Mengerti perkembangan, bentuk lereng alamiah dan proses yang bertanggung jawab terhadap
berbagai ciri alamiah.
Menilai kemantapan lereng jangka pendek (sering selama konstruksi) dan jangka panjang.
Menilai kemungkinan kelongsoran yang melibatkan lereng alamiah dan lereng rekayasa.
Menganalisis kelongsoran dan mengerti mekanisme kelongsoran dan pengaruh dari faktor
lingkungan.
Memungkinkan rancangan ulang dari lereng yang telah runtuh dan merencanakan serta
merancang pengukuran pengobatan dan pencegahan, jika diperlukan.
Mempelajari akibat pembebanan seismic terhadap lereng dan timbunan.
Kemantapan Lereng terutama disebabkan oleh faktor hidrologi dan faktor struktur bidang lemah
batuan. Masalah kemantapan lereng pada umumnya tergantung pada faktor-faktor sebagai
berikut :
1. Longsoran/Luncuran
Istilah yang paling banyak digunakan untuk merancang gerakan tanah atau batuan yang terjadi
pada lereng-lereng alamiah adalah longsoran dalam arti yang luas. Agar pengertian longsoran
dapat diperjelas, Coates (1977) membuat daftar beberapa faktor penting yang telah disetujui oleh
28 penulis yang telah menyumbangkan pikirannya untuk subyek ini. Daftar tersebut adalah
sebagai berikut :
Longsoran mewakili satu kategori dan suatu fenomena included under the general heading of
mass movement.
Gravitasi adalah gaya utama yang dilibatkan.
Gerakan harus cukup cepat, karena rayapan(creep) adalah begitu lambat sebagai longsoran.
Gerakan dapat berupa keruntuhan (falling), longsoran/luncuran (sliding) dan aliran (flow).
Bidang atau daerah gerakan tidak sama dengan patahan.
Gerakan akan ke arah bawah dan menghasilkan bidang bebas, jadi subsidence tidak termasuk.
Material yang tetap ditempat mempunyai batas yang jelas dan biasanya melibatkan hanya
bagian terbatas dari punggung lereng.
Material yang tetap ditempat dapat meliputi sebagian dari regolith dan/ atau bedrock.
Fenomena frozen ground biasanya tidak termasuk kategori ini.
Klasifikasi dari longsoran pada umumnya dapat didasarkan pada faktor-faktor sebagai berikut :
2. Runtuhan (falling)
Runtuhan dapat terjadi dari bidang-bidang diskontiniu pada suatu lereng yang tegak, pada
rayapan dari lapisan lunak (misalnya marl lempung) atau gulingan blok, sebagai contoh runtuhan
yang terjadi di gunung granier en savoie pada tahun 1248 (hantz, 1988). Keruntuhan dari jurang
batukapur dengan ketinggian sekitar 1.000 m, mengikuti gelinciran / longsoran dari marl dan
menggerakkan suatu volume yang sangat besar yaitu sekitar 500.000.000 m3, yang menyebar
sepanjang 7 km dengan luas 20 km & membunuh ribuan penduduk.
3. Rayapan (Creep)
Rayapan merupakan gerakan yang kontinu dan relatif lambat. Kita tidak dapat melihat dengan
jelas bidang rayapan, contoh daerah pelanggan jenis gerakan ini adalah Pangadegang di Cianjur
Selatan. Disana daerah yang bergerak mencakup sekitar 100 km. Selain itu didaerah Ciamis Utara,
Banjarnegara di Jawa Tengah (M.M. Purbo Hadiwidjoyo, 1992).
4. Aliran
Gerakan ini berasosiasi dengan transportasi material oleh air atau udara dan dipicu oleh gerakan
longsoran sebelumnya, kecepatan gerakan bisa sangat tinggi.
PEMICU DAN PEMACU GERAKAN MASSA TANAH ATAU BATUAN
Kedua istilah "pemicu" dan "pemacu" ini dipakai oleh M.M. Purbo Hadiwidjoyo (1992). Pemicu
itu misalnya adalah gempa bumi. Salah satu gerakan tanah besar yang diduga kuat dipicu oleh
gempa adalah terjadi di Cianjur Selatan pada 13 Desember 1924. Gempa itu sendiri tidak
bersumber di Jawa Barat. Tempat yang sama lagi-lagi bergerak pada Desember 1964. Ketika itu
sumbernya kebetulan juga ada di Jawa Barat dan kebesarannya mencapai 6 pada skala Richter.
Getaran yang timbul karena lewatnya kereta api dapat pula memicu terjadinya gerakan tanah.
Hal itu rupanya telah menimbun kereta api Jakarta-Jogyakarta di dekat Purwokerto waktu zaman
revolusi 1947. Selain itu hujan juga dapat disebut sebagai pemicu gerakan tanah seperti yang
terjadi di jalan antara Sibolga dan Medan bulan Januari 1993.
Selain terkena picu, gerakan massa tanah atau batuan, dapat juga dipacu. Misalnya saja, lereng
yang semula tahan terhadap gerakan, karena kakinya (toe) dipotong untuk jalan atau untuk
perumahan, akhirnya memiliki kecenderungan lebih besar untuk bergerak.
Penyebab Eksternal :
Perubahan geometri lereng ; pemotongan kaki lereng, erosi, perubahan sudut kemiringan,
panjang, dll.
Pembebasan beban ; erosi, penggalian.
Pembebanan ; penambahan material, penambahan tinggi.
Shock dan vibrasi ; buatan, gempa bumi, dll
Penurunan permukaan air
Perubahan kelakukan air ; hujan, tekanan pori, dll.
Penyebab Internal :
Metoda analitik
Metoda grafik
Metoda keseimbangan limit
Metoda numerik (metoda elemen hingga, elemen diskret, elemen batas dan lain lain)
Teori blok dan sistem pakar
3. Tahap Kelayakan
Penyelidikan geoteknik dan hidrogeologi dilakukan lebih rinci dan spesifik yang disesuaikan
dengan alat dan metoda pertambangan.
Memberi penilaian statistik pada semua parameter teknik perancangan termasuk rata-rata
dan distribusi untuk semua unit geoteknik.
Bersama dengan perencana tambang memastikan faktor-faktor geoteknik yang berhubungan
dengan perancangan.
Memberi perancangan lereng menurut falsafah yang disetujui oleh perencana tambang dan
pemilik proyek. Sudut perancangan lereng tergantung pada pengembangan tambang,
dengan toleransi sebagai berikut : Open pit : sudut overall + 10 - 30, strip mine : sudut
highwall + 50, sudut spoil pile + 10 - 30, open pit (batuan keras).
Memberi perancangan lereng secara detail termasuk tinggi jenjang, lebar berm, sudut jenjang,
interamp dan sudut overall pit slope maksimum pada tiap bagian perancangan tambang.
Memberi perancangan detail untuk external waste dumps.
Strip mine (batubara).
Memberi perancangan detail lereng termasuk: sudut highwall, sudut spoil dump, perancangan
pit waste dump, sudut low wall, perancangan footwall, jarak dengan mesin.
Memperkirakan pengeringan tambang termasuk desain detail, rancangan, spesifikasi dan
biaya.
Bersama dengan perencana tambang dan para ahli geoteknik memastikan perancangan air
bawah tanah sesuai dan tidak akan merugikan operasi penambangan.
Bersama dengan perencana tambang merancang jalan masuk angkutan dan resikonya secara
ekonomis.
Memberi petunjuk pada teknik peledakan akhir dan peralatan yang sesuai.
Bersama dengan perencana tambang memilih staff untuk masalah geoteknik atau air bawah
tanah.
Rancangan dan biaya program pemantauan air bawah tanah.
Laporan yang jelas mengenai kelayakan pertambangan yang direncanakan.
Merancang dan memantau peralatan yang digunakan pada operasi.
4. Tahap Operasi
Menilai bagaimana kondisi geoteknik selama penyelidikan awal apakah sesuai perancangan
parameter kelayakan.
Menyusun dan melaksanakan secara terus menerus pengumpulan data sebagai bagian dari
geologi pertambangan dan geoteknik.
Rancangan dan melaksanakan rencana pada studi kelayakan seperti : Peledakan akhir dan
penggalian, penyangga lereng, mengubah geometri lereng, dan depressurisation lereng.
Melaksanakan pemantauan lereng.
Rancangan dan melaksanakan rencana hidrogeologi, memantau debit aliran air atau air bawah
tanah.
Terus menerus merubah perancangan lereng selama umur tambang seperti perubahan
kondisi geoteknis atau karena alasan ekonomi.
Algoritma adalah suatu prosedur untuk memecahkan masalah yang terbatas dan digunakan
untuk proses merancang, tetapi tidak pernah digunakan untuk merancang lereng tambang.
Definisi heuristic yang lainnya adalah pertimbangan induktif, yaitu :
"Proses penjelasan penemuan untuk suatu fakta yang khusus, dengan memperkirakan besarnya
fakta pengamatan dimana penjelasan ini meliputi seluruh fakta".
Hal ini tidak umum untuk suatu proses deduktif dimana kesimpulan didasarkan pada fakta yang
diketahui atau prinsip yang ada. Merancang lereng tambang didasarkan pada pengamatan
kuantitatif dari sebagian kecil conto tanah atau massa batuan. Oleh karena itu pertimbangan yang
penting adalah :
"hanya keahlian yang tepat mengelola suatu lingkungan heuristic (the institution of engineers
australia, 1990).
Pada tambang bawah tanah dengan batuan yang keras masalah teknik mekanika batuan adalah
pengontrolan bawah tanah (brady, 1986); pengontrolan atas deformasi dan displacement untuk
memastikan kestabilan secara keseluruhan, melindungi jalan masuk, memelihara kondisi kerja
yang aman dan cadangan bijih (brady & brown, 1985). Masalah teknik dalam merancang lereng
tambang terbuka adalah tidak dapat mengontrol bawah tanah dan dengan asumsi yang implisit
sehingga lereng dapat runtuh. Sasaran pokok dalam perancangan lereng tambang terbuka adalah
:
"tercapainya desain yang optimum adalah kompromi antara lereng yang ekonomis dan cukup
aman" (hoek and bray, 1973).