Anda di halaman 1dari 22

0

TUGAS INDIVIDU

PSIKOLOGI BELAJAR
(Belajar Keterampilan Motorik)

Dosen Pembina:

Prof. Dr. Neviyarni S, M.S, Kons


Dr. Alizamar, M.Pd, Kons

Disusun Oleh:

WAHYU KURNIAWAN
NIM: 17151048

PROGRAM STUDI S2 BIMBINGAN KONSELING


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2017
1

Belajar Keterampilan Motorik

A. Pengertian Kerampilan Motorik


Keterampilan Motorik merupakan sebuah proses dimana seseorang
mengembangkan seperangkat respons kedalam suatu gerak yang terkoordinasi,
terorganisasi, dan terpadu. (Lutan, 1988).
Kemampuan Motorik merupakan proses perantara antara stimulus dan
respons. (Fleishman, 1967).
Kedua istilah tersebut, yaitu keterampilan dan kemampuan motorik Sama-
sama membicarakan proses dan gerak/respons, namun memiliki perbedaan serta
antara satu dengan lainnya. Kemampuan Motorik adalah sebagai kapasitas dari
seseorang yang berkaitan dengan pelaksanaan dan peragaan suatu keterampilan
yang relatif melekat setelah masa kanak-kanak.Pengaruh faktor biologis dianggap
sebagai kekuatan utama yang berpengaruh terhadap kemampuan motorik dasar
seeorang. Kemampuan motorik dasar itulah yang kemudian berperan sebagai
landasan bagi ketrampilan. Selain itu, keterampilan banyak tergantung pada
kemampuan dasar, (Lutan, 1988).
Maka dapat dipahami bahwa ketrampilan motorik merupakan suatu
ketrampilan dalam melakukan/ melaksanakan (execute) yang menunjukkan suatu
susunan ketrampilan yang tinggi dalam arti perbuatan yang dimiliki siswa secara
spesifik, lancar dan efisien seperti menyetir mobil, naik sepeda. Adanya
ketrampilan motrik ini menuntut kemampuan untuk merangkaikan sejumlah gerak
geris jasmani, sampai menjadi suatu keseluruhan yang dilakukan dengan gencar
dan luwes, tanpa perlu memikirkan lagi secara mendetail apa yang dilakukan dan
mengapa dilakukan. Belajar keterampilan motorik ini mengutamakan gerakan-
gerakan otot, urat-urat dan persendian dalam tubuh, namum diperlukan peralatan
melalui alat-alat indera dan pengolahan secara kognitif yang melibatkan
pengetahuan dan pemahaman. karena kompleksitas ini, belajar ketrampilan
motorik oleh sejumlah ahli psikologi belajar disebut perseptual motor skill atau
psychomotor skill.
2

B. Ciri-Ciri Ketrampilan Motorik


Dalam teori perkembangan anak, ketrampilan motorik berkoordinasi dengan
otak sehingga sangat mempengaruhi kognitif (berpikir). Contoh , apabila mereka
terampil menggambar, menggunting atau menempel, maka gerakan-gerakan halus
ini nantinya akan membantu ank lebih mudah belajar menulis. Anak-anak SD
yang sangat kaku memegang pensil dan tulisannya tak beraturan merupakan
akibat kemampuan motorik halusnya tidak terlatih dengan baik sejak kecil.
Di usia prasekolah, gerakan tangan anak (handstroke) sudah pada taraf
membuat pola (pattern making). Ini tingkat paling sulit karena anak harus
membuat ba-ngun/bentuk sendiri. Jadi, betul-betul dituntut hanya mengandalkan
imajinasinya.
Misal, menggambar bebas, mencipta mobil balap dari lego atau membangun
rumah dari balok-balok aneka warna. Di sini anak dihadapkan pada pilihan
kompleks semi- sal penggunaan warna dan bidang-bidang geometris. Kemudian,
anak diharapkan bisa mengomunikasikan hasil ciptaannya. Meski awalnya
mungkin belum berstruk- tur atau terpola rapi, minimal anak sudah mencoba
kemampuan bahasanya dengan mengomunikasikan hasil imajinasinya pada orang
lain.
Dengan demikian, dalam patern making, anak bukan hanya dilatih
keterampil-an motorik halusnya, melainkan juga struktur kognitif dan
perkembangan bahasanya. Saat ia membangun rumah dari balok-balok aneka
warna, misal, struktur kognitifnya bisa dilihat dari caranya memadukan warna,
menyesuaikan bentuk antara kanan dan kiri, dan lainnya.
Di sini ia belajar melihat segala sesuatu secara berstruktur, bahkan apa pun
yang kelihatannya abstrak. Sedangkan pada keterampilan motorik kasar, anak usia
prasekolah sudah mampu menggerakkan seluruh anggota tubuhnya untuk
melakukan gerakan-gerakan seperti berlari, memanjat, naik-turun tangga,
melempar bola, bahkan melakukan dua gerakan sekaligus seperti melompat
sambil melempar bola.
3

Ciri khas dari keterampilan motorik ialah otomatisme, yaitu rangkaian


gerak-gerik berlangsung secara teratur dan berjalan dengan lancar dan supel, tanpa
dibutuhkan banyak refleksi tentang apa yang harus dilakukan dan mengapa diikuti
urutan gerak-gerik tertentu.

C. Tahap Pembelajaran Motorik


Dalam mempelajari keterampilan motorik menurut Fitts & Possner (1967)
menyatakan bahwa proses belajar ada tiga fase/tahapan pembelajaran yaitu: tahap
kognitif (Cognitive phase), tahap asosiatif (Associative phase) dan tahap
otomatisasi (Autonomous phase). Tahapan tersebut dapat digambarkan sebagai
berikut:

Ahli Psikologi membedakan tiga tahap didalam pembelajaran keterampilan


motorik. Pertama adalah fase awal atau fase kognitif, kedua fase fixsation atau
fase asosiatif dan ketiga fase akhir atau fase autonomous.
1. Tahap Kognitif
Selama fase ini pembelajar harus paham tentang apa yang dipelajari,
nah dalam hal ini dapat digunakan dengan bahasa verbal dan
demonstrasikan. Contohnya saja untuk mempelajari tarian maka instruktur
harus mengajarkan dulu tahapnya secara verbal kemudian melakukan
demonstrasi tahap per tahap.
Tujuan belajar adalah untuk secara bertahap mengotomatisasi
keterampilan melalui tahapan tersebut. Pada tahap kognitif peserta didik
berkonsentrasi pada melakukan suatu keterampilan. Fokusnya adalah pada
menemukan apa yang harus dilakukan. Pada tahapan ini biasanya ada
variabilitas yang tinggi dari sejumlah besar kesalahan dalam
kinerja/penampilan (performance), karena pelajar sedang mencoba berbagai
4

cara untuk memecahkan masalah (problem solving). Oleh karena itu,


pentingnya penggunaan instruksi verbal dan model (demonstration).
2. Tahap Asosiasi
Pada tahap asosiatif, respon yang dipelajari berasoiasi dengan kunci
(cues), dan respon-respon menjadi terintegrasi sebagai suatu rantai yang
sangat efisien. Tahap ini sangat mirip dengan tahap asosiatif pada belajar
verbal, karena intinya sama-sama asosiatif.
Tahap asosoiatif. pada tahap ini, pelajar mampu mendeteksi dan
memperbaiki kesalahan kinerja/penampilan (performance). Pelajar berfokus
pada dinamika keterampilan dalam rangka untuk memperhalus dan
memperbaiki gerakan.[5]Pelajar juga menunjukkan konsistensi lebih dan
efisiensi dalam kinerja/penampilan karena untuk perbaikan keterampilan
menjadi lebih halus. Dalam fase ini, umpan balik dan instruksi harus lebih
tepat dan fokus pada aspek-aspek dari gerakan pelajar untuk
memperbaikinya.
3. Tahap Autonomous
Tahap yang ketiga yaitu tahap otonom, pada tahap ini dapat dicapai
setelah latihan ekstensif. Pada tahap ini, pelajar tidak harus berkonsentrasi
pada keterampilan dan mampu melakukan keterampilan tanpa
memperhatikan gerakan itu sendiri. Dalam tahap ini pelaku hanya membuat
kesalahan kecil namun sekarang mampu mendeteksi dan mengoreksi diri
mereka dan menghasilkan kinerja yang optimal.
Pada tahap ini tampilan keterampilan motorik menjadi lebih efisien
sehingga dapat dilakukan secara otomatis. Pada fase ini orang bisa
melakukan dua kegiatan secara bersamaan, contohnya mengetik sambil
mengobrol.

ROBB (1972), membagi tahap-tahap belajar motorik sbb:


Tahap pembentukan rencana
Tahap latihan
Tahap pelaksanaan
5

Hurlock (1990), cara praktis belajar gerak:


Belajar dengan coba ralat
Belajar dengan cara meniru
Belajar dengan cara dibimbing
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar motorik
(Suryabrata,1983)
Bahan yang dipelajari
Faktor lingkungan: lingkungan alam maupun sosial
Faktor instrumental
Kondisi individu siswa
Singer (1980) dalam proses belajar motorik perlu mempertimbangkan 3
hal:
Faktor proses belajar: bagaimana siswa mengolah informasi shg terjadi
gerakan
Faktor personal: ketajaman berpikir, persepsi, ukuran fisik, pengalaman,
emosi, kapabilitas, motivasi, jenis kelamin dan usia
Faktor situasi: alami dan social
D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Belajar Keterampilan Motorik
Seperti jenis pembelajaran yang lain, pembelajaran ketrampilan motorik
tergantung pada karakteristik tugas dan karakteristik pelajar. faktor-faktor yang
sangat mempengaruhi pembelajaran motor yaitu;
1. Umpan balik
Umpan balik merupakan faktor yang paling penting yang
mempengaruhi pembelajaran keterampilan motorik. Umpan balik ekstrinsik
mengacu pada informasi yang diberikan peserta didik tentang
penampilannya di percobaan yang diberikan. Umpan balik ekstrinsik sering
disebut sebagai pengetahuan hasil.
Secara umum, umpan balik intrinsik mengacu pada umpan balik yang
diperoleh dari pengalaman langsung dan tindakan. Sebaliknya, umpan balik
ekstrinsik mengacu pada informasi yang disediakan oleh orang lain atau
oleh perangkat tertentu.
6

Komentar ekstrinsik dapat berupa informasi kualitatif. Sebaliknya,


umpan balik dapat berupa informasi kuantitatif. Umpan balik memiliki dua
sifat : pertama, umpan balik memiliki informasi pada organisme, yang
memungkinkan dia melakukan keterampilan mengarah pada tujuan yang
diinginkan. Kedua, umpan balik dapat memiliki sifat memperkuat, dalam
hal ini berfungsi sebagai reward terhadap kinerja.
Pentingnya umpan balik sebagai variabel penting dalam
mempengaruhi kinerja. Secara intuitif, mudah untuk melihat mengapa
umpan balik ini sangat penting untuk perbaikan. Manusia mencapai kinerja
yang unggul pada tugas-tugas belajar motor ketika mereka diberi informasi
kuantitatif tentang kinerja mereka.
2. Distribusi praktek
Praktek yang didistribusikan mengacu pada pengenalan interval
selama proses pemerolehan keterampilan, sedangkan istilah massed practice
mengacu pada kinerja yang berkelanjutan. Praktek terdistribusi merupakan
faktor penting dalam belajar motorik dan aturan umum adalah bahwa
praktek lebih memudahkan dalam perolehan keterampilan motorik.
3. Stres dan kelelahan
Baik stres dan kelelahan menghasilkan penurunan dalam kinerja
keterampilan motorik. Stres mengacu pada keadaan organisme biasanya
ditandai sebagai motivasi dan / atau emosional. Dalam definisi kedua, stres
mengacu pada tuntutan tugas yang dibuat atas individu. Arti kedua ini
kadang-kadang disebut informasi yang berlebihan. Bila jumlah stres
meningkat, keterampilan motorik juga meningkat sampai pada titik optimal
yang bila dilewati menghasilkan penurunan kinerja.
E. Teori Pembelajaran Motorik
Secara tradisional pembelajaran motorik dipandang sebagai proses yang
identik dengan pembelajaran instrumental. Pandangan ini berdasarkan pada
pandangan yang berasal dari Thondike, yang memandang bahwa karakteristik
pembelajaran motorik sama dengan pembelajaran instrumental, tergantung pada
hukum pengaruh klasik.
7

Pembelajaran motorik menghendaki sipelajar membuat serangkaian respon


gerak yang terpisah -pisah, yang masing- masingnya diikuti oleh penguatan yang
dalam bentuk ilmu pengetahuan atau feedback.
Namun perkembangan akhir -akhir ini memandang bahwa pembelajaran
motorik lebih dari sekedar pembelajaran instrumental. Pembelajaran motorik
menekankan pada karakter pemecahan masalah (problem solving) dan proses
kognitif. Salah seorang pengembang teori ini adalah Jack Adam. Ia memandang
bahwa pembelajaran motorik dapat dipandang sebagai sebuah proses pemecahan
masalah, sebuah teori yang mengandung elemen S R ( stimulus response ) dan
konsepsi kognitif pembelajaran. Bentuk yang paling penting dari teori ini adalah
close loop. Close loop adalah bahwa respon terhadap suatu system memberikan
balikan pada system, kemudian membuat system tersebut menjadi self
regulating (mengatur sendiri ).
Lebih lengkapnya tentang teori-teori keterampilan belajar motorik menurut
para ahli adalah sebagai berikut:
1. Teori Adams

Umpan balik dimanfaatkan untuk kemudian dicocokkan dengan


rujukan. Konsep utama dari teori Adams yakni mekanisme rujukan atau
rujukan benar salahnya suatu gerakan. Artinya, gerakan yang telah
dilakukan seseorang dibandingkan dengan suatu kriteria. Dalam teori
Adams mekanisme rujukan ini beroperasi dalam sistem tertutup, tapi
8

kemudian sebagai sebuah sistem terbuka yang mengirimkan semua


informasi yang dibutuhkan untuk memulai suatu gerakan.Apa yang
dimaksud dengan formasi jejak perseptual dalam teori Adams? Ambil
contoh, manakala seseorang telah melakukan suatu tugas gerak, katakanlah
menggeser sebuah slide hingga jarak tertentu pada posisi mendatar lurus,
maka dihasilkan rangsang umpanbalik intrinsik.
Rangsang ini meninggalkan bekas atau jejak dalam sistem persyarafan
(karena itu disebut jejak perseptual). Dengan diulang- ulanginya respons
beberapa kali, maka seseorang semakin mendekati target yang. ditetapkan
dan pada setiap trial membekaslah jejak yang berbeda, sehingga terjadi
semacam koleksi jejak. Selain itu, berkat penyediaan.umpanbalik berupa
pengetahuan tentang hasil (PH), maka seseorang semakin mendekati target,
dan setiap trial menyediakan umpanbalik berupa gerakan yang benar atau
tepat. Setiap kali seseorang mencoba, maka semakin kuat jejak perseptual
yang berarti semakin berkurang kemungkinan kesalahan yang terjadi.
Yang menarik dari teori Adams ini ialah bahwa error yang dihasilkan
selama latihan berlangsung negatif efeknya terhadap belajar. Hal ini
disebabkan karena, jika suatu error dilakukan, umpan balik yang diperoleh
darinya tentu akan sangat berbeda dengan apa yang didapat dari gerakan
yang benar, dan karena itu pula maka jejak perseptual akan mengalami
sedikit cacat. Karena itu, implikasi terpenting ialah, bimbingan harus
diberikan dalam belajar gerak untuk menghindari.kesalahan.
Menurut Schmidt (1988) keterbatasan teori Adams yakni hanya
terbatas pada fenomena gerakan lambat. Selain itu, salah satu kelemahan
utama teori Adams yakni bertentangan dengan beberapa bukti tentang
deferensiasi atau pemutusan syaraf afferent.
Bukti penelitian menunjukkan, bahwa organisasi yang dalam keadaan
tak memperoleh umpanbalik sensoris dari anggota badannya masih mampu
untuk melakukan respons dengan terampil (meskipun sedikit menurun), dan
bahkan mempelajari kegiatan baru (misalnya, Taub & Berman, 1968).
Pandangan tersebut disanggah kembali oleh Adams (1976b) dengan suatu
9

pendapat bahwa bisa jadi hewan mengalihkan sumber lain umpan balik
seperti penglihatan sebagai pengganti dari hilangnya sensasi dari anggota
tubuh Yang memberikan respons. Teori Adams mengabaikan eksistensi
pembangkit pola sentral, suatu struktur yang nampaknya berkemampuan
untuk menimbulkan satu aksi yang kompleks tanpa memanfaatkan umpan-
balik.
2. Teori Schema

Pada tahun 1975, karena tidak puas dengan teori Adams yang
bertahan sampai 16 tahun sebagai rujukan, Schmidt mengembangkan teori
baru yang kini di Amerika diterima cukup bagus sebagai teori belajar
motorik. Yang menjadi sorotan Schmidt, teori Adams mengabaikan sistem
terbuka. dan karena itu teori Schema menekankan sistem terbuka.
Meskipun disebut baru, Schmidt sendiri mengakui basis teori Schema
ialah beberapa konsep yang sudah dirintis oleh teori Adams. Yang masih
dipandang efektif dipertahankan: dan yang dianggap rapuh ditinggalkan.
Perbedaan lain yang nyata antara teori Schema dengan teori Adams, yakni
teori "baru" itu menekankan pokok fikiran tentang proses belajar balk yang
10

terdapat dalam gerakan lambat maupun cepat. Konsep sentral dalam teori
schema ialah dua keadaan memori, yaitu,. (1) memori recall yang
bertanggung jawab untuk memproduksi gerakan, dan (2) memori rekognisi
yang bertanggung jawab untuk mengevaluasi respons.
Dalam rangka menjelaskan proses belajar keterampilan(motorik,
Schmidt (1988) mengemukakan beberapa unsur dari teorinya. Pertama,
setelah suatu gerakan dibuat oleh generalisasi program motorik; maka
seseorang dalam waktu singkat menyimpan empat hal:
a. Kondisi awal (misalnya posisi tubuh, perpindahan titik berat badan,
dan sebagainya);
b. Siswa menyimpan parameter. Yang disiapkan bagi generalisasi pro-
gram motoroik;
c. Hasil gerakan dalam pengertian ph disimpan; dan
d. Siswa menyimpan konsekuensi sensoris dari gerakan (misalnya
bagaimana rasanya gerakan, bagaimana suaranya, dan seterusnya).
Keempat sumber itu disimpan siswa dalam "benaknya" selama
periode tertentu hingga kemudian dia dapat membayangkan atau
mengabstraksi relasi antara keempat unsur itu. Kedua relasi yang terjadi,
atau schema, dianggap telah terbentuk.Schema-yang dimaksud, pertama
disebut scheme recall, yang bertanggung jawab terhadap produksi gerak.
Yang kedua adalah, schema rekognisi, yang dianggap bertanggung jawab
untuk mengevaluasi hasil gerakan.
Sebelum gerakan dilakukan, individu memilih hasil gerakan dan
menentukan kondisi awal. Kemudian, dengan schema rekognisi, individu
dapat mengestimasi konsekuensi sensoris yang akah terjadi apabila gerakan
itu dihasilkan.
Hal ini disebut konsekuensi sensoris yang diperkirakan. Keseluruhan
sistem terlukis dalam Gambar di bawah ini :
11

Diagram tersebut melukiskan proses yang terjadi sejak kondisi awal


dan hasil akhir. Bagi gerakan yang cepat, kondisi awal dan hasil yang
diinginkan dimasukkan sebagai bahan masukan bagi sistem dan kemudian
diteruskan.ke parameter dankonsekuensi sensoris yang diperkirakan.
Setelah gerakan di "nyalakan" oleh program, informasi sensoris dari
anggota tubuh dan lingkungan diterima kembali dan kemudian
dibandingkan dengan keadaan yang diharapkan; setiap error yang terjadi
diberil label dan kemudian dikirimkan.kembali ke mekanisme pemrosesan
informasi sebagai reinforcement subjektif. Dalam gerakan lambat,
reinforcement subjektif dipergunakan untuk menghasilkan suatu tindakan.
Dalam situasi demikian, sumber-sumber umpanbalik yang diekspektasikan
mewakili kriteria benar salahnya gerakan, dan umpanbalik dibandingkan
terhadap mereka untuk kemudian menghasilkan informasi tentang error
yang terjadi selama gerakan berlangsung. Individu yang bersangkutan.
Selanjutnya menggerakkan sebuah yang terjadi sekecil mungkin. Jadi,
meskipun gerakan lambat secara aktif dihasilkan, rupanya juga diatur oleh
12

memori rekognisi dan schema rekognisi.Teori scheffia merupakan, alternatif


teori Adams dalam memahami fenomena belajar motorik. Jika dibandingkan
dengan teori Adams, teori schema yang dikembangkan Schmidt lebih
memperhitungkan macam-macam tips gerak (lambat dan cepat), kapabilitas
deteksi error, dan penjelasan tentang bagaimana dihasilkan suatu
ketrampilan belajar.Tentu saja, teori-schema juga masih belum mampu
mencakup semua penjelasan mengenai gejala belalar, sehingga dibutuhkan
upaya untuk memperkayanya dengan konsep baru. Meskipun demikian,
teori itu dapat dipakai sebagai kerangka untuk memahami gejala belajar
motorik.

F. Usia-Usia Mencapai Tingkat Motorik


Perkembangan motorik pada usia (0-4 TAHUN) ini menjadi lebih halus dan
lebih terkoordinasi dibandingkan dengan masa bayi. Anak anak terlihat lebih
cepat dalam berlari dan pandai meloncat serta mampu menjaga keseimbangan
badannya. Untuk memperhalus ketrampilan ketrampilan motorik, anak anak
terus melaku-kan berbagai aktivitas fisik yang terkadang bersifat informal dalam
bentuk permain-an. Disamping itu, anak anak juga melibatkan diri dalam
aktivitas permainan olah-raga yang bersifat formal, seperti senam, berenang, dll.
Beberapa perkembangan motorik (kasar maupun halus) selama periode ini, antara
lain :
1. Anak Usia 5 Tahun
Mampu melompat dan menari
Menggambarkan orang yang terdiri dari kepala, lengan dan badan
Dapat menghitung jari jarinya
Mendengar dan mengulang hal hal penting dan mampu bercerita
Mempunyai minat terhadap kata-kata baru beserta artinya
Memprotes bila dilarang apa yang menjadi keinginannya
Mampu membedakan besar dan kecil
2. Anak Usia 6 Tahun
Ketangkasan meningkat
13

Melompat tali
Bermain sepeda
Mengetahui kanan dan kiri
Mungkin bertindak menentang dan tidak sopan
Mampu menguraikan objek-objek dengan gambar
3. Anak Usia 7 Tahun
Mulai membaca dengan lancar
Cemas terhadap kegagalan
Peningkatan minat pada bidang spiritual
Kadang Malu atau sedih
4. Anak Usia 8 9 Tahun
Kecepatan dan kehalusan aktivitas motorik meningkat
Mampu menggunakan peralatan rumah tangga
Ketrampilan lebih individual
Ingin terlibat dalam sesuatu
Menyukai kelompok dan mode
Mencari teman secara aktif.
5. Anak Usia 10 12 Tahun
Perubahan sifat berkaitan dengan berubahnya postur tubuh yang
berhubungan dengan pubertas mulai tampak
Mampu melakukan aktivitas rumah tangga, seperti mencuci, menjemur
pakaian sendiri , dll.
Adanya keinginan anak unuk menyenangkan dan membantu orang lain
Mulai tertarik dengan lawan jenis.
G. Usaha-Usaha untuk Mengembangkan Ketrampilan Motorik
Orang yang memiliki suatu keterampilan motorik, mampu melakukan suatu
rangkaian gerak-gerik jasmani dalam urutan tertentu, dengan mengadakan
koordinasi antara gerak-gerik berbagai anggota badan secara terpadu. Ketrampilan
semacam ini disebut motorik, karena otot, urat, dan persendian terlibat secara
langsung, sehngga keterampilan sungguh-sungguh berakar dalam kejasmanian.
14

Belajar ketrampilan motorik menuntut kemampuan untuk merangkainkan


sejumlah gerak-gerik jasmani, sampai menjadi suatu keseluruhan yang dilakukan
dengan gencar dan luwes, tanpa perlu memikirkan lagi secara mendetail apa yang
dilakukan dan mengapa dilakukan begini-begitu. Walaupun belajar ketrampilan
motorik mengutamakan gerakan-gerakan otot-otot, urat-urat dan persendian dalam
tubuh, namun diperlukan pengamatan melalui alat-alat indra dan pengolahan
secara kognitif yang melibatkan pengatahuan dan pemahaman.
Dalam belajar ketrampilan motorik, gerakan jasmani, persepsi, konsep dan
kaidah, pengetahuan, bahkan sikap, semuanya memegang peranan, namun
pengaturan gerakan-gerakan jasmani dan koordinasi antara gerakan pada berbagai
anggota badan, memegang peranan utama dan menjadikan jalur belajar ini sebagai
suatu proses belajar tersendiri. Oleh karena itu jalur belajar ketrampilan motorik
bukanlah jalur belajar kemahiran intelektual, belajar sikap atau belajar informasi
verval, meskipun mendapat dukungan dari hasil-hasil yang diperoleh dalam
belajar bidang-bidang itu.
Sifat khas dari belajar ketrampilan motorik adalah latihan, hal ini
memegang peranan pokok untuk mendarah-dagingkan ketrampilan yang sedang
dipelajari. Tanpa latihan orang tidak mungkin menguasai ketrampilannya sampai
menjadi milik jasmani, karena berlatih itu membutuhkan waktu. Suatu konsep
dapat ditangkap dalam waktu singkat, tapi tidak berlaku dalam ketrampilan
motorik. Selain latihan, perlu juga dikuasai prosedur gerak-gerik yang harus
diikuti dan prosedur koordinasi antara anggota-anggota badan. Prosedur ini
menjadi semacam program mental. Mempelajari prosedur dikenal dengan
istilah fase kongitif dan proses latihan dikenal dengan istilah fase fiksasi.
Suatu ketrampilan motorik terdiri atas sejumlah komponen yang merupakan
subketrampilan-subketrampilan atau ketrampilan bagian. subketrampilan-sub-
ketrampilan itu harus dikuasai, karena merupakan bagian inti dalam keseluruhan
ketrampilan. Subketrampilan itu kemudian dilatih tersendiri, kemudian
dihubungkan satu sama lain, sehingga sambil berlatih keseluruhan rangkaian
gerak-gerik dan terkoordinasi. Latihan-latihan itu sebaiknya disebarkan dan tidak
dilakukan secara terus-menerus tanpa berhenti-henti.
15

Hal ini penting untuk mendapatkan umpan balik, demi memungkinkan


penyempurnaan, baik dalam pengaturan waktu maupun dalam peningkatan
keluwesan serta kegencarannya. Umpan balik ini dapat berupa intrinsik maupun
ekstrinsik.
Umpan balik intrinsik berbentuk konfirmasi dari otot-otot, urat dan
persendian apakah sudah tepat atau belum, seolah-olah terdapat program motorik,
yang tertanam dalam kejasmanian seseorang yang mengadakan kontrol terhadap
keseluruhan rangkaian gerak-gerik. Umpan balik ekstrinsik berbentuk konfirmasi
dari lingkungan, apakah rangkaian gerak-gerik sudah tepat atau belum, misalnya
suatu latihan yang diberikan oleh instruktur.
Sedangkan menurut konsep Bloom menjelaskan bahwa terdapat pemilahan
dalam aspek ketrampilan motorik (Ranah Psikomotorik) sebagai berikut:
1. Persepsi : mencakup kemampuan untuk mengadakan diskriminasi yang
tepat antara dua perangsang atau lebih, berdasarkan perbedaan antara ciri-
ciri fisik yang khas pada masing-masing rangsangan. Kemampuan ini
dinyatakan dalam suatu reaksi yang menunjukkan kesadaran akan hadirnya
rangsangan (stimulasi) dan perbedaan antara rangsangan yang ada.
2. Kesiapan : mencakup kemampuan untuk menempatkan dirinya dalam
keadaan akan memulai suatu gerakan atau rangkaian gerakan. Kemampuan
ini dinyatakan dalam bentuk kesiapan jasmani dan mental.
3. Gerakan terbimbing : mencakup kemampuan untuk melakukan suatu
rangkaian gerak-gerik, sesuai dengan contoh yang diberikan (imitasi).
Kemampuan ini dinyatakan dalam menggerakkan anggota tubuh, meurut
contoh yang diperlihatkan atau diperdengarkan.
4. Gerakan yang terbiasa : mencakup kemampuan untuk melakukan suatu
rangkaian gerak-gerik dengan lancar, karena sudah dilatih secukupnya,
tanpa memperhatikan lagi contoh yang diberikan. Kemampuan ini
dinyatakan dalam menggerakkan anggota-anggota tubuh, sesuai dengan
prosedur yang tepat, seperti dalam menggerakkan kaki, lengan dan tangan
secara terkoordinir.
16

5. Gerakan yang komplek : mencakup kemampuan untuk melaksanakan suatu


ketrampilan, yang terdiri atas beberapa komponen, dengan lancar, tepat dan
efisien. Kemampuan ini dinyatakan dalam suatu rangkaian perbuatan yang
berurutandan menggabungkan beberapa subketrampilan menjadi suatu
keseluruhan gerak-gerik yang teratur.
6. Penyesuaian pola gerakan : mencakup kemampuan untuk mengadakan
perubahan dan menyesuaikan pola gerak-gerik dengan kondisi setempat
atau dengan persyaratan khusus yang berlaku. Kemampuan ini dinyatakan
dalam menunjukkan suatu taraf ketrampilan yang telah mencapai kemahiran
7. Kreativitas : mencakup kemampuan untuk melahirkan pola-pola gerak-gerik
yang baru, seluruhnya atas dasar prakarsa dan inisiatif sendiri. Hanya orang-
orang yang berketrampilan tinggi dan berani berfikir kreatif, akan mampu
mencapai tingkat kesempurnaan ini.
Dari uraian tersebut di atas, nampak peranan dan wujud dari beberapa fase
dalam belajar ketrampilan motorik yaitu :
1. Fase motivasi : sangat berperanan, lebih-lebih bila ketrampilan yang
dipelajari membutuhkan usaha kontinyu dan banyak waktu latihan.
2. Fase konsentrasi : berperan dalam belajar ketrampilan yang menuntut
pengamatan terhadap lingkungan untuk menentukan posisi badan dan
memperkirakan jarak.
3. Fase pengolahan : mempelajari prosedur yang harus diikuti dan melatih
diri, baik subketrampilan maupun keseluruhan rangkaian gerak-gerik,
disertai koordi-nasi. Fase ini memegang peranan pokok.
4. Fase menggali : menggali program mental yang tersimpan dalam ingatan
jangka waktu lama, dan program mental ini langsung menjadi masukan bagi
fase prestasi dan tidak disalurkan melalui ingatan jangka waktu singkat.
5. Fase umpan balik : konfirmasi mengambil wujud umpan balik intrinsik atau
eks-trinsik, yang berperan dalam penyempurnaan ketrampilan sampai
semuanya berjalan otomatis.
17

DAFTAR PUSTAKA

Henry C Ellis. 1978. Fundamentals of Human Learning. Memory and Cognition


Lutan, Rusli. ( 1988 ). Belajar Keterampilan Motorik Pengantar Teori dan
Metode. Jakarta: P2LPTK Dirjen Dikti Depdikbud.

Winarno, E, M. (1994 ). Belajar Motorik. Malang: Buku Fakultas Ilmu


Pendidikan Universitas Negeri Malang.

Universitas Negeri Malang, 2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah: Skripsi,


Tesis, Disertasi, Artikel, Makalah, Tugas Akhir, Laporan Penelitian.
Malang: Universitas Negeri Malang.
18

YEL-YEL
Belajar Ketrampilan Motorik

Ketrampilan motorik

Lima karakteristiknya

Urutan, persepsi motorik

Organisasi dan umpan balik

Fase ketrampilan motorik

Kognitif fase yang pertama

Fase asosiatif

Yang terakhir automous

Lirik: Garuda Pancasila


19

PERTANYAAN OBJEKTIF DAN ESSAY DI SERTAI JAWABAN


(BELAJAR KETRAMPILAN MOTORIK)

Petunjuk:
Untuk soal objektif pililah sala satu jawaban a, b, c, atau d yang di anggap
paling benar
Untuk soal essay jawablah sesuai dengan pertanyaan yang di berikan
Tidak di perkenangkan untuk menyontek

A. Soal dan jawaban objektif


1. Elemen dasar dari penampilan ketrampilan yang melibatkan faktor temporal
dan faktor spasial adalah elemen
a. Urutan respon
b. Pengorganisasian respon
c. Umpan balik
d. Persepsi koordinasi motorik
2. Yang merupakan tahap-tahap dalam pembelajaran ketrampilan motorik di
bawah ini, kecuali
a. Tahap asosiasi
b. Tahap kognitif
d. Tahap psikomotorik
c. Tahap autonomous
3. Mengetik sambil mengobrol merupakan contoh dari tahapan
a. Tahap asosiasi
b. Tahap kognitif
d. Tahap psikomotorik
c. Tahap autonomous
4. Respon terhadap suatu sistem memberikan balikan pada sistem, kemudian
membuat sistem tersebut menjadi self-regulating (mengatur mandiri) adalah
pengertian dari
a. Distribusi praktek
b. Sistem balikan
c. Close loop
d. Respon organizing
5. Teori yang menekankan pada ketergantungannya terhadap hukum pengaruh
klasik adalah pandangan dari teori
a. Problem solving theory
b. Instrumental theory
c. Close loop theory
d. The law klasic theory
20

B. Soal dan Jawaban Essay


1. Jelaskan apa yang di maksud dengan umpan balik intrinsik dan umpan balik
ekstrinsik
Jawaban: Secara umum, umpan balik intrinsik mengacu pada umpan balik
yang diperoleh dari pengalaman langsung dan tindakan.
Sebaliknya, umpan balik ekstrinsik mengacu pada informasi yang
disediakan oleh orang lain atau oleh perangkat tertentu. Komentar
ekstrinsik dapat berupa informasi kualitatif. Sebaliknya, umpan
balik dapat berupa informasi kuantitatif. Umpan balik memiliki dua
sifat : pertama, umpan balik memiliki informasi pada organisme,
yang memungkinkan dia melakukan keterampilan mengarah pada
tujuan yang diinginkan. Kedua, umpan balik dapat memiliki sifat
memperkuat, dalam hal ini berfungsi sebagai reward terhadap
kinerja.

2. Coba anda uraikan mengenai fase-fase belajar keterampilan motorik?


Jawaban : (1). Tahap Kognitif, berusaha memahami apa yang diperlukan
dari dirinya. Ia berusaha memahami tugas, memverbalisasi
tentang tugas dan mengintelektualisasikan keterampilan dalam
arti konseptualisasi komponennya. (2). Tahap asosiatif, respon
yang dipelajari menjadi berasosiasi dengan kunci dan respon
menjadi terintegrasi sebagai suatu rantai yang efisien. (3).
Tahap autonomous, kinerja menjadi sangat efisien sehingga
dapat dilaksanakan dalam cara yang lebih otomatis.

3. Sebutkan beberapa prinsif praktis dalam memahami belajar ketrampilan


motorik
Jawaban: Memahami tugas, praktek pada komponen tertentu, mendapatkan
umpan balik, praktek di dalam kondisi bervariasi, mempertahankan
latihan.
21

Anda mungkin juga menyukai