Penghawaan alami sangat diperlukan bagi suatu bangunan beserta para pengguna
bangunan tersebut, karena selain pertimbangan efisiensi, juga kualitasnya masih jauh
lebih baik dibandingkan dengan penghawaan buatan. Hal-hal yang alami memang sangat
dibutuhkan untuk manusia pada saat ini, termasuk dalam melakukan aktifitasnya dalam
suatu bangunan perkantoran. Adapun hal-hal yang sangat berkaitan dengan penghawaan
alami adalah :.
-Kelembaban
-Luas bukaan
Bukaan pada ruangan yang memungkinkan adanya pergantian udara, dan masuknya
cahaya. Bukaan dapat berupa pintu, jendela, jalusi, lubang angin atau lostos atau
lupangan, dan lubang-lubang lain yang mungkin ada pada suatu ruangan.
Dalam perencanaan bangunan dihindari suatu ruang yang gelap dan pengap
sehingga perlu adanya suatu penghawaan alami. Untuk itu perlu adanya penyelesaian
dalam perencanaan yang baik dan sesuai dengan yang dibutuhkan serta semaksimal
mungkin menggunakan sumber daya yang ada dari alam yang memang telah tersedia
untuk kebutuhan manusia.
Pada kenyataannya, saat ini sulit didapatkan ruang terbuka yang cukup, terutama
di kota besar atau daerah industri, untuk mendapatkan tangkapan udara segar agar dapat
masuk ke dalam ruangan, karena semua lahan telah yang ada dimanfaatkan untuk
bangunan, atau ruang tertutup. Apalagi adanya polusi udara pada daerah tempat
bangunan itu berada. Untuk itu pemanfaatan lahan yang sempit untuk penghawaan alami
sangat penting untuk dipikirkan dan diteliti agar dapat membantu kita dalam membuat
desain bangunan arsitektur yang bagus dengan kenyamanan yang terjamin. Atau
bagaimana memanfaatkan atau mengolah udara yang telah kotor dan berdebu sehingga
masih dapat dimanfaatkan untuk penghawaan alami. Karena bagaimanapun juga dalam
suatu ruangan yang misalnya telah menggunakan penghawaan buatan, masih tetap
memerlukan pergantian udara.
Salah satu cara untuk mendapatkan penghawaan alami adalah dengan membuat
bukaan pada atap yang kita buat. Untuk membuat bukaan pada atap ada banyak cara
yang dapat kita gunakan, antara lain adalah seperti pada gambar-gambar berikut ini.
Dalam suatu bangunan di lingkungan yang produktif dimana lahan menjadi sangat
mahal, sering semua tempat yang ada dipenuhi untuk bangunan demi efisiensi, demikian
juga biaya untuk bangunan bertingkat sangat tinggi. Untuk dapat memanfaatkan sedikit
lahan terbuka yang dapat digunakan pada seluruh ruangan yang ada, kita dapat
membuat lahan terbuka di tengah-tengah bangunan. Dengan bukaan yang ada di tengah,
maka dapat dimanfaatkan pada semua ruangan yang berada di kanan dan di kiri lahan
terbuka tersebut.
Lubang Angin
Lubang angin sudah sangat umum dipakai pada bangunan sebagai sarana untuk
pergantian udara. Bahkan lubang ini juga sering dimanfaatkan untuk estetika,
mendampingi pintu dan jendela.
Salah satu bentuk lubang angin adalah lostos atau lupangan, yang biasanya
diletakkan di atas pintu atau jendela. Selain untuk keindahan, lubang ini dapat
memasukkan atau mengeluarkan udara alami, sehingga ruangan yang ada di dalamnya
menjadi segar dan sehat.
Salah satu cara yang paling mudah untuk mendapatkan aliran udara di dalam
bangunan kita adalah dengan membuka dinding ke arah angin datang. Dalam keadaan
demikian maka kita tinggal mengatur besar kecilnya pembukaan untuk mengalirkan
udara ke dalam bangunan sehingga kita bisa mendapatkan tingkat kenyamanan yang
sesuai dengan keinginan kita.
Tetapi adakalanya kita terpaksa menutup dinding ke arah datangnya angin. Dalam
hal demikian maka kita bisa mengupayakan agar angin tersebut berbelok dari samping
bangunan dan barulah kemudian kita masukkan ke dalam ruang-ruang dalam bangunan
itu.
Ventilasi Silang
c. Lubang masuk tinggi lubang keluar rendah, tidak baik, karena menimbulkan daerah
udara-mati di bawah lubang masuk, yang justru merupakan tempat yang balk dan
dibutuhkan oleh tubuh manusia.
PENGHAWAAN BUATAN
Manusia membutuhkan lingkungan udara ruang yang nyaman (thermal comfort)
untuk melakukan aktivitas secara optimal. Dengan adanya lingkungan udara yang
nyaman ini manusia akan dapat beraktifitas dengan tenang dan sehat. Keadaan udara
pada suatu ruang aktifitas sangat berpengaruh pada kondisi dan keadaan aktifitas itu.
Bila dalam suatu ruangan yang panas dan pengap, manusia yang melakukan aktivitas di
dalamnya tentu juga akan sangat terganggu dan tidak dapat melakukan aktifitasnya
secara baik, dan ia merasa tidak kerasan. Maka kenyamanan dalam ruangan yang
menyangkut udara harus terpenuhi yaitu meliputi: temperatur udara, kelembaban udara,
pergerakan udara, dan tingkat kebersihan udara.
Untuk mendapatkan kondisi ruangan yang memenuhi thermal comfort atau kondisi
yang harus memenuhi persyaratan tertentu sesuai dengan yang kita inginkan, tanpa
adanya ketergantungan dengan lingkungan luar, maka digunakan penghawaan buatan
(air conditioning). Penghawaan buatan di sini memiliki pengertian bahwa udara dalam
ruang dikondisikan berdasarkan beban kalor yang terjadi pada ruangan tersebut.
Agar didapatkan suatu sistim serta kapasitas pendingin yang tepat, maka perlu
diketahui besarnya beban kalor pada ruang/bangunan (karena fungsi AC adalah untuk
menghapus beban kalor tersebut) sehingga suhu dan kelembaban udara tetap nyaman.
Besar beban kalor yang terjadi ditentukan oleh: hantaran panas radiasi matahari,
hantaran panas secara transmisi, hantaran panas ventilasi atau infiltrasi, beban panas
intern (manusia dan peralatan elektronik atau mesin).
Dengan memperhatikan hal di atas, maka didalam desain ruang atau bangunan
yang menggunakan penghawaan buatan, harus menyertakan pertimbangan-
pertimbangan berikut:
Agar memberi kondisi yang nyaman secara terus-menerus dalam suatu bangunan,
sistem-sistem penghawaan harus mempertahankan keseimbangan antara kondisi-kondisi
termal dan atmosfer dalam dan kondisi-kondisi iklim yang terus-menerus berubah di luar
ruangan dan di dalam ruangan itu sendiri. Jika suasana panas, sistem harus memberi
cukup udara sejuk untuk mengatasi panas yang diperoleh dari luar. Dalam keadaan
dingin, ia harus memberi cukup panas untuk menggantikan panas yang hilang.
Salah satu jaringan distribusi penting dalam sebuah bangunan ialah sistem
pengadaan udara yaitu sistem pemanasan/pendinginan, ventilasi, dan air conditioning
(AC). Tujuan dari sistem pengendalian penghawaan ini adalah memberikan kondisi-
kondisi suhu dan suasana yang nyaman, yang dicapai dengan mengolah dan
mendistribusikan udara yang disejukkan ke seluruh bangunan. Sebenarnya, pengolahan
suhu hanya merupakan salah satu dari pengolahan pada udara sebelum disampaikan
kepada para penghuni. Penyesuaian termal mengatur suhu, kelembaban, dan distribusi
udara. Penyesuaian atmosfir mengatur kebersihan dan mengendalikan bau-bau.
Berbeda dengan jaringan-jaringan distribusi yang berlangsung di seluruh
bangunan, sistem AC dan bagian-bagian komponennya menghendaki jumlah ruang yang
cukup. Meskipun demikian pemahaman dan pengetahuan tentang implikasi-implikasi
sistem AC untuk arsitektur sangat penting artinya untuk diperhatikan. Selain itu sistem
ini pada dewasa ini mendapat perhatian khusus dalam penggunaannya dipandang dari
sisi penghematan energi.
Lancarnya aliran udara di dalam bangunan merupakan salah satu faktor penting
yang dapat mendukung kenyamanan penggunaan. Oleh karena itulah peralatan listrik
untuk mendukung penghawaan buatan diproduksi dan dikembangkan dengan perbaikan
teknologi yang mutakhir. Peralatan listrik yang disebut air conditioner atau AC tersebut
demikian tinggi fluktuasi inovasi teknologinya mulai dari sistem sampai dengan
pengecilan daya yang ditawarkan. Di sisi lain, bangunan ramah lingkungan yang tidak
menggunakan penghawaan buatan juga perlu pula untuk dipelajari dan dikembangkan
teknologinya. Penggunaan penghawaan alami yang baik menjamin efisiensi biaya
operasional bangunan serta mempertinggi naturalitas yang berpengaruh pada kualitas
arsitektural.
Secara umum angin memiliki arah yang dipengaruhi iklim makro. Sebagai contoh
di wilayah Indonesia angin dalam iklim makro megalir dari arah Tenggara ke Barat Daya.
Namun demikian iklim mikro yang dipengaruhi cuaca dan bentuk-bentuk di sekitar
bangunan akan lebih mempengaruhi aliran angin tersebut. Ada teori penataan masa
bangunan yang di buat berselang-seling hingga aliran angin dapat lebih lancar tanpa
tertutupi salah satu bangunan. Bentuk lain dari pengelolaan lingkungan sekitar bangunan
adalah rancangan tangkapan angin dengan masa bangunan yang menyudut hingga
mengarahkan angin lebih keras.
Untuk penataan ruang dalam bangunan juga dapat diatur hingga ada aliran angin
dari lokasi ruang yang dingin menuju ke lokasi ruang lain yang panas. Hal ini perlu
dipahami dengan ilmu fisika yang menetapkan bahwa udara akan mengalir dari tempat
bertekanan rendah pada suhu yang dingin menuju tempat bertekanan tinggi pada suhu
yang panas. Jika dalam satu bangunan terdapat ruang panas dibagian atap, sedang ruang
dingin di bagian bawah yang terteduhi pohon atau terdinginkan dengan kolam, maka
perlu diatur ruang-ruang diantaranya sehingga menjadi penghubung dua lokasi ruang
yang berbeda tekanan dan suhu tersebut. Ruang-ruang antara ini seayaknya memiliki
bukaan atau dibuat dengan partisi yang tidak memenuhi dinding sehingga dapat
mengalirkan angin.
Dalam kasus tertentu arah angin dapat sejajar dengan dinding, oleh karenanya
perlu rancangan detail arsitektur agar membentuk bukaan yang mampu menangkap arah
angin tersebut. Sirip-sirip yang diletakkan vertikal di samping jendela akan dengan mudah
menangkap angin dan mengalirkannya ke dalam ruang hingga tercapai kesejukan. Dalam
satu ruang minimal perlu diletakkan dua jendela dalam posisi yang berjauhan agar terjadi
ventilasi silang (cross ventilation).
Perlu diwaspadai pula bahwa angin ini terkadang membawa debu. Lingkungan
luar yang penuh dengan perkerasan atau terbuka dengan penutup tanah/pasir berpotensi
menerbangkan debu hingga terbawa angin masuk ke dalam bangunan. Untuk
mengantisipasi selayaknya di sekeliling bangunan banyak ditanam pepohonan dan
rumput sebagai filter debu sekaligus pendingin suhu. Rumput dan tanaman perdu yang
terkena debu akan bersih ketika terjadi penyiraman pada dedaunan dan membawa
kotoran jatuh ke dalam tanah.
Prinsip utama adalah harus ada lubang masuk dan harus ada lubang keluar, agar
terjadi ventilasi silang. Bentuk-bentuk lubang masuk dan lubang keluar dapat mengatur
arah aliran udara di dalam bangunan.
a. Debu gas-gas berbahaya atau kuman-kuman yang beterbangan. Jadi yang benar-
benar menyangkut soal kesehatan.
b. Ada gas-gas serta bau-bau lain yang kendati tidak menbahayakan, namun
membuat tidak enak. Bau keringat, bau dapur maupun WC dan sebagainya.
Biasanya yang dijadikan ukuran sehat dari hawa, diambil dari jumlah prosen kadar
gas CO2 dalam hawa udara. Gas CO2 antara lain dinafaskan keluar oleh manusia,
sedangkan organism-organisme manusia membutuhkan zat asam 02. Karenanya
kesegaran hawa serta kesehatannya diukur juga dengan kadar zat asam.
c. Pergantian hawa dapatkan dikatakan baik, bila untuk ruangan kehidupan keluarga
atau kamar-kamar tidur yang bervolume lebih dari 5m/orang, hawa udara dapat
diganti sebanyak 15m/orang/jam. Bila volume kurang dari itu, maka pergantian
harus lebih cepat lagi, 25 m/jam/orang.
d. Sebagai tambahan untuk ruangan-ruangan khusus, seumumnya dapat dipakai
rumus ini:
Efisiensi Ventilasi =
( )
Ventilasi yang paling baik ialah yang berjalan alamiah. Dengan sendirinya tanpa
ditolong oleh alat-alat seperti kipas angin dan sebagainya. Jika ventilasi alamiah tidak
dapat berjalan lancer, maka barulah dibutuhkan ventilasi dengan pertolongan alat.
Pemakaaian alat sering tidak tanpa pengorbanan untuk kesehatan. Bias menimbulkan
sakit masuk angin dan membuat pening dan sebagainya , bila kurang merata dan salah
arah. Lagi sebenarnya mahal.
Oleh karena itu kita harus berusaha, agar sedapat mungkin ventilasi timbul secara
alamiah, berkat pengaturan kontruksi rumah yang penuh pengertian akan seluk beluk
jalan dan arus udara.
a. Ventilasi horizontal
Ventilasi horizontal disebabkan oleh arus angin yang datang horizontal dari pihak
sumber angin. Gejala itu dapat timbul bagus, bila ada sisi rumah yang sengaja kita
buat relative lebih panas dan ada pihak lain yang sejuk. Misalnya dengan penanaman
pohon rindang atau karena sesuatu sisi gedung selalu dalam bayangan, dan
sebagainya. Dalam menyusun tata denah rumah/gedung hal itu harus kita perhatikan.
Selain menyelidiki dulu dari mana arah yang paling sering dan kencang, kita mengatur
juga agar ada sisi yang selalu panas dan lainnya yang selalu sejuk sehingga dapat
memanfaatkan pebedaan suhu maupun tekanan pada dua sisi itu dengan permanen.
Demikian juga lubang-lubang ventilasi dalam ruangan harus terdapat pada dinding-
dinding yang saling berhadapan. Itu agar arus angin dapat enak menjelajahi ruangan
tanpa banyak halangan ataubelokan dan dengan kecepatan yang maksimum. Maka
tidaklah ada gunanya kita membuat lubang-luang ventilasi hanya pada dinding-
dinding sepihak saja angin tidak bias mengalir. Ventilasi horizontal tercapai dengan
pembuatan jendela-jendela atau lubang ventilasi yang sedapat mungkin saling
berhadapan pada dua sisi bagunan.
Pada perumahan desa orang tidak mengenal jendela, tetapi lubang-lubang padabilik
bambu tersebar merata, yang menyebabkan ventilasi rumah tradisional umumnya
sangat segar dan sehat. Saying mereka masih kurang mengerti bahwa sinar matahari
dibutuhkan untuk mematikan kuman-kuman dan menyinarkan kesehatan di dalam
rumah. Hal itu disebabkan oleh karena orang desa hamper selalu hidup di luar di alam
bebas dan hanya pada sore-malam hari saja mereka menggunakan ruang-ruang
dalam. Kebudayaan kehidupan kita di daerah tropic lembab memang sejak dahulu
selalu serba di luar, dimana ventilasi dan cahaya matahari sangatlah brlimpah.
Karena jendela-jendela harus ditutup pada saatnya, maka untuk malam hari kita
masih membutuhkan tambahan lubang-lubang ventilasi lain. Sebainya rumah kita
memiliki lubang ventilasi lebih banyak daripada kurang, karena lebih mudahlah
meutupi lubang yang berlebiha daripada menambah kekurangan lubang.untuk
menemukan luas lubang ventilasi yang tepat kita butuhkan kita mempergunakan
pengertian ekuivalen luas ventilasi (Av)
Luas suatu jendela biasa (yang tidak rapat 100% bila ditutup) yang sama luasnya
dengan jumlah total dari semua jendela lain maupun lubang-lubang dalam ruangan
itu dan yang berhubungan dengan hawa luar
Ekuivalen luas ventilasi tersebut harus dapat menimbulkan ventilasi alamiah biasa
seharga dengan ventilasi yang ditimbulkan oleh jendela-jendela atau lubang-lubang
lain tersebut.
Sebagai contoh dan pedoman, luas Av untuk ruangan kehidupan keluarga, ruang
makan, ruang tidur dan sebagainya dianggap cukup bila paling sedikit mencapai 1/3
dari luas lantai.
Kamar mandi, WC dan dapur membutuhkan lebih banyak ventilasi. Ukuran 0,5 M
untuk ruangan-ruangan itu kiranya sudah cukup. Untuk dapur masih dibutuhkan
tambahan lubang-lubang ventilasi yang tinggi, mengandalkan arah dan tekanan angin
luar, terutama untuk KM dan WC dicegah, agar arus yang timbul janganlah
menghembus kedalam rumah, gang dan sebagainya, tetapi ke luar rumah.
a. Ventilasi vertikal
Ventilasi vertical memanfaatkan perbedaan lapisan-lapisan udara (baik di dalam maupun di luar
ruangan) yang berselisih berat-jenisnya.
HORIZONTAL VERTIKAL