BAB I
PENDAHULUAN
Kulit buah naga selama ini jarang dimanfaatkan dan lebih sering menjadi
limbah. Padahal, kulit buah naga memiliki kandungan antosianin, pektin, dan fiber
yang tinggi (Sengkhamparn et al., 2013). Selain itu kulit buah naga juga memiliki
(Harivaindaram et al., 2008; Phebe et al., 2009) serta sebagai pelembab dalam
Saat ini, produk - produk kosmetika seperti lipstik, eyeshadow, dan blush
paling banyak digunakan oleh wanita, sebab penggunaan lipstik seringkali diulang
setelah mengkonsumsi makanan atau minuman, serta setelah lipstik tidak lagi
bibir lipstik sangat mungkin tertelan bersama ludah atau makanan dan minuman
lipstik. Selain itu, sebagai kosmetik, lipstik tidak memiliki batasan frekuensi
penggunaan dan juga lama serta banyaknya jumlah yang digunakan, sehingga
2
sudah menjadi suatu keharusan untuk memastikan lipstik terbuat dari pewarna
yang alami dan tidak berbahaya. Lipstik mampu membuat bibir terlihat menawan
dan sebaiknya juga memiliki kemampuan untuk melindungi bibir dari efek buruk
sinar matahari. Sebab kulit bibir dapat menjadi keriput dan menghitam saat
Senyawa tabir surya dapat berasal dari senyawa alami seperti kulit buah
alpukat, buah mentimun dan dapat berasal dari senyawa sintetik seperti titanium
dioksida dan zink oksida. Namun, senyawa sintetik memiliki kemampuan yang
jauh lebih baik sebagai tabir surya. Sehingga akan lebih baik apabila senyawa
tabir surya yang digunakan berasal dari bahan sintetik tetapi aman apabila
kemampuan melindungi kulit yang lebih baik dari senyawa sintetik aman lainnya.
Selain itu, menurut Weir et al.(2012), titanium dioksida merupakan zat yang
umum ditambahkan dalam personal care maupun makanan. Pada makanan, batas
dilakukan optimasi antara ekstrak etanolik kulit buah naga merah dan titanium
dioksida untuk mendapatkan lipstik dengan warna dan nilai SPF yang optimal.
3
B. Perumusan Masalah
1. Berapakah kombinasi jumlah ekstrak etanolik kulit buah naga merah dan titanium
dioksida yang dapat memberikan densitas warna dan nilai SPF maksimum pada
sediaan lipstik?
2. Apakah lipstik dengan formula optimum dapat menghasilkan sifat fisik yang
baik?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui kombinasi jumlah ekstrak etanolik kulit buah naga merah dan
titanium dioksida yang dapat memberikan densitas warna dan nilai SPF yang
D. Tinjauan Pustaka
a. Klasifikasi tumbuhan
Buah naga termasuk dalam genus Hylocereus yang terdiri dari sekitar 18
spesies amerika tropis. Anggota dari genus ini adalah kaktus merambat
dengan 3 batang bersudut dan biasanya dengan bunga putih yang sangat
harum yang mekar di malam hari. Buah naga adalah nama umum untuk buah
yang berasal dari spesies kaktus. Sebagai palawija baru, identitas taksonomi
keadaan batang, warna kulit buah, dan warna daging buah. Berdasarkan
merambat yang dapat dimakan terbagi menjadi 2 genus yang berbeda, yakni
al., 2007).
Kingdom : Plantae
Ordo : Caryophyllales
Subfamili : Cactoideae
Suku : Hylocereae
Genus : Hylocereus
b. Nama daerah
c. Morfologi
dibedakan berdasarkan kulit merahnya dengan sisik besar. Daging buah bisa
5
berwarna putih, merah, atau kuning, dan berair, bergantung pada varietas /
spesies. Buah terbentuk dari kedua ovari (daging buah) dan kemudian
melingkari ovari (kulit). Buah dapat mengubah warna kulitnya dari hijau
hingga merah sekitar 25 hari setelah anthesis. Kulit buah berubah merah
penuh pada 4-5 hari kemudian setelah perubahan warna pertama. Sekitar 25-
41 hari setelah anthesis, berat kering dari daging buah meningkat signifikan
buah juga menurun selama periode ini. Buah naga merupakan buah yang tidak
meskipun sisiknya tetap hijau. Buah yang telah matang, dipanen antara 30-50
d. Kandungan
Tabel I. Kandungan nutrisi daging buah dan kulit buah Hylocereus undatus
Nutrisi Kandungan
Air (g) 89,4
Protein (g) 0,5
Lemak (g) 0,1
Fiber (g) 0,3
Karbon (g) 0,5
Kalsium (mg) 6
Fosfor (mg) 19
Besi (Fe) (mg) 0,4
Niasin (mg) 0,2
Vitamin C (mg) 25
Antosianin (mg/g 37,84
berat kering) (unblanched,
(pada kulit buah) dried at 60C)
6
2. Antosianin
Antosianin berasal dari bahasa Yunani, yaitu anthos (bunga) dan kyanos
merah, ungu, dan biru. Antosianin merupakan pigmen warna pada tumbuhan yang
menyebabkan hampir semua warna merah jambu, merah merak, merah, ungu, dan
biru pada bunga, daun, dan buah. Antosianin merupakan pewarna paling penting
dan tersebar paling luas dalam dunia tumbuhan (Harbone, 1973). Pada buah naga
sendiri, antosianin terdapat pada buah dan juga pada kulit buahnya
dasar dari pigmen antosianidin dimana Rx bisa berupa H, OH, ataupun OCH3,
Lopez (2003), antosianin merupakan flavonoid larut air yang terdiri dari
Faktor Keterangan
pH asam menyebabkan sebagian besar antosianin dalam
pH
kondisi paling berwarna
Kenaikan temperatur menyebabkan antosianin semakin
Temperatur
tidak berwarna
O2 dan H2O2 Dapat mengoksidasi antosianin menjadi tidak berwarna
Cahaya matahari dan lampu dapat mendegradasi antosianin
Cahaya
menjadi tidak berwarna
Warna dari antosianin didasarkan pada struktur kimia yang berbeda sesuai
larutan. Sebagai contoh, kation flavilium (I) yang berwarna merah merupakan
bentuk yang paling banyak pada pH=1. Sedangkan pada pH 2 dan 4, akan
terbentuk 2 pseudobasa karbinol yang tidak berwarna (colorless) (III), yang dapat
mengalami pembukaan cincin sehingga menjadi kalkon kuning (IV). Pada kondisi
basa, degradasi antosianin terjadi. Pada pH tertentu untuk buah dan sayur segar
flavilium, basa quinoidal anhidros, basa karbinol, dan kalkon. Tetapi, karena
reaktivitasnya yang tinggi, antosianin mudah berubah menjadi tidak berwarna atau
berwarna coklat yang tidak menarik akibat terdegradasi. Di antara banyak faktor
3. Lipstik
untuk memberikan warna yang menarik pada bibir (Anonim, 1978). Lipstik
alasan psikologis daripada kesehatan kulit, sehingga peran zat warna dan pewangi
a. Persyaratan
1) Tidak menyebabkan iritasi pada bibir, serta tidak berbahaya jika ditelan.
5) Melekat dalam jangka waktu lama, namaun dapat dihapus jika diinginkan.
10) Tidak berubah bentuk konsistensi selama penyimpanan pada suhu ruang.
11) Bebas dari cacat seperti goresan, kerutan, serta permukaan kasar karena
1970).
b. Komposisi Lipstik
1) Zat warna
(1982), zat warna dapat memberi warna pada bibir melalui dua cara, yaitu:
2) Basis
dan pencetakan (Harry, 1982). Tidak ada basis tunggal yang memiliki sifat
sebagai berikut.
3) Surfaktan
4) Antioksidan
bau tengik. Maka diperlukan antioksidan supaya lipstik bisa awet untuk
antioksidan, karena menurut Sari & Hardiyanti (2013) kulit buah naga
memiliki level antioksidan yang lebih tinggi dari buahnya, terutama pada
5) Parfum
Parfum harus dapat menutupi bau dan rasa yang tidak menyenangkan
dari basis, sebisa mungkin memberi bau dan rasa yang enak untuk
memberi nilai tambah pada lipstik. Parfum tidak boleh mengiritasi bibir,
harus stabil, dan harus dapat bercampur dengan komponen lain pada
lipstik. Jumlah parfum yang biasa digunakan antara 2-4% bobot total
lipstik. Parfum yang biasa digunakan pada lipstik adalah minyak esensial
proses pembasahan pigmen oleh minyak atau lanolin supaya pigmen dapat
campuran yang panas memliki tekstur yang lebih cair, sehingga mudah
dituang dalam cetakan dan dapat memenuhi ruang cetakan dengan baik.
Jika hasil mixing sudah tidak terlalu panas, dapat dilakukan pemanasan
4) Flamming. Lipstik dilewatkan secara cepat pada nyala gas kecil guna
d. Monografi bahan
coklat muda hingga kuning pucat; bau khas lemak, tidak tengik.
Kelarutan: Praktis tidak larut dalam air; sukar larut dalam etanol (95%) P
(Jellinek, 1970).
13
2) Malam putih / White beeswax / Cera Alba, ialah malam yang telah
diputihkan diperoleh dari sarang lebah Apis mellifera Linne, atau spesies
Apis lain. Pemerian: zat padat; lapisan tipis; bening; warna putih
kekuningan; bau khas lemak. Kelarutan: praktis tidak larut dalam air;
agak sukar larut dalam etanol (95%) P dingin; larut dalam kloroform P,
dalam eter P hangat, dalam minyak lemak dan dalam minyak atsiri. Jarak
3) Minyak jarak/ Castor oil / Oleum Ricini, adalah minyak lemak yang
hampir tidak berwarna atau kuning pucat, bau lemah, bebas dari bau asing
dan tengik; rasa tawar khas. Kelarutan: Larut dalam etanol (95%) P ;
(Harry, 1982).
4) Lanolin / Hydrous Wool Fat / Adeps Lanae Hydrous, adalah zat seperti
lemak dari bulu domba Ovis aries L. (Fam. Bovidae) yang telah
petroleum; sedikit larut dalam etanol dingin (95%), lebih larut dalam
etanol mendidih (95%); praktis tidak larut dalam air (Rowe et al., 2009).
5) Minyak mawar / Oleum rosae, adalah minyak atsiri yang diperoleh dengan
penyulingan uap bunga segar Rosa gallica Linne, Rosa damascena Miller,
Rosa alba Linne, Rosa centifolia Linne dan spesies lainnya (Fam.
dan rasa khas bunga mawar. Pada suhu 25C berupa cairan kental. Jika
(Anonim, 1986).
berbau bila baru dipotong ; tidak berasa ; bila dipegang agak berlemak.
Kelarutan: Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%) P; Larut
dalam kloroform P dan dalam eter P. Suhu beku: 50C - 57C (Anonim,
(Anonim, 1986).
Kelarutan: Sangat sukar larut dalam air; mudah melarut dalam etanol
(95%) P dan dalam aseton P, sangat sukar larut dalam gloserol P; agak
sukar larut dalam minyak lemak; mudah larut dalam larutan alkali
1986).
10) Setil alkohol / Cetyl alcohol, adalah campuran alkohol padat, terdiri
Berbentuk sisik, butiran, kubus atau lempengan licin; warna putih; bau
khas lemah; rasa tawar. Kelarutan: Praktis tidak larut dalam air; larut
putih/ hitam, tidak berbau, tidak berasa. Kelarutan: tidak larut dalam air,
asam hidroklorida, asam nitrat, asam sulfat encer, air dingin, pelarut
organik; larut dalam asam sulfat pekat panas, asam hidrofluorat. Titik
4. Ekstraksi
suatu pelarut sesuai dengan prosedur ekstraksi (Handa et al., 2008). Pada proses
Menurut Ansel (1989; 2012), ada dua metode ekstraksi utama yang
a. Maserasi
dalam pelarut hingga meresap dan melunakkan susunan sel, sehingga zat-zat
biasa dilakukan pada temperatur 15-20C dalam waktu selama 3 hari sehingga
b. Perkolasi
Perkolasi adalah proses dimana bahan yang sudah halus diekstraksi dalam
pelarut yang sesuai dengan cara dilewatkan pada kolom secara perlahan.
Aliran perlarut dalam kolom umumnya dari atas ke bawah. Dalam perkolator
yang khusus dan canggih, ada penambahan tekanan kolom dimana didesak
5. Densitas warna
absorbansi sampel pada panjang gelombang 420 nm, yakni panjang gelombang
Pengukuran densitas warna ini dilakukan pada larutan sampel tanpa diberi
perlakuan pH, karena jika pH diturunkan dengan buffer, maka warna sampel akan
semakin pekat akibat penurunan pH, sebab antosianin dalam bentuk ion flavilium
2001).
6. Tabir surya
misalnya lotion untuk dioleskan pada kulit, krim, salep, gel atau spray yang
diaplikasikan pada kulit. Selain itu saat ini juga banyak sediaan tabir surya dalam
bentuk stick ( batangan) untuk digunakan di bibir, hidung, dan kelopak mata,
bahan tissue pelembab yang dapat digosokkan pada kulit (Anonim, 2009).
macam tabir surya, yaitu tabir surya sistemik dan topikal. Tabir surya sistemik
kurang populer karena sering menimbulkan reaksi alergi dan belum terbukti
mencegah dari sinar matahari. Beberapa bahan tabir surya uang digunakan secara
sistemik adalah beta karoten, vitamin C, vitamin E, asam salisilat dan psoralen
oral.
penghambatan fisik (physical blocker) seperti : TiO2, ZnO, kaolin, CaCO3, MgO,
Amino Benzoic Acid (PABA) misalnya oktil dimetil PABA, turunan sinamat
lapisan buram, tabir surya fisik juga menyebabkan rasa berminyak di permukaan
kulit, sehingga tabir surya fisik kurang bisa diterima oleh konsumen (Bondy et al.,
1991).
Efektivitas sediaan tabir surya didasarkan pada penentuan nilai SPF yang
eritema (Stanfield, 2003). Nilai SPF dapat ditentukan secara in vitro dan secara in
vivo. Pengujian aktivitas serapan sinar UV secara in vitro dapat dilakukan dengan
UV (200-400 nm). Pengukuran lain yang langsung diujikan pada sel biologis
adalah teknik analisis secara in vivo. Teknik ini dapat dilakukan dengan berbagai
macam cara dan salah satunya adalah dengan pengamaran eritema akibat terkena
salah satu tanda terjadinya proses inflamasi akibat pajanan sinar tersebut dan
terjadi apabila volume darah dalam pembuluh darah dermis menigkat hingga 38%
kulit manusia yang terlindungi tabir surya dengan MED tanpa perlindungan tabir
surya (Harry, 1982; Levy, 2001). Penelitian yang dilakukan oleh Bauer et al.
(2004) memberikan hasil bahwa menggunakan tabir surya dengan SPF tinggi
digunakan pada bagian tubuh yng tidak tertutupi seperti tangan, wajah.
20
diperoleh melalui penerapan Simplex Lattice Design. Desain dari kelas ini sangat
tepat dalam prosedur optimasi formulasi di mana kuantitas total dari komposisi
E. Landasan Teori
yang memenuhi syarat. Pembuatan lipstik dari ekstrak rosela yang mengandung
antosianin sebelumnya juga telah dilakukan oleh Lestiana (2014) dimana lipstik
yang dihasilkan memiliki warna yang disukai serta sifat fisik yang baik. Menurut
Serpone (2007), titanium dioksida mampu memberikan nilai SPF yang tinggi
meskipun tanpa kombinasi dengan agen tabir surya lainnya. Selain itu,
penggunaan titanium dioksida sebagai agen tabir surya mampu bekerja pada
(Hexsel et al., 2008). Pada penelitian Sari (2014), formula optimum kombinasi
21
carnauba wax dan beeswax pada lipstik etanolik mahkota bunga kembang sepatu
(Hibiscus rosa-sinensis L.) mampu menghasilkan sifat fisik yang paling optimum.
F. Hipotesis
1. Pada komposisi tertentu, ekstrak etanolik kulit buah naga merah dan titanium
dioksida mampu memberikan densitas warna dan nilai SPF yang baik pada
sediaan lipstik
2. Lipstik dengan formula optimum mampu memberikan sifat fisik yang baik.