Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Maksud dan Tujuan Penelitian


Maksud dari kegiatan eksplorasi pemetaan geologi adalah untuk memperoleh
informasi awal baik mengenai kondisi Geologi dan morfologi daerah telitian
satuan morfologi di wilayah eksplorasi, jenis batuan (litologi), penyebaran batuan,
urutan batuan atau stratigrafi, keberadaan struktur geologi serta mengetahui lebih
rinci mengenai potensi endapan sumberdaya yang terdapat diareal penyelidikan.
Data-data diatas bertujuan sebagai bahan acuan didalam mengambil suatu
kesimpulan mengenai penyebaran dan jumlah cadangan dari bahan galian di
daerah penelitian.
Dengan data tersebut akan diperoleh gambaran mengenai kondisi geologi
yang ada sehingga dapat dibuat :
Peta Topografi
Peta Kegiatan Eksplorasi
Peta Geologi Regional
Peta Bahan Galian
Peta Perhitungan Cadangan
Peta Penyebaran Galian
Peta Kontur Struktur
Penampang Geologi
Penampang/Sketsa Endapan
Penampang Perhitungan Cadangan
Peta Wilayah Rencana Pengingkatan atau Penciutan IUP
Dari seluruh rangkaian kegiatan eksplorasi dan hasil pengolahan data tersebut
diatas, nantinya akan digunakan untuk menilai potensi cadangan di wilayah
kavling eksplorasi.
1.2 Perizinan
Waktu kegiatan mulai dari persiapan, kegiatan lapangan, pengolahan data
studio dan pembuatan laporan. Kegiatan eksplorasi dilaksanakan pada hari

1
Minggu, 20 Novemberr 2016 di kavling kelompok 12 di daerah Ngoro Oro,
Dusun Ngoro Oro , Desa Srimartani, Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul.
Kemudian pengolahan data studio dan pembuatan laporan dilaksanakan pada
tangggal 21 November 2016 4 Desember 2016.
Tanggal 20 November 2016 eksplorasi pada Blok Kelompok 12 dengan luas
4 Ha,di daerah Ngoro Oro dengan batas koordinat sebagai berikut :

KOORDINAT WILAYAH IZIN EKSPLORASI


KAVLING KELOMPOK 12
Lokasi
- Provinsi : D.I Yogyakarta
- Kabupaten : Gunung Kidul
- Kecamatan : Patuk
- Desa : Ngoro - ngoro
- Komoditas : Batu Pasir
- Luas Wilayah : 4 Ha
Tabel 1.1.
Koordinat Kavling Eksplorasi Kelompok 12
No Garis Bujur Garis Lintang
X1, Y1 446269 9133837
X2 , Y2 446269 9133637
X3 , Y3 446469 9133837
X4 , Y4 446469 9133637

Perijinan dimulai, pada saat team kelompok 12 memasuki lokasi penelitian di


daerah Piyungan. Pada saat sampai ke lokasi IUP kelompok 12, team bertemu
dengan warga sekitar dan memohon izin untuk dapat melakukan penelitian di
sekitar daerah IUP.
1.3 Sejarah Penyelidikan
Beberapa peneliti terdahulu yang pernah melakukan studi yang terkait dengan
daerah telitian secara lokal maupun secara regional, meliputi :

2
a. Bothe (1929), melakukan penelitian pada Zona Pegunungan Selatan dan
merupakan orang pertama yang berhasil menyusun stratigrafi Zona
Pegunungan Selatan.
b. Van Bemmelen (1949), mengelompokkan geologi regional Pulau jawa
berdasarkan fisiografi menjadi beberapa zona, salah satunya adalah Zona
Pegunungan Selatan dimana daerah penelitian penulis tercakup
didalamnya.
c. Rahardjo (1977), melakukan penelitian kemudian menyusun stratigrafi
pegunungan selatan secara lengkap meliputi aspek sedimentologi dan
paleontologi dengan penekanan untuk memperoleh kejelasan
umurpembentukan dan lingkungan pengendapannya.
d. Martodjojo(1984), merupakan kelanjutan dan penyempurnaan dari
peneliti sebelumnya dalam penyusunan stratigrafi pegunungan selatan.
e. Surono (1992), melakukan penelitian kemudian menyusun stratigrafi
pegunungan selatan secara lengkap. Beliau melakukan penelitian di
daerah Baturagung, Jawa Timur dan menyusun stratigrafi yang
disempurnakan dari stratigrafi yang disusun oleh Bothe 1929.
f. Samodra (1992), melakukan penelitian kemudian menyusun stratigrafi
pegunungan selatan secara lengkap.
g. Rahardjo,W., Sukandarrumidi, dan Rosidi, H.M.D., pada tahun 1977 telah
melakukan pemetaan geologi dan menghasilkan Peta Geologi Lembar
Yogyakarta, Jawa, skala 1: 100.000 dari Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi, Bandung dimana daerah penyelidikan berada di
dalamnya.
h. Sudarno, pada tahun 2007 telah melakukan penelitian tentang evolusi
tegasan purba dan genesa sesardi daerah Pegunungan Selatan DIY dan
sekitarnya. Potensi Geologi Pegunungan Selatan dalam Pengembangan
Wilayah.

3
BAB II
GEOGRAFI DAN KEADAAN GEOLOGI

2.1 Geografi Daerah Penelitian


Kecamatan Piyungan secara administratif terdiri dari 3 desa, 60 Dusun Ngoro
Oro, Kecamatan Piyungan berada di sebelah Timur Laut dari Ibukota Kabupaten
Bantul. Kecamatan Piyungan mempunyai luas wilayah 3.254,86 Ha. Desa di
wilayah administratif Kecamatan Piyungan :
1. Desa Sitimulyo
2. Desa Srimartani
3. Desa Srimulyo
Secara geografis wilayah Kecamatan Piyungan berbatasan dengan :
a. Utara : Kecamatan Prambanan dan Berbah
b. Timur : Kecamatan Patuk
c. Selatan : Kecamatan Pleret
d. Barat : Kecamatan Banguntapan
2.1.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah
Daerah pemetaan geologi sendiri terletak dikelompok 12 dilaksanakan
di daerah Dusun Ngoro Oro, Desa Srimartani, Kecamatan Piyungan yang secara
geografis terletak antara7o46 23.11 LS 110o24 58.86 dan 7o50 33.01BT -
110o2820. 25 BT. Kegiatan praktikum ini berupa pemetaan geologi yang
dilakukan pada lokasi IUP kelompok 12.
Letak daerah ini cukup strategis karena dilalui Jalan Yogyakarta Wonosari,
sehingga kegiatan ekonominya relatif maju. Lokasi daerah penelitian berjarak
sekitar 14 km dari Kampus STTNAS Yogyakarta, dapat dicapai dengan
kendaraan roda 2 dua dan roda empat melalui jalan beraspal, dan jalan berbatu
selama kurang lebih 35 menit dari Kampus STTNAS Yogyakarta. Untuk
mencapai lokasi pengamatan dan melakukan pengambilan contoh batuan, pada
beberapa lokasi harus berjalan kaki melalui jalan setapak, melewati sungai. Peta
kesampaian daerah penelitian dapat dilihat pada gambar berikut.

4
Gambar 2.1
Peta lokasi kesampaian daerah penelitian eksplorasi
2.1.2 Keadaan Daerah Penelitian
a. Penduduk
Kecamatan Piyungan dihuni oleh 10.177 KK. Jumlah keseluruhan
penduduk Kecamatan Piyungan adalah 37.814 orang dengan jumlah
penduduk laki-laki 18.521 orang dan penduduk perempuan 19.293
orang. Tingkat kepadatan penduduk di Kecamatan Piyungan adalah
1.162 jiwa/Km2. Sebagian besar penduduk Kecamatan Piyungan adalah
petani. Dari data monografi Kecamatan tercatat 16.420 orang atau 43,4
% penduduk Kecamatan Piyungan bekerja di sektor pertanian.
b. Iklim
Daerah eksplorasi mempunyai iklim yang relatif sama dengan
daerah lainnyadi Indonesia yaitu beriklim tropis yang dicirikan dengan
pergantian dua musim, yaitu musim hujan dan kemarau. Kecamatan
Piyungan beriklim seperti layaknya daerah dataran rendah di daerah
tropis dengan dengan cuaca panas sebagai ciri khasnya.Suhu tertinggi
yang tercatat di Kecamatan Piyungan adalah 32C dengan suhu
terendah 23C.
c. Curah Hujan
Data curah hujan disajikan sebagai perbandingan adalah data pada
tahun 2009- 2011.Untuk mengetahui pola curah hujan pada suatu

5
wilayah tertentu diperlukanparameter data minimal berupa banyaknya
hari hujan dan intensitas curah hujan yang secara spasial tertuang dalam
Peta Intensitas Curah Hujan Tahunan. Akan tetapi untuk keperluan
analisis pola curah hujan akan lebih tepat apabila menggunakan data
yang diambil dalam kurun waktu sedikitnya lima tahun yang berurutan.
Tabel 2.1
Pola Curah Hujan Tahun 2009 2011
2009 2010 2011
No Bulan
Bulan HH mm HH mm HH
1. Januari 17,50 188,00 137 1451 1425 119
2. Februari 12,60 194,80 82 1156 2850 74
3. Maret 10,17 109,50 94 1221 1164 116
4. April 10,38 129,25 99 1143
5. Mei 0 0 19 118 135 23
6. Juni 1,67 45,67 22 243 250 23
7. Juli 2,00 0 14 3 35 9
8. Agustus 0 0 0 0 0 0
9. September 0 0 0 0 0 0
10. Oktober 0 0 0 0 52 12
11. November 8,00 192,20 54 1000 4216 124
12. Desember 10,43 225,71 122 1899 3566 127
Jumlah 72,74 1089,13 643 8234 15448 766
(Sumber : Dipertahut Kabupaten Bantul 2010)
Keterangan :
Bulan basah = curah hujan lebih dari 100mm
Bulan lembab = curah hujan antara 60 - 100mm
Bulan kering = curah hujan kurang dari 60mm
d. Vegetasi
Terdapat berbagai variasi vegetasi yang dapat ditemui di lokasi
penelitian. Pada daerah pemetaan dapat dijumpai tumbuh-tumbuhan.
Seperti jenis tanaman pangan, tanaman kebun dan tanaman kayu untuk

6
kebutuhan bangunan. Yang meliputi tanaman pangan yang terdapat di
lokasi penelitian adalah : kacang tanah, ketela, tebu, keladi. Tanaman
kebun yang dijumpai meliputi : cabai, pisang, kelapa, mangga, jambu,
jeruk, gersen. Dan yang termasuk tanaman kayu seperti jati.
e. Tata Guna Lahan
Penggunaan lahan adalah informasi yang menggambarkan sebaran
pemanfaatan lahan yang ada di Kecamatan Piyungan.Penggunaan lahan
diklasifikasikan menjadi Kampung/Permukiman, Sarana Sosekbud,
Pertanian, Perhubungan, Perindustrian, Pariwisata, Pertambangan,
Hutan, dan Air Permukaan. Selain itu pada tahun 2009 juga telah terjadi
alih fungsi lahan, dari tanah pertanian menjadi permukiman atau
menjadi tempat usaha, hal tersebut berdasarkan analisis ijin
pengeringan selama tahun 2008. Dengan adanya alih fungsi lahan dari
pertanian menjadi non pertanian harus medapat perhatian yang khusus,
karena dimungkinkan akan adanya penyusutan dalam hal hasil
pertanian.
Tabel 2.2
Penggunaan Lahan Kecamatan Piyungan
Jenis Penggunaan Lahan ( Ha )
Kecamat Kampu Sawa Kebu Huta Tanah Lain- Jumla
an ng h n n Tandu lain h
Camp s
ur
Piyunga 331,89 1.331, 717,0 - - 379,9 3.312,
n 60 0 3 00

f. Rencana Umum Tata Ruang Daerah


Dalam pelaksanakan pembangunan Rencana Tata Ruang Wilayah
(RT, RW) sangat diperlukan di Kecamatan Piyungan. Hal tersebut
merupakan salah satu upaya perencanaan program pembangunan yang
memperhatikan suatu tatanan wilayah yang terpadu danteratur. Secara

7
garis besar arah pengembangan dan pembangunan daerah mengacu
pada RT RW Kecamatan Piyungan yang terbagi menjadi enam Satuan
Wilayah Pengembangan (SWP). Sedangkan peta Satuan Wilayah
Pengembangan adalah sebagai berikut:
Pengembangan dan Peningkatan Kawasan Industri
Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Piyungan Regional Lintas
Kab/Kota
Kawasan Rawan Gempa Bumi, Tanah Longsor dan Kekeringan
Pengembangan Desa Mandiri Energi
2.1.3 Morfologi Daerah Penyelidikan
Dari interpretasi dan analisa peta topografi serta pengamatan kenampakan
morfologi dilapangan, dijumpai kenampakan pola aliran sungai, bukit, lembah,
sertapengaruh litologi dan struktur geologi.Daerah penelitian dibentuk oleh satuan
perbukitan homoklin yang terdiri dari:
1. Pada daerah telitian hampir 80% berupa daerah perbukitan, pada bagian
selatan daerah penelitian berupa perbukitan yang mempunyai kontur
yang tinggi jika dibandingkan pada utara daerah penelitian.
2. Pola umum perbukitan pada daerah telitian relatif berarah barat-timur
yang memanjang dari barat ke timur dan menempati hampir diseluruh
daerah telitian.
3. Perbedaan relief ditunjukkan dengan perbedaan elevasi yang relative
kecil, ditandai oleh perbukitan dengan kemiringan lereng relative landai
dan dataran perkebunan.

8
Gambar 2.2
Peta morfologi daerah penelitian
2.2 Geologi Regional
Proses geologi muda yang terdapat pada daerah telitian berupa proses
pelapukan, erosi, transportasi dan deposisi yang dipengaruhi oleh jenis litologi,
vegetasi, iklim serta struktur geologi yang bekerja.
Proses pelapukan yang bekerja pada daerah telitian sebagian besar dikontrol
oleh pelapukan mekanis (mechanical weathering) yang diakibatkan oleh tingkat
curah hujan yang tinggi sehingga menyebabkan perubahan suhu yang silih
berganti dan kejenuhan air didalam batuan, mengakibatkan batuan menjadi mudah
lapuk sehingga pada daerah dengan kemiringan yang besar dapat menimbulkan
adanya gerakan massa serta dipengaruhi olehsuatu struktur yang sangat dominan.

9
BAB III
KEGIATAN EKSPLORASI

3.1 Metode Penyelidikan


Metode eksplorasi yang dilakukan dengan menggunakan metode pemetaan
geologi permukaan dengan tujuan yang akan dicapai adalah untuk pembuatan peta
lokasi pengamatan, peta topografi, dan peta geologi, dan penyelidikan singkapan
dan tracing float. Metode penyelidikan yang dipakai merupakan metoda langsung
permukaan yang di jabarkan sebagai berikut :
3.1.1 Penyelidikan singkapan (outcrop)
Lembah-lembah sungai, hal ini dapat terjadi karena pada lembah sungai
terjadi pengikisan oleh air sungai sehingga lapisan yang menutupi tubuh batuan
tertransportasi yang menyebabkan tubuh batuan nampak sebagai singkapan segar.
Bentuk-bentuk menonjol pada permukaan bumi, hal ini terjadi secara alami yang
umumnya disebabkan oleh pengaruh gaya yang berasal dari dalam bumi yang
disebut gaya endogen misalnya adanya material di permukaan bumi dan dapat
juga dilihat dari adanya gempa bumi akibat adanya gesekan antara kerak bumi
yang dapat mengakibatkan terjadinya patahan atau timbulnya singkapan ke
permukaan bumi yang dapat dijadikan petunjuk letak tubuh batuan. Penyelidikan
outcrop di daerah telitian ditemukan 6 lokasi outcrop, dengan sebagian besar
litologi terdiri dari lempung.
3.1.2 Pengumpulan Data
Data-data yang digunakan untuk menunjang kegiatan eksplorasi yaitu:
a. Data primer yang berupa data lapangan, meliputi :
- Ploting lokasi pengamatan.
- Pengambilan contoh batuan untuk deskripsi batuan
- Deskripsi batuan secara megaskopis untuk menentukan penamaan
batuan
- Pengamatan morfologi secara langsung untuk menentukan satuan
bentuk lahan geomorfiknya

10
3.2 Tahap Penyelidikan
Penelitian lapangan secara umum dibagi menjadi dua tahap yaitu tahap
pramappingdan tahap pemetaan (mapping).
3.2.1 Tahap Pra-Mapping
Tahap pra-mapping berupa kegiatan observasi dan survey lapangan guna
menentukan lokasi dan luas daerah penelitian yang sesuai dengan topik judul yang
akan diambil penulis, baik sebagai secara studi umum (geologi) maupun untuk
studi khusus (lingkungan pengendapan). Setelah lokasi penelitian didapatkan pada
tahap ini juga dilakukan perijinan dan penyiapan peta dasar guna memperlancar
proses pelaksanaan tahapan kerja berikutnya. Pada tahap studi pustaka berupa
pengumpulan dan pembelajaran awal referensi-referensi yang berhubungan
dengan eksplorasi, yaitu studi referensi tentang batupasir itu sendiri, baik proses,
genesa dan geologi yang berpengaruh, dan studi pustaka tentang lokasi eksplorasi,
yaitu dengan studi geologi regional daerah eksplorasi serta studi referensi dari
peneliti peneliti sebelumnya.
3.2.2 Tahap Pemetaan (Mapping)
Tahap Pemetaan (Mapping) ialah Tahap pemetaan berupa kegiatan
pengumpulan data lapangan yaitu dengan melakukan tahapan kerja berupa :
penentuan koordinat serta pengeplotan lokasi pengamatan, pengamatan dan
pengukuran kedudukan lapisan batuan, pengambilan foto singkapan dan
sampelbatuan, pengamatan geomorfologi dan struktur geologi yang berkembang
pada daerah telitian.
3.2.3 Pengolahan Data
Tahap pengolahan data yaitu dengan melakukan penggabungan dari hasil
studi pustaka dan literatur yang dilakukan dengan hasil pengamatan serta
pengambilan data lapangan yang didukung oleh analisis laboratorium, yang
meliputi : analisa kemiringan lereng, analisa petrografi, analisa sketsa dan analisa
struktur geologi. Penyusunan Laporan tahap akhir dari seluruh kegiatan penelitian
yang telah dilakukan disajikan dalam bentuk laporan dan peta yang merangkum
semua permasalahan yang diangkat penulis beserta hasil analisis guna menjawab
permasalahan diatas.

11
3.3 Uraian Pekerjaan Yang Dilakukan
3.3.1 Pemetaan batas IUP, situasi, topografi
Adapun waktu penelitian ( pengambilan data di lokasi penelitian ) yang
dilakukan pada hari Minggu, 20 November 2016.
Berikut ini merupakan rincian kegiatan praktikum Teknik Eksplorasi :
1. Lokasi : Kampus STTNAS Yogyakarta
Tempat : Sisi utara kampus
Koordinat : X 435656, Y 9140748
Waktu Tiba : 07.00 WIB
Cuaca : Cerah
2. Lokasi : Basecamp
Tempat : Lapangan Bola Kaki
Koordinat : X 444421, Y 91346
Waktu Tiba : 09.14 WIB
Cuaca : Cerah
Kegiatan : Ploting lokasi, breafing

Gambar 3.1
Foto team di basecamp

12
3.3.2 Pemetaan Singkapan
1. Lokasi : P-1
Tempat : Singkapan Batu Lempung
Koordinat : X446391, Y 9133791
Waktu Tiba : 09.50 WIB
Cuaca : Cerah
Strike/ Dip : N 290 oE / 11 o
Kegiatan : Ploting P-1, pengukuran perlapisam batuan, sampling

Gambar 3.2
Lokasi P-1
2. Lokasi : P-2
Tempat : Singkapan Batu Lempung
Koordinat : X 446381, Y 9133811
Waktu Tiba : 10:14 WIB
Cuaca : Cerah
Strike/Dip : N 200 oE / 74 o
Kegiatan : Ploting P-2, pengukuran perlapisan batuan, sampling

Gambar 3.3
Lokasi P-2

13
3. Lokasi : P3
Tempat : Singkapan Batu Lempung
Koordinat : X 446301, Y 9133810
Waktu Tiba : 10.30 WIB
Cuaca : Cerah
Strike / Dip : N 305 oE / 68 o
Kegiatan : Ploting P-3, pengukuran perlapisan batuan, sampling

Gambar 3.4
Lokasi P-3
4. Lokasi : P-4
Tempat : Singkapan Batu Lempung
Koordinat : X 446358, Y 9133708
Waktu Tiba : 10.41 WIB
Cuaca : Cerah
Strike / Dip : N 84 oE / 32 o
Kegiatan : Ploting P-4, pengukuran perlapisan batuan, sampling

Gambar 3.5
Lokasi P-4

14
5. Lokasi : P-5
Tempat : Singkapan Batu Lempung
Koordinat : X 446386, Y 9133703
Waktu Tiba : 10.45 WIB
Cuaca : Cerah
Strike / Dip : N 350oE / 73o
Kegiatan : Ploting P-5, pengukuran perlapisan batuan, sampling

Gambar 3.6
Lokasi P-5
6. Lokasi : P-6
Tempat : Singkapan Batu Lempung
Koordinat : X 446393, Y 9133715
Waktu Tiba : 10.55 WIB
Cuaca : Cerah
Strike / Dip : N 235 oE / 45o
Kegiatan : Ploting P-6, pengukuran perlapisan batuan, sampling

Gambar 3.7
Lokasi P-6

15
7. Lokasi : P-7
Tempat : Singkapan Batu Pasir
Koordinat : X 446416, Y 9133720
Waktu Tiba : 11:06 WIB
Cuaca : Cerah
Strike / Dip : N 149 oE / 32o
Kegiatan : Ploting P-7, pengukuran perlapisan batuan, sampling

Gambar 3.8
Lokasi P-7
8. Lokasi : P-8
Tempat : Singkapan Batu Pasir
Koordinat : X 446395, Y 9133682
Waktu Tiba : 11.38 WIB
Cuaca : Cerah
Strike / Dip : N 351 oE / 79o
Kegiatan : Ploting P-8, pengukuran perlapisan batuan, sampling

Gambar 3.9
Lokasi P-8

16
9. Lokasi : P-9
Tempat : Singkapan Batu Pasir
Koordinat : X 446427, Y 9133686
Waktu Tiba : 11.57 WIB
Cuaca : Cerah
Strike / Dip : N 98 oE / 21o
Kegiatan : Ploting P-9, pengukuran perlapisan batuan, sampling

Gambar 3.10
Lokasi P-9
10. Lokasi : P-10
Tempat : Singkapan Batu Lempung
Koordinat : X446442, Y 9133734
Waktu Tiba : 12.12 WIB
Cuaca : Cerah
Strike / Dip : N 21 oE / 17 o
Kegiatan : Ploting P-10, pengukuran perlapisan batuan, sampling

Gambar 3.11
Lokasi P-10

17
11. Lokasi : P-11
Tempat : Singkapan Batu Lempung
Koordinat : X 446451, Y 9133743
Waktu Tiba : 12.16 WIB
Cuaca : Cerah
Strike / Dip : N 211E /14
Kegiatan : Ploting P-11, pengukuran perlapisan batuan sampling

Gambar 3.12
Lokasi P-11
12. Lokasi : P- 12
Tempat : Singkapan Batu Lempung
Koordinat : X 446438, Y 9133747
Waktu Tiba : 12.22 WIB
Cuaca : Cerah
Strike / Dip : N 9E / 53
Kegiatan : Ploting P-12, pengukuran perlapisan batuan, sampling

Gambar 3.13
Lokasi P-12

18
13. Lokasi : P-13
Tempat : Singkapan Batu Lempung
Koordinat : X 446381Y 9133700
Waktu Tiba : 12.35 WIB
Cuaca : Cerah
Strike / Dip : N 85E / 14
Kegiatan : Ploting P-13, pengukuran perlapisan batuan, sampling

Gambar 3.14
Lokasi P-13
14. Lokasi : P-14
Tempat : Singkapan Batu Lempung
Koordinat : X 446331, Y 9133689
Waktu Tiba : 12.41 WIB
Cuaca : Cerah
Strike/Dip : N 102E / 14
Kegiatan : Ploting P-14, pengukuran perlapisan batuan, sampling

Gambar 3.15
Lokasi P-14

19
15. Lokasi : P-15
Tempat : Singkapan Batu Lempung
Koordinat : X 446347, Y 9133670
Waktu Tiba : 12.56 WIB
Cuaca : Cerah
Strike/Dip : N 95E / 11
Kegiatan : Ploting P-15, pengukuran perlapisan batuan, sampling

Gambar 3.16
Lokasi P- 15
16. Lokasi : P-16
Tempat : Singkapan Batu Lempung
Koordinat : X 446273, Y 9133695
Waktu Tiba : 13.13 WIB
Cuaca : Cerah
Strike/Dip : N 80E / 3
Kegiatan : Ploting P-16, pengukuran perlapisan batuan, sampling

Gambar 3.17
Lokasi P-16

20
17. Lokasi : P-17
Tempat : Singkapan Batu Lempung
Koordinat : X 446316, Y 9133778
Waktu Tiba : 13.24 WIB
Cuaca : Cerah
Strike/Dip : N 196E / 15
Kegiatan : Ploting P-17, pengukuran perlapisan batuan, sampling

Gambar 3.18
Lokasi P-17
18. Lokasi : P-18
Tempat : Singkapan Batu Lempung
Koordinat : X 446465, Y 9133784
Waktu Tiba : 13.38 WIB
Cuaca : Cerah
Strike/Dip : N 216E / 47
Kegiatan : Ploting P-18, pengukuran perlapisan batuan, sampling

Gambar 3.19
Lokasi P-18

21
19. Lokasi : P-19
Tempat : Singkapan Batu Lempung
Koordinat : X 446460, Y 9133819
Waktu Tiba : 13.43 WIB
Cuaca : Cerah
Strike/Dip : N 136E / 13
Kegiatan : Ploting P-19, pengukuran perlapisan batuan, sampling

Gambar 3.20
Lokasi P-19
20. Lokasi : P-20
Tempat : Singkapan Batu Lempung
Koordinat : X 446453, Y 9133765
Waktu Tiba : 13.49 WIB
Cuaca : Cerah
Strike/Dip : N 161E / 8
Kegiatan : Ploting P-20, pengukuran perlapisan batuan, sampling

Gambar 3.21
Lokasi P-20

22
3.3.3 Pengambilan Contoh
Adapun saat proses pengambilan contoh atau sample batuan di lapangan
yaitu selama satu hari yang dilakukan pada hari Minggu, 20 November 2016.
Kegiatan ini dilakukan berkelompok dengan berjalan mengelilingi area praktikum
eksplorasi yang telah di plot sebelumnya untuk mencari singkapan batuan. Ketika
singkapan telah ditemukan, tahapan yang selanjutnya dilakukan yaitu mengambil
sample batuan diarea singkapan kemudian tahapan selanjutnya kami mengeplot
area di temukannya singkapan menggunakan GPS. Hal ini dilakukan untuk
menandai area ditemukannya singkapan agar memudahkan pada proses
pembuatan peta. Setelah mengeplot area menggunakan GPS, langkah selanjutnya
adalah pengukuran strike dip, dan juga dip direction menggunakan kompas.
Setelah itu kita mengambil gambar lokasi outcrop sebagai lampiran. Berulang kali
mengitari area eksplorasi sampai kembali pada lokasi pertama ditemukannya
singkapan serta sample batuan. Sedangkan lokasi singkapan yang kamidapatkan
dari hasil eksplorasi tersebut berjumlah 6 lokasi outcrop sehingga terdapat 20
sample batuan yang telah kami ambil.
3.3.4 Analisa Contoh
Analisa contoh di lakukan dengan metode pengamatan langsung, deskripsi
batuan, interpretasi bahan galian, dan analisa penyebaran bahan galian. Peralatan
yang di gunakan mulai dari peralatan sederhana seperti palu geologi, alat tulis,
kalkulaktor, sampai peralatan komputerisasi yang digunakan dalam analisa
penyebaran bahan galian.

23
BAB IV
HASIL EKSPLORASI

4.1 Kondisi Geografi dan geologi daerah penelitian


Berdasarkan pembagian diatas, daerah telitian dikelompokkan menjadi dua
satuangeomorfik, yaitu :
Satuan Geomorfik Bentukan Struktural ( S )
Satuan Geomorfik Bentukan Fluvial ( F )
Kedua satuan tersebut disajikan pada peta topografi.
Satuan Geomorfik BentukanStruktural :
a. Subsatuan Geomorfik Perbukitan Homoklin (S1)
Subsatuan ini menempati 50% dari luas daerah telitian dan merupakan
suatu perbukitan yang miring agakcuram, disusun oleh material sedimen
klastik, kemiringan lereng 14 - 20% (agakcuram), menempati disepanjang
bagian daerah selatan daerah telitian. Kemiringan lereng pada subsatuan
ini adalah miring hingga landai.
b. Subsatuan Geomorfik Dataran Limpah Banjir (F2)
Subsatuan ini menempati 6%dari luas daerah telitian dan merupakan suatu
dataran yang rata - landai, disusun oleh material lepas hasil transportasi
dari tubuh sungai, kemiringan lereng0 - 2% ( rata/hampir rata ) menempati
di sepanjang sungai daerah telitian. Kemiringan lereng pada subsatuan ini
adalah rata hingga landai.

24
Gambar 4.1
Geologi regional

Gambar 4.2
Penampang geologi daerah penelitian

25
Secara umum daerah telitian didominasi oleh litologi batulempung, namun
penulis berusaha membaginya kedalam satuan satuan batuan yang lebih detil
berdasarkan karakteristik dari setiap litologi yang dominan.
Adapun kondisi Geologi daerah penelitian secara umum tersusun oleh litologi
batulempung. Dasar Penamaan satuan batulempung Semilir didasarkan pada ciri
fisik litologi, kimia maupun asosiasinya yang berkembang pada satuan ini, secara
fisik dicirikan dengan batulempung yang bersemen silica yang mempunyai
kandungan lempungan, dibeberapa tempat terdapat perselingan antara batupasir
vulkanik dengan batulempung. Di bagian bawah terdapat batupasir yang memiliki
ukuran butir kasar hingga sangat kasar. Struktur perlapisan banyak dijumpai pada
batupasir vulkanik dan batulempung, pada satuan ini didominasi oleh struktur
perlapisan. Ciri fisik diatas dapat disebandingkan dengan ciri ciri Formasi
Semilir.
Penyebaran satuan batulempung vulkanik Semilir daerah telitian menempati
luas 80 % dari seluruh luas daerah telitian. Singkapan pada satuan ini tersebar
dibagian selatan dan barat daerah telitian. Dari pengukuran penampang geologi
sayatan diperoleh volume batulempung sebesar 1679798.384 m3.
Ciri litologi Semilir di daerah telitian dicirikan oleh dominasi litologi
batupasir vulkanik berwarna kuning abu-abu, sedikit keras,struktur perlapisan
laminasi, berukuran butir pasir sangat halus sedang dan dibeberapa tempat
berbutir kasar, terpilah baik dan susah ditemukan fosil, semen silika, Pada satuan
batuan ini juga ditemukan adanya struktur sedimen berupa paralel laminasi.
4.2 Keadaan Endapan / bahan galian
4.2.1 Penyebaran
Penyebaran endapan bahan galian di daerah penelitian hampir merata
diseluruh wilayah IUP kelompok 12, hal ini berdasarkan pengamatan langsung
yangdiperoleh di lapangan tentang penyebaran bahan galianyang menyimpulkan
bahwa di setiap area yang dilewati selalu ditemukan bahan galiantersebut,
walaupun hanya beberapa singkapan (OutCrop) yang ditemui. Berikut merupakan
lokasi penyebaran endapan batulempung di daerah penelitian.

26
Gambar 4.3
Peta penyebaran endapan bahan galian
4.2.2 Kadar / Kualitas
Dari hasil analisa sampel endapan dari lokasi penelitian, dapat diketahui
jenis kualitas berupa parameter kekuatan batuan, porositas dan bagus tidaknya
bila dimanfaatkan sebagai bahan bangunan, pondasi, dll. Bahan galian lmpung
merupakan salah satu bahan galian industri yang pemanfaatannya dapat
digunakan sebagai bahan bangunan. Sebagai bahan umum untuk pembuatan
bangunan batubata , genteng dan kerajinan, dikarenakan sifat dari lempung yang
elastis namun mudah untuk dibentuk. Karena kekerasan dan kesamaan ukuran
butirannya, lempung menjadi bahan yang sangat baik untuk dibuat menjadi
genteng batu bata dan kerajinan karna sifatnya yang mudah dibentuk.
Batulempung mempunyai banyak kegunaan didalam industri konstruksi
sebagai suatu kumpulan dan batu-tembok. Batulempung hasil galian dapat
digunakan sebagai bahan pembuat kerajinan.
4.2.3 Perhitungan Cadangan
1. Dasar/ Cara Perhitungan Cadangan
Perhitungan cadangan dengan menggunakan metode cross section dilakukan
dengan membuat penampang yang mewakili keseluruhan daerah yang masuk
wilayah IUP. Pada penelitian ini dibuat 4 penampang dengan batas ketinggian
perhitungan terendah pada level 86 dan level tertinggi 120. Proses perhitungan

27
menggunakan software AutoCad 2007+Quick Surf untuk menghasilkan grid
penampang. Selanjutnya dari penampang sayatan yang telah dibuat dilakukan
perhitungan parameter setiap penampang. Pada penampang dengan jumlah yang
genap. Setelah parameter tersebut diketahui, dilakukan perhitungan luas masing-
masing penampang.
Selanjutnya dilakukan perhitungan volume antar penampang dengan rumus
meanarea. Rumus mean area digunukan untuk endapan yang mempunyai
penampan uniform :
V = 0,5 x (S1 + S2) x L
Keterangan :
S = Luas penampang
L = Jarak antar penampang
V = Volume cadangan
Selanjutnya menghitung Tonase cadangan, dimana nilai berat jenis diperoleh
dari data perusahaan yang telah ada. Rumus menghitung Tonase :
T = V x Bj
Keterangan :
T = Tonase (ton)
V = Volume (m3)
Bj = Berat Jenis (2,3 ton/ms)
2. Klasifikasi Jumlah Cadangan
Menurut Mc. Kelvey yang dimaksud dengan cadangan (reserves) adalah
bagian dari sumber daya terindikasi dari suatu komoditas mineral yang dapat
diperoleh secara ekonomis dan tidak bertentangan dengan hukum dan
kebijaksanaan pemerintah pada saat itu. Suatu cadangan mineral biasanya
digolongkan berdasarkan ketelitian dari eksplorasinya. Klasifikasi cadangan di
Amerika menurut US Berau Of Mine and US Geological Survey (USBM and
USGS) dan usulan Mc. Kelvey, 1973
sebagai berikut :

28
A. Cadangan Terukur:
Cadangan terukur adalah cadangan yang kuantitasnya dihitung dari
pengukuran nyata, misalnya dari pemboran, singkapan dan paritan, sedangkan
kadarnya diperoleh dari hasil analisa contoh. Jarak titik-titik pengambilan contoh
dan pengukuran sangat dekat dan terperinci, sehingga model geologi endpan
mineral dapat diketahui dengan jelas. Struktur, jenis , komposisi, kadar, ketebalan,
kedudukan dan kelanjutan endapan mineral serta batas penyebarannya dapat
ditentukan dengan 33 tepat. Batas kesalahan perhitungan baik kuantitas maupun
kualitas tidak boleh lebih dari 20%.
B. Cadangan Terkira/Teridikasi (indicated)
Cadangan terkira adalah cadangan yang jumlah tonase dan kadarnya sebagian
diperoleh dari hasil perhitungan pemercontoan dan sebagian lagi dihitung sebagai
proyeksi untuk jarak tertentu berdasarkan keadaan geologi setempat titik-titik
pemerconto dan pengukuran jaraknya tidak perlu rapat sehingga struktur, kadar,
ketebalan, kedudukan, dan kelanjutan endapan mineral serta batas penyebarannya
belum dapat dihitung secara tepat dan baru disimpulkan/dinyatakan berdasar
indikasi. Batas kesalahan baik kuantitas maupun kualitas 20% - 40%.
C. Cadangan Terduga/Tereka (infered)
Cadangan terduga adalah cadangan yang diperhitungkan kuantitasnya
berdasarakan pengetahuan geologi, kelanjutan endapan mineral, serta batas dari
penyebaran. Ini diperhitungkan dari beberapa titik conto, sebagian besar
perhitungannya didasarkan kepada kadar dan kelanjutan endapan mineral yang
mempunyai ciri endapan sama. Toleransi penyimpangan kesalahan terhadap
perhitungan cadangan adalah 60%. Di Indonesia mengikuti klasifikasi cadangan
menurut Mc. Kelvey, karena dianggap paling detil, mempertimbangkan keadaan
geologi, ekonomi, dan memiliki wawasan luas tentang klasifikasi cadangan.
Klasifikasi cadangan yang diusulkan Mc. Kelvey ini berdasarkan pada :
a. Kenaikan tingkat keyakinan geologi.
b. Kenaikan tingkat kelayakan ekonomi.
Kriteria keyakinan geologi didasarkan tingkat keyakinan mengenai endapan
mineral yang meliputi ukuran, bentuk, sebaran, kuantitasnya sesuai dengan tahap

29
eksplorasinya. Kriteria kelayakan ekonomi didasarkan pada faktor-faktor ekonomi
layak atau tidaknya berdasarkan kondisi ekonomi pada saat itu. Tingkat kesalahan
adalah penyimpangan kesalahan baik kuantitas maupun kualitas cadangan yang
masih bisa diterima sesuai dengan tahap ekplorasinya.
Dari hasil perhitungan cadangan endapan lempung dari lokasi penelitian,
maka diperoleh perhitungan sebagai berikut :
Blok 1 :
Luas Penampang A A =1072.1252 m2
Luas Penampang B B = 3971.7568 m2
Rata- rata Luas 2 Penampang ( A-A & B-B )
= A-A x B-B
2
= 1072.1252 m2 + 3971.7568 m2
2
= 2521.941 m2
Perhitungan volume = Rata-rata luas x Jarak Antara Section
Perhitungan Tonase = Volume x Density
Volume Lempung Blok I = 2521.941 m2 x 35 = 88267.935 m3
Tonase Lempung Blok I = 88267.935 m3 x 2,6 m3/ton = 229496.631 ton
Blok II :
Luas penampang B-B = 3971.7568 m2
Luas penampang C-C = 5062.8801 m2
Rata- rata Luas 2 penampang ( C-C & D-D)
= B-B x C-C
2
= 3971.7568 m2 + 5062.8801 m2
2
= 45173.318 m2
Perhitungan volume = Rata-rata luas x Jarak Antara Section
Perhitungan Tonase = Volume x Density
Volume Lempung Blok II = 45173.318 m2 x 35m =158106.1458 m3
Tonase Lempung Blok II = 158106.1458 m3x 2,6 m3/ton = 411075.979 Ton

30
Blok III :
Luas penampang C-C = 5062.8801 m2
Luas penampang D-D = 4966.4104 m2
Rata- rata Luas 2 penampang ( C-C & D-D)
= C-C x D-D
2
= 5062.8801m2 + 4966.4104 m2
2
= 5014.645 m2
Perhitungan volume = Rata-rata luas x Jarak Antara Section
Perhitungan Tonase = Volume x Density
Volume Lempung Blok III = 5014.645 m2 x 35m =175512.5838 m3
Tonase Lempung Blok III= 175512.5838 m3x 2,6 m3/ton = 456332.7178 Ton
Blok IV :
Luas penampang D-D = 4966.4104 m2
Luas penampang E-E = 3254.1399 m2
Rata- rata Luas 2 penampang ( D-D & E-E)
= D-D x E-E
2
= 4966.4104m2 + 3254.1399 m2
2
= 4245.275 m2
Perhitungan volume = Rata-rata luas x Jarak Antara Section
Perhitungan Tonase = Volume x Density
Volume Lempung Blok IV= 4245.275 m2 x 35m =143859.6303 m3
Tonase Lempung Blok IV=143859.6303 m3x 2,6 m3/ton = 374035.0383 Ton
Blok V :
Luas penampang E-E =3254.1399 m2
Luas penampang F-F = 1336.1462 m2
Rata- rata Luas 2 penampang ( E-E & F-F)

31
= E-E x F-F
2
= 3254.1399m2 + 1336.1462 m2
2
= 2295.143 m2
Volume Lempung Blok V = 2295.143 m2 x 35m = 80330.00675 m3
Tonase Lempung Blok V = 80330.00675 m3x 2,6 m3/ton =208858.0176 Ton
Total volume Lempung = Volume blok I + volume blok II + volume blok III
+ volume blok IV + volume blok V
= 158106.1458 + 411075.979 + 175512.5838 + 143859.6303 + 80330.0067
= 646076.3017 m3
Total tonase Lempung = Tonase blok I + Tonase blok II + Tonase blok III +
Tonase blok IV + Tonase blok V
= 229496.631 ton + 411075.979 ton + 456332.7178 ton+ 374035.0383 ton+
208858.0176 ton
= 1679798.384 ton
Tabel 4.1
Tabel Hasil Perhitungan Cadangan

32
Jadi, hasil perhitungan cadangan lempung di lokasi penelitian didapatkan :
Total volume Lempung = 646076.3017m3
Total tonase Lempung = 1679798.384 ton

33
BAB V
KESIMPULAN

5.1. Keadaan Lingkungan Daerah Penyebaran Endapan


Kegiatan eksplorasi dilaksanakan pada hari Minggu, 20 November 2016 di
kavling kelompok 12 di daerah Ngoro Oro, Dusun Ngoro Oro , Desa Srimartani,
Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul. Kemudian pengolahan data studio dan
pembuatan laporan dilaksanakan pada tangggal 21 November 2016 4 Desember
2016 yang secara geografis terletak antara7o46 23.11 LS 110o24 58.86 dan
7o50 33.01BT - 110o2820. 25 BT. Kegiatan praktikum ini berupa pemetaan
geologi yang dilakukan pada lokasi IUP kelompok 12. Dari interpretasi dan
analisa peta topografi serta pengamatan kenampakan morfologi dilapangan,
dijumpai kenampakan pola aliran sungai, bukit, lembah, sertapengaruh litologi
dan struktur geologi.
5.2. Kondisi Geografi dan Kondisi Geologi
Morfologi dilapangan, dijumpai kenampakan pola aliran sungai, bukit,
lembah, serta pengaruh litologi dan struktur geologi.Daerah penelitian dibentuk
oleh satuan perbukitan homoklin. Proses geologi muda yang terdapat pada daerah
telitian berupa proses pelapukan,erosi, transportasi dan deposisi, yang dipengaruhi
oleh jenis litologi, vegetasi, iklim serta struktur geologi yang bekerja.
Proses pelapukan yang bekerja pada daerah telitian sebagian besar dikontrol
oleh pelapukan mekanis (mechanical weathering) yang diakibatkan oleh tingkat
curah hujan yang tinggi sehingga menyebabkan perubahan suhu yang silih
berganti dan kejenuhan air didalam batuan, mengakibatkan batuan menjadi mudah
lapuk sehingga pada daerah dengan kemiringan yang besar dapat menimbulkan
adanya gerakan massa serta dipengaruhi olehsuatu struktur yang sangat dominan.
Proses geologi muda yang terdapat pada daerah telitian berupa proses
pelapukan,erosi, transportasi dan deposisi, yang dipengaruhi oleh jenis litologi,
vegetasi, iklim serta struktur geologi yang bekerja.
Proses pelapukan yang bekerja pada daerah telitian sebagian besar dikontrol
oleh pelapukan mekanis (mechanical weathering) yang diakibatkan oleh tingkat
curah hujan yang tinggi sehingga menyebabkan perubahan suhu yang silih

34
berganti dan kejenuhan air didalam batuan, mengakibatkan batuan menjadi mudah
lapuk sehingga pada daerah dengan kemiringan yang besar dapat menimbulkan
adanya gerakan massa serta dipengaruhi olehsuatu struktur yang sangat dominan.
5.3. Kondisi Bahan Galian
Penyebaran endapan bahan galian di daerah penelitian hampir merata di
seluruh wilayah kavling kelompok 12 , hal ini berdasarkan pengamatan langsung
yang diperoleh di lapangan dan dari analisa laboratorium tentang penyebaran
bahan galian yang menyimpulkan bahwa di setiap area yang dilewati selalu
ditemukan bahan galian tersebut, walaupun hanya beberapa singkapan (Out Crop)
yang ditemui. Dari hasil perhitungan cadangan endapan lempung dari daerah
daerah Ngoro Oro, maka diperoleh jumlah cadangan sebagai berikut :
- Jumlah Volume Lempung : 1.082.518,345 m3
- Jumlah Tonase Lempung : 2.489.792,19 ton

35
DAFTAR PUSTAKA

Agus Haris, Metode Perhitungan Cadangan, Modul Responsi, Dep Teknik


Pertambangan, ITB, Bandung, 2005

Metoda-Metoda Konvensional., Departemen Teknik Pertambangan.


Institut Teknologi Bandung, Bandung.

Suhala, Supriatna., 1997, Bahan Galian Industri, Pusat Penelitian dan


Pengembangan Teknologi Mineral, Bandung.

Sukandarrumidi, 1999, Bahan Galian Industri, Gajah Mada University


Press, Bulaksumur, Yogyakarta.

http://bantulkab.go.id/

http://kewilayahan.bantulkab.go.id/rtrw.php?mod=11

36
LAMPIRAN

FOTO ANGGOTA KELOMPOK 17 SAAT MELAKUKAN EKSPLORASI


DI LAPANGAN DESA NGORO ORO, KECAMATAN PATUK,
KABUPATEN GUNUNGKIDUL, PADA TANGGAL 27 NOVEMBER 2016

Anggota Kelompok:
Zulham Tanjung (710014012)
Delvi Klembiro (710014024)
Adi Miswardi (710014070)
Zainal Hasannudin (710014038)
Kurniawan Setyo N (710014001)
Calvin Bryan Mangsawan (7100140115)
Apriadi (710014052)
Yokundus (710014086)
Rouwber Frouw (710014145)
Martin Asun (710014146)
Sulistianto Iriandy (710014158)

37

Anda mungkin juga menyukai