Anda di halaman 1dari 58

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Target utama Program Indonesia Sehat 2010 adalah penurunan AKI
(Angka Kematian Ibu ) dari 307 / 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2003
(SDKI 2003) menjadi 125 / 100.000 kelahiran hidup pada akhir 2010.

Mengingat pentingnya derajat kesehatan ibu dan bayi baru lahir


sebagai Indikator Derajat Kesehatan, maka untuk itu Pemerintah
merencanangkan suatu Gerakan Nasional Kehamilan yang aman atau Making
Pregnancy Safer (MPS) sebagai bagian dari program Safe Motherhood dalam
arti yang luas tujuan Safe Motherhood dan Making Pregnancy Safer sama,
yaitu melindungi hak reproduksi dan hak asasi manusia dengan cara
mengurangi beban kesakitan, kecacatan dan kematian yang berhubungan
dengan kehamilan dan persalinan yang sebenarnya tidak perlu terjadi
(Rencana Strategi Nasional Depkes RI, 2001:13).

Peran seorang Bidan sebagai tenaga kesehatan yang berada di garis


terdepan dalam upaya penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) begitu sangat
penting. Upaya tersebut adalah Program Persalinan yang aman hal ini di mulai
dari perawatan Antenatal yang benar. Pengawasan antenatal memberikan
manfaat dengan dapat dideteksinya secara dini berbagai kelainan yang
menyertai kehamilan, sehingga dapat disiapkan langkah-langkah dalam
pertolongan persalinan yang tepat, yang pada akhirnya resiko komplikasi yang
mungkin terjadi dapat dicegah.

Dengan demikian, seorang bidan dituntut untuk dapat memberikan


pelayanan dengan pendekatan ilmiah memiliki kemampuan berfikir kritis serta
membuat dan mengambil keputusan klinis yang logis, sesuai dengan Standar
Asuhan Persalinan Normal.
Tujuan persalinan normal sendiri adalah menjaga kelangsungan hidup
dan memberikan derajat kesehatan yang tinggi bagi Ibu dan Bayinya, melalui
upaya yang terintegrasi dan lengkap tetapi dengan Intervensi yang seminimal
mungkin agar prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada
tingkat yang Optimal seperti yang diinginkan. (Kutipan dari Buku Asuhan
Persalinan Normal, Revisi 2007).

Asuhan Persalinan Normal yang didalamnya terdapat Asuhan


Kebidanan digunakan pendekatan ilmiah yaitu dengan menerapkan metode
pemecahan masalah secara sistematis mulai dari pengkajian data, analisa data,
diagnosa kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi yang dikenal
dengan pola fakir 7 langkah Varney, sedangkan bentuk pendokumentasiannya
disajikan dalam bentuk SOAP yang mudah dipakai untuk mengendalikan
mutu. Termasuk dalam studi kasus ini penulis menggunakan metode
pendokumentasian SOAP. Hasil akhir dari suatu rangkaian Asuhan Kebidanan
adalah kepuasan yang di dapat oleh klien. Beberapa indikator bagi seorang
Bidan untuk mengetahui kepuasan klien diantaranya tidak adanya komplain
dari klien atau keluarganya, komunikasi yang terjalin baik menandakan
adanya hubungan yang baik pula dari seorang bidan dengan klien dan
keluarganya. Hubungannya tersebut dimulai dari kontak pertama ketika klien
datang saat pertama kali memeriksakan kehamilannya, pada saat itu
merupakan dasar terhadap pemeriksaan selanjutnya. Dengan adanya hubungan
yang baik tersebut maka akan memberikan kepuasan dan kenyamanan bagi
klien maupun bidan itu sendiri.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Konsep Dasar Kehamilan?
2. Bagaimana Konsep Dasar Persalinan?
3. Bagaimana Konsep Dasar Nifas?
4. Bagaimana Konsep Dasar BBL?
5. ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana Konsep Dasar Kehamilan.
2. Untuk mengetahui bagaimana Konsep Dasar Persalinan.
3. Untuk mengetahui bagaimana Konsep Dasar Nifas.
4. Untuk mengetahui bagaimana Konsep Dasar BBL.
5. .
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil


1. Definisi Kehamilan
Kehamilan adalah dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin.
Lamanya hamil normal adalah 280 dari (40 Minggu, 9 bulan, 7 hari),
dihitung dari hari pertama haid terakhir (Saifuddin AB, 2002 : 89) .

Kehamilan dibagi menjadi tiga yaitu triwulan pertama dimulai dari


konsepsi sampai 3 bulan (0 14 mg), triwulan kedua dari bulan keempat
sampai 6 bulan (14 28 mg), triwulan ketiga dari bulan ketujuh sampai
kesembilan (28 40 mg). (Saifuddin AB, 2002 : 89).

2. Pelayanan Antenatal Terpadu


Pelayanan kesehatan pada ibu hamil tidak dapat dapat dipisahkan
dengan pelayanan persalinan, pelayanan nifas dan pelayanan kesehatan
bayi baru lahir. Kualitas pelayanan antenatal yang diberikan akan
mempengaruhi kesehatan ibu hamil dan janinnya, ibu bersalin dan bayi
baru lahir serta ibu nifas.
Dalam pelayanan antenatal terpadu, tenaga kesehatan harus dapat
memastikan bahwa kehamilan berlangsung normal, mampu mendeteksi
dini masalah dan penyakit yang dialami ibu hamil, melakukan intervensi
secara adekuat sehingga ibu hamil siap untuk menjalani persalinan normal.
Setiap kehamilan, dalam perkembangannya mempunyai risiko mengalami
penyulit atau komplikasi. Oleh karena itu, pelayanan antenatal harus
dilakukan secara rutin, sesuai standar dan terpadu untuk pelayanan
antenatal yang berkualitas.
Pelayanan antenatal terpadu merupakan pelayanan kesehatan
komprehensif dan berkualitas yang dilakukan melalui :Pemberian
pelayanan dan konseling kesehatan termasuk stimulasi dan gizi agar
kehamilan berlangsung sehat dan janinnya lahir sehat dan cerdas.
a. Deteksi dini masalah, penyakit dan penyulit/komplikasi kehamilan.
b. Penyiapan persalinan yang bersih dan aman.
c. Perencanaan antisipasi dan persiapan dini untuk melakukan rujukan
jika terjadi penyulit/ komplikasi.
d. Penatalaksanaan kasus serta rujukan cepat dan tepat waktu bila
diperlukan.
e. Melibatkan ibu hamil, suami dan keluarganya dalam menjaga
kesehatan dan gizi ibu hamil. Menyiapkan persalinan dan kesiagaan
bila terjadi penyulit/komplikasi.

Dalam melakukan pemeriksaan antenatal, tenaga kesehatan harus


memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai standar terdiri dari :

1. Timbang Berat Badan dan Ukur Tinggi Badan


Penimbangan berat badan pada setiap kali kunjungan antenatal
dilakukan untuk mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan janin.
Penambahan berat badan yang kurang dari 9 kilogram selama
kehamilan atau kurang dari 1 kilogram setiap bualannnya menunjukan
adanya gangguan pertumbuhan janin.
Pengukuran tinggi badan pada pertma kali kunjungan dilakukan untuk
menapis adanya faktor risiko pada ibu hamil. Tinggi badan ibu hamil
kurang dari 145 cm meningkatkan risiko untuk terjadinya Cephalo
Pelvic Disproportion (CPD).
2. Ukur Tekanan Darah
Pengukuran tekanan darah pada setiap kali kunjungan antenatal
dilakukan untuk mendeteksi adanya hipertensi (tekanan darah >
140/90) pada kehamilan dan Pre-eklamsia (hipertensi disertai edema
wajah dan tungkai bawah dan proteinuria.
3. Nilai status gizi (Ukur lingkar lengan atas/LILA)
Pengukuran LILA hanya dilakukan pada kontak pertam oleh tenaga
kesehatan di trimester 1 untuk skrining ibu hamil berisiko Kurang
Energi Kronis (KEK). Kurang energi kronis disini maksudnya ibu
hamil yang mengalami kekurangan gizi dan telah berlangsung lama
(beberapa bulan atau tahun) dimana ukuran LILA kurang 23,5 cm ibu
hamil dengan KEK akan dapat melahirkan Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR).
4. Ukur Tinggi Fundus Uteri
Pengukuran tinggi fundus pada setiap kali kunjungan antenatal
dilakukan untuk mendeteksi pertumbuhan janin sesuai atau tidak
dengan umur kehamilan. Jika tinggi fundus tidak sesuai dengan umur
kehamilan, kemungkinan ada gangguan pertumbuhan janin. Standar
pengukuran menggunakan pita pengukur setelah kehamilan 24
minggu.
5. Tentukan Presentasi Janin dan Denyut Jantung Janin (DJJ)
Menentukan presentasi janin dilakukan pada akhir trimester II dan
selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. Pemeriksaan ini
dimaksudkan untuk mengetahui letak janin. Jika pada trimester III
bagian bawah janin bukan kepala atau kepala janin belum masuk ke
panggul berarti ada kelainan letak, panggul sempit atau ada masalah
lain.
Penilaian DJJ dilakukan pada akhir trimester I dan selanjutnya setiap
kali kunjungan antenatal. DJJ lambat kurang dari 120 kali/menit atau
DJJ cepat dari 160 kali/menit menunjukan adanya gawat janin.
6. Skrining Status Imunisasi tetanus dan Berikan Imunisasi Tetanus
Toksoid (TT) bila diperlukan.
Untuk mencegah terjadinya tetanus neonatorum, ibu hamil harus
mendapat imunisasi TT. Pada saat kontak pertama, ibu hamil
diskrining status imunisasi T-nya. Pemberian imunisasi TT pada ibu
hamil,disesuaikan dengan status imunisasi T ibu saat ini. Ibu hamil
minimal memiliki status imunisasi T2 agar mendapatkan perlindungan
terhadap infeksi tetanus. Ibu hamil dengan status imunisasi T5 (TT
Long Life) tidak perlu diberikan TT lagi.
Pemberian imunisasi TT tidak mempunyai interval maksimal, hanya
terdapat interval minimal pemberian imunisasi TT dan lama
perlindungannya dapat dilihat pada tabel berikut :
Imunisasi TT Selang waktu Lama perlindungan
minimal pemberian
imunisasi
TT1 Langkah awal
pembentukan
kekebalan tubuh
terhadap penyakit
tetanus.
TT2 1 bulan setelah TT1 3 Tahun
TT3 6 bulan setelah TT2 5 Tahun
TT4 12 bulan setelah TT3 10 Tahun
TT5 12 bulan setelah TT4 > 25Tahun

7. Beri Tablet Tambah Darah (Tablet Besi)


Untuk mencegah anemia gizi besi, setiap ibu hamil harus mendapat
teblet tambah darah ( tablet zat besi dan asam folat) minimal 90 tablet
selama kehamilan yang diberikan sejak kontak pertama.
8. Pemeriksaan Laboratorium (Rutin dan Khusus)
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada ibu hamil adalah
pemeriksaan laboratorium rutin dan khusus. Pemeriksaan laboratorium
rutin yang harus dilakukan pada setiap ibu hamil yaitu golongan darah,
hemoglobin darah, dan pemeriksaan spesifik daerah endemis/ epidemi
(malaria, HIV, dan lain-lain). Semntara pemeriksaan laboratorium lain
yang dilakukan atas indikasi pada ibu hamil yang melakukan
kunjungan antenatal.
a. Pemeriksaan golongan darah
Pemeriksaan golongan darah pada ibu hamil tidak hanya untuk
mengetahui jenis golongan darah ibu melainkan juga untuk
mempersiapkan calon pendonor darah yang sewaktu-waktu
diperlukan apabila terjadi situasi kegawatdaruratan. Pemeriksaan
dilakukan apabila ibu hamil belum diketahui golongan darahnya.
b. Pemeriksaan Kadar Hemoglobin darah (Hb)
Pemeriksaan kadar hemoglobin darah ibu hamil dilakukan minimal
sekali pada trimester ketiga. Pemeriksaan ini ditunjukan untuk
mengetahui ibu hamil tersebutmenderita anemia atau tidak selama
kehamilannya karena kondisi anemia dapat mempengaruhi proses
tumbuh kembang janin dalam kandungan. Pemeriksaan kadar
hemoglobin darah ibu hamil pada trimester kedua dilakukan atas
indikasi.
c. Pemeriksaan protein dalam urin pada ibu hamil dilakukan pada
trimester kedua dan ketiga atas indikasi. Pemeriksaan ini ditujukan
untuk mengetahui adanya proteinuria pada ibu hamil. Proteinuria
merupakan salah satu indikator terjadinya pre-eklampsia pada ibu
hamil.
d. Pemeriksaan kadar gula darah
Ibu hamil yang dicurigai menderita diabetes melitus harus
dilakukan pemeriksaan gula darah selama kehamilannya minimal
sekal pada trimester pertama, sekali pada trimester kedua, dan
sekali pada trimester ketiga.
e. Pemeriksaan darah malaria
Semua ibu hamil di daerah Malaria (endemis sedang dan tinggi)
dilakukan pemeriksaan darah Malaria dalam rangka skrining pada
kontak pertama. Ibu hamil di daerah non endemis Malaria
(endemis rendah) dilakukan pemeriksaan darah Malaria apabila ada
indikasi.
d. Pemeriksaan tes Sifilis
Pemeriksaan tes Sifilis dilakuakan didaerah dengan risiko tinggi
dan ibu hamil yang diduga menderita Sifilis. Pemeriksaan Sifilis
sebaiknya dilakukan sedini mungkin pada kehamilan.
e. Pemeriksaan HIV
Di daerah epidemi HIV meluas dan terkonsentrasi, tenaga
kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan wajib menawarkan tes
HIV kepada semua ibu hamil secara inklusif pada pemeriksaan
laboratorium rutin lainnya saat pemeriksaan antenatal atau
menjelang persalinan.
Di daerah epidemi HIV rendah, penawaran tes HIV oleh tenaga
kesehatan diprioritaskan pada ibu hamil dengan IMS dan TB
secara inklusif pada pemeriksaan laboratorium rutin lainnya saat
pemeriksaan antenatal atau menjelang persalinan
Teknik penawaran ini disebut Provider Initiated Testing and
Counseling (PITC) atau Tes HIV atas Inisiasi Pemberian
Pelayanan Kesehatan dan Konseling (TIPK).
f. Pemeriksaan BTA
Pemeriksaan BTA dilakukan pada ibu hamil yang dicurigai
menderita tuberkulosisebagai pencegahan agar infeksi tuberkulosis
tidak mempengaruhi kesehatan janin.Selain pemeriksaan tersebut
diatas, apabila diperlukan dapat dilakukan pemeriksaan penunjang
lainnya difasilitas rujukan.
Mengingat kasus perdarahan dan preeklamsi/eklamsi merupakan
penyebab utama kematian ibu, maka diperlukan pemeriksaan
dengan menggunakan alat deteksi risiko ibu hamil oleh bidan
termasuk bidan desa meliputi alat pemeriksaan laboratorium rutin
(golongan darah, Hb), alat pemeriksaan laboratorium khusus
(gluko-protein urin) dan tes kehamilan.
9. Tatalaksana/Penangan Kasus
Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal diatas dan hasil pemeriksaan
laboratorium, setiap kelainan yang ditemukan pada ibu hamil harus
ditangani sesuai dengan standar dan kewenangan tenaga kesehatan. Kasus-
kasus yang tidak dapat ditangani sesuai dengan sistem rujukan.
10. Temu Wicara (Konseling)
Temu wicara (konseling) dilakukan pada setiap kunjungan antenatal yang
meliputi:
a. Kesehatan ibu
Setiap ibu hamil dianjurkan untuk memeriksakan kehamilannya secara
rutin ke tenaga kesehatan dan menganjurkan ibu hamil agar
beristirahat yang cukup selama kehamilannya (sekitar 9-10 jam per
hari) dan tidak bekerja berat.
b. Perilaku hidup bersih dan sehat
Setiap ibu hamil dianjurkan untuk menjaga kebersihan badan selama
kehamilan misalnya mencuci tangan sebelum makan, mandi 2X sehari
dengan menggunakan sabun, menggosok gigi setelah sarapan dan
sebelum tidur serta melakukan olah raga ringan.
c. Peran suami/ keluarga dalam kehamilan dan perencanaan persalinan.
Setiap iu hamil perlu mendapatkan dukungan dari keluarga teruama
suami dalam kehamilannya. Suami, keluarga atau masyarakat perlu
menyiapkan biaya persalinan. Kebutuhan bayi transportasi rujukan dan
calon donor darah. Hal ini penting apabila terjadi komplikasi
kehamilan, persalinan, dan nifas agar segera dibawa ke fasilitas
kesehatan.
d. Tanda bahaya pada kehamilan, persalinan dan nifas serta kesiapan
menghadapi komplikasi.
Setiap ibu hamil diperkenankan mengenal tanda-tanda bahaya baik
selama kehamilan, persalinan dan nifas misalnya perdarahan pada
hamil muda maupun hamil tua, keluar cairan berbau pada jalan lahir
saat nifas, dsb. Mengenal tanda-tanda bahaya ini penting agar ibu
hamil segera mencari pertolongan ke tenaga kesehatan.
e. Asupan gizi seimbang
Selama hamil ibu dianjurkan untuk mendapatkan asupan makanan
yang cukup dengan pola gizi yang seimbang karena hal ini penting
untuk proses tumbuh kembang janin dan derajat kesehatan ibu.
Misalnya ibu hamil disarankan minum tablet tambah darah secara rutin
untuk mencegah anemia pada kehamilannya.
f. Gejala penyakit menular dan tidak menular.
Setiap ibu hamil harus tahu mengenai gejala-gejala penyakit menular
dan penyakit tidak menular karena dapat mempengaruhi pada
kesehatan ibu dan janinnya.
g. Penawaran untuk melakukan tes HIV dan Konseling di daerah epidemi
meluas dan terkonsentrasi atau ibu hamil dengan IMS dan TB di
daerah epidemi rendah.
Setiap ibu hamil ditawarkan untuk dilakukan tes HIV dan segera
diberikan informasi mengenai resiko penularah HIV dari ibu ke
janinnya. Apabila ibu hamil tersebut HIV positif maka dilakukan
konseling Pencegahan Penularah HIV dari Ibu ke Anak (PPIA). Bagi
ibu hamil yang negatif diberikan penjelasan untuk menjaga tetap HIV
negatif diberikan penjelasan untuk menjaga HIV negatif selama hamil,
menyususi dan seterusnya.
h. Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dan Pemberian ASI ekslusif.
Setiap ibu hamil dianjurkan untuk memberikan ASI kepada bayinya
segera setelah bayi lahir karena ASI mengandung zat kekebalan tubuh
yang penting untuk kesehatan bayi. Pemberian ASI dilanjutkan sampai
bayi berusia 6 bulan.
i. KB Paska Persalinan
Ibu hamil diberikan pengarahan tentang pentingnya ikut KB setelah
persalinan untuk menjarangkan kehamilan dan agar ibu punya waktu
merawat kesehatan diri sendiri, anak, dan keluarga.
j. Imunisasi
Setiap ibu hamil harus mempunyai status imunisasi (T) yang masih
memberikan perlindungan untuk mencegah ibu dan bayi mengalami
tetanus neonatorum.
Setiap ibu hamil minimal mempunyai status imunisasi T2 agar
terlindungi trhadap infeksi tetanus.
k. Peningkatan kesehatan intelegensia pada kehamilan (Brain Booster)
Untuk dapat meningkatkan intelegensia bayi yang akan dilahirkan, ibu
hamil dianjurkan untuk memberikan stimulasi auditori dan pemenuhan
nutrisi pengungkit otak (brain booster) secara bersamaan pada periode
kehamilan.

3. Perubahan-perubahan maternal serta perkembangan dan


pertumbuhan janin pada Trimester III (PUSDINAKES-WHO-
JHPIEGO, 2003).
a. Minggu ke-28 (Bulan ke-7)

1) Perubahan-perubahan maternal
Fundus berada di pertengahan antara pusat dan prosesus xyphoid.
Haemorroid mungkin terjadi, pernapasan dada menggantikan
pernapasan perut. Garis bentuk janin dapat dipalpasi ibu. Mungkin
lelah menjalani kehamilan dan ingin sekali menjadi ibu. Rasa
panas dalam perut mungkin mulai terasa.

2) Perkembangan janin 5

Janin dapat bernapas, menelan dan mengatur suhu, Surfactant


terbentuk di dalam paru-paru, mata mulai membuka dan penutup.
Ukuran janin 2/3 ukuran pada saat lahir, BB 1000 gr 1800 gr.

b. Minggu ke-32 / bulan ke 8


1) Perubahan perubahan maternal
Fundus mencapai proses xyphoideus, payudara penuh dan nyeri
tekan. Sering kencing terjadi mungkin juga mengalami dyspnea
2) Perkembangan janin
Simpanan lemak coklat berkembang di bawah kulit untuk
persiapan pemisahan bayi setelah lahir. Bayi sudah tumbuh 38-43
cm, BB 1800 gr 2500 gr, mulai menyimpan zat besi, kalsium
dan fosfor.

c. Minggu ke-38 / bulan ke-9


1) Perubahan perubahan maternal
Penurunan bayi ke dalam pelvik / panggul ibu, plasenta setebal
hampir 4 kali waktu usia kehamilan 18 minggu dan beratnya 0,5-
0,6 kg, BB janin 2500 gr 4000 gr, PB 43 50 cm.

Ibu ingin sekali melahirkan bayi mungkin, memiliki enegi final


yang meluap. Sakit punggung dan sering kencing meningkat.

2) Perkembangan janin
Bayi cukup bulan, kulit licin, verniks kaseosa banyak, rambut
kepala tumbuh baik, organ-organ tubuh sudah terbentuk
seluruhnya. Pada pria testis sudah berada dalam skrotum,
sedangkan pada wanita labia mayora berkembang dengan baik.

4. Perubahan-perubahan psikologis dalam kehamilan (trimester III)


Trimester tiga sering kali disebut periode menunggu dan waspada
sebab pada saat ibu merasa tidak sabar menunggu kelahiran bayinya.
Gerakan bayi dan besarnya perut merupakan dua hal yang mengingatkan
ibu akan bayinya. Kadang-kadang ibu merasa khawatir bahwa bayinya
akan lahir sewaktu-waktu. Ini menyebabkan ibu meningkatkan
kewaspadaanyya akan timbulnya tanda dan gejala akan terjadi persalinan.

Ibu seringkali merasa khawatir atau takut kalau-kalau bayi yang


dilahirkan tidak normal. Kebanyakan ibu juga akan bersikap melindungi
bayinya dan akan menghindari orang atau benda apa saja yang
dianggapnya membahayakan bayinya.
Rasa tidak nyaman akibat kehamilan timbul kembali pada trimester
ketiga dan banyak ibu yang merasa dirinya aneh dan jelek. Disamping itu
ibu mulai merasa sedih karena akan berpisah dari bayinya dan kehilangan
perhatiannya khusus yang diterima selama hamil. Pada trimester ini ibu
memerlukan informasi dan dukungan dari suami, keluarga dan bidan.

Trimester ketiga adalah saat persiapan aktif untuk kelahiran bayi dan
menjadi orang tua. Keluarga mulai menduga-duga tentang jenis kelamin
bayinya dan akan mirip siapa. Bahkan mereka mungkin saja memilih
sebuah nama untuk bayinya (PUSDINAKES, 2003).

5. Tanda tanda bahaya dalam kehamilan


(PUSDIKNAKES, 2003).

a. Perdarahan pervaginam
Perdarahan yang tidak normal adalah merah, banyak, kadang-kadang,
tetapi tidak selalu disertai rasa nyeri. Perdarahan semacam ini bisa
berarti plasenta previa atau solutio plasenta.

b. Sakit kepala yang hebat


Sakit kepala yang menunjukkan suhu masalah yang serius adalah sakit
kepala hebat yang menetap dan tidak hilang dengan istirahat. Kadang-
kadang dengan sakit kepala yang hebat tersebut, ibu mungkin
menemukan bahwa penglihatannya menjadi kabur dan atau berbahaya.
Sakit kepala yang hebat dalam kehamilan adalah gejala dari pre
eklamsia.

c. Masalah penglihatan
Masalah yang mengidentifikasikan keadaan yang mengancam jiwa
adalah perubahan visual mendadak, misalnya pandangan kabur atau
berbayang.

d. Bengkak pada muka dan tangan


Bengkak bisa menunjukkan adanya masalah serius jika muncul pada
muka dan tangan, serta tidak hilang setelah beristirahat dan disertai
keluhan fisik yang lain. Hal ini dapat merupakan pertanda anemia,
gagal jantung dan eklamsia.

e. Nyeri abdomen yang hebat


Nyeri abdomen yang menunjukkan masalah yang mengancam
keselamatan jiwa adalah yang menetap dan tidak hilang setelah
istirahat.

f. Bayi kurang bergerak seperti biasa


Jika bayi tidur, geraknya melemah, bayi harus segera bergerak paling
sedikit 8 kali dalam periode 3 jam.

6. Keluhan yang dapat timbul pada Trimester III (PUSDINAKES, 23)


a. Rasa panas diulu hati
Penyebabnya :

1) Relaksasi otot polos dilambung yang disebabkan peningkatan


hormon progeterone karena kehamilan
2) Membesarnya rahim yang menekan lambung
Cara mengatasinya :

1) Makan-makanan dengan porsi kecil tapi sering


2) Minum susu rendah lemak
3) Hindari minuman yang mengangdung gas, makanan yang
merangsang atau terlampau dingin.
4) Latihan pernapasan dengan mengangkat tangan keatas sambil
napas panjang dan buang perlahan.
5) Jika sakit diulu semakin meningkat, konsultasi ke bidan / dokter.
b. Sering buang air kecil ( BAK )
Penyebabnya :
Rahim berada dibawah kandung kencing sehingga pembesaran rahim
menekan kandung kencing.

Cara mengatasinya :

1) kurangi minum dimalam hari, perbanyak di siang hari


2) jangan menunda jika ingin BAK
3) Hindari minuman yang mengandung soda, teh dan kopi
c. Perut kembung
Penyebabnya :

Karena penurunan peristaltik usus yang disebabkan peningkatan


hormon progesteron.

Cara mengatasinya :

Hindari makanan yang mengandung gas, seperti kol, melinjo, pete, dan
mie, durian.

d. Sembelit
Penyebabnya :

Peningkatan hormon estrogen dan progesteron, mempengaruhi


lemahnya daya dorong usus terhadap sisa makanan, meningkatnya
penyerapan air, serta pembesaran rahim.

Cara mengatasinya :

1) Tingkatkan makan-makanan tinggi serat dan mengandung cairan


misalnya : jus buah
2) Cukup istirahat
3) Latihan senan dan jangan menahan bila ingin BAB
4) Jika sembelit dirasakan bertambah konsultasikan kepada bidan /
dokter.
e. Ambeien / Haemorhoid
Penyebabnya :
Gangguan sirkulasi pembuluh darah balik sebagai akibat dari rahim
yang membesar.

Cara mengatasinya :

1) Makan-makanan yang tinggi serat


2) Hindari duduk terlalu lama
3) Jika ambeien bertambah berat konsultasikan ke bidan / dokter
4) Hindari terjadinya sembelit, karena sembelit mempengaruhi rahim

f. Kaki Kram
Penyebabnya :

Belum dapat dipastikan / diketahui secara pasti, tetapi bisa disebabkan


oleh kurangnya konsumsi kalsium.

Cara mengatasinya :

1) Makan dan minum yang mengandung kalsium dan fosfor.


Misalnya : susu, ikan teri, tablet kalsium.
2) Jika ingin mendapat tambahan kalsium konsultasikan dengan bidan
/ dokter.
3) Jika terjadi kram otot segera massase dengan balsem.

g. Susah tidur / insomnia


Penyebabnya :

1) Pola tidur berubah, sering bangun tengah malam karena ingin BAK
2) Panas dalam hidung tersumbat
3) Letih dan resah
4) Ketidaknyamanan karena kehamilan semakin membesar.
Cara mengatasinya :

1) Minum air hangat sebelum tidur


2) Mengadakan relaksasi
3) Jangan minum obat tdur
4) Atur posisi dengan miring kiri dilapisi bantal dibawah perut ibu.
h. Bengkak / Oedema
Penyebabnya :

Jika hanya kaki yang bengkak normal, karena terjadi gangguan pada
peredaran darah.

Cara mengatasinya :

1) Meninggikan kaki pada saat berbaring, tidak menyilangkan kaki


pada saat tidur, dan hindari berdiri lama.
2) Sebaiknya tidur dengan posisi miring
3) Memperhatikan keseimbangan tubuh saat beraktifitas
4) Berjalan untuk memperbaiki sirkulasi peredaran darah

i. Nyeri pada perut bagian bawah


Penyebabnya :

Karena adanya pembesaran rahim

Cara mengatasinya :

1) Dengan menekuk kaki


2) Menindih bantal / guling pada saat tidur (bantal diletakkan
dibawah perut ibu pada saat posisi dimiringkan kearah kiri)

j. Nyeri punggung atas dan bawah


Penyebabnya :

1) Pembesaran rahim
2) Perubahan postur tubuh
3) Ketegangan otot akibat ketegangan saraf
4) Penambahan ukuran payudara
5) Pengaruh hormonal pada sendi-sendi
Cara mengatasinya :

1) Gunakan body mekanik yang baik


2) Mengatur istirahat
3) Tidak menggunakan sepatu hak tinggi
4) Tidur dengan alas yang agak datar, misalnya : kasur busa
5) Gunakan stagen / korset
k. Napas Pendek
Penyebabnya :

1) Perubahan hormonal
2) Adanya penyempitan rongga diafragma karena pembesaran rahim
dan hal ini lazim terjadi pada ibu hamil.
Cara mengatasinya :

1) Mengadakan latihan pernafasan


2) Menjaga postur tubuh tetap tegak dan baik
l. Baal dan rasa nyeri di perut
Penyebabnya :

Gangguan sirkulasi peredaran darah dan penekanan pada saraf,


biasanya pada ibu hamil yang tidur terlentang.

Cara mengatasinya :

1) Tidur miring sehingga peredaran darah kembali lancar dan


penekanan saraf oleh rahim itu sendiri tidak terganggu lagi.
2) Tidur perlu menggunakan obat-obatan
m. Gatal-gatal di perut
Penyebabnya :

Karena gangguan hormonal yang dikeluarkan oleh plasenta dan ibu


tidak tahap terhadap hormonal tersebut.

Cara mengetasinya :
1) Jangan digaruk tetapi diusap saja
2) Pergunakan bedak / bedak cair anti gatal
n. Garis-garis di perut/striae
Penyebabnya :

Tidak jelas kemungkinan disebabkan karena peregangan dan


perubahan hormon (tidak sama untuk semua orang)

7. Nasehat-nasehat untuk ibu hamil (Sarwono, 2005)


a. Pemenuhan kebutuhan makanan
Makanan ibu hamil harus lebih diperhatikan, sebab kenaikan berat
badan selama hamil normalnya 6,5-16,5 kg.

b. Kebersihan tubuh
Kebersihan harus lebih dijaga pada masa hamil, baju hendaknya
longgar dan mudah menyerap keringat, mandi dianjurkan paling
sedikit 3 x sehari.

c. Pakaian hamil
Pakaian yang dianjurkan adalah pakaian yang longgar dan terbuat dari
katun sehingga dapat menyerap keringat, terutama pakaian dalam.

d. Coitus
Pada umumnya coitus diperbolehkan pada masa kehamilan jika
dilakukan dengan hati-hati. Pada akhir kehamilan, jika kepala sudah
masuk ke dalam rongga panggul, koitus sebaiknya dikurangi dan
sebaiknya menggunakan kondom untuk kebersihan dan
menghindarkan infeksi.

e. Kerja
Ibu hamil boleh bekerja, misalnya : memasak, menyapu dan
sebagainya (sesuai dengan kemampuan). Bagi pekerja kantor dapat
bekerja sampai 2 minggu sebelum TPA (Tafsiran Persalinan Akhir).
Bagi yang bekerja berat dianjurkan untuk bekerja ringan saja karena
pekerjaan berat dapat menimbulkan partus preterm (prematur).
Sebaiknya pada wanita hamil yang bekerja harus lebih sering istirahat.

E. Preeklampsia

1. Pengertian Preeklampsia

Preeklampsia adalah penyakit yang ditandai dengan adanya


hipertensi, proteinuria dan edema yang timbul selama kehamilan atau
sampai 48 jam postpartum. Umumnya terjadi pada trimester III
kehamilan. Preeklampsia dikenal juga dengan sebutan Pregnancy
Incduced Hipertension (PIH) gestosis atau toksemia kehamilan
(Maryunani, dkk, 2012). Sedangkan menurut Chapman (2006)
preeklampsia adalah merupakan kondisi khusus dalam kehamilan
ditandai dengan peningkatan tekanan darah (TD) dan proteinuria.

Bisa berhubungan dengan kejang (eklampsia) dan gagal organ


ganda pada ibu, sementara komplikasi pada janin meliputi restriksi
pertumbuhan dan abrapsio plasenta. Preeklampsia adalah penyakit
dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan proteinuria yang timbul
karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi pada triwulan Ke-3
kehamilan, tetapi dapat terjadi sebelumnya, misalnya pada mola
hidatidosa. Preeklampsia dibagi dalam golongan ringan dan berat
(Abdul, dkk, 2006).

Menurut Mansjoer, dkk (2007) preeklampsia adalah timbulnya


hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat kehamilan setelah usia
kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Kemudian
Preeklampsia menurut Achdiat (2004) adalah suatu sindroma klinis
dalam kehamilan (usia kehamilan > 20 minggu dan / atau berat janin
500 gram) yang ditandai dengan hipertensi, proteinuria dan edema.

Gejala ini dapat timbul sebelum usia kehamilan 20 minggu bila


terjadi penyakit trofoblastik. Menurut Skenna dan Kappel (2001)
dalam Asuhan Kebidanan Persalinan dan Kelahiran (2006),
preeklampsia adalah kondisi khusus dalam kehamilan, ditandai
dengan peningkatan tekanan darah dan proteinuria. Bisa berhubung
atau berlanjut menjadi kejang (eklampsia), sementara komplikasi pada
janin meliputi restriksi pertumbuhan dan abrapsio plasenta / solusio
plasenta (Maryunani, dkk, 2012). Preeklampsia didefenisikan sebagai
gangguan yang terjadi pada trimester kedua kehamilan dan mengalami
regresi setelah kelahiran, ditandai dengan kemunculan sedikitnya dua
dari tiga tanda utama, yaitu hipertensi, edema, dan proteinuria (Mary
dan Mandy, 2010).

2. Etiologi Preeklampsia

Penyebab timbulnya preeklampsia pada ibu hamil belum diketahui


secara pasti, tetapi pada umumnya disebabkan oleh (vasospasme
arteriola). Faktor-faktor lain yang diperkirakan akan mempengaruhi
timbulnya preeklampsia antara lain: primigravida, kehamilan ganda,
hidramnion, molahidatidosa, multigravida, malnutrisi berat, usia ibu
kurang dari 18 tahun atau lebih dari 35 tahun serta anemia
(Maryunani, dkk, 2012). Dalam penelitian Rozikhan (2007), sebab
preeklampsia dan eklampsia sampai sekarang belum diketahui. Telah
banyak teori yang mencoba menerangkan sebabmusabab penyakit
tersebut, akan tetapi tidak ada yang memberikan jawaban yang
memuaskan.

Teori yang diterima harus dapat menerangkan hal-hal berikut: (1)


primigraviditas, kehamilan ganda, hidramnion dan mola hidatidosa;
(2) semakin tuanya kehamilan; (3) terjadinya perbaikan keadaan
penderita dengan kematian janin dalam uterus; dan (4) timbulnya
hipertensi, edema, proteinuria, kejang dan koma. Salah satu teori yang
dikemukakan ialah bahwa eklampsia disebabkan ischaemia rahim dan
plasenta (ischemaemia uteroplacentae). Selama kehamilan uterus
memerlukan darah lebih banyak. Pada molahidatidosa, hydramnion,
kehamilan ganda, pada akhir kehamilan, pada persalinan, juga pada
penyakit pembuluh darah ibu, diabetes , peredaran darah dalam
dinding rahim kurang, maka keluarlah zat-zat dari plasenta atau
desidua yang menyebabkan vasospasmus dan hipertensi. Tetapi
dengan teori ini tidak dapat diterangakan semua hal yang berkaitan
dengan penyakit tersebut. Ternyata tidak hanya satu faktor yang
menyebabkan pre-eklampsia dan eklampsia.

Dalam teori dewasa ini banyak dikemukakan sebagai sebab


preeklampsia adalah iskemia plasenta. Akan tetapi, dengan teori ini
tidak dapat diterangkan semua hal yang berkaitan dengan penyakit itu.
Ada banyak faktor yang menyebabkan preeklampsia dan eklampsia.
Diantara faktor-faktor yang ditemukan sering kali sudah ditentukan
mana yang sebab dan mana yang akibat.

Dan sampai saat ini, apa yang menjadi penyebab preeklampsia dan
eklampsia belum diketahui, telah banyak teori yang mencoba
menerangkan sebab-musabab penyakit tersebut, akan tetapi tidak ada
yang dapat memberi jawaban yang memuaskan (Chapman, 2006).
Penyebab preeklampsia belum diketahui sampai sekarang secara pasti,
bukan hanya satu faktor melainkan beberapa faktor dan besarnya
kemungkinan preeklampsia akan menimbulkan komplikasi yang dapat
berakhir dengan kematian. Akan tetapi untuk mendeteksi
preeklampsia sedini mungkin dengan melalui antenatal secara teratur
mulai trimester I sampai dengan trimester III dalam upaya mencegah
preeklampsia menjadi lebih berat (Manuaba, 2008). Sampai sekarang
etiologi preeklampsia belum diketahui. Membicarkan patofisiologinya
tidak lebih dari mengumpulkan temuan-temuan fenomena yang
beragam.
Namun pengetahuan tentang temuan yang beragam inilah kunci
utama suksesnya penanganan preeklampsia sehingga
preeklampsia/eklampsia disebut sebagai the disease of many theories
in obstetrics (Vivian dan Tri Sunarsih, 2010). Adapun teori-teori
tersebut antara lain:

a. Peran Prostasiklin dan Tromboksan

Pengeluaran hormone ini memunculkan efek perlawanan


pada tubuh. Pembuluh-pembuluh darah menciut, terutama
pembuluh darah kecil, akibatnya tekanan darah meningkat. Organ-
organ pun akan kekurangan zat asam. Pada keadaan yang lebih
parah, bisa terjadi penimbunan zat pembeku darah yang ikut
menyambut pembuluh darah pada jaringan-jaringan vital.

b. Peran Faktor Immunologis

Preeklampsia sering terjadi pada kehamilan pertama dan


tidak timbul lagi pada kehamilan berikutnya. Hal ini dapat di
bahwa pada kehamilan pertama pembentuk blocking antibodies
terhadap antigen plasenta tidak sempurna, yang semakin sempurna
pada kehamilan berikutnya.

c. Peran Faktor Genetik

Beberapa bukti yang menunjukkan peran faktor genetik


pada kejadian Preeklampsia-Eklampsia antara lain: a)
Preeklampsia hanya terjadi pada manusia ; b) Terdapatnya
kecenderungan meningkatnya frekuensi preeklampsiaeklampsia
pada anak-anak dari ibu yang menderita preeklampsiaeklampsia; c)
Kecenderungan meningkatnya frekuensi preeklampsia-eklampsia
pada anak dan cucu ibu hamil dengan riwayat preeklampsia-
eklampsia dan bukan pada ipar mereka; d) Peran Renin
Angiotensin Aldosteron System (RAAS).
Penderita pada tahap preeklampsia hendaknya mau dirawat
dirumah sakit untuk memudahkan pemantauan kondisi ibu dan
janin. Pemantauan meliputi fungsi ginjal lewat protein urinenya
dan juga fungsi hati. Menu makanan sehari-hari pun perlu
diperhatikan. Yang pasti konsumsi garam harus dikurangi,
sedangkan buahbuahan dan sayuran diperbanyak (Mambo, 2006).

c. Tanda dan Gejala Preeklampsia

Preeklampsia dibagi dalam golongan ringan dan berat. Penyakit


digolongkan berat bila satu atau lebih tanda / gejala dibawah ini di
temukan: a) Tekanan sistolik 160 mmHg, atau tekanan diastolik 110
mmHg atau lebih; b) Proteinuria 5 gr atau lebih dalam 24 jam : +3
atau +4 pada pemeriksaan kualitatif; c) Oliguria, air kencing 400 ml
atau kurang dari 24 jam; d) Keluhan serebral, gangguan pengelihatan
atau nyeri daerah epigastrium; e) Edema paru-paru (Abdul, dkk, 2006)
Menurut Rozikhan (2007) tanda dan gejala preeklampsia adalah
sebagai berikut:

a. Hipertensi biasanya timbul lebih dahulu dari pada tanda-tanda


lain. Bila peningkatan tekanan darah tercatat pada waktu
kunjungan pertama kali dalam trimester pertama atau kedua awal,
ini mungkin menunjukkan bahwa penderita menderita hipertensi
kronik. Tetapi bila tekanan darah ini meninggi dan tercatat pada
akhir trimester kedua dan ketiga, mungkin penderita menderita
preeklampsia. Peningkatan tekanan sistolik sekurang-kurangnya
30 mmHg, atau peningkatan tekanan diastolik sekurang-
kurangnya 15 mmHg, atau adanya tekanan sistolik sekurang-
kurangnya 140 mmHg, atau tekanan diastolik sekurang-
kurangnya 90 mmHg atau lebih atau dengan kenaikan 20 mmHg
atau lebih, ini sudah dapat dibuat sebagai diagnose. Penentuan
tekanan darah dilakukan minimal 2 kali dengan jarak waktu 6 jam
pada keadaan istirahat. Tetapi bila diastolik sudah mencapai 100
mmHg atau lebih, ini sebuah indikasi terjadi preeklampsia berat.

b. Edema ialah penimbunan cairan secara umum dan kelebihan


dalam jaringan tubuh, dan biasanya dapat diketahui dari kenaikan
berat badan serta pembengkakan pada kaki, jari-jari tangan, dan
muka, atau pembengkan pada ektrimitas dan muka. Edema
pretibial yang ringan sering ditemukan pada kehamilan biasa,
sehingga tidak seberapa berarti untuk penentuan diagnosa pre
eklampsia. Kenaikan berat badan kg setiap minggu dalam
kehamilan masih diangap normal, tetapi bila kenaikan 1 kg
seminggu beberapa kali atau 3 kg dalam sebulan pre-eklampsia
harus dicurigai. Atau bila terjadi pertambahan berat badan lebih
dari 2,5 kg tiap minggu pada akhir kehamilan, mungkin
merupakan tanda preeklampsia. Bertambahnya berat badan
disebabkan retensi air dalam jaringan dan kemudian oedema
nampak dan edema tidak hilang dengan istirahat. Hal ini perlu
menimbulkan kewaspadaan terhadap timbulnya pre eklampsia.
Edema dapat terjadi pada semua derajat PIH ( Hipertensi dalam
kehamilan) tetapi hanya mempunyai nilai sedikit diagnostik
kecuali jika edemanya general.

c. Proteinuria berarti konsentrasi protein dalam air kencing yang


melebihi 0,3 g/liter dalam air kencing 24 jam atau pemeriksaan
kualitatif menunjukkan 1+ atau 2 + (menggunakan metode
turbidimetrik standard) atau 1g/liter atau lebih dalam air

d. Klasifikasi Preeklampsia

Pembagian preeklampsia dibagi dalam golongan ringan dan


berat, berikut ini adalah penggolongannya (Rukiyah dan Yulianti,
2010):
a. Preeklampsia Ringan

Preeklampsia ringan adalah timbulnya hipertensi disertai


proteinuria dan atau edema setelah umur kehamilan 20 minggu
atau segera setelah kehamilan. Gejala ini dapat timbul sebelum
umur kehamilan 20 minggu pada penyakit trofoblas, penyebab
preeklampsia ringan belum diketahui secara jelas, penyakit ini
dianggap sebagai maladaptation syndrome akibat
vasospasme general dengan segala akibatnya (Rukiyah dan
Yulianti, 2010). Gejala preeklampsia ringan meliputi: 1.
Kenaikan tekanan darah sistolik antara 140-160 mmHg dan
tekanan darah diastolik 90-110 mmHg 2. Proteinuria secara
kuantitatif >0,3 gr/l dalam 24 jam 3. Edema pada pretibial,
dinding abdomen, lumbosakral, wajah atau tangan 4. Tidak
disertai dengan gangguan fungsi organ

b. Preeklampsia Berat

Preeklampsia Berat adalah suatu komplikasi kehamilan


yang ditandai dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg
atau lebih disertai proteinuria dan atau edema pada kehamilan
20 minggu atau lebih (Rukiyah dan Yulianti, 2010). Gejala
klinis preeklampsia berat meliputi: 1. Tekanan darah sistolik
>160 mmHg atau tekanan darah diastolik >110 mmHg 2.
Trombosit 3. Proteinuria ( >3 gr/ liter/24 jam) atau positif 3
atau 4, pada pemeriksaan kuantitatif bisa disertai dengan: a.
Oliguria (urine < 400 ml/24 jam) b. Keluhan serebral,
gangguan pengelihatan c. Nyeri abdomen d. Gangguan fungsi
hati e. Gangguan perkembangan Intrauterine.
e. Faktor Yang Berhubungan Dengan Preeklampsia

Setiap wanita hamil memiliki risiko untuk mengalami penyakit


akibat kehamilan, sedangkan wanita yang tidak hamil tidak
memiliki risiko tersebut. Menurut Sarwono (2006), faktor yang
berhubungan dengan terjadinya preeklampsia yaitu faktor usia dan
paritas. Sedangkan berdasarkan penelitian Rozikhan RS. Soewando
Kendal pada tahun 2007 beberapa faktor yang memiliki hubungan
dengan terjadinya preeklampsia adalah faktor pengetahuan, usia,
paritas, riwayat preeklampsia, genetik dan pemeriksaan kehamilan
(ANC). Walaupun penyebab preeklampsia belum dapat dipastikan,
namun beberapa faktor berikut ini memiliki hubungan dengan
terjadinya preeklampsia.

Umur Ibu Usia adalah usia individu terhitung mulai saat dia
dilahirkan sampai saat berulang tahun, semakin cukup umur,
tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang
dalam berfikir dan (Nursalam, 2001). Insiden tertinggi pada kasus
preeklampsia pada usia remaja atau awal usia 20 tahun, tetapi
prevalensinya meningkat pada wanita diatas 35 tahun. Dengan
bertambahnya usia seseorang, maka kematangan dalam berfikir
semakin baik. Usia sangat memengaruhi kehamilan, usia yang baik
untuk hamil berkisar antara 20-35 tahun. Pada usia tersebut alat
reproduksi wanita telah berkembang dan berfungsi secara
maksimal. Sebaliknya pada wanita dengan usia dibawah 20 tahun
atau diatas 35 tahun kurang baik untuk hamil. Karena kehamilan
pada usia ini memiliki ini memiliki resiko tinggi, seperti terjadinya
keguguran atau kegagalan persalinan, bahkan bisa menyebabkan
kematian. Wanita yang usianya lebih tua memiliki tingkat risiko
komplikasi melahirkan yang lebih tinggi dibandingkan dengan
yang lebih muda. Bagi wanita yang berusia diatas 35 tahun, selain
fisik mulai melemah, juga kemungkinan munculnya berbagai risiko
gangguan kesehatan, seperti darah tinggi, diabetes, dan berbagai
penyakit lainnya termasuk preeklampsia (Gunawan, 2010).

Tinggi rendahnya usia seseorang memengaruhi terjadinya


preeklampsia (Sarwono, 2006). 2. Usia Kehamilan Menurut
(Royston, 1994) dalam (Dollar, 2008) preeklampsia biasanya
muncul setelah usia kehamilan 20 minggu. Gejalanya adalah
kenaikan tekanan darah. Jika terjadi di bawah 20 minggu, masih
dikategorikan hipertensi kronis. Sebagian besar kasus preeklampsia
terjadi pada usia kehamilna > 37 minggu dan makin tua kehamilan
makin berisiko untuk terjadinya preeklampsia. Paritas Paritas
adalah keadaan seorang ibu yang melahirkan janin lebih dari satu.
Sucheilitif paritas adalah status seorang wanita sehubungan dengan
jumlah anak yang pernah dilahirkannya. Menurut Manuaba (1999)
paritas adalah wanita yang pernah melahirkan dan dibagi menjadi
beberapa istilah: 1. Primigravida : adalah seorang wanita yang
telah melahirkan janin untuk pertama kali 2. Multipara : adalah
seorang wanita yang telah melahirkan janin lebih dari satu kali 3.
Grande multipara : adalah wanita yang telah melahirkan janin lebih
dari lima kali. Pada primigaravida frekuensi preeklampsia lebih
tinggi bila dibandingankan dengan multigaravida, terutama
primigaravida muda (Sarwono, 2006). 4.

Bad Obstetric History Seorang wanita yang pernah memiliki


riwayat preeklampsia, kehamilan molahidatidosa dan kehamilan
ganda kemungkinan akan mengalami preeklampsia lagi pada
kehamilan berikutnya, terutama jika diluar kehamilan menderita
tekanan darah tinggi menahun (Apotik Online, 2005). 2.6
Komplikasi Preeklampsia Menurut Khatteryn & Laura (1995)
dalam Anik Maryunani dan Yulianingsih (2012) komplikasi ibu
dengan preeklampsia meliputi : cerebral vascular accident,
kardiopulmonari edema, retardasi pertumbuhan, kematian janin
intra uterine yang disebabkan oleh hipoksia dan premature.
Komplikasi preeklampsia yang lain adalah : Ablatio retinae, gagal
ginjal, perdarahan otak, gagal jantung dan edema paru (Vivian dan
Tri Sunarsih, 2010)

d. Pencegahan Preeklampsia

Yang dimaksud dengan pencegahan adalah upaya untuk


mencegah terjadinya preeklampsia pada perempuan hamil yang
mempunyai risiko terjadinya preeklampsia. Preeklampsia adalah
suatu sindroma dari proses implantasi sehingga tidak secara
keseluruhan dapat di cegah (Angsar, 2008). Pencegahan timbulnya
preeklampsia dapat dilakukan dengan pemeriksaan antenatal care
secara teratur. Gejala ini ini dapat ditangani secara tepat.
Penyuluhan tentang manfaat isirahat akan banyak berguna dalam
pencegahan. Istirahat tidak selalu berarti tirah baring di tempat
tidur, tetapi ibu masih dapat melakukan kegiatan sehari-hari, hanya
dikurangi antara kegiatan tersebut, ibu dianjurkan duduk atau
berbaring. Nutrisi penting untuk diperhatikan selama hamil,
terutama protein. Diet protein yang adekuat bermanfaat untuk
pertumbuhan dan perbaikan sel dan transformasi lipid (Maryunani,
dkk, 2012)
BAB III

STUDI KASUS

ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN PADA NY. T

DENGAN PREEKLAMSI BERAT

Hari : Kamis

Tanggal : 26-10-2017

Tempat : BPM Bidan Kartini

Data Sekunder : Buku KIA

A. Data Subjektif
1. Identitas

Istri Suami
Nama : Ny. Tuti Rohati Tn. Dedi
Umur : 25 Tahun 40 Tahun
Agama : Islam Islam
Pendidikan : SMA SMP
Pekerjaan : Tidak Bekerja Buruh
Suku Bangsa : Jawa Sunda
Alamat : Ds. Waled asem Kecamatan
waled Kabupaten cirebon

2. Riwayat
Ibu mengeluh susah tidur dan pinggang sakit. HPHT 26-01-2017.
Siklus 28 hari. TP 03-11-2017. Mengaku hamil 9 bulan. Hamil anak
pertama tidak pernah keguguran. Merasakan gerakan janin pada umur
kehamilan 4 bulan sampai sekarang. Ibu belum mengetahui bagaimana
cara menghitung gerakan janin. Gerakan janin aktif. Ibu sudah
mengetahui tanda-tanda bahaya kehamilan. Tidak mengkonsumsi obat-
obatan dan jamu selama kehamilan. Tablet fe diminum 1x sehari setiap
malam pakai air putih. Suntik TT sebanyak 2x pada umur kehamilan 4
bulan dan 5 bulan. Kunjungan ANC 15x di bidan desa.
3. Riwayat Kesehatan
Ibu selama kehamilan tidak mempunyai riwayat penyakit berat dan
tidak pernah dirawat karena penyakit yang dipengaruhi dan
mempengaruhi kehamilan seperti Diabetes, Hipertensi, Malaria,
Ginjal, HIV/AIDS dan Asma.
4. Riwayat Sosial Ekonomi
Ini merupakan pernikahan yang pertama. Respon ibu terhadap
kehamilan baik. Tidak pernah memakai KB. Keluarga mendukung atas
kehamilannya. Pengambilan keputusan dilakukan oleh suami. Makan
3x sehari dengan menu yang bervariasi. Tidak ada pantangan terhadap
makanan. Tidak merokok dan meminum-minuman keras. Suami
merokok diluar. Aktivitas keluarga dibantu oleh ibu. Tidak ada
masalah dalam hubungan seksual. Istirahat cukup. Rencana melahirkan
di Bidan desa.
B. Data Objektif
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Compos Mentis
3. Tinggi Badan : 165 cm
4. Berat Badan : 78 kg
5. Lila : 26 cm
6. TTV : a. TD : 120/80 mmHg
b. P : 80 x/menit
c. R : 20 x/menit
d. S : 36,50C
7. Kepala dan Leher
a. Wajah : Tidak ada oedema
b. Mata : Konjungtiva an anemis, sklera an ikterik.
c. Mulut : Gigi tidak ada karies, gusi tidak pucat.
d. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan limfe.
8. Badan
a. Dada : Jantung reguler, tidak ada ronchi dan wheezing.
b. Payudara :Simetris, tidak ada massa dan dimpling sign,
puting menonjol dan kolostrum belum ada.
c. Abdomen :Tidak ada bekas luka operasi, TFU 29 cm. Posisi
puka. Presentasi kepala. Penurunan 4/5. DJJ
142x/menit. TBJ + 2790 gram
9. Genetalia :Vulva vagina tidak ada kelainan seperti varises,
kondiloma, fluor albus, herpes, ulkus, tidak ada
benjolan dan pembesaran kelenjar bartholini dan
skene.
10. Anus : Tidak ada Hemoroid.
11. Eksteremitas
a. Atas : Tidak ada oedema.
b. Bawah : Tidak ada oedema, tidak ada varises, refleks
patela+/+.
12. CVAT : Tidak ada nyeri ketuk.
13. Data penunjang
a. HB : 9,8 gr% (26-10-2017)
b. Protein urine : +1 (02-11-2017)
c. Glukosa urine : Negatif
C. Analisa
Ny.T 25 tahun G1P0A0 Gravida 40 minggu keadaan umum ibu dan janin
sedang.
D. Penatalaksanaan
1. Membina hubungan baik dengan ibu dan keluarga, hubungan baik
terjalin.
2. Melakukan inform consent, ibu setuju dilakukan tindakan.
3. Memberitahu hasil pemeriksaan, ibu mengetahui hasil pemeriksaan.
4. Memberikan informasi tentang cara menghitung gerakan janin, ibu
dapat mengulang kembali apa yang telah dijelaskan.
5. Memberikan informasi tentang tanda-tanda bahaya kehamilan, ibu
dapat mengulang kembali apa yang telah dijelaskan.
6. Menjelaskan tentang tanda-tanda persalinan dan apabila ada tanda
persalinan ibu segera ke fasilitas kesehatan,ibu mengerti dan akan ke
fasilitas kesehatan apabila ada tanda persalinan.
7. Mendiskusikan persiapan persalinan
a. Dananya, siap dari BPJS.
b. Kendaraannya, sudah siap.
c. Keluarga yang akan mendampingi, ibu akan didampingi oleh
suami.
8. Menyiapkan untuk antisipasi kegawatdaruratan untuk ibu dan bayi,
donor siap.
9. Menyepakati kunjungan ulang pada tanggal 02-11-2017 atau apabila
ada tanda-tanda persalinan.
ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN PADA NY. T

DENGAN PREEKLAMSI BERAT

Hari : Rabu

Tanggal : 01-11-2017

Tempat : Ruang VK RSUD Waled

Alamat : Jln. Prabu Kiansantang No.4

A. Data Subjektif
1. Riwayat
Ibu datang ke IGD Kebidanan RSUD Waled jam 19.20 WIB diantar bidan
dan keluarga rujukan dari bidan kartini karena tensi tinggi. HPHT tanggal
26-01-2017. TP 03-11-2017. Ibu hamil anak pertama tidak pernah
keguguran. Ibu mengeluh mules sejak jam 12.00 WIB untuk sekarang
semakin sering. Ketuban belum pecah. Masih merasakan gerakan janin.
Makan terakhir jam 18.00 WIB dan minum terakhir jam 19.00 WIB. BAK
terakhir jam 19.00 WIB. BAB terakhir jam 06.30 WIB.Tidak ada masalah
kesehatan yang memengaruhi dan di pengaruhi persalinan.
B. Data Objektif
1. Keadaan umum : Sedang
2. Kesadaran : Compos Mentis
3. TTV : a. TD : 160/100 mmHg
b. P : 86 x/menit
c. R : 20 x/menit
d. S : 370C
5. Wajah : Tidak ada oedema
6. Mata : Konjungtiva an anemis, sklera an ikterik.
7. Abdomen : Tidak ada bekas luka operasi, TFU 33 cm. Posisi
puka. Presentasi kepala. Penurunan 3/5. Kontraksi
3x10x 40 DJJ 158 x/menit. TBJ +3410 gram
8. Genetalia : Tidak ada pengeluaran cairan abnornormal, tidak
ada pembesaran kelenjar skene dan bartholini.
Vulva vagina tidak kelainan. Portio tipis lunak.
Pembukaan 4 cm. Ketuban sudah pecah, sisa cairan
jernih. Tidak ada molase. Tidak ada bagian kecil
terkemuka. Penurunan kepala di hodge II-III. UUK
di kanan depan.
C. Analisa
Ny.T 25 tahun G1P0A0 parturient aterm kala 1 fase aktif keadaan umum
ibu dan janin sedang.
D. Penatalaksanaan
1. Membina hubungan baik dengan ibu dan keluarga, hubungan baik
terjalin.
2. Melakukan inform consent, ibu setuju dilakukan tindakan.
3. Memberitahu hasil pemeriksaan, ibu mengetahui hasil pemeriksaan.
4. Memberikan KIE tentang mobilisasi, nutrisi dan eliminasi, respon ibu
baik.
5. Memfasilitasi pendamping persalinan, ibu ingin didampingi oleh
keluarga.
6. Mempersiapkan ruangan dan alat persalinan, alat sudah tersedia rapi
dan ergonomis.
7. Memberikan dukungan mental dan spritual, respon ibu baik.
8. Mengambil sample darah dan urine, hasil belum.
9. Mengecek protein urine di stik urine, hasil protein urine +1 sedang
dicek ulang di lab.
10. Melakukan cek refleks patela, hasil +/+.
11. Memberikan bolus MgSO4 20%, sudah dilakukan.
12. Mengganti infus dengan RL+ MgSO4 15cc L1C2 20 tpm, sudah
dilakukan.
13. Memberikan metildopa 250 mg, sudah diberikan.
14. Melakukan DJJ ulang, hasil 164 x/menit.
15. Melakukan CTG, hasil terlampir di medical record.
16. Memasang O2 4 lt/ menit, sudah dilakukan.
17. Advis dr. Anwar Sp.OG :
a. Misoprostol 100 mg peroral, sudah diberikan.
b. Drip oxy 10 IU 10 tetes menit.
18. Melakukan inform consent untuk tindakan drip beserta resikonya,
suami dan ibu setuju dilakukan tindakan.
19. Memindahkan ke ruang VK, sudah dipindahkan.
20. Merencanakan PD 4 jam kemudian atau apabila ada indikasi, PD jam
04.35 WIB.

Kala II jam 02.00 WIB

A. Data Subjektif
Ibu mengatakan kencang-kencang semakin sering dan tidak mampu
lagi menahan keinginannya untuk mengedan.
B. Data Objektif
1. Keadaan umum : Sedang
2. Kesadaran : Compos Mentis
3. Nadi : 92x/menit
4. Abdomen : His kuat teratur 5x10 lamanya 50.
5. Genetalia :Vulva vagina tidak ada kelainan. Portio
tidak teraba. Pembukaan 10 cm. Ketuban belum pecah.tidak ada
molase. Tidak ada bagian kecil yang terkemuka. Penurunan kepala
di hodge III-IV. UUK di depan.
C. Analisa
Kala II kemajuan persalinan baik, perlu pertolongan persalinan
normal.
D. Penatalaksanaan
1. Melakukan inform consent, ibu setuju dilakukan tindakan.
2. Memberitahu hasil pemeriksaan, ibu dan keluarga mengetahui hasil
pemeriksaan.
3. Menjaga kebersihan dan privasi, respon ibu baik.
4. Memfasilitasi posisi yang diinginkan ibu, respon ibu baik.
5. Memfasilitasi pendamping persalinan, ibu didampingi oleh
keluarga.
6. Memberikan dukungan mental dan spiritual, respon ibu baik.
7. Melakukan episiotomi karena perineum kaku, sudah dilakukan.
8. Melakukan pertolongan persalinan normal tanggal 02-11-2017
pukul 02.15 WIB. Bayi lahir spontan, tidak segera menangis. Jenis
kelamin laki-laki.

Kala III jam 12.15 WIB

A. Data Subjektif
Ibu merasa lega karena bayinya sudah lahir dan mengatakan perut
bagian bawah terasa mulas.
B. Data Objektif
1. Keadaan umum : Sedang
2. Kesadaran : Compos Mentis
3. Tekanan Darah : 170/100 mmHg
4. Abdomen : Uterus Globuler
5. Genetalia : Perdarahan + 200 ml
C. Analisa
P1A0 kala III keadaan umum ibu dan janin sedang.
D. Penatalaksanaan
1. Melakukan inform consent, ibu setuju dilakukan pemeriksaan.
2. Memberitahu hasil pemeriksaan, ibu dan keluarga mengetahui hasil
pemeriksaan.
3. Memastikan bayi tunggal, bayi tunggal.
4. Memberikan suntikan oksitosin 10 IU IM Paha 1/3 paha kanan
lateral atas, respon ibu baik.
5. Melakukan pemotongan, penjepitan dan pengikatan tali pusat, telah
dilakukan.
6. Melakukan PTT, tali pusat bertambah panjang.
7. Melahirkan plasenta, plasenta lahir spontan pukul 02.20 WIB

Kala IV jam 02.35 WIB

A. Data Subjektif
Ibu mengatakan senang, bayi dan plasentannya telah lahir merasa
perutnya masih mules.
B. Data Objektif
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Compos Mentis
3. TTV : a. TD : 170/100 mmHg
b. P : 88x/menit
c. R : 23x/menit
d. S : 370C
4. Abdomen : TFU 2 jari dibawah sepusat, kandung kemih
kosong, kontraksi baik.
5. Genetalia : Pengeluaran darah +200 ml .
C. Analisa
Kala IV Keadaan umum ibu sedang
D. Penataksanaan
1. Mengecek kelengkapan plasenta, plasenta lengkap.
2. Mengecek laserasi, terdapat laserasi dari mukosa vagina, kulit
perineum sampai otot perineum.
3. Mencelupkan sarung tangan di air klorin 0,5% lalu ke DTT dan
mengeringkan dengan handuk.
4. Mengecek kontraksi, kontraksi baik terasa keras bundar dan
sepusat.
5. Mengecek kandung kemih, kandung kemih kosong.
6. Membatu menjahit laserasi dengan menggunakan anastesi lidokain
1:1, sudah dilakukan.
7. Mengajarkan ibu masase uterus, respon ibu baik dan ibu mau
melakukannya.
8. Melakukan pengecekan jumlah pengeluaran darah, pengeluaran
darah +200 ml .
9. Mengecek nadi ibu, keadaan baik.
10. Membuat ibu nyaman dan membersihkan darah dari kotoran
dibadan ibu, ibu tampak bersih dan nyaman.
11. Melakukan dekontaminasi alat-alat pasca tindakan persalinan,
merendam alat bekas pakai di air klorin 0,5% selama 10 menit,
mencuci bilas dengan air detergen dan air lalu dibuang ketempat
sampah.
12. Melakukan pemantauan kala IV memeriksa tanda-tanda vital TFU,
Kontraksi, Kandung kemih dan pengeluaran darah selama 15 menit
pada jam pertama dan 30 menit pada jam kedua.
13. Memasukan oxytosin 15 IU kedalam infus G5, sudah diberikan.
14. Memberikan obat gastrul per rectal 3 tablet
15. Memdokumentasikan hasil pemeriksaan, hasil pemeriksaan
terlampir sudah didokumentasikan dan terlampir di partograf.
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. T

6 JAM POST PARTUM NORMAL

Hari : Kamis

Tanggal : 02-11-2017

Tempat : Ruang Nifas RSUD Waled

Alamat : Jln. Prabu Kian Santang No.4

A. Data Subjektif

Ibu melahirkan anak pertama secara spontan ditolong oleh bidan di


RSUD Waled pada tanggal 02 November 2017 Pukul 02.15 WIB. Jenis
kelamin laki-laki BB 3240 gram, PB 49 cm. Ibu merasa senang dengan
kelahiran bayi, tidak ada pantangan makanan.

B. Data Objektif
1. Keadaan umum : Sedang
2. Kesadaran : Compos Mentis
3. TTV : a. TD : 170/100 mmHg
b. P : 88 x/menit
c. R : 23 x/menit
d. S : 370C
4. Mata : Konjungtiva an anemis, sklera an ikterik.
5. Badan
a. Payudara Bersih, simetris, tidak ada benjolan, puting
menonjol. Colostrum belum keluar.
b. Abdomen :Kontraksi baik. TFU 2 jari dibawah pusat. Kandung
kemih kosong.
6. Kaki :Tidak ada oedema, tidak ada varises.
7. Genetalia : Vulva vagina tidak ada kelainan. Ada luka jahitan.
Lochea rubra + 50cc.
C. Analisa
Ny. T 25 tahun P1A0 postpartum 6 jam keadaan umum ibu sedang.
D. Penatalaksanaan
1. Membina hubungan baik dengan ibu dan keluarga, hubungan baik
terjalin.
2. Melakukan inform consent, ibu setuju dilakukan tindakan.
3. Memberitahu hasil pemeriksaan, ibu mengetahui hasil pemeriksaan.
4. Melakukan konseling perawatan luka jahitan perineum, respon ibu
baik dan mau melaksanakannya.
5. Mengajari cara atau posisi menyusui yang benar, respon ibu baik dan
mau melaksanakannya.
6. Mendukung berlangsungnya ASI ekslusif, respon ibu baik.
7. Menganjurkan ibu untuk tidak ada pantangan terhadap makanan,
respon ibu baik dan mau melaksanakannya.
8. Mendiskusikan kunjungan ulang atau pemeriksaan selanjutnya pada
tanggal 03 November 2017 atau jika ada keluhan, ibu menyepakati
kunjungan ulang.
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. T

1 HARI POST PARTUM NORMAL

Hari : Jumat

Tanggal : 03-11-2017

Tempat : Ruang Nifas RSUD Waled

Alamat : Jln. Prabu Kian Santang No.4

Ujian Lahan

A. Data Subjektif

Ibu datang ke IGD Kebidanan RSUD Waled jam 19.20 WIB diantar
bidan dan keluarga rujukan dari bidan kartini karena tensi tinggi. Ibu
melahirkan anak pertama secara spontan ditolong oleh bidan di RSUD
Waled pada tanggal 02 November 2017 Pukul 02.15 WIB. Jenis kelamin
laki-laki BB 3240 gram, PB 49 cm. Makan 3x sehari dengan menu yang
bervariasi. Ibu belum mengetahui tanda-tanda bahaya masa nifas.

B. Data Objektif
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Compos Mentis
3. TTV : a. TD : 140/100 mmHg
b. P : 80 x/menit
c. R : 21 x/menit
d. S : 36,10C
4. Badan
a. Payudara : Bersih, simetris, tidak ada benjolan, puting kanan
tidak menonjol. ASI belum keluar.
b. Abdomen :Kontraksi baik. TFU 2 jari dibawah pusat.
Kandung kemih kosong.
8. Kaki :Tidak ada oedema, tidak ada varises.
9. Genetalia :Vulva vagina tidak ada kelainan. luka jahitan
masih sedikit basah. Lochea Rubra + 15cc.
C. Analisa
Ny. T 25 tahun P1A0 postpartum 1 hari keadaan umum ibu baik perlu
informasi tentang tanda-tanda bahaya nifas.
D. Penatalaksanaan
1. Membina hubungan baik dengan ibu dan keluarga, hubungan baik
terjalin.
2. Melakukan inform consent, ibu setuju dilakukan tindakan.
3. Memberitahu hasil pemeriksaan, ibu mengetahui hasil pemeriksaan.
4. Memberikan KIE tentang nutrisi selama masa nifas, ibu mengerti dan
mau melaksanakannya.
5. Menganjurkan ibu untuk tidak ada pantangan terhadap makanan, ibu
mengerti dan mau melaksanakannya.
6. Memberitahu tentang tanda-tanda bahaya nifas, ibu mengerti dan
dapat mengulang dengan baik apa yang telah dijelaskan.
7. Melakukan konseling perawatan luka jahitan perineum, ibu mengerti
dan mau melaksanakannya.
8. Mendukung berlangsungnya ASI ekslusif, respon ibu baik.
9. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya agar merangsang produksi
ASI, respon ibu baik dan ibu mau melaksanakannya.
10. Mendiskusikan kunjungan ulang atau pemeriksaan selanjutnya pada
tanggal 09 November 2017 atau jika ada keluhan, ibu menyepakati
kunjungan ulang.
ASUHAN KEBIDANAN NY. T

7 HARI POST PARTUM NORMAL

Hari : Jumat

Tanggal : 09-11-2017

Tempat : Rumah Ny T

Alamat : Ds. Waled asem Kecamatan waled Kabupaten cirebon

Ujian Komunitas

A. Data Subjektif
Ibu mengeluh sakit pada luka jahitannya
B. Data Objektif
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Compos Mentis
3. TTV : a. TD : 140/90 mmHg
b. P : 85 x/menit
c. R : 20 x/menit
d. S : 36,80C

4. Badan

a. Payudara :Bersih, simetris, tidak ada benjolan, puting


menonjol. ASI sudah keluar.

b. Abdomen :Kontraksi baik. TFU 2 jari dibawah pusat,


kandung kemih kosong.

5. Kaki :Tidak ada oedema, tidak ada varises,


trombloplebitis tidak ada, tanda homman negatif.
10. Genetalia :Vulva vagina tidak ada kelainan. Lochea
sanguelenta + 5cc. Luka jahitan masih basah.
C. Analisa
Ny. T 25 tahun P1A0 postpartum 7 hari keadaan umum ibu baik.
D. Penatalaksanaan
1. Membina hubungan baik dengan ibu dan keluarga, hubungan baik
terjalin.
2. Melakukan inform consent, ibu setuju dilakukan tindakan.
3. Memberitahu hasil pemeriksaan, ibu mengetahui hasil pemeriksaan.
4. Memberikan KIE tentang nutrisi selama masa nifas, respon ibu baik
dan mau melaksanakannya.
5. Menganjurkan ibu untuk tidak ada pantangan terhadap makanan,
repon ibu baik dan mau melaksanakannya.
6. Mengingatkan tentang tanda-tanda bahaya nifas,respon ibu baik dan
dapat mengulang dengan baik apa yang telah dijelaskan.
7. Mengajari cara atau posisi menyusui yang benar, respon ibu baik dan
mau melaksanakannya.
8. Mendukung berlangsungnya ASI ekslusif, respon ibu baik.
9. Menganjurkan ibu untuk tidak ada pantangan terhadap makanan,
respon ibu baik dan mau melaksanakannya.
10. Mendiskusikan kunjungan ulang atau pemeriksaan selanjutnya pada
tanggal 16 November 2017 atau jika ada keluhan, ibu menyepakati
kunjungan ulang.
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY T

SEGERA SETELAH LAHIR

Hari : Kamis

Tanggal : 02-11-2017

Tempat : Ruang Nifas RSUD Waled

Alamat : Jln Prabu Kian Santang No.4

A. Data Subjektif
1. Identitas Bayi
Nama : Bayi Ny. Tuti
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal Lahir : 02-11-2017
2. Identitas orang tua
Nama ayah : Tn. Dedi
Umur : 40 tahun
Nama ibu : Ny Tuti
Umur : 25 Tahun
Alamat :Desa Waled asem Kecamatan Waled Kabupaten Cirebon
B. Data Objektif
Pada tanggal 02 November 2017 Pukul 02.15 WIB. Lahir bayi hidup secra
spontan segera menangis, warna kulit kemerahan, pergerakan aktif. Jenis
kelamin laki-laki.
C. Analisa
Bayi Ny T baru lahir dengan keadaan umum bayi baik.
D. Penatalaksanaan
11. Melakukan jepit-jepi potong dan pengikatan tali pusat, sudah dipotong dan
diikat.
12. Memberikan Asuhan Bayi Baru Lahir
a. Mengeringkan bayi
b. Mengganti kain bayi
c. Menjaga kehangatan bayi
d. Melakukan IMD
e. Melakukan pengukuran pada bayi BB : 3240 gram, PB : 49 cm, LK : 33
cm, LD : 32 cm dan LP 31 cm.
f. Pemberian obat mata oxytetrasiklin 1% dan penyuntikan Vit K 1 mg 0,1
ml dipaha kiri secara IM, sudah diberikan.
g. Menjaga kehangatan bayi, bayi dibedong.
h. Memberikan imunisasi HB0 setelah 1 jam, sudah diberikan.
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY.T

6 JAM POSTNATAL NORMAL

Hari : Kamis

Tanggal : 02-11-2017

Tempat : Ruang Nifas RSUD Waled

Alamat : Jln Prabu Kian Santang No.4

A. Data Subjektif
1. Riwayat
Bayi lahir spontan. Segera menangis. Cukup bulan. Tanggal lahir 02-11-
2017. Jenis kelamin laki-laki. Berat badan 3240 gram. Panjang badan 49
cm.Bayi sudah bisa menyusu. Sudah bisa BAK. Sudah injeksi Vitamin K,
imunisasi HB0 dan sudah di beri salep mata. Ibu belum mengetahui tanda-
tanda bahaya bayi baru lahir.
B. Data Objektif
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Compos Mentis
3. TTV
b. Irama jantung : 145 x/menit
c. Laju nafas : 45x/menit
d. Suhu : 36,90C
4. Kepala : Kepala tidak ada benjolan dan cekungan tidak ada
molase. Lingkar kepala 33 cm.
5. Mata : Tidak ada tanda infeksi (PUS).
6. Hidung : Tidak ada kelainan (Pernafasan cuping hidung)
7. Telinga : Tidak ada kelainan, simetris dengan mata.
8. Mulut : Bibir kemerahan, tidak labioschizis (bibir
sumbing), tidak ada labiopalatoschizis.
9. Leher : Tidak ada pembesaran dan pelebaran pembuluh
darah.
10. Dada : Paru-paru tidak ada ronchi dan wheezing, irama
jantung reguler, lingkar dada 32 cm.
11. Payudara : Simetris, areola kehitaman.
12. Bahu, tangan : Gerakan aktif, tidak ada fraktur kalvikula, tidak ada
fleksus brachialis, jumlah jari lengkap, tidak ada perlekatan.
13. Abdomen : Bentuk normal, tidak ada benjolan disekitar tali
pusat pada saat bayi menangis, perut lembek pada
saat diam.
14. Genetalia :Labio major menutupi labio minor, terdapat lubang
vagina, terdapat lubang vagina.
15. Anus : Anus (+)
16. Punggung : Kulit kemerahan, tidak ada benjolan dan cekungan
(spinabifida), tidak ada bercak hitam atau tanda
lahir.
17. Kaki :Gerakan aktif, jumlah jari lengkap, tidak ada
perlekatan.
18. Sistem saraf
a. Rooting refleks : Positif
b. Sucking refleks : Positif
c. Grasphing refleks : Positif
d. Moro refleks : Positif
e. Refleks babinsky : Positif
A. Analisa
Bayi Ny. T 6 jam postnatal keadaan umum baik perlu informasi tentang
tanda-tanda bahaya bayi baru lahir.
B. Penatalaksanaan
2. Membina hubungan baik dengan ibu dan keluarga, hubungan baik terjalin.
3. Melakukan inform consent, ibu bersedia jika bayinya diperiksa.
4. Memberitahu hasil pemeriksaan, ibu mengetahui hasil pemeriksaan.
5. Memberi KIE kepada ibu tentang ASI ekslusif, ibu akan
melaksanakannya.
6. Memberitahu cara merawat tali pusat, respon ibu baik.
7. Memberikan informasi tentang tanda-tanda bahaya bayi baru lahir, respon
ibu baik dan ibu mau melaksanakannya.
8. Mendiskusikan kunjungan ulang pada tanggal 09 November 2017 atau jika
ada keluhan, ibu menyepakati kunjungan ulang.
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY T

7 HARI POSTNATAL NORMAL

Hari : Jumat

Tanggal : 09-11-2017

Tempat : Rumah Ny Tuti

Alamat : Desa Waled asem Kecamatan Waled Kabupaten Cirebon

A. Data Subjektif
Ibu mengatakan bayinya tidak ada masalah
B. Data Objektif
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Compos Mentis
3. TTV
a. Irama jantung : 152 x/menit
b. Laju nafas : 48x/menit
c. Suhu : 36,90C
4. Berat badan : 3500 gram
5. Panjang Badan : 53 cm
C. Analisa
Bayi Ny T 7 hari postnatal keadaan umum baik
D. Penatalaksanaan

E. Penatalaksanaan
1. Membina hubungan baik dengan ibu dan keluarga, hubungan baik
terjalin.
2. Melakukan inform consent, ibu bersedia jika bayinya diperiksa.
3. Memberitahu hasil pemeriksaan, ibu mengetahui hasil pemeriksaan.
4. Memberi KIE kepada ibu tentang ASI Ekslusif, cara menyusui dan
posisi menyusui yang benar, ibu akan melaksanakannya.
5. Memberitahu cara merawat tali pusat, respon ibu baik.
6. Memberitahu tentang cara memerah ASI, respon ibu baik dan ibu mau
melaksanakannya..
7. Mendiskusikan kunjungan ulang pada tanggal 16 November 2017 atau
jika ada keluhan, ibu menyepakati kunjungan ulang
BAB IV

PEMBAHASAN KASUS

Pada tanggal 11 Mei 2016, penulis mulai melakukan pengkajian kasus


berkesinambungan mulai dari antenalatal care (ANC), Intranatal care (INC)
tanggal 12 Mei 2017, Postnatal care (PNC) dan BBL 6 jam dan penulis
melakukan kunjungan rumah pada tanggal 16 Mei 2017 ke rumah ibu kristanti
dan melalukan pengkajian Postnatal care (PNC) dan BBL 5 hari, berikut ini
pembahasan dari kasus berkesinambungan penulis.

A. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil

Selama kehamilan Ny. K berjalan normal dan tidak ada komplikasi yang
terjadi keluhan yang muncul pada klien adalah perut terasa kencang-kencang
merupakan tanda persalinan (Buku KIA 2016). Pertumbuhan TFU dipantau
sejak usia kehamilan minggu 40 minggu 1 hari pada akhir persalinan tinggi
fundus uteri 29 cm dan ketika Ny. K inpartu 32 cm terdapat kesenjangan data
karena kurang ketelitian dalam pengukuran TFU, namun penulis tidak
melakukan konfirmasi kepada mahasiswa anita terhadap data sekunder yang
penulis terima. Kenaikan berat badan selama hamil 12 kg, ini tergolong
normal, karena menurut teori kenaikan berat badan selama hamil normalnya
6,5 kg 16,5 kg. (Sarwono AB, 2005). Namun berdasarkan penelitian terbaru
untuk melihat pertumbuhan janin tidak signifikan dengan melihat penambahan
berat badan ibu namun dapat dilihat juga pada usia kehamilan atau dengan
tinggi fundus uteri (PUSDINAKES WHO JHPIEGO, 2003).

B. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin.

Persalinan Ny. K berjalan normal, tidak terjadi kelainan dan penyulit sehingga
tidak dilakukan penanganan khusus hanya penanganan secara alami sesuai
dengan asuhan kebidanan yang fisiologis.
1. Kala I
Ny. K datang pukul 07.00 WIB dengan keluhan mules-mules semakin
bertambah dan ingin menerima hasil pemeriksaan dalam. Kala 1 fase aktif
berlangsung selama 1 jam, ini tidak sesuai dengan teori sebab secara
teoritis yaitu dari pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan lengkap
atau 10 cm, akan terjadi dengan kecepatan rata-rata 1 cm per jam pada
primipara atau lebih dari 1 cm hingga 2 cm pada multipara (Asuhan
Persalinan Normal, 2014).
2. Kala II
Kala II berlangsung selama 15 menit, tidak sesuai dengan teori bahwa bayi
lahir dalam 60 menit pada multipara atau 120 menit pada
primipara(Asuhan Persalinan Normal, 2014). His pada kala II 5 kali dalam
10 menit lamanya 50 detik dan kuat. Proses pengeluaran janin tidak ada
masalah. Bayi lahir spontan, menangis kuat, jenis kelamin perempuan,
berat badan 2900 gram, PB 50 cm. Setelah bayi lahir dilakukan IMD 1 jam
seharusnya IMD dilakukan tanpa dibatasi oleh waktu (Asuhan Persalinan
Normal, 2014).
3. Kala III
Berlangsung selama 5 menit, tidak sesuai dengan teori bahwa placenta
akan lahir dalam waktu 6-15 menit setelah bayi lahir. (Asuhan Persalinan
Normal., 2004). Placenta lahir normal dan dilahirkan secara Brandt
Andrew. Perdarahan normal hanya 200 cc karena di dalam kala III
menggunakan manajemen aktif kala III dengan langkah pertama
memberikan oxytocin 10 unit secara IM yang bekerja menjepit pembuluh
darah di dalam uterus sehingga perdarahan tidak terlalu banyak, kemudian
meregangkan tali pusat dan melakukan masase uterus setelah plasenta
lahir.
4. Kala IV
Kala IV pada Ny.K tidak terjadi kelainan. Pengawasan dilakukan selama 2
jam dengan mengobservasi TTV, perdarahan, TFU dan kontraksi uterus.
Keadan umum ibu baik, TD 110/80 mmHg, N: 88 x/menit, R: 22 x/menit,
S : 36,4 oC. TFU sepusat, kontraksi uterus baik dan perdarahan 50 cc.
Sesuai dengan teori syaifudin, 2002 bahwa dalam kala IV observasi
dilakukan selama 2 jam setelah bayi lahir dan plasenta lahir untuk
mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan post partum.
C. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas
Pengamatan nifas pada Ny. K dilakukan mulai 15 menit setelah
melahirkan sampai kunjungan rumah pada hari ke 5 post partum. Masa
nifas berlangsung normal, masa involusi uterus berjalan normal, masa
involusi uterus berjalan normal yaitu dari 15 menit plasenta lahir TFU
sepusat, 6 jam post partum 3 jari bawah pusat kemudian setelah 5 hari post
partum TFU Pertengahan symphisis-pusat.
Berdasarkan catatan perkembangan evaluasi maka periode nifas Ny. K
tidak di sertai dengan penyulit sehingga nifas tersebut termasuk kedalam
kategori nifas normal, tidak ad tanda-tanda komplikasi maupun penyulit
nifas yang lainnya seperti adanya kejang, perdarahan, infeksi.
Pada 6 jam setelah melahirkan ibu belum tahu cara atau posisi
menyusui, penulis membantu ibu untuk memposisikan perlekatan bayi
dengan menunjukan cara menyusui yang baik di buku KIA.
Pada kunjungan rumah ibu mengeluh ASI sedikit keluarnya dan ingin
mengetahui cara memeras ASI yang benar, penulis melakukan perawatan
payudara untuk merangsang ASI dan menganjurkan ibu untuk tidak ada
pantangan terhadap makanan dan penulis memberikan KIE tentang
memerah ASI dengan alat bantu Buku KIA 2016.
D. Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir.
Bayi baru lahir Ny. K spontan jenis kelamin perempuan segera menangis,
berat badan 2900 gram, panjang badan 50 cm, anus (+), tidak ditemukan adanya
kelainan atau cacat bawaan. Untuk mencegah hipotermi bayi dihangatkan. Setelah
1 jam post partum bayi diberikan terapi injeksi vitamin K dan salep mata serta
setelah 6 jam lahir bayi diberikan imunisasi HB0, sesuai dengan teori yaitu beri
salep mata antibiotika tetrasiklin 1% pada kedua mata, beri suntikanvitamin K1 1
mg intramuskular, di paha kiri anterolateral setelah IMD, Namun pada pemberian
Imunisasi Hepatitis HB0 tidak sesuai dengan Buku KIA, penulis melakukan
imunisasi HB0 pada 6 jam setelah lahir yang seharusnya imunisasi Hepatitis H
B0 0,5 ml intramuskular, dipaha kanan anterolateral, diberikan kira-kira 1-2 jam
setelah pemberian vitamin K1 (Buku KIA 2016). Dan memberikan ASI sesering
mungkin, semau bayi, paling sedikit 8 kali sehari (Buku KIA 2016).
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI, 2006. Profil Kesehatan 2004. Jakarta.

Departemen Kesehatan RI, 2004. Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal, Jakarta
: JHPIEGO.

PUSDIKNAKES-WHO-JHPIEGO, 2003. Konsep Asuhan Kebidanan, Jakarta.

Sarwono Prawirohardjo, 2002. Ilmu Kebidanan, Buku Cetakan ke-enam, Jakarta.

Departemen Kesehatan RI, 2015. Pedoman Pelayanan Antental Terpadu, Jakarta :


Direktorat Bina Kesehatan Ibu.

https://id.scribd.com/doc/.../KONSEP-DASAR-KEHAMILAN-pdf.Diakses
tanggal 28 Mei 2017

https://www.scribd.com/doc/136487238/persalinan-Normal-pdf. Diakses pada


tanggal 31 juni 2017

Anda mungkin juga menyukai