Sistem Pengendalian Manajemen
Sistem Pengendalian Manajemen
Nama Kelompok :
AKUNTANSI A
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ATMA JAYA MAKASSAR
2017
Learning Objects:
1. Menjelaskan bentuk-bentuk dasar pengendalian tindakan dan pengaruhnya
terhadap masalah pengendalian
2. Menjelaskan pengendalian tindakan untuk mencegah dan mendeteksi perilaku
yang tidak diinginkan.
3. Menguraikan faktor yang mempengaruhi efektivitas pengendalian tindakan
4. Menjelaskan tujuan dan implementasi pengendalian personel
5. Menjelaskan bentuk-bentuk dasar pengendalian budaya dan pengaruhnya
terhadap masalah pengendalian
Kode Etik.
Dalam membangun sebuah budaya dalam perusahaan, kebanyakan peusahaan
menggunakan kode tingkah laku, kode etik, kredo perusahaan, atau pernyataan
misi, visi, ataupun filosofi manajemen.
Kode ini didesain untuk membantu karyawan memahami perilaku apa yang
diharapkan meski tidak ada peraturan yang spesifik, itupun kodenya lebih
didasarkan pada prinsip dibandingkan hanya didasarkan pada peraturan. Kode ini
berisi tentang pesan peting mengenai dedikasi terhadap kualitas maupu kepuasan
pelanggan. Agar efektif, pesan yag dimasukkan dalam pernyataan ini harus
diperkuat melalui sesi pelatihan formal dan melalui diskusi informasi atau
pertemuan pendampingan antara karyawan dan pengawasnya.
Sehingga nilai-nilai yang paling umum dikutip dan ditanamkan dalam kode etik
ialah integritas, kerja sama, rasa hormat, inovasi dan fokus pada klien.
Imbalan kelompok
Penyediaan imbalan atau insentif yang didasarkan pada pencapaian kolektif juga
mendukung pengendalian budaya. Sehingga mendorong adanya kepeilikan yang
besar oleh karyawan tetap antusias dan mendapat informasi yang memengaruhi
semua karyawan tetap antusias dan mendapt informasi, yang memengaruhi semua
karyawan untuk berpikir layaknya pemilik. Bukti menunjukan bahwa perencanaan
insentif yang didasarkan pada kelompok menciptakan budaya. kepemilikan dan
keterlibatan terhadap keuntungan bersama antara perusahaan dan karyawan.
Studi ini menyimpulkan bahwa seharusnya tidak mengherankan lagi bahwa
keterlibatan karyawan, atau kurangnya keterlibatan, merupakan faktor penting
dalam keberhasilan,\ keuangan perusahaan secara kesluruhan.
Bukti lain dari keberhasilan imbalan kelompok berasal dari pekerjaan yang
menggambarkan pengalaman perusahaan dengan program yang dikenal sebagai
open book management (OBM) yaitu ketika imbalan kelompok merupakan unsur
penting. Sehingga tujuan dari OBM yaitu, untuk menciptakan garis pandang yang
jelas antara tindakan/keputusan karyawan dan kinerja keuangan perusahaan, denan
demikian menanamkan insentif bagi karyawan untuk berperilaku sesuai denga
keinginan terbaik perusahaan dan untuk membuat saran perbaikan.
Pendekatan lain untuk membentuk budaya perusahaan
Pendekatan umum lain untuk membentuk budaya perusahaan meliputi transfer
antarperusahaan, pengaturan fisik dan sosial, serta tone at the top.
Transfer antarperusahaan atau rotasi karyawan membantu menyebarkan
budaya dengan memperbaiki sosialisasi karyawan dalam perusahaan, memberikan
mereka apresiasi terhdap masalah yang lebih yang dihadapi oleh berbagai bagian
dalam perusahaan, dan menghambat terciptanya tujuan dan pandangan yang saling
bertentangan. Transfer juga berpotensi untuk memitigasi penipuan karyawan
dengan mencegah karyawan menjadi terlalu familiar dengan entitas, aktivitas,
teman kerja, dan/atau transaksi tertentu.
Pengaturan fisik, seperti rencana kantor, arsitektur,dan dekor interior, serta
pengaturan sosial seperti kode penggunaan baju, kebiasaan yang dilembagakan,
perilaku, dan kosa kata, dapat pula membantu membentuk budaya perusahaan.
Beberapa perusahaan, seperti perusahaan teknologi di Silicon Valley, telah
membentuk budaya informal dengan pengaturan kantor yang terbuka dan kode
penggunaan pakaian kasual yang mengirimkan pesan mengenaiarti penting inovasi
dan kesetaraan karyawan.
Terakhir, manajemen dapat membentuk budaya dengan mengatur tone at the
top yang tepat. Pertanyaan mereka harus konsisten dengan tipe budaya yang
sedang meraka coba untuk ciptakan, dan yang penting, tindakan dan perilaku
mereka harus konsisten dengan pertanyaan mereka. Manajer bertindak sebagai
panutan, seperti yang telah dikutip oleh beberapa survei di awal bab ini, manajer
merupakan faktor penentu dalam menciptakan integritas budaya dalam perusahaan
mereka. Manajemen tidak dapat mengatakan suatu hal tapi kemudian melakukan
hal lain.
Manajemen terkadang menetapkan tone yang salah dengan tidak merespons
masalahdengan tepat, seperti masalah etika atau laporan malpraktik. Biasanya,
whitle-blowers (karyawan yang memberitahukan akan adanya dugaan malpraktik)
sering kali diabaikan, seperti Sheroon Watkins yang dulu bekerja di Enron. Unruk
memperbaiki situasi tersebut, Abbey National, sebuah bank Inggris, mengatur tone
yang tepat dengan membuat booklet mengenai whistle-blowing dan dengan
menyediakan kontak di dalam dan di luar perusahaan untuk karyawan yang
khawatir akan malpraktik. Dengan demikian, manajemen menetapkan tone bahwa
kejujuran dan integritas akan dinilai dan diberi imbalan oleh perusahaan. Namun,
beberapa studi membuat gambaran yang agak suram mengenai tone at the top.
Misalnya, studi yang dilakukan oleh Treadway Commission yang memeriksa
skandal akuntansi yang meruntuhkan perusahaan menemukan bahwa dari 70%
kasus, penipuan bermula dari mereka yang berada di posisi atas.
Pengendalian personel/budaya dan masalah pengendalian
Secara bersamaan, pengendalian personel/budaya mampu menangani semua
masalah pengendalian meskipun, sepertiyang terlihat dalam tabel 3.3, tidak semua
tipe pengendalian dalam kategori ini bisa bekerja efektif untuk menangani tiap tipe
masalah. Masalah akan kurangnya pengarahan dapat dimimalkan, sebagai contoh
dengan merekrut orang yang sudah berpengalaman, dengan menyediakan program
pelatihan, maupun dengan menugaskan orang baru untuk bekerja dalam kelompok
yang akan memberikan pengarahan yang baik. Masalah motivasional, yang
mungkin terhitung sedikit dalam perusahaan dengan budaya yang kuat, dapat
diminimalkan di perusahaan lain dengan mempekerjakan orang orang yang
bermotivasi tinggi atau dengan menugaskan orang untuk bekerja dalam kelompok
yang akan cenderung membuat mereka menyesuaikan diri dengan norma
kelompok. Pembatasan perorangan dapat pula dikurangi melalui satu atau lebih
tipe pengendalian personel, khususnya seleksi, pelatihan dan penyediaan sumber
daya yang dibutuhkan.
Tabel 3.3 Masalah pengendalian yang disebabkan oleh berbagai cara untuk
memengaruhi pengendalian personel dan budaya
Kurangnya Masalah Pembatasan
Pengarahan Motivasi perorangan
Cara yang
memengaruhipengendalian
personel
Seleki dan penempatan X X X
Pelatihan X X
Desain kerja dan penyediaan
sumber daya yang X
dibutuhkan
Cara yang memengaruhi
pengendalian budaya
Kode etik X X
Imbalan berdasarkan
X X X
kelompok
Transfer antarperusahaan X X
Pengaturan fisik X
Tone at the top X