Anda di halaman 1dari 5

1

Analisis Hubungan Status Kekambuhan Pasien


Kanker Serviks, Status Operasi, dan Kemoterapi di
RSUD Dr. Soetomo Surabaya
Dina Widya Yunita (10611500000023) Henni Jovita Sari (10611500000074)
Yosi Wadityowati (10611500000075) Fauzizah Fatma (10611500000115)
Departemen Statistika Bisnis, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Kampus ITS Sukolilo- Surabaya 60111, Indonesia
email: hennijovitasr@gmail.com
Abstrak Kanker serviks merupakan penyakit yang yang digunakan dalam penelitian ini antara lain kemoterapi,
menyerang wanita di Indonesia. Kanker serviks disebabkan status kambuh dan status operasi. Sumber data yang
oleh virus Human Papiloma Virus (HPV). Beberapa faktor digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
yang dapat mempengaruhi ketahanan hidup pasien kanker diperoleh dari RSUD Dr. Soetomo Surabaya, karena RSUD
serviks antara lain usia pasien, tingkat stadium, kemoterapi, dr. Soetomo Surabaya merupakan rumah sakit terbesar di
operasi, transfusi PRC, komplikasi, penyakit penyerta, Jawa Timur sekaligus menjadi rumah sakit rujukan untuk
kadar hemoglobin, dan frekuensi kehamilan. Pada wilayah Jawa Timur dan wilayah Timur Indonesia.
penelitian ini dibahas mengenai ketahanan hidup pasien
kanker serviks menggunakan analisis metal haenszer. Metal II. TINJAUAN PUSTAKA
haenszer digunakan untuk menguji adanya variabel perancu A. Tabel Kontingensi
Tabel kontingensi adalah salah satu teknik penyajian
dimana data distratifikasikan terlebih dahulu menurut
data agar mudah difahami dalam waktu singkat.Salah satu
variabel perancu. Variabel yang digunakan dalam
bentuk penyajian tabulasi adalah tabel kontingensi atau
penelitian ini terdiri dari Variabel Status Kambuh, Status
tabulasi silang.Tabel kontingensi adalah satu bentuk
Operasi, dan Kemoterapi. Penelitian ini dilakukan pada distribusi frekuensi untuk dua variabel atau lebih dengan
data rekam medis pasien rawat inap kanker serviks di jumlah kategori terbatas[4].
RSUD dr. Soetomo Surabaya pada tahun 2014. Keuntungan menggunakan Tabel Kontingensi.
Berdasarkan hasil penelitain yang telah dilakukan 1. Mudah diinterpretasikan dan dimengerti oleh si
didapatkan kesimpulan ada hubungan antara status kambuh pengambil keputusan yang tidak mengerti statistik.
dengan status kemoterapi berdasarkan status operasi. 2. Kejelasan informasi dapat mempermudah si
Selain itu, diketahui bahwa peluang pasien yang tersensor pengambil keputusan untuk melakukan sesuatu
dengan tidak operasi apabila dimasukkan variabel dengan benar.
kemoterapi sebagai variabel confounding lebih kecil jika 3. Dapat menginformasikan fenomena-fenomena yang
dibandingkan dengan tidak memasukkan variabel ada secara lebih kompleks daripada hanya
confounding. menggunakan analisis variabel secara terpisah.
Kata Kunci Kemoterapi, Mantel Haenszel, Status Dua variabel Tabel Kontingensi.
Kambuh, Status Operasi 1. Dapat disebut sebagai bivariate cross tabulation
2. Isi sel dari tabelnya dapat berupa count ataupun
I. PENDAHULUAN persentase kolom maupun baris tergantung variabel
Penyakit kanker menempati urutan kelima tertinggi mana yang menjadi variabel independennya.
penyebab kematian di Indonesia. Di Indonesia, lebih dari 3. Jika variabel independennya pada kolom maka
40% kanker ganas yang menyerang wanita merupakan prosentasenya kearah kolom.
kanker ginekologi [1]. Salah satu kanker ginekologi 4. Apabila dua variabel tidak berposisi sebagai variabel
terbanyak kedua yang menyerang wanita Indonesia adalah independen maupun dependen maka lebih baik
kanker serviks [2]. Kanker serviks adalah tumbuhnya sel-sel menggunakan total prosentase.
abnormal pada jaringan serviks (leher rahim). Kanker Jika kedua variabel berskala diskret (nominal/ordinal
serviks merupakan kanker primer yang berasal dari serviks, atau numeric yang dikatagorikan), maka peneliti bisa
yaitu bagian ujung depan rahim yang menjulur ke vagina [3]. membuat tabel kontingensi untuk menguji apakah kedua
Kanker serviks disebabkan oleh virus Human Papiloma variabel tersebut independen. Semakin banyak katagori dari
Virus (HPV). Beberapa faktor yang meningkatkan risiko variabel maka semakin banyak pula sampel yang dibutuhkan
terkena kanker serviks antara lain berhubungan seks pada karena tabel kontingensi mensyaratkan nilai harapan yang
usia kurang dari 17 tahun, jumlah kehamilan lebih dari tiga, bernilai kurang dari 5 maksimum ada 20% dari seluruh sel,
tingkat pendidikan rendah, penggunaan kontrasepsi oral (pil misal variabel A ada 3 katagori dan variabel B ada 5
KB) jangka panjang, riwayat kanker serviks pada keluarga, katagori maka ada 13 sel maka banyaknya sel yang
berganti-ganti pasangan seksual, dan merokok. Oleh karena mempunyai nilai harapan kurang dari 5 maksimum hanya
itu, pada penelitian ini menggunakan metode mantel diperbolehkan 3 sel saja [5]. Struktur data yang digunakan
haenszel untuk mengetahui variabel mana yang berpengaruh dalam tabel kontingensi rxcadalah sebagai berikut
terhadap variabel dependen, dan juga berpengaruh terhadap (r=banyak baris dan c=banyak kolom.
variabel independen. Uji asosiasi yang digunakan dalam
mantel haenszel adalah tabulasi silang, uji
independensi,odds ratio, dan risk ratio. Variabel-variabel
2

Tabel 2.1 Tabel Kontingensi rxc Estimator odds ratio gabungan dari masing-masing strata
Lajur dinamakan Mantel-Haenszel odds ratio yaitu:
Baris
1 2 .. c iK1 ai d i / ni
1 n11 n12 .. n1c MH ( K )
i 1 bi ci / ni
2 n21 n22 .. n2c MH ) adalah:
dengan standar error untuk log(
: : : : :
+
r nr1 nr1 .. nrc MH )) =
(log( + +
2( ) 2 2 2( )2
Tabel 2.2Peluang pada Tabel Kontingensi rxc
untuk setiap stratum i,
Lajur
Baris
B1 B2 .. Bc
Total = ( + )/ , = ( + )/ ,
1 P11 P12 .. P1c P1. = / , = /

2 P21 P22 .. P2c P2.


D. Odds Ratio
: : : : : : Odds ratio adalah salah satu bagian dari statistik
R Pr1 Pr1 .. Prc P.. = 1 yang digunakan untuk menilai resiko kejadian tertentu jika
Tabel 2.1 sering disebut Tabel 2 dimensi (tabel 2 suatu faktor tertentu ada. Ketika odds bernilai satu, berarti
arah), konsep dasar uji independensi dua variabel adalah probabilitas sukses sama dengan probabilitas gagal. Ketika
probabilitas, dua variabel disebut independen jika odds bernilai kurang dari satu berarti probabilitas sukses
probabilitas bersamanya merupakan perkalian dari lebih kecil daripada probabilitas gagal. Odds ratio
probabilitas baris dan kolomnya. Faktanya data yang kita digunakan sebagai statistika deskriptif yang merupakan ratio
punya dalam bentuk frekuensi sehingga tabel dua dimensi dari dua odds dimana dapat dirumuskan sebagai berikut [4].
seringkali ditampilkan dalam dua bentuk yaitu bentuk odds1 1 /(11 ) n11n22
OR (2.3)
frekuensi (Tabel 2.1) dan bentuk probabilitas (Tabel 2.2). odds2 2 /(1 2 ) n12n21
nij = banyaknya individu yang termasuk dalam sel ke-ij,
(total pengamatan pada sel ke-ij,) dengan i=1, 2, , r E. Risiko Nisbi (Relative Risk)
dan j= 1, 2, , c Relative risk adalah rasio probabilitas sukses diantara
Pij= probabilitas individu yang masuk dalam sel ke-ij, (total kelompok.Rumus yang digunakan untuk mengetahui nilai
pengamatan pada sel ke-ij,) dengan i=1, 2, , r dan j= dari relative risk adalah sebagai berikut.
1, 2, , c 11
RR (2.4)
B. Uji Independensi 21
Menguji hipotesis komparatif dua sampel independen F. Kemoterapi
berarti menguji signifikansi perbedaan nilai dua sampel Menurut Komite Penanggulangan Kanker Indonesia
yang tidak berpasangan [6]. (2015), faktor jenis pengobatan seperti kemoterapi dan
Pada tabel kontingensi dua dimensi dengan sampling operasi juga mampu mempengaruhi ketahanan hidup pasien
multinomial, hipotesis nol untuk uji independensi adalah kanker serviks. Kemoterapi bertujuan untuk mengecilkan
sebagi berikut [5]. massa tumor primer dan mengurangi risiko komplikasi
H0 : pij = pi+p+j untuk semua i dan j operasi.
H1 : pij pi+p+j G. Kanker Serviks
Atau Kanker serviks adalah keganasan dari leher rahim
H0 : Tidak ada hubungan antara dua variabel yang diamati (serviks) yang disebabkan oleh virus HPV (Human
H1 : Ada hubungan antara dua variabel yang diamati Papiloma Virus). Leher rahim (serviks) adalah bagian dari
Statistik Uji sistem reproduksi wanita. Letaknya berada di panggul,
I J ( nij Eij )
2 merupakan bagian sempit dari rahim yang terletak di bagian
2 (2.1) paling bawah. Kanker serviks tumbuh diawali dari sel tubuh.
i 1 j 1 Eij
Sel-sel tubuh bersatu membentuk jaringan. Jaringan-
Dimana : jaringan yang berkumpul menjadi satu akhirnya membentuk
nij = Nilai observasi/pengamatan baris ke-i kolom ke-j leher rahim dan organ tubuh yang lain [2].
Eij = Nilai ekspektasi baris ke-i kolom ke-j
ni .n. j
Eij (2.2) III. METODOLOGI PENELITIAN
n.. A. Sumber Data
C. Uji Mantel Haenszel Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
Mantel-Haenszel merupakan salah satu metode sekunder yang diperoleh dari tugas akhir Tannassia Winda
pengujian adanya variabel perancu dimana data distratifikasi Adharina (1313 100 088) dengan judul Pemodelan
menurut variabel perancu. Sebagai contoh, berikut data Kekambuhan Pasien Kanker Serviks di RSUD dr. Soetomo
tabel 2 x 2 untuk strata ke-i: Surabaya Menggunakan Regresi Cox Extended. Tugas akhir
Disease tersebut diperoleh dari website repository.its.ac.id pada
Exposure Total
+ tanggal 1 November 2017.
+ + B. Variabel Penelitian
Variabel penelitian yang dibahas pada pembahasan
+ dibawah adalah sebagai berikut.
Total + +
3

Tabel 1. Variabel Penelitian tersensor di RSUD dr. Soetomo. Pasien kambuh di RSUD
Variabel Keterangan Skala dr. Soetomo sebanyak 347 orang dengan rincian tidak
0: Tersensor menjalankan operasi sebesar 337 orang sedangkan 10 orang
(pindah pengobatan atau lainnya melakukan operasi. Keseluruhan pasien tanpa
Status meninggal)
Kekambuhan
Nominal menjalankan kemoterapi sebesar 735 orang.
1: Kambuh
(Pasien datang kembali menjalani Tabel 3. Tabel Kontingensi Status Kekambuhan
rawat inap) dan Status Operasi dengan Kemoterapi
0: Tidak Status Status Operasi
Kemoterapi Nominal Total
1: Ya Kekambuhan Tidak Ya
0: Tidak Tersensor 137 16 153
Status Operasi Nominal
1: Ya Kambuh 313 9 322
C. Langkah Analisis Total 450 25 475
Langkah analisis yang dilakukan pada penelitian ini Tabel 3 merupakan tabel kontingensi pasien RSUD
adalah sebagai berikut. dr. Soetomo yang menjalankan kemoterapi. Pasien yang
1. Melakukan karakteristik data pada variabel stsus menjalankan kemoterapi terbanyak adalah kambuh dan tidak
kekambuhan dan status operasi. menjalankan operasi yaitu sebanyak 313 orang serta yang
2. Melakukan karakteristik data pada variabel stsus menjalnkan operasi sebanyak 9 orang maka total
kekambuhan, status operasi, dan kemoterapi. keseluruhan pasien RSUD dr. Soetomo yang kambuh
3. Melakukan pengujian independensi. sebesar 322 orang. Pasien tersensor yang menjalankan
4. Melakukan pengujian Mantel Haenszel. kemoterapi sebanyak 153 orang dengan rincian tidak
5. Melakukan pengujian asosiasi. menjalankan operasi sebanyak 137 orang dan menjalankan
6. Menentukan nilai Odds Ratio. operasi sebanyak 16 orang. Keseluruhan pasien RSUD dr.
7. Menentukan nilai Relative Risk. Soetomo yang melakukan kemoterapi sebesar 475 orang
8. Menarik kesimpulan. dengan tidak melakukan operasi sebanyak 450 orang dan 25
orang sisanya melakukan operasi.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN C. Uji Independensi
A. Tabel Kontingensi Status Kekambuhan dan Status Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada
Operasi hubungan antara status kambuh, status kemoterapi dan
Status operasi pasien RSUD dr. Soetomo status operasi.
dikategorikan kedalam tidak operasi dan ya (melakukan H0: Tidak ada hubungan antara status kambuh, status
operasi). Tabel kontingensi antara status kekambuhan dan kemoterapi dan status operasi.
status operasi terdapat pada Tabel 1. H1: Ada hubungan antara status kambuh, status kemoterapi
Tabel 1. Tabel Kontingensi Status Kekambuhan dan status operasi.
dan Status Operasi
Taraf signifikan : = 0,05
Status Status Operasi Daerah kritis : Tolak H0 jika 2 > 2(0,05;1)
Total
Kekambuhan Tidak Ya Statistik uji :
Tersensor 485 56 541 Tabel 4. Statistik Uji Mantel Haenszel
Kambuh 650 19 669 2 2(0,05;1) P-value
Total 1135 75 1210 48,176 3,841 0,000
Tabel 1 diketahui bahwa total keseluruhan status Tabel 4 dapat diperoleh keputusan bahwa tolak H0
operasi dan status kekambuhan sebanyak 1210 orang dengan karena 2 sebesar 48,176 lebih dari nilai 2(0,05;1) sebesar
650 orang mengalami kambuh karena tidak melakukan 3,841 dan P-value sebesar 0,000 kurang dari nilai sebesar
operasi kanker serviks dan 19 orang sisanya melakukan 0,05 sehingga diperoleh kesimpulan bahwa ada hubungan
operasi sehingga keseluruhan pasien RSUD dr Soetomo antara status kambuh, status kemoterapi dan status operasi.
yang kambuh sebesar 669 orang. Pasien kanker serviks yang D. Uji Mantel Haenszel
pindah pengobatan atau meninggal dan tidak melakukan Pengujian Mantel Haenszel dilakukan untuk
operasi sebanyak 485 orang, sedangkan yang melakukan mengetahui pengaruh status operasi terhadap status kambuh
operasi sebanyak 56 orang sehingga total pasien tersensor dengan status kemoterapi dengan hipotesis adalah sebagai
sebanyak 541 orang. berikut.
.B. Tabel Kontingensi Status348 Kekambuhan, Status H0: Tidak ada hubungan antara status kambuh dengan status
Operasi, dan Kemoterapi kemoterapi berdasarkan status operasi
Hubungan antara status kekambuhan dan status H1: Ada hubungan antara status kambuh dengan status
operasi pada pasien RSUD dr. Soetomo tanpa menjalankan kemoterapi berdasarkan status operasi
kemoterapi dapat dilihat pada tabel 2. Taraf signifikan : = 0,05
Tabel 2. Tabel Kontingensi Status Kekambuhan
dan Status Operasi tanpa Kemoterapi
Daerah kritis : Tolak H0 jika 2 > 2(0,05;1)
Statistik uji :
Status Status Operasi Tabel 4. Statistik Uji Mantel Haenszel
Total
Kekambuhan Tidak Ya 2 2(0,05;1) P-value
Tersensor 348 40 388 46,267 3,841 0,000
Kambuh 337 10 347 Tabel 4 dapat diperoleh keputusan bahwa H0 ditolak
Total 685 50 735 karena 2 sebesar 46,267 lebih dari nilai 2(0,05;1) sebesar
Tabel 2 dapat diketahui bahwa tanpa kemoterapi 3,841 dan P-value sebesar 0,000 kurang dari nilai sebesar
sebanyak 348 orang yang meninggal atau pindah 0,05 sehingga diperoleh kesimpulan bahwa ada hubungan
pengobatan dan tidak melakukan operasi, sedangkan 40
orang melakukan operasi sehingga terdapat 388 orang
4

antara status kambuh dengan status kemoterapi berdasarkan kecenderungan pasien beresiko untuk kambuh 3,645 kali
status operasi. lebih besar.
E. Uji Asosiasi 2. Odds Ratio dan Relative Risk dengan counfounding
Pengujian asosiasi dilakukan untuk mengetahui tanpa Kemoterapi
pengaruh variabel confounding yaitu status operasi terhadap Tabel 8. Odds Ratio dan Relative Risk
hubungan status kambuh dengan status kemoterapi adalah Relative Relative Risk 2
Odds Ratio
sebagai berikut. Risk 1
1. Tidak Operasi 0,258 0,924 3,577
Pengujian asosiasi untuk mengetahui hubungan status Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa Odds
kambuh dengan status kemoterapi berdasarkan variabel ratio, relative risk 1, dan relative risk 2 dengan variabel
confounding yaitu tidak operasi dengan hipotesis sebagai counfounding tanpa kemoterapi berturut-turut bernilai 0,258,
berikut. 0,924, dan 3,577. Yang artinya bahwa perbandingan antara
H0: Tidak ada hubungan antara status kambuh dan status pasien yang tersensor kanker dengan tidak operasi lebih
kemoterapi tanpa operasi kecil 0,258 kali dibandingkan dengan pasien yang kambuh
H1: Ada hubungan antara status kambuh dan status dan tidak operasi. Sedangkan kecenderungan peluang pasien
kemoterapi tanpa operasi untuk tidak operasi adalah 0,924 kali lebih kecil dan
Taraf signifikan : = 0,05 kecenderungan pasien untuk operasi 3,577 kali lebih besar.
Daerah kritis : Tolak H0 jika 2 > 2(0,05;1) 3. Odds Ratio dan Relative Risk dengan counfounding
Statistik uji : dengan Kemoterapi
Tabel 5. Statistik Uji Asosiasi di Kota Zhengzhou Tabel 9. Odds Ratio dan Relative Risk
2 2(0,05;1) P-value Relative Relative Risk 2
Odds Ratio
45,044 3,841 0,000 Risk 1
Tabel 5 dapat diperoleh keputusan bahwa tolak H0 0,246 0,921 3,741
karena 2 sebesar 45,044 lebih dari nilai 2(0,05;1) sebesar Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa Odds
3,841 dan P-value sebesar 0,000 kurang dari nilai sebesar ratio, relative risk 1, dan relative risk 2 dengan variabel
0,05 sehingga diperoleh kesimpulan bahwa ada hubungan counfounding dengan kemoterapi berturut-turut bernilai
antara status kambuh dan status kemoterapi tanpa operasi. 0,246, 0,921, dan 3,741. Yang artinya bahwa perbandingan
2. Operasi antara pasien yang tersensor kanker dengan tidak operasi
Pengujian asosiasi untuk mengetahui hubungan status lebih kecil 0,246 kali dibandingkan dengan pasien yang
kambuh dengan status kemoterapi berdasarkan variabel kambuh dan tidak operasi. Sedangkan kecenderungan
confounding yaitu operasi dengan hipotesis sebagai berikut. peluang pasien untuk tidak operasi adalah 0,921 kali lebih
H0: Tidak ada hubungan antara status kambuh dan kecil dan kecenderungan pasien untuk operasi 3,741 kali
status kemoterapi sesudah menjalani operasi lebih besar.
H1: Ada hubungan antara status kambuh dan status
kemoterapi sesudah menjalani operasi V.KESIMPULAN DAN SARAN
Taraf signifikan : = 0,05 A. Kesimpulan
Daerah kritis : Tolak H0 jika 2 > 2(0,05;1) Berdasarkan analisis dan pembahasan dapat ditarik
Statistik uji : beberapa kesimpulan yaitu Ada hubungan antara status
Tabel 6. Statistik Uji Asosiasi di Kota Taiyuan kambuh, status kemoterapi dan status operasi, ada hubungan
2 2(0,05;1) P-value
antara status kambuh dengan status kemoterapi berdasarkan
2,109 3,841 0,122
status operasi, dan ada hubungan antara status kambuh dan
Tabel 6 dapat diperoleh keputusan bahwa gagal tolak
status kemoterapi tanpa operasi. Sedangkan berdasarkan uji
H0 karena 2 sebesar 2,109 kurang dari nilai 2(0,05;1) sebesar
3,841 dan P-value sebesar 0,122 lebih dari nilai sebesar asosiasi parsial diketahui bahwa tidak ada hubungan
0,05 sehingga diperoleh kesimpulan bahwa tidak ada antara status kambuh dan status kemoterapi sesudah
hubungan antara status kambuh dan status kemoterapi menjalani operasi pada uji parsial. Selain itu, diketahui
sesudah menjalani operasi. bahwa peluang pasien yang tersensor dengan tidak
F. Odds Ratio dan Relative Risk operasi apabila dimasukkan variabel kemoterapi
Odds ratio dilakukan untuk mengetahui peluang
sebagai variabel confounding lebih kecil jika
kategori yang berpengaruh terhadap model dibandingkan
dengan kategori yang lain. Sedangkan relative risk dibandingkan dengan tidak memasukkan variabel
dilakukan untuk mengetahui kecenderungan peluang dari confounding.
kategori tersebut. Berikut hasil dari odds ratio dan relative B. Saran
risk pada hubungan status kambuh dengan status operasi Saran untuk penelitian ini adalah lebih jelas lagi
dimana status kemoterapi sebagai variabel counfounding. dalam pendefinisian setiap kategori dalam variabel di dalam
1. Odds Ratio dan Relative Risk tanpa counfounding penelitian ini.
Tabel 7. Odds Ratio dan Relative Risk
Relative Relative Risk 2 DAFTAR PUSTAKA
Odds Ratio
Risk 1 [1] Aziz, M.F. (2009). Gynecological Cancer in Indonesia.
0,253 0,923 3,645 Journal gynecology oncology, 20(1):8-10. DOI:
Tabel 7 diatas diketahui bahwa perbandingan antara 10.3802/ jgo.2009.20.1.8
pasien yang tersensor kanker dengan tidak operasi lebih [2] Achmadi, Brahmana, A.T., & Suhatno. (2011).
kecil 0,253 kali dibandingkan dengan pasien yang kambuh Karakteristik Penderita kanker Serviks 2006-2010 di
dan tidak operasi. Sedangkan kecenderungan pasien RSUD Dr. Soetomo. Majalah Obstetri & Ginekologi,
beresiko untuk tersensor adalah 0,923 kali lebih kecil dan
5

19(3), 128- 133. [5] Agresti, A. (1990). Categorical Data Analysis. USA:
[3] Mardjikoen, P. (2007). Tumor Ganas Alat Genital. John Willey and Sons.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono [6] Sugiyono, P. D. (2015). Statistik Nonparametris.
Prawirohardjo. Bandung: Alfabeta.
[4] Nugraha, D. J. (2014). Pengantar Analisis Data [7] Walpole, Ronald E. 1993. Pengantar Statistika Edisi
Kategorik. Yogyakarta: CV BUDI UTAMA. Ke-3. Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama.

Anda mungkin juga menyukai