebut terhadap operasi perusahaan
3. Pengakuan beban klaim dan penentuan estimasi klaim retensi sendiri
4. Kebijakan akuntansi yang lain penting sebagaimana ditentukan dalam pernyataan
standar akutansi keuangan
b. Piutang premi dari penutupan polis bersama yang pada saat bersamaan
menimbulakan piutang premi kepada perusahaan anggota penutupan polis
bersama.
c. Jumlah premi jangka panjang yang belum diperhitungkan sebagai premi bruto.

39
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Secara umum aturan tentang penyajiaan laporaan keuangan adalah bahwa
posisi keuangan disajikan dalam neraca, hasil usaha dalam laporan laba rugi dan arus
kas dalamlaporan arus kas. Kemudian disampiang itu cara penyajiannya dijelaskan
bahwa untuk neracadisajikan berdasarkan urutan likuiditas, sedangkan dalam laba
rugi disajikan secara multiplestep dan arus kas disajikan dengan mengelompokkan
dalam 3 kelompok: operasi, pendanaan,dan investasi. Namun, adakalanya standar
akuntansi membuat aturan yang berbeda sepertihalnya pada laporan keuangan
keuangan perusahaan bank dan asuransi.

40
DAFTAR PUSTAKA

Syafari Harahap, Sofyan.1993. TEORI AKUNTANSI. Jakarta: Rajawali Pers


Syafari Harahap, Sofyan.1993. TEORI AKUNTANSI. Jakarta: Rajawali Pers

41

Anda mungkin juga menyukai