Giberelin sebagai hormon tumbuh pada tanaman sangat berpengaruh pada sifat
genetik (genetic dwarfism), pembuangan, penyinaran, partohenocarpy, mobilisasi
karbohidrat selama perkecambahan (germination) dan aspek fisiologi kainnya. Giberelin
mempunyai peranan dalam mendukung perpanjangan sel (cell elongation), aktivitas
kambium dan mendukung pembentukan RNA baru serta sintesa protein.
a. Genetic dwarfism
Genetic dwarfism adalah suatu gejala kerdil yang disebabkan oleh adanya
mutasi. Gejala ini terlihat dari memendeknya internode. Terhadap Genetic dwarfism ini,
giberelin mampu merubah tanaman yang kerdil menjadi tinggi. Hal ini telah dibuktikan
oleh Salisbury et.,al (1995). Dalam eksperimennya mereka telah memberi perlakuan
penyemprotan gibberellic acid pada berbagai varietas kacang. Hasil dari eksperimen ini
menunjukan bahwa gibberellic acid berpengaruh terhadap tanaman kacang yang kerdil
dan menjadi tinggi.
Adalah suatu proses fisiologis, yaitu terjadinya perubahan dari kondisi yang tidak
menguntungkan ke suatu kondisi yang menguntungkan, ditandai dengan perubahan
tekstur, warna, rasa, dan aroma. Dalam proses pematangan ini, giberelin mempunyai
peran penting yaitu mampu mengundurkan pematangan (repening) dan pemasakan
(maturing) suatu jenis buah. Dari hasil penelitian menunjukan aplikasi giberelin pada
buah tomat dapat memperlambat pematangan buah, sedangkan gibberellic acid yang
diterapkan pada buah pisang matang, ternyata pemasakannya dapat ditunda.
e. Mobilisasi bahan makanan selama fase perkecambahan (germination)
Biji cerealia terdiri dari embrio dan endosperm. Didalam endosperm terdapat
masa pati (starch) yang dikelilingi oleh suatu lapisan "aleuron".. sedangkan embrio itu
sendiri merupakan suatu bagian hidup yang suatu saat akan menjadi dewasa.
Pertumbuhan embrio selama perkecambahan bergantung pada persiapan bahan
makanan yang berada di dalam endosperm. Untuk keperluan kelangsungan hidup
embrio maka terjadilah penguraian secara enzimatik yaitu terjadi perubahan pati
menjadi gula yang selanjutnya ditranslokasikan ke embrio sebagai sumber energi untuk
pertumbuhannya.
Embrio biji serelia dan rumput lainnya dikelilingi cadangan makanan yang
terdapat di sel yang secara metabolik tidak aktif, yaitu endosperma sendiri diselimuti
selimut tipis yang hidup, yang biasanya mempunyai ketebalan dua hingga empat sel,
dan disebut selaput aleuron. Setelah perkecambahan terjadi, terutama akibat
meningkatnya kelembapan, sel aleuron mengeluarkan sejumlah enzim hidrolisis yang
mencerna pati, protein, fitin, RNA, dan bahan dinding sel tertentu yang terdapat dalam
sel endosperma. amylase, yang menghidrolisis pati. Jika embrio dihilangkan dari biji
jelai, sel aleuron tidak menghasilkan dan mengeluarkan sebagian besar enzim
hidrolitiknya, termasuk amylase. Hal itu memperlihatkan bahwa embrio jelai biasanya
menyediakan suatu hormone untuk selaput aleuron dan bahwa hormon tersebut
memacu sel aleuron untuk membuat enzim hidrolitik ini. Hormon tersebut, yaitu
giberelin, juga mendorong sekresi enzim hidrolitik ke endosperma, tempat enzim
tersebut mencerna cadangan makanan dan dinding sel. Unsur mineral cadangan
menjadi lebih mudah tersedia, sebagai hasil kerja giberelin.
f. Stimulasi aktivitas cambium dan perkembangan xylem
g. Dormansi
Dormansi adalah masa istirahat bagi suatu organ tanaman atau biji. Menurut
Moore (1979), dormansi adalah kemampuan biji untuk mengundurkan fase
perkecambahannya hingga saat dan tempat itu menguntungkan untuk tumbuh.
Secara umum terjadinya dormansi adalah disebabkan oleh faktor luar dan faktor dalam.
Faktor yang menyebabkan dormansi pada biji adalah sbb:
1. Tidak sempurnanya embrio (rudimentery embriyo)
2. Embrio yang belum matang secara fisikologis (physiological immature embriyo)
3. kulit biji yang tebal (tahan terhadap gerakan mekanis)
4. kulit biji impermeable ( impermeable seed coat)
5. adanya zat penghambat (inhibitor) untuk perkecambahan (presence of
germination inhibitors).
Fase yang terjadi dalam dorminasi biji, menurut Sasmitamihardja (1996) ada empat fase
yang harus dilalui :
Pada biji, salah satu efek giberelin adalah mendorong pemanjangan sel, sehingga
radikula dapat mendobrak endosperm, kulit biji, atau kulit buah yang membatasi
pertumbuhannya.
4. Hormon Giberellin dan auksin
Fungsi lain hormon giberelin pada tanaman sangat berpengaruh pada sifat genetik
(genetic dwarfism), pembuangan, penyinaran, partohenocarpy, mobilisasi karbohidrat
selama perkecambahan (germination) dan aspek fisiologi lainnya. Giberelin mempunyai
peranan dalam mendukung perpanjangan sel (cell elongation), aktivitas kambium dan
mendukung pembentukan RNA baru serta sintesa protein.
Fungsi lain dari auksin adalah merangsang cambium untuk membentuk xylem dan
floem, memelihara elastisitas dinding sel, membentuk dinding sel primer (dinding sel
yang pertama kali dibentuk pada sel tumbuhan), menghambatnya rontoknya buah dan
gugurnya daun, serta mampu membantu proses partenokarpi. Partenokarpi adalah
proses pembuahan tanpa penyerbukan. Pemberian hormon auksin pada tumbuhan
akan menyebabkan terjadinya pembentukan buah tanpa biji, akar lateral (samping), dan
serabut akar. Pembentukan akar lateral dan serabut akar menyebabkan proses
penyerapan air dan mineral dapat berjalan optimum.
Moore, C.T., 1979. Bioshemistry and Physiology Plant Hormon, Springer Verlag New
York, Inc. New York
Salisbury,Frank. B dan Cleon. W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 1. ITB :
Bandung.
Sasmitamihardja, Dardjat. 1996. Fisiologi Tumbuhan. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan : Bandung.