Anda di halaman 1dari 8

PENGARUH KUALITAS AIR TERHADAP PENCEMARAN OLEH MERKURI PADA

TAMBANG EMAS

Disusun oleh :

KENICHI PRABOWO SANTOSA

26010112140078

MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2014
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai potensi sumber daya alam yang
melimpah, baik itu sumber daya alam hayati maupun sumber daya alam non-hayati. Sumber daya
mineral merupakan salah satu jenis sumber daya non-hayati. Sumber daya mineral yang dimiliki
oleh Indonesia sangat beragam baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Endapan bahan galian
pada umumnya tersebar secara tidak merata di dalam bumi. Sumber daya mineral tersebut antara
lain : minyak bumi, emas, batu bara, perak, timah, dan lain-lain. Sumber daya itu diambil dan
dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan manusia. Sumber daya alam merupakan salah
satu modal dasar dalam pembangunan nasional, oleh karena itu harus dimanfaatkan sebesar-
besarnya untuk kepentingan rakyat dengan memperhatikan kelestarian hidup sekitar. Salah satu
kegiatan dalam memanfaatkan sumber daya alam adalah kegiatan penambangan bahan
galian,tetapi kegiatan kegiatan penambangan selain menimbulkan dampak positif juga dapat
menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan hidup terutama perusahaannya, bentang alam,
berubahnya estetika lingkungan, habitat flora dan fauna menjadi rusak, penurunan kualitas tanah,
penurunan kualitas air. Sumber daya mineral yang berupa endapan bahan galian memiliki sifat
khusus dibandingkan dengan sumber daya lain yaitu biasanya disebut wasting assets atau
diusahakan ditambang, maka bahan galian tersebut tidak akan tumbuh atau tidak dapat
diperbaharui kembali. Dengan kata lain industri pertambangan merupakan industri dasar tanpa
daur, oleh karena itu di dalam mengusahakan industri pertambangan akan selalu berhadapan
dengan sesuatu yang serba terbatas, baik lokasi, jenis, jumlah maupun mutu materialnya.
Keterbatasan tersebut ditambah lagi dengan usaha meningkatkan keselamatan kerja serta menjaga
kelestarian fungsi lingkungan hidup.

Perkembangan peralatan pertambangan telah menyebabkan skala pertambangan


semakin membesar. Semakin banyak perusahaan tambang di Indonesia yang bermunculan.
Banyak wilayah Indonesia yang kini menjadi wilayah tambang. Akan tetapi sayangnya munculnya
perusahaan tambang ini tidak diikuti dengan perbaikan kondisi alam yang seimbang. Lebih banyak
membawa dampak buruk terhadap lingkungan. Keuntungan yang ditawarkan memang
menggiurkan, tetapi alam yang rusak juga sangat besar. Banyak perusahaan yang mengabaikan
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) untuk perusahaannya. Pada awalnya belum
terlihat, akan tetapi dalam jangka waktu yang panjang maka akan terlihat bahwa perusahaan
tambang ini kebanyakan membawa dampak buruk bagi lingkungan sekitarnya. Selain perusahaan
pertambangan besar, penambang emas yang berskala kecil dan masih menggunakan teknologi
tradisional juga ikut menyebabkan pencemaran lingkungan. Meskipun dianggap termasuk sebagai
pemicu peristiwa degradasi lingkungan, ancaman yang paling serius dari mereka ternyata adalah
adanya pencemaran merkuri. Pencemaran ini terjadi sebagai akibat para penambang (dalam hal ini
adalah penambang emas primer) tersebut menggunakan merkuri dalam usaha memisahkan emas
dari material pembawanya. Selanjutnya merkuri yang tercampur dengan dengan air buangan
kemudian mencemari air tanah dan sungai. Merkuri atau lebih dikenal dengan air raksa (Hg) adalah
Logam ini adalah logam yang ada secara alami,satu-satunya logam pada suhu kamar (25C)
berwujud cair. Merkuri adalah zat yang sangat berbahaya bagi tubuh karena Merkuri dan
turunannya disebut sebagai bahan pencemar paling berbahaya. Semua senyawa Hg bersifat toksik
untuk makhluk hidup, bila memakan makhluk hidup dalam jumlah yang cukup dan dalam waktu
yang lama. Senyawa Hg akan tersimpan dan terakumulasi secara permanen di dalam tubuh, yaitu
terjadi inhibisi enzym dan kerusakan sel sehingga kerusakan tubuh dapat terjadi secara permanen
(WHO, 1976). Merkuri terakumulasi pada rantai makanan, sebagai contoh adalah merkuri bisa
masuk ke dalam tubuh manusia dengan mengkonsumsi ikan yang hidup pada perairan yang
tercemar merkuri. Dari survei efek bahaya, merkuri ini adalah bersifat racun bagi semua bentuk
kehidupan, dan bersifat lambat untuk dikeluarkan dari tubuh manusia. Sudah banyak perusahaan
pertambangan yang membuang zat merkuri ke perairan yang berada di sekitar perusahaan.
Sehingga hal ini membawa dampak negatif pada masyarakat yang ada di sekitar perusahaan. Sudah
banyak kasus di Indonesia yang menunjukkan bahwa ditemukannya merkuri di perairan umum
dekat dengan perusahaan pertambangan. Banyak peneliti dan lembaga yang meneliti perairan yang
tercemar merkuri tersebut dan hasilnya sangat mengejutkan karena merkuri yang terkandung
sangat tinggi dan bahaya.

1.2. Rumusan masalah


1. Bagaimana proses yang terjadi sehingga merkuri bisa mencemari perairan sekitar
perusahaan tambang?
2. Bagaimana cara menanggulangi pencemaran merkuri?
II. PEMBAHASAN

2.1. Pencemaran air oleh merkuri

Pencemaran air adalah suatu perubahan keadaan di suatu tempat penampungan air
seperti danau, sungai, lautan dan air tanah akibat aktivitas manusia. Danau, sungai, lautan dan air
tanah adalah bagian penting dalam siklus kehidupan manusia dan merupakan salah satu bagian
dari siklus hidrologi. Selain mengalirkan air juga mengalirkan sedimen dan polutan. Berbagai
macam fungsinya sangat membantu kehidupan manusia. Pemanfaatan terbesar danau, sungai,
lautan dan air tanah adalah untuk irigasi pertanian, bahan baku air minum, sebagai saluran
pembuangan air hujan dan air limbah, bahkan sebenarnya berpotensi sebagai objek wisata.
Pencemaran air di Indonesia sebagian besar diakibatkan oleh aktifitas manusia yang meninggalkan
limbah pemukiman, limbah pertanian, dan limbah industri termasuk pertambangan. Limbah
pemukiman mempunyai pengertian segala bahan pencemar yang dihasilkan oleh daerah
pemukiman atau rumah tangga. Limbah pemukiman ini bisa berupa sampah organik (kayu, daun
dll), dan sampah nonorganik (plastik, logam, dan deterjen).
Limbah pertanian mempunyai pengertian segala bahan pencemar yang dihasilkan aktifitas
pertanian seperti penggunaan pestisida dan pupuk. Sedangkan limbah industri mempunyai
pengertian segala bahan pencemar yang dihasilkan aktifitas industri yang sering menghasilkan
bahan berbahaya dan beracun (B3).
Pencemaran logam berat menjadi ancaman yang ada di perairan. Salah satu pencemaran
logam berat yang dapat menurunkan kualitas perairan adalah penggunaan logam berat merkuri
akibat aktivitas manusia yang dilakukan di suatu wilayah. Logam berat merkuri merupakan logam
berat yang sering digunakan dalam proses penambangan emas dengan metode amalgamasi,
dimana logam berat merkuri dapat mengikat bijih emas dan dapat memisahkan bijih emas dengan
logam-logam lainnya. Sungai merupakan salah satu media yang menjadi dampak akibat
pencemaran logam berat merkuri, dimana sungai dapat menjadi tempat pembuangan limbah dari
sisa pengelolaan emas yang dilakukan oleh masyarakat sekitar maupun penambang lainnya.
Lemahnya pengawasan terhadap penanganan (pembuangan) limbah dari sisa pengolahan
mempunyai potensi untuk menciptakan lingkungan yang tercemar. Upaya pengelolaan emas yang
dilakukan oleh masyarakat tidak diimbangi dengan pemeliharaan lingkungan di sekitar daerah
penambangan emas tersebut, khususnya daerah aliran sungai (DAS). Akibat dari penggunaan
logam berat merkuri tersebut tidak hanya menimbulkan pencemaran air sungai saja, akan tetapi
bagian dari sungai seperti sedimen dan organisme yang hidup di dalamnya ikut tercemar akibat
toksin/racun yang terkandung dalam logam berat merkuri tersebut. Kehadiran logam berat tetap
mengkhawatirkan, terutama yang bersumber dari pabrik/industri, di mana logam berat banyak
digunakan sebagai bahan baku maupun sebagai bahan penolong. Sifat beracun dan berbahaya dari
logam berat ditunjukan oleh sifat fisik dan kimia. Keracunan logam merkuri telah dikenal cukup
lama dalam era tahun 1960 tercatat beberapa peristiwa keracunan merkuri diseluruh dunia.
Keracunan yang disebabkan oleh merkuri ini, umumnya berawal dari kebiasaaan memakan
makanan dari laut, teruama sekali ikan, udang dan tiram yang telah terkontaminasi oleh merkuri.
Awal peristiwa kontaminasi merkuri terhadap bioata laut adalah masuknya buangan industri yang
mengandung merkuri kedalam badam perairan teluk (lautan). Selanjutnya dengan adanya proses
biomagnifikasi yang bekerja dilautan, konsentrasi merkuri yang masuk akan terus ditingkatkan
disamping penambahan yang terus menerus dari buangan pabrik merkuri yang masuk tersebut
kemudian berasosiasi dengan sistem rantai makanan, sehingga masuk kedalam tubuh biota
perairan dan ikut termakan oleh manusia bersama makanan yang diambil dari perairan yang
tercemar oleh merkuri. Disamping itu merkuri juga masuk bersama bahan makanan pokok seperti
gandum dan beras, yang telah diberi senyawa merkuri pada waktu pembibitan dan penyemaian.
Sebagai bahan pencemar yang sangat beracun, keberadaan merkuri dalam tata lingkungan selalu
menjadi topik yang selalu hangat untuk dibahas. Pembahasan mengenai tingkah laku merkuri
dalam tubuh biasanya tidak terlepas dari senyawa merkuri yang mencemari lingkungan.
Senyawa merkuri tersebut yaitu :
1. Senyawa merkuri an-organik termasuk logam merkuri
2. Senyawa akil-merkuri yang mempunyai struktur hidrokarbon
rantai lurus
3. Senyawa aril-merkuri dengan struktur yang mengandung cicin
hidrokarbonaromatik.
Penggunaan merkuri didalam industri-industri sering menyebabkan pencemaran lingkungan, baik
melalui air buangan maupun melalui sistem ventilasi udara. Merkuri yang terbuang kesungai,
pantai atau badan air disekitar indiustri-industri tersebut kemudian dapat mengkontaminasi ikan
ikan dan mahluk air lainya termasuk ganggang dan tanaman air. Selanjutnya ikanikan kecil dan
mahluk air lainnya mungkin akan dimakan oleh ikan-ikan atau hewan air lainnya yang lebih besar
atau masuk kedalam tubuh melalui insang. Kerang juga dapat mengumpulkan merkuri didalam
rumahnya. Ikan-ikan dan hewan-hewan tersebut kemudian dikonsumsi oleh oleh manusia
sehingga manusia dapat mengumpulkan di dalam tubuhnya. Penggunaan merkuri dibidang
pertanian sebagai pelapis benih dapat mencemari tanah tanah pertanian yang berakibat
pencemaran terhadap hasil-hasil pertanian, terutama sayur-sayuran. Batasan kandungan merkuri
maksimum adalah 0,005 ppm untuk air dan 0,5 ppm untuk makanan. Sedangkan WHO (World
Health Orgaization) menetapkan batasan maksimum yang lebih rendah yaitu 0,0001 ppm untuk
air.

2.2. Metode penggunaan merkuri dalam proses penambangan emas


Metode pengolahan yang digunakan oleh para pelaku usaha penambangan bijih emas di
beberapa daerah di Indonesia ini adalah amalgamasi cara langsung. Dalam metode ini semua
material (bijih emas, media giling, kapur tohor, air, dan air raksa) dimasukkan secara bersama-
sama pada awal proses, sehingga proses penghalusan bijih emas dan pengikatan emas oleh air
raksa terjadi secara bersamaan. Metode amalgamasi cara langsung ini kurang efektif dengan
beberapa alasan, yaitu memerlukan jumlah air raksa relatif lebih banyak, air raksa yang digunakan
cepat rusak menjadi butir- butir kecil/flouring (Peele, 1956), sehingga daya ikat air raksa terhadap
emas kurang, dan butir-butir air raksa yang kecil mudah terbuang bersama ampas sewaktu
dilakukan pendulangan memisahkan ampas dengan amalgam. Akibatnya, metode ini menghadapi
dua permasalahan utama, yaitu kehilangan air raksa yang cukup tinggi dan perolehan emas yang
rendah. Kehilangan air raksa dalam pengolahan bijih emas yang cukup tinggi ini telah mencemari
air tempat pengolahan bijih emas metode amalgamasi dilakukan. Pengolahan bijih emas dengan
metode amalgamasi merupakan cara pengolahan yang sederhana, dan murah, namun bisa
mendapatkan emas (bentuk amalgam) yang dapat dijual dengan harga yang cukup tinggi.
Amalgamasi digunakan untuk produksi yang kecil dan banyak dilakukan oleh penambang skala
kecil (tambang rakyat). Bijih emas yang sesuai untuk diolah dengan metode amalgamasi adalah
bijih yang mempunyai kadar tinggi dan ukuran butir kasar. Umumnya pengolahan bijih emas
metode amalgamasi ini memperoleh emas- nya yang rendah dan kehilangan air raksa yang tinggi.
Perolehan emas melalui cara amalgamasi tidak optimal (Sevruykov drr., 1960), dan untuk tambang
rakyat perolehan emas umumnya lebih rendah dari 85 %. metode amalgamasi cara langsung yaitu
dengan memasukkan secara bersama- sama bahan/material yang digunakan (bijih emas, media
giling, kapur tohor, air, dan air raksa) pada awal pengolahan, sehingga air raksa yang diguna- kan
cepat rusak menjadi butir-butir kecil karena air raksa mendapat tekanan/gesekan antara media
giling dengan media giling atau antara media giling dengan dinding bagian dalam tabung
amalgamasi. Air raksa yang rusak menjadi butir-butir kecil pada gilirannya akan mengurangi daya
ikat terhadap emas, sehingga menghilangkan air raksa yang cukup banyak sewaktu dilakukan
pemisahan amalgam dengan ampas (tailing) hasil pengolahan melalui pendulangan, selain itu
perolehan emasnya tidak optimal.

2.3. Cara menanggulangi bahan merkuri yang sudah mencemari perairan


Untuk mengurangi kerusakan air raksa atau kehilangan air raksa yang mencemari
lingkungan, pengolahan bijih emas perlu dilakukan dengan metode amalgamasi cara tidak
langsung. Pengolahan cara tidak langsung ini terdiri atas tiga tahap proses, yaitu: (1) Des- liming:
yaitu tahap menghilangkan partikel halus (slime) yang menempel pada permukaan bijih emas yang
akan digunakan sebagai umpan dalam pengolahan dengan cara pencucian. (2) Grinding yaitu tahap
penghalusan ukuran/penggerusan bijih, dan (3) Tahap amalgamasi itu sendiri.
Merkuri yang sudah terlanjur terbuang ke perairan ini dapat dilakukan dengan pemberian
karbon aktif dalam perairan. Tidak hanya menyerap merkuri di lingkungan, teknologi ini juga
mampu mengurangi polusi metil merkuri yang diserap oleh cacing tanah. Polusi metil merkuri
(merkuri organik) lebih beracun dan lebih mudah masuk dalam jaringan pangan dibanding polusi
merkuri non-organik. Dengan menyebar karbon aktif di 5% permukaan lahan yang sudah tercemar,
jumlah polusi metil merkuri yang diserap oleh cacing bisa dikurangi hingga lebih dari 90%.
Karbon aktif bisa disebarkan ke permukaan endapan atau tanah tanpa mengganggu endapan atau
tanah yang sudah tercemar merkuri tersebut. Karbon aktif yang menyerap polusi merkuri ini pada
akhirnya bercampur dengan lapisan tanah. Penelitian ini adalah penelitian pertama yang
memanfaatkan karbon aktif untuk mengurangi pencemaran merkuri dalam tanah dan endapan-
endapan air.
III. PENUTUP

3.1. KESIMPULAN
1. Pencemaran air merupakan masalah yang sangat serius, mengingat air merupakan
kebutuhan utama yang sangat penting. Sehingga kualitas air yang digunakan harus sangat
diperhatikan. Akan tetapi dewasa ini, banyak perusahaan yang merusak lingkungan dengan
cara membuang limbah ke sungai di lingkungan perusahaan. Hal ini jelas merugikan bagi
masyarakat sekitar yang tinggal di sekitar wilayah perusahaan. Terutama perusahaan
tambang emas yang dimana sebagian besar limbahnya adala zat yang berbahaya yaitu
merkuri.
2. Proses bagaimana terbuangnya merkuri di perairan yaitu karena banyak perusahaan
pertambangan menggunakan proses algamasi secara langsung karena biayanya yang
murah. Akan tetapi proses algamasi langsung ini ternyata membawa dampak sangat buruk
bagi lingkungan sekitar. Amalgamasi cara langsung ini kurang efektif dengan beberapa
alasan, yaitu memerlukan jumlah air raksa relatif lebih banyak, air raksa yang digunakan
cepat rusak menjadi butir- butir kecil.
3. Cara penanggulannya adalah merkuri yang sudah terlanjur terbuang ke perairan ini dapat
dilakukan dengan pemberian karbon aktif dalam perairan. Tidak hanya menyerap merkuri
di lingkungan, teknologi ini juga mampu mengurangi polusi metil merkuri yang diserap
oleh cacing tanah.

DAFTAR PUSTAKA

Sevruykov, N., Kuzmin, B., dan Chelishchev, Y., 1960. General Metallurgy. Peace Publisher,
Moscow., 545 h.
Peele, 1956), Peele R., 1956. "Mining Engineers" Handbook. Third Edition, Vol. 2, New York,
John Wiley & Sons Inc., h.33.

Anda mungkin juga menyukai