Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah utama yang sedang dihadapi negara-negara yang sedang berkembang
termasuk Indonesia adalah masih tingginya laju pertumbuhan penduduk dan
kurang seimbangnya penyebaran dan struktur umur penduduk. Keadaan penduduk
yang demikian telah mempersulit usaha peningkatan dan pemerataan
kesejahteraan rakyat. Semakin tinggi pertumbuhan penduduk semakin besar usaha
yang diperlukan untuk mempertahankan tingkat tertentu kesejahteraan rakyat
(Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), 2004).
Keluarga berencana merupakan salah satu pelayanan kesehatan preventif yang
paling dasar dan utama bagi wanita. Meskipun tidak selalu diakui demikian.
Untuk optimalisasi manfaat kesehatan KB, pelayanan tersebut harus disediakan
bagi wanita dengan cara menggabungkan dan memenuhi kebutuhan pelayanan
kesehatan reproduksi utama dan yang lain. Peningkatan dan perluasan pelayanan
KB merupakan salah satu usaha untuk menjarangkan kehamilan yang dialami oleh
wanita.
Program keluarga berencana ( KB) di Indonesia telah dilaksanakan sejak tahun
1965 yang disponsori oleh perkumpulan keluarga berencana Indonesia ( PKBI )
(Majalah bidan, 2004).
Menurut WHO KB adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan
suami istri untuk menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mengatur interval
diantara kehamilan, menentukan jumlah anak dalam keluarga.
Program KB di Indonesia sebelum dan sesudah ICPD-1994 mengalami
perubahan yang nyata pada kurun 70-an sampai 90-an awal. Pelayanan Keluarga
Berencana sangat menekankan pada aspek Demografis, yaitu pengendalian angka
kelahiran (BKKBN, 2009).
Kontrasepsi ialah usaha-usaha untuk mencegah kehamilan. Usaha-usaha itu
dapat bersifat sementara, dapat juga bersifat permanen. Usaha bersifat permanen

1
dinamakan tubektomi pada wanita dan vasektomi pada pria. Sampai sekarang cara
kontrasepsi yang ideal belum ada (Prawibowo, 2005).
IUD (Intra Uterine Devices) atau AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)
adalah alat yang terbuat dari benang sutra tebal yang dimasukkan kedalam rahim
untuk menghindari kehamilan ( Manuaba, 2008).
Rumor dan fakta tentang pemakaian AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim) :
menganggu kenyamanan dalam bersenggama, alat yang dipasang dapat terlepas
dengan sendirinya, khawatir dengan alat yang dipasang akan berkarat didalam
rahim istri hal ini ternyata turut memengaruhi rendahnya keikutsertaan istri dalam
memilih AKDR sebagai alat kontrasepsi.
Penggunaan kontrasepsi merupakan tanggung jawab bersama antara pria dan
wanita sebagai pasangan, sehingga metode kontrasepsi yang dipilih
mencerminkan kebutuhan serta keinginan bersama. Dalam hal ini bisa saja pria
yang memakai kontrasepsi seperti kondom, coitus interuptus dan vasektomi,
suami mempunyai tanggung jawab utama. Sementara bila istri sebagai pengguna
kontrasepsi suami mempunyai peranan penting dalam mendukung istri dan
menjamin efektivitas pemakaian kontrasepsi (Saifuddin, 2003).
Berdasarkan studi pendahuluan di dapat data Keluarga Berencana berdasarkan
alat kontrasepsi, di Kalimantan Timur sebanyak Kondom 179, 07 persen, Implan
144, 03 persen, IUD 113, 27 persen, suntik 88, 44 persen, MOP 44, 14 persen,
MOW 71, 31 persen (BKKBN, 2011).
Jumlah Pasangan Usia Subur di Tenggarong Kabupaten Kutai Kartanegara
pada Tahun 2011 adalah sebanyak 99.875. Berdasarkan alat kontrasepsi yang
digunakan akseptor terbanyak adalah : Pil dengan jumlah pemakai 35.274 orang,
Suntik sebanyak 17.554 orang, Implan sebanyak 4.305 orang, AKDR sebanyak
1.343 orang, MOW sebanyak 1./343 orang, MOP sebanyak 282 orang dan
Kondom sebanyak 450 orang (BKKBN, 2011).
Jumlah pasangan Usia Subur di Kecamatan Loa janan Kabupaten Kutai
Kartanegara pada tahun 2011 adalah sebanyak 6.051. Berdasarkan alat kontrasepsi
yang digunakan oleh akseptor yang terbanyak adalah: Pil dengan jumlah akseptor
2.037 orang, Suntik dengan akseptor sebanyak 824 orang, Implan dengan pemakai
sebanyak 444 orang, AKDR dengan jumlah pemakai sebanyak 243 orang, MOW

2
sebanyak 155 orang, MOP sebanyak 17 orang dan pemakai Kondom sebanyak 29
orang.
Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik melakukan penelitian
mengenai Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pemakaian AKDR (Alat
Kontrasepsi Dalam Rahim) di Wilayah Kerja Puskesmas Batuah Kutai
Kartanegara

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini
adalah Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pemakaian AKDR (Alat
Kontrasepsi Dalam Rahim) di Wilayah Kerja Puskesmas Batuah Kutai
Kartanegara

C. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
Menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan pemakaian AKDR
(Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) di wilayah kerja Puskesmas Batuah Kutai
Kartanegara.
b. Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi hubungan pendidikan responden dalam pemakaian
AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) di wilayah kerja Puskesmas
Batuah Kutai Kartanegara).
2. Mengidentifikasi hubungan pengetahuan responden dalam pemakaian
AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) di wilayah kerja Puskesmas
Batuah Kutai Kartanegara).
3. Mengidentifikasi hubungan dukungan suami responden dalam
pemakaian AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) di wilayah kerja
Puskesmas Batuah Kutai Kartanegara).

D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk:

3
1. Bagi peneliti
Menambah wawasan penulis khususnya tentang faktor-faktor yang
berhubungan dengan pemakaian AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim).
2. Bagi masyarakat
Diharapkan dapat menambah pengetahuan keluarga tentang Pemakaian
AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim).
3. Bagi peneliti lain
Diharapkan penelitian ini dapat menjadi salah satu referensi untuk
penelitian yang lebih lanjut.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Medis
1. Pengertian Kontrasepsi
Kontrasepsi adalah upaya mencegah kehamilan. Upaya itu dapat bersifat
sementara atau permanen. Penggunaan kontrasepsi merupakan salah satu
variabel yang mempengaruhi fertilitas (Wiknjosastro, 2006, p.905).
Maksud dari pemakaian kontrasepsi untuk menyelamatkan ibu dan
anak akibat melahirkan pada usia muda, jarak kelahiran yang terlalu dekat dan
melahirkan pada usia tua. Untuk itu diperlukan pemilihan jenis kontrasepsi
tepat agar tidak terjadi efeksamping yang merugikan pemakai alat kontrasepsi.
Pemilihan jenis kontrasepsi didasarkan pada tujuan penggunaan kontrasepsi
yaitu:
a. Menunda kehamilan. Pasangan dengan istri berusia dabawah 20 tahun
dianjurkan menunda kehamilanya.
b. Menjarangkan kehamilan (mengatur kesuburan) masa saat istri berusia
20 35 tahun yang paling baik untuk melahirkan 2 anak dengan jarak
kehamilan 3 -4 tahun.
c. Mengakhiri kesuburan (tidak ingin hamil lagi) saat usia istri diatas 35
tahun dianjurkan untuk mengakhiri kesuburan setelah mempunyai 2
anak.
Menurut Prawirohardjo (2007, p.534) hendaknya kontrasepsi memenuhi
syarat-syarat berikut:
a. Aman pemakaianya dan dapat dipercaya.
b. Efek samping yang merugikan tidak ada.
c. Lama kerjanya dapat diatur sesuai keinginan.
d. Tidak mengganggu hubungan seksual.
e. Tidak memerlukan bantuan medik atau control yang ketat selama
pemakaiannya.
f. Cara penggunaanya sederhana.
g. Harganya murah supaya dapat dijangkau masyarakat luas.

5
h. Dapat diterima oleh suami istri.

2. Kontrasepsi AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)


a. Pengertian Intra Uterin Devices (IUD) /AKDR
AKDR adalah suatu alat atau benda yang dimasukkan kedalam rahim yang
sangat efektif, reversibel dan berjangka panjang, dapat dipakai oleh semua
perempuan usia reproduktif (Handayani, 2010, p.139).

b. Jenis-jenis Intra Uterin Devices (IUD) /AKDR


Macam IUD menurut Handayani (2010, p.140-141) di kategorikan
menjadi 2 yaitu :
1. AKDR non hormonal, Pada saat ini AKDR telah memasuki generasi
ke-4 karena berpuluh-puluh macam AKDR telah dikembangkan. Mulai
dari generasi pertama yang terbuat dari benang sutera dan logam
sampai generasi plastik (polietilen), baik yang ditambah obat ataupun
tidak.
a) Menurut bentuknya AKDR di bagi menjadi 2 :
1) Bentuk terbuka (oven device), Misalnya : Lippes Loop,
CUT, Cu-7. Marguiles, Spring Coil, Multiload, Nova-T.
2) Bentuk tertutup (closed device), Misalnya : Ota-Ring,
Atigon, dan Graten Berg Ring.
b) Menurut Tambahan atau Metal
1) Medicatet IUD, Misalnya : Cu T 200 (daya kerja 3 tahun),
Cu T 220 (daya kerja 3 tahun), Cu T 300 (daya kerja 3
tahun), Cu T 380 A (daya kerja 8 tahun), Cu- 7, Nova T
(daya kerja 5 tahun), ML-Cu 375 (daya kerja 3 tahun).
2) Un Medicated IUD, Misalnya : Lippes Loop, Marguiles,
Saf-T Coil, Antigon. Cara insersi lippes loop : Push Out.
2. AKDR yang mengandung hormonal
a) Progestasert-T = Alza T
1) Panjang 36 mm,lebar 32 mm,dengan 2 lembar benang
ekor warna hitam.

6
2) Mengandung 38 mg progesterone dan barium sulfat,
melepaskan 65 mcg progesterone per hari.
3) Tabung insersinya terbentuk lengkung.
4) Teknik insersi: plunging (Modified Withdrawal).
b) LNG-20
1) Mengandung 46-60 mg Levonorgestrel, dengan pelepasan
20 mcg per hari.
2) Sedang di teliti di Finlandia.
3) Angka kegagalan/kehamilan agak terendah : <0,5 per 100
wanita per tahun.
4) Penghentian pemakaian oleh karena persoalan-persoalan
perdarahan ternyata lebih tinggi dibandingkan IUD
lainya, karena 25% mengalami amenore atau perdarahan
haid yang sangat sedikit.

c. Mekanisme Kerja menurut Hartanto (2004, p.205-206).


AKDR akan berada dalam uterus, bekerja terutama mencegah terjadinya
pembuahan (fertilisasi) dengan mengahalangi bersatunya ovum dengan sperma,
mengurangi jumlah sperma yang mencapai tuba falopi dan menginaktifasikan
sperma. Ada beberapa mekanismecara kerja AKDR sebagai berikut :
1) Timbulnya reaksi radang radang lokal di dalam cavum uteri sehingga
implantasi sel telur yang telah dibuahi terganggu.
2) Produksi lokal prostaglandin yang meninggi, yang menyebabkan
terhambatnya implantasi.
3) Gangguan/terlepasnya blastocyst yang telh berimplantasi didalam
endometrium.
4) Pergerakan ovum yang bertambah cepat didalam tuba fallopi.
5) Immobilissi spermatozoa saat melewati cavum uteri.

d. Efektivitas menurut Hartanto (2004, p.207)


1) Efektifitas dari IUD dinyatakan pada angka kontinuitas (continuation rate)
yaitu berapa lama IUD tetap tinggal in-uterio tanpa : Ekspulsi spontan,

7
terjadinya kehamilan dan pengangkatan/pengeluaran karena alasan-alasan
medis atau pribadi.
2) Efektifitas dari bermacam-macam IUD tergantung pada :
a) IUD-nya : Ukuran, Bentuk dan mengandung Cu atau Progesteron.
b) Akseptor : Umur, paritas, frekuensi senggama.
3) Dari faktor yang berhubungan dengan akseptor yaitu umur dan paritas,
diketahui :
a) Makin tua usia, makin rendah angka kehamilan, ekspulsi dan
pengangkatan/pengeluaran IUD.
b) Makin muda usia, terutama pada nulligravid, maka tinggi angka ekspulsi
dan pengangkatan/pengeluaran IUD.
4) Use-effectiveness dari IUD tergantung pada variabel administratif, pasien
dan medis, termasuk kemudahan insersi, pengalaman pemasang,
kemungkinan ekspulsi dari pihak akseptor, kemampuan akseptor untuk
mengetahui terjadinya ekspulsi dan kemudahan akseptor untuk
mendapatkan pertolongan medis.

e. Keuntungan
1) AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan.
2) Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380 A dan tidak perlu
diganti).
3) Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat.
4) Tidak memprngaruhi hubungan seksual.
5) Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil.
6) Tidak ada efeksamping hormonal dengan Cu AKDR (CuT-380 A)
7) Tidak mempengaruhi kualitas ASI.
8) Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (Apabila
tidak terjadi infeksi).
9) Dapat digunakan sampai menoupose (1 tahun atau lebih setelah haid
terakhir)
10) Tidak ada interaksi dengan obat-obatan.
11) Membantu mencegah terjadinya kehamilan ektopik.

8
f. Kerugian
Efek samping yang akan terjadi:
1) Perubahan siklus haid (umumnya pada 8 bulan pertama dan akan berkurang
setelah 3 bulan).
2) Haid lebih lama dan banyak.
3) Perdarahan atau (spooting) antar menstruasi
4) Saat haid lebih sakit
5) Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS.
6) Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang
sering ganti-ganti pasangan.
7) Penyakit radang panggul terjadi. Seorang perempuan dengan IMS memakai
AKDR, PRP dapat memicu infertilitas.
8) Prosedur medis,termasuk pemeriksaan pelvic diperlukan dalam pemasangan
AKDR. Seringkali perempuan takut selama pemasangan.
9) Sedikit nyeri perdarahan (spooting) terjadi segera setelah pemasangan
AKDR.Biasanya menghilang dalam 1-2 hari.
10) Klien tidak dapat melepas AKDR oleh dirinya sendiri. Petugas kesehatan
terlatih yang harus melakukanya.
11) Mungkin AKDR keluar lagi dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi
apabila AKDR di pasang setelah melahirkan).
12) Perempuan harus memeriksakan posisi benang dari waktu kewaktu,untuk
melakukan ini perempuan harus bisa memasukkan jarinya kedalam vagina.
Sebagian perempuan ini tidak mau melakukanya. (Handayani, 2010, p.144).

g. Indikasi menurut Saifudin (2006, p.MK-76)


1) Usia reproduktif.
2) Keadaan nulipara.
3) Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang.
4) Menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi.
5) Setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya.
6) Setelah mengalami abortus dantidak terlihat adanya adanya infeksi.
7) Resiko rendah IMS.

9
8) Tidak menghendaki metode hormonal.
9) Tidak menyukai untuk mengingat-ingat minum pil setiap hari.
10) Tidak menghendaki kehamilan setelah 1-5 hari senggama.

h. Kontraindikasi menurut Saifudin (2006, p.MK-77)


1) Sedang hamil (diketahui hamil atau kemungkinan hamil).
2) Perdarahan vagina yang tidak diketahui.
3) Sedang menderita infeksi alat genital.
4) Tiga bulan terakhir sedang mengalami abortus.
5) Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim yang dapat
mempengaruhi kavum uteri.
6) Penyakit trofoblas yang ganas.
7) Diketahui menderiata TBC pelvic.
8) Kanker alat genital.
9) Ukuran rahim yang kurang 5 cm.

i. Hal yang harus diketahui oleh akseptor IUD


1) Cara memeriksa sendiri benang ekor IUD.
2) Efek samping yang sering timbul misalnya perdarahan haid yang bertambah
banyak/lama, rasa sakit/kram.
3) Segera mencari pertolongan medis bila timbul gejala-gejala infeksi.
4) Macam IUD yang dipakinya.
5) Saat untuk mengganti IUD nya.
6) Bila mengalami keterlambatan haid, segera periksakan diri kepetugas medis.
7) Sebaiknya tunggu tiga bulan untuk hamil kembali setelah IUD dikeluarkan
dan gunakan metode kontrasepsi lain selama waktu tersebut.
8) Bila berobat karena alasan apapun, selalu beritahu dokter bahwa akseptor
menggunakan IUD.
9) IUD tidak memberi perlindungan terhadap transmisi virus penyebab AIDS.

j. Prosedur pemasangan menurut varneys


1) Informed Consent

10
2) Pastikan bahwa wanita yang menginginkan pemasangan AKDR tidak sedang
hamil.
3) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
4) Lakukan pemeriksaan bimanual.
5) Pasang speculum dan sesuaikan untuk mendapatkan ruang pandang terluas
sehingga memudahkan pemasangan AKDR.
6) Membersihkan Serviks secara menyeluruh dengan antiseptic.
7) Memasukkan tenakulum dan jepit porsio kearah jam 11.00 atau 13.00.
8) Mengukur kedalaman uterus dengan menggunakan sonde uterus.
9) Memasukkan IUD sesuai dengan macam alatnya. Lepaskan IUD. dalam
bidang transverse dari kavum uteri pada posisi setinggi mungkin difundus
uteri.
10) Keluarkan tabung inseternya.
11) Periksa dan gunting benang ekor IUD sampai 2-3 cm dari ostium uteri
eksternum.
12) Lepaskan tenakulum dan spekulum.

k. Waktu pemasangan menurut Everett (2008, p.203).


AKDR biasanya dipasang pada akhir menstruasi karena serviks terbuka
pada waktu ini, yang membuat pemasangan menjadi lebih mudah. AKDR
dapat dipasang sampai 5 hari setelah hari ovulasi paling awal yang
diperhitungkan, sebagai kontrasepsi pasca koitus. Setelah kelahiran bayi,
wanita dapat dipasang AKDR 6 minggu postnatal. Setelah keguguran atau
terminasi kehamilan.

11
B. Kerangka Teori

Pendidikan Faktor yang


Mempengaruhi
Pengetahuan Wanita Memakai
Alat Kontrasepsi
Dalam Rahim
Dukungan Suami (AKDR)

Gambar 1: Kerangka Teori

12
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian


Penelitian ini menggunakan desain kuantitatif (Diskriptif Analitik), dimana
peneliti ingin melihat faktor faktor yang berhubungan dengan penggunaan
kontrasepsi AKDR pada pasangan usia subur. Desain Diskriptif Analitik adalah
suatu studi untuk menemukan faktor dengan interpretasi termasuk didalamnya
untuk membuat gambaran atau melukiskan secara akurat dari beberapa fenomena
atau kelompok individu (Notoadmodjo, 2005). Sedangkan analitik bertujuan
menjelaskan karakteristik masing masing variabel yang diteliti. Pendekatan
yang digunakan adalah rancangan Cross sectional, yaitu mengkaji masalah pada
waktu penelitian dan pengamatan variabel bebas dan terikat dilakukan pada saat
yang sama (Arikunto, 2005).

B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Batuah Kecamatan
Loa Janan Kabupaten Kutai Kartanegara. Alasan peneliti mengambil penelitian di
Wilayah Kerja Puskesmas Batuah Kecamatan Loajanan Kutai Kartanegara.

C. Metode pengumpulan data


Data penelitian diperoleh dengan strategi Triangulasi, yaitu pengumpulan data
yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama yaitu dengan
cara observasi,wawancara dan dokumentasi .

D. Analisis Data
Analisis data dilakukan secara Diskriptif Analitik yaitu menganalisis suatu
keadaan secara obyektif untuk memecahkan masalah pada masa sekarang, dengan
cara data yang terkumpul dari kuesioner ditampilkan dalam bentuk tabel yang
dijabarkan mengenai hubungan variabel bebas dan variabel terikat.

13
BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Hasil
Karakteristik Responden
pasangan usia subur secara umum di wilayah Kerja Puskesmas Batuah
Kecamatan Loa Janan Kabupaten Kutai Kartanegara pada tahun 2012 adalah
sebanyak 722 pasangan usia subur, berdasarkan alat kontrasepsi yang digunakan
oleh akseptor adalah: Pil dengan jumlah akseptor 294 orang, suntik dengan
akseptor sebanyak 380 orang, implant dengan pemakai sebanyak 6 orang, kondom
dengan pemakai sebanyak 8 orang, MOW 1 orang dan MOP 1 akseptor, dan
pemakai AKDR sebanyak 33 orang. Sedangkan sisanya menggunakan pantang
berkala, tidak menggunakan alat kontrasepsi dan cara cara tradisional seperti
menggunakan jamu jamuan. Berdasarkan data ternyata bahwa akseptor AKDR
masih rendah, yaitu sebanyak 33 orang dari seluruh populasi. Sampel penelitian
ini sebanyak 180 responden, yaitu pasangan usia subur yang tidak memakai alat
atau metode kontrasepsi AKDR dan termasuk yang memakai AKDR.

Hasil Analisa Data dan Pembahasan


Dari 180 responden yang termasuk dalam kategori pendidikan rendah ada 17
responden (12, 6 %) yang menggunakan AKDR, dan 118 responden (87, 4 %)
berpendidikan rendah yang tidak menggunakan alat kontrasepsi AKDR. Pada
kelompok responden yang berpendidikan sedang, ada 4 responden (50 %) yang
menggunakan AKDR dan ada 4 responden (50 %) yang tidak menggunakan
AKDR , sementara yang berpendidikan tinggi tetapi tidak memakai AKDR ada 25
responden (67, 6 %) dan yang menggunakan AKDR ada 12 responden (32, 4 %).
Dari 180 responden yang termasuk dalam kategori yang mempunyai
pengetahuan kurang dan menggunakan AKDR, ada 2 responden (4,2 %) dan yang
mempunyai pengetahuan kurang tidak memakai AKDR ada 46 responden (95,8
%), sementara responden yang berpengetahuan baik menggunakan AKDR ada 31

14
responden (23, 5 %) dan selanjutnya yang berpengetahuan baik tetapi tidak
menggunakan AKDR ada 101 responden (76, 5 %).
Responden yang mengatakan pernah didukung oleh suami ada 33 responden
(23, 8 %) yang memakai AKDR, dan yang didukung suami tetapi tidak memakai
AKDR ada 96 responden (76, 2%), sementara ada 3 responden (5, 6 %) yang
mengatakan tidak pernah didukung suami tetapi memakai AKDR dan ada 51
responden (94, 4 %) yang tidak didukung oleh suami tidak memakai AKDR.
Berdasarkan uji statistik diperoleh hasil X2 = 5,93 P = 0,034 yang artinya ada
hubungan yang bermakna dukungan suami terhadap pemakaian AKDR.

B. Pembahasan
Penelitian ini menemukan makin tingginya pendidikan seseorang makin mudah
menerima informasi tentang AKDR, disamping itu faktor dukungan suami sangat
menunjang dalam pemakaian AKDR di Wilayah kerja Puskesmas Batuah
Kecamatan Loa Janan Kabupaten Kutai Kartanegara. Namun, pendidikan
seseorang yang tinggi belum tentu juga mempunyai pengaruh terhadap perilaku
sehari-hari dalam kehidupan. Orang berpendidikan tinggi belum tentu
menggunakan KB yang efektif. Pendidikan juga merupakan proses perubahan dan
peningkatan pengetahuan, pola pengetahuan, pola pikir, dan perilaku masyarakat.
Karena adanya dinamika diberbagai aspek, maka proses pendidikan akan terus
menerus dan berkesinambungan sehingga masyarakat mampu menerima gagasan
invasif secara rasional dan bertanggung jawab (BKKBN, 2011).
Pendidikan yang rendah juga membuat responden kurang bisa menerima dan
memahami konseling keluarga berencana yang diberikan oleh petugas KB,
sehingga menghambat proses penyebaran informasi tentang KB dan menghambat
proses perubahan dari yang tidak menggunakan AKDR memilih untuk
menggunakan AKDR yang diharapkan dalam program KB. Berarti pendidikan
yang rendah mempengaruhi pemakaian alat kontrasepsi AKDR.
Sementara itu pada tabel terlihat bahwa terdapat responden yang berpendidikan
tinggi tapi tidak menggunakan AKDR sebanyak 25 responden (67, 6 %) hal ini
disebabkan karena kemungkinan ibu menginginkan secepatnya untuk memperoleh
anak lagi sehingga memilih alat kontrasepsi lain yang menurutnya lebih simpel

15
dan cocok untuk dirinya. Terdapat 9 responden yang berpendidikan tinggi juga
mengatakan bahwa kepercayaan yang dianutnya juga tidak membolehkan untuk
menggunakan alat kontrasepsi jenis AKDR dan sebagian lagi mengatakan
suaminya tidak memperbolehkan, sehingga menjadi pertimbangan bagi responden
itu untuk memakai metode kontrasepsi yang lainnya. Pengetahuan merupakan
domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku terbuka.
Pada umumnya makin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin baik pula
tingkat pengetahuannya. Penelitian Rogers (1974), dalam Notoatmodjo (2003)
mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru didalam diri
orang tersebut terjadi proses yang berurutan yaitu : Awareness, Interest,
Evaluation , Trial dan Adaption. Dibeberapa daerah di Indonesia seperti jawa,
sumatera, (yang tentunya didaerah pedesaan) yang masyarakatnya masih akrab
dengan budaya banyak anak banyak rejeki dan setiap anak membawa rejekinya
masing-masing atau anak sebagai tempat bergantung orang tua masih sulit
menerima konsep program Keluarga Berencana (BKKBN, 1997).
Hasil penelitian menunjukan bahwa ada hubungan yang bermakna antara
faktor pengetahuan terhadap pemakaian AKDR, Terlihat dari 101 responden (76,
5 %) yang berpengetahuan baik ternyata yang tidak menggunakan AKDR dan
sebanyak 31 responden (23, 5 %) berpengetahuan baik menggunakan AKDR, hal
ini disebabkan banyak ibu yang merasa kurang nyaman dan merasa ketakutan
dengan proses pemasangan AKDR, kurangnya informasi yang memadai tentang
alat kontrasepsi AKDR, kurangnya dukungan dari suami, tidak adanya biaya
untuk pemasangan AKDR yang dipikir tentu lebih mahal dari alat kontrasepsi lain
dan juga ada beberapa responden yang mengatakan menginginkan untuk punya
anak lagi sehingga memilih alat kontrasepsi lain yang menurutnya lebih cocok.
Kurangnya pengetahuan pada calon akseptor sangat berpengaruh terhadap
pemakaian kontrasepsi AKDR. Dari beberapa temuan fakta memberikan implikasi
program, yaitu manakala pengetahuan dari wanita kurang maka penggunaan
kontrasepsi terutama AKDR juga menurun. Jika hanya sasaran para wanita saja
yang selalu diberi informasi, sementara para suami kurang pembinaan dan
pendekatan, suami kadang melarang istrinya karena faktor ketidaktahuan dan
tidak ada komunikasi untuk saling memberikan pengetahuan. Lingkungan sosial

16
memengaruhi penggunaan kontrasepsi dan pemilihan alat kontrasepsi (BKKBN,
2008).
Dorongan atau motivasi yang diberikan kepada istri dari suami, keluarga
ataupun lingkungan, sangat mempengaruhi kemantapan ibu dalam menggunakan
suatu metode kontrasepsi ( Manuaba, 1998 ).
Menurut (Mutadin, 2002) penggunaan AKDR dapat berpengaruh pada
kenyamanan seksual, karena menyebabkan perdarahan post coitus, yang
disebabkan karena posisi benang AKDR yang menggesek mulut rahim atau
dinding vagina sehingga menimbulkan pendarahan dan bisa menyebabkan
keputihan, akan tetapi pendarahan yang muncul ini jumlahnya hanya sedikit, pada
beberapa kasus efek samping ini menjadi pembenar bagi akseptor untuk
melakukan drop out, terutama disebabkan dukungan yang salah dari suami.
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti lain menunjukkan bahwa suami, teman
sebaya dan orang tua semua bisa mempengaruhi pilihan kontrasepsi perempuan,
dan bahwa pengaruh ini berbeda dengan paritas perempuan.
Jika seorang wanita percaya bahwa suaminya mendukung kontrasepsi,
kemungkinan dia menggunakan metode kontrasepsi meningkat, sebaliknya, ketika
seorang wanita merasa gugup tentang berkomunikasi dengan suaminya tentang
kontrasepsi atau suaminya membuat pilihan kontrasepsi, kemungkinan dia
menggunakan metode kontrasepsi menurun. Pendapat negatif Sesepuh tentang
kontrasepsi juga terkait dengan kemungkinan terjadinya penurunan penggunaan
kontrasepsi, yang mungkin dikarenakan oleh rasa hormat.

17
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ada hubungan yang bermakna antara faktor pendidikan terhadap pemakaian
AKDR di Wilayah Kerja Puskesmas Batuah Kecamatan Loa Janan Kabupaten
Kutai Kartanegara Tahun 2012. Terdapat hubungan yang signifikan antara faktor
pengetahuan terhadap pemakaian AKDR di Wilayah Kerja Puskesmas Batuah.
Adanya hubungan yang signifikan antara faktor dukungan suami terhadap
pemakaian AKDR di Wilayah Kerja Puskesmas Batuah.

B. Saran
Kepada petugas kesehatan, untuk lebih mengaktifkan lagi kegiatan konseling
KB sehingga masyarakat mempunyai pengetahuan yang lebih banyak tentang alat
kontrasepsi khususnya AKDR dan pada akhirnya masyarakat mampu memilih alat
kontrasepsi yang efektif dan sesuai dengan kondisinya.
Kepada Para suami untuk ikut memberikan dukungan pada istrinya dalam
pemakaian alat kontrasepsi dengan cara ikut melakukan konsultasi pada saat
memutuskan untuk memakai salah satu kontrasepsi dan apabila ada sesuatu yang
menjadi keluhan atau pertanyaan dikonsultasikan dengan petugas kesehatan
sehingga istri merasa mantap menggunakan salah satu alat kontrasepsi.
Bagi peneliti lain, agar dapat melakukan penelitian yang lebih mendalam
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya pemakaian AKDR melalui
uji statistik yang lebih spesifik dan dengan cakupan wilayah yang lebih luas dan
jumlah sampel yang lebih banyak.

18

Anda mungkin juga menyukai