Abstract. This research was purposed to explore the concept of psychoterapy based on
kawruh jiwa with ngudari reribet as its basic principle. This qualitative research applied
phenomenological perspective in understanding the phenomena. The respondents in this
research were two students of kawruh jiwa. Data were obtained by in-depth interview
combined with data triangulation. The research result explained that kandha-takon through
nyawang karep in order to nyocokaken raos in ngudari reribet as mawas diri processing worked as
the essence of kawruh jiwa of Ki Ageng Suryomentaram psychotherapy model.
Keywords: kandha takon, nyawang karep, ngudari reribet, nyocokaken raos, mawas diri, kawruh jiwa
Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi konsep psikoterapi yang didasarkan
pada ajaran kawruh jiwa dengan ngudari reribetnya yang berbasiskan rasa. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif dengan fenomenologi sebagai perspektif. Responden
dalam penelitian ini adalah dua orang pelajar kawruh jiwa. Data didapatkan melalui metode
wawancara mendalam dan disertai dengan triangulasi data literatur. Hasil penelitian ini
menjelaskan mawas diri dengan jalan kandha-takon melalui nyawang karep untuk nyocokaken
raos dalam ngudari reribet adalah sebagai sebuah esensi model psikoterapi kawruh jiwa Ki
Ageng Suryomentaram.
Kata kunci: kandha takon, nyawang karep, ngudari reribet, nyocokaken raos, mawas diri, kawruh jiwa
Sampai1 tahun 1980 ada lebih dari 250 mungkin ribuan yang tentu saja akan
pendekatan dalam psikoterapi yang tercatat menambah jumlah psikoterapi. Apabila
dalam Handbook of Psychotherapy (Herink, psikoterapi adalah proses penyembuhan
1980). Sekarang sudah milenium ke-3, batin maka dapat di observasi banyaknya
berapa banyak jumlah psikoterapi yang jenis penyembuhan di bumi kita ini
tercatat. Apabila pendekatan paranormal (Prawitasari, 2002).
ataupun terapi gerak yang dikembangkan Selain perkembangan psikologi Barat,
padepokan lemah putih di bawah pimpinan juga berkembang psikologi Timur-Barat
Mulyono Suryosudarmo di Kartasura juga (East-West Psychology). Istilah ini merujuk
bisa termasuk dalam kategori psikoterapi pada integrasi antara praktik psikologi,
yang ada di Indonesia, maka mungkin filsafat, dan agama-agama Timur atau
jumlahnya ada beratus psikoterapi bahkan Oriental dengan teori dan praktik psikologi
Barat. Pendekatan Timur yang digunakan
1 Korespondensi mengenai artikel ini dapat dilakukan
antara lain berasal dari Confucianism,
melalui: kholikinov@gmail.com
Atau melalui: fathulhimam@yahoo.com Taoism, Hinduism, Buddhism, dan Shufism
kondisi rasanya orang lain dengan mem- kraos), dan pikir (yang di dalamnya ada
benarkan kesesuaian dan kecocokan adanya gagasan). Model psikoterapinya untuk
peristiwa dengan alur sebab dan kejadian- menerima secara penuh dan sadar (rewes
nya (sebab kedadosan). Ketika raos saminya nggeleng) sebab dan kejadian yang nyata
sudah bisa dipahami dan dirasakan, kemu- dari peristiwa yang dialami sedang berlang-
dian bisa menerima keadaan tersebut de- sung yang tanpa kuasa untuk memiliki
ngan sepenuh hati yang tanpa kuasa untuk pilihan yang lain (saiki, kene, ngene yo gelem).
memiliki pilihan yang lain (saiki, kene ngene Tujuannya agar sang kramadangsa ini tabir-
yo gelem). nya terbuka (Aku weruh) untuk menying-
Kedua. Dinamika mawas diri penga- kapkan dirinya dengan sendirinya dalam
laman mencandra gagasan rasa pikirannya wujud manusia tanpa ciri (manungsa tanpa
sendiri.Bagaimana nyawang karep pada tenger) agar rasa ke-aku-an dan rasa tidak
gagasan rasa pikiran sendiri yang tidak nyata yang menempel pada karamadangsa
nyata (ilusi masa silam bentuknya raos getun tereliminir dengan sendirinya untuk menu-
dengan cathetan tatunya dan kecemplung ju pribadi yang sehat, enak, damai, tentram,
gagasan cilaka getun, dan delusi masa depan tabah, tatag dan bahagia.
yang bentuknya raos sumelang dengan
kecemplung gagasan cilaka magang) dengan Diskusi
cara nyocokaken raos pada kondisi pikiran-
nya yang nyata saat ini dengan sepenuh Metode mawas diri kawruh jiwa dengan
hati menerima keadaan yang tanpa kuasa ngudari reribet melalui kandha-takon ini
untuk memiliki pilihan yang lain (saiki, kene, memliki keserupaan dengan pendekatan
ngene yo gelem). psikoterapi yang berbasiskan pada
permasalahan yang digunakan sebagai cara
Dengan demikian, kemudian cara ngu-
untuk meningkatkan keterampilan
dari reribet dengan nyocokaken raos melalui
pemecahan masalah. Utamanya dalam
njujug raos, baik itu secara interpersonal
berdamai dengan masa lalu dengan
yang bentuknya kandha-takon maupun
memahami rasa yang selalu
secara intrapersonal yang bentuknya
memfokuskannya pada kondisipikirannya
nyawang karep dengan mencandra rasanya
yang nyata saat ini dan bisa menerima
sendiri dengan cara mencandra rasanya
keadaan dengan sepenuh hati tanpa kuasa
orang lain dan mencandra gagasan rasa
untuk memiliki pilihan yang lain saiki, kene
pikirannya sendiri melalui kandha-takon
ngene yo gelem. Prosesnya dimulai dari
untuk menemukan solusi ini disebut
identifikasi masalah dan diakhiri dengan
dengan mawas diri. Kandha takon melalui
kajian solusi yang akan digunakan.
nyawang karep untuk nyocokaken raos dalam
Tujuannya psikoterapi ini adalah
ngudari reribet sebagai proses mawas diri
membantu individu dalam menangani
inilah yang menjadi sebuah konsep psiko-
permasalahan emosional dan secara praktik
terapi kawruh jiwa yang berbasiskan rasa.
agar dirinya bisa menjalani kehidupan lebih
Pendekatan kandha takon melalui bahagia, lebih sehat dan lebih memuaskan.
nyawang karep untuk nyocokaken raos dalam Hal ini hanya bisa dicapai apabila cara
ngudari reribet sebagai proses mawas diri berpikirnya lebih rasional. Pendekatan
sebagai jalan psikoterapi kawruh jiwa, psikoterapi berfokus pada permasalahan ini
tujuannya untuk terciptanya kondisi harmo- mengajarkan bagaimana menjadikan diri-
ni di antara raga (yang di dalamnya ada nya sendiri sebagai agen atau pusat peru-
rasa karep), manah (yang di dalamnya ada bahan dalam pemecahan masalahnya
sikap penuh perhatian (mindfullness). Dalam Metode mawas diri ini di dalamnya ada
hal ini individu tidak membiarkan kandha-takon yang merupakan sebuah cara
perhatiannya terpusat pada pikiran atau bagaimana seseorang merefleksikan diri-
perasaan tertentu, melainkan berusaha nya, baik dengan dirinya sendiri maupun
mempertahankan sikap menjadi saksi dengan orang lain. Kandha-takon ini adalah
(nyawang karep) yang netral terhadap sebuah dialog interpersonal berupa sharing
semuanya itu. Sikap penuh perhatian ini antar peserta yang tidak jauh berbeda
dalam diri individu dalam menghadapi dengan konseling kelompok dan dialog
setiap pengalaman, setiap peristiwa intrapersonal berupa perenungan pribadi,
kejiwaan, seolah-olah semua peristiwa itu bahasa sederhananya adalah introspeksi.
baru saja terjadi untuk pertama kalinya. Dalam kandha-takon ini tidak ada guru
Mawas diri ini selain dapat menjaga suatu murid, yang berarti setiap orang bisa
keseimbangan, namun juga membawa menjadi guru sekaligus murid bagi dirinya
peningkatan pengembangan ke arah sendiri. Objek dari kegiatan kandha-takon ini
dimensi yang lebih tinggi yaitu integrasi adalah menyadari raga (rasa ning raga),
pribadi menuju ke pertumbuhan spiritual menyadari pikiran (rasa ning pikir/rasa ning
dalam dimensi identitas manungso tanpo karep), dan menyadari rasanya sendiri (rasa
tenger (Prawitasari, 2012). ning rasa). Singkatnya, menyadari dan
Pengalaman mawas diri kawruh jiwa berdialog dengan aku yang ada saat ini,
yang istilah lainnya sebagai mindfullness ini di sini dengan segala yang dipikirkan dan
dalam tradisi Zen Budhism pengalaman ini dirasakan. Kegiatan kandha-takon ini sadar,
dikenal dengan sebutan koan (Jatman, peka, dan menerima semua realitas diri
2006). Praktik Zen Budhism ini dapat dalam setiap waktunya. Sadar berarti tidak
meningkatkan penghargaan terhadap nilai hanyut pada bayangan masa lalu dan tidak
kehidupan keluarga dan hubungan terpenjara pada khayalan masa depan
personal (Hoebericts, 2004). Sejalan dengan (Prihartanti, 2003; Prawitasari, 2012).
kajian Langer dan Moldoveanu (2000) Tema kawruh jiwa tentang perhatian
tentang konsep meditasi, yaitu sikap penuh terpusat (rewes nggeleng) dan perhatian
perhatian (mindfullness) sebagai proses yang terpencar (rewes pecah-pecah) yang esensinya
mengarahkan pada sejumlah konsekuensi, sama yaitu dengan konsep Flow dari
Pertama, sensitivitas yang lebih besar Csikszentmihslyi adalah perhatian merdeka
terhadap lingkungan. Kedua, lebih terbuka yang efeknya pada rasa abadi. Rasa abadi
terhadap informasi baru. Ketiga, kreasi adalah rasa aku mau sekarang di sini
untuk kategori baru selama penyusunan begini (saiki, kene, ngene, yo gelem), dan
persepsi, dan Keempat, meningkatkan kehadiranya terkadang muncul tidak
kesadaran terhadap berbagai perspektif dengan disengaja (Widyarini, 2008).
dalam pemecahan masalah. Sternberg Konsep Gestalt Fritz Perls ini tidak
(2000) meringkas definisi Langer tentang akan mencari tahu apa yang telah terjadi di
sikap penuh perhatian ini sebagai: (1) masa lalu, namun lebih mendorong untuk
Keterbukaan pada hal-hal yang baru, (2) membicarakan keadaan di sini dan saat ini
berpikir plural, (3) Kepekaan terhadap (here & now). Kerena pemusatan pada masa
konteks hal-hal yang berbeda, 4. Kesadaran lalu akan menjadi jalan untuk menghindari
terhadap perspektif yang jamak, dan (5) masalahnya. Begitu juga, dalam pema-
Berorientasi aktual (kekinian). haman humanistik Rogers, dikenal dengan
istilah unconditional positive regard dan
pada saiki, kene, ngene yo gelem yang telah Indonesia Cornell Southeast Asian
sesuai dengan alur sebab kedadosan (sebab Program, Indonesia Journal Archipel, 57,
dan kejadian) dari sebuah kasunyatan 49-70.
(kenyataan) yang ada. Connel, B. O. (2011). Terapi berfokus solusi
dalam Palmer, S. (Eds.), Konseling dan
Saran Psikoterapi, edisi Bahasa Indonesia
Relasi yang dibangun dalam hubungan (Introduction to counselling and psycho-
terapeutis antara sang terapis (psikolog) therapy, 2010). (Haris A Setiadjid: Terje-
dan sang klien sifatnya cenderung berjarak mahan) (pp. 550-552). Yogyakarta:
dan elitis. Kecenderungan ini menjadikan Pustaka Pelajar.
pendekatan psikoterapi Barat dalam meme- Corey, G. (2009). (Theory and practice:
cahkan persoalan yang dihadapi klien itu Counceling and psychotherapy, 2005).
menjadikan klien cenderung menjadi keter- Konseling dan psikoterapi: Teori dan
gantungan untuk selalu menemui sang praktik. (Edi Koswara: Terjemahan).
terapisnya. Padahal sang terapis atau psiko- Bandung: Refika Aditama.
log dalam hal ini belum tentu juga mampu
Dossey, L. (1996). (Healing word, 1993).
untuk mengobati atau bahkan menyem-
Healing word: Kata-kata yang menyem-
buhkan dirinya sendiri ketika persoalan itu
buhkan. Jakarta: Gramedia.
menghampirinya, kemudian tidak heran
apabila ada istilah psikologi untuk anda. Feist, J., & Feist, G. (2008). Theory of perso-
Berbeda yang ditawarkan oleh wejangan nality. Edisi keenam. (Yudi Santoso:
kawruh jiwa sebagai pendekatan psikoterapi Terjemahan). Yogyakarta: Pustaka
yang menjadikan diri kita sendiri sebagai Pelajar.
agen yang terlatih untuk berani dan man- Gilbert, M., & Evans, K. (2011). Konseling
diri dalam memilah-milah rasanya sendiri, dan psikoterapi gestalt dalam Palmer, S.
memilah-milah rasanya orang lain dan rasa (Eds.), Konseling dan psikoterapi, edisi
pikirannya sendiri dalam menghadapi Bahasa Indonesia (Introduction to
persolan dan menyelesaikannya. counselling and psychotherapy, 2010).
(Haris A Setiadjid: Terjemahan) (pp.
152-155). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Daftar Pustaka
Hadjam, M. N. (2002). Transaksional ana-
Afif, A. (2012). Ilmu bahagia menurut Ki lisis. Subandi (Ed.), Psikoterapi pendekatan
Ageng Suryomentaram. Depok: Kepik. konvensional dan kontemporer (pp. 67).
Attamimi, N. (2002). Pendekatan huma- Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
nistik Carl R Rogers dalam psikoterapi. Hardy, J., & Whitmore, D. (2011). Psikosin-
Subandi (Ed.), Psikoterapi pendekatan tesis. Palmer, S. (Eds.), Konseling dan
konvensional dan kontemporer (pp. 46-56). psikoterapi, edisi Bahasa Indonesia
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. (Introduction to counselling and psycho-
Boeree, G. (2004). (Personality theory, 1997). therapy, 2010). (Haris A Setiadjid:
Personality theory. (Inyiak Ridwan Terjemahan) (pp. 398-399). Yogyakarta:
Munzir: Terjemahan). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Primasophi. Herink, R. (1980). The psychotherapy
Bonneff, M. (1993). Ki Ageng Suryomen- handbook: The A to Z guide to more than
taram Javanese prince and philosopher. 250 different therapies in use today. New
York: The New American Library.
Neenan, M., & Palmer, S. (2011). Konseling Reynolds, D. K. (1994a). Morita thera-
dan psikoterapi berbasis permasalahan py.Corsini, R. J., Auerbach, A. J., Anas-
dalam Palmer, S. (Eds.), Konseling dan tasi, A. (Eds.), Concise encyclopedia of
Psikoterapi, edisi Bahasa Indonesia psychology (pp. 429). New York: Wiley
(Introduction to counselling and Publication.
psychotherapy, 2010). (Haris A Setiadjid: Reynolds, D. K. (1994b). Naikan therapy.
Terjemahan) (pp. 368-375). Yogyakarta: Corsini, R. J., Auerbach, A. J., Anastasi,
Pustaka Pelajar. A. (Eds.), Concise encyclopedia of psycho-
Papadopoulos, L., & Parker, J. (2002). Three logy (pp. 588).New York: Wiley Publi-
main models of psychological coun- cation.
selling. Bor, R., & Palmer, S. (Eds.), A Smith, H. (2001). Agama-agama manusia.
Beginners Guide to Training in Coun- Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
selling& Psychotherapy (pp. 48-60), Sage Stange, P. (1998). Politik perhatian (rasa dalam
Publications. kebudayaan jawa). Yogyakarta: Lkis.
Prawitasari, J. E. (2002). Dasar-dasar psiko- Sternberg, R. J. (2000). Images of mind-
terapi. Subandi (Ed.), Psikoterapi pende- fullness. Journal of Social Issues, 56, 11
katan konvensional dan kontemporer (pp. 26. http://dx.doi.org//10.1111/0022-
1-5).Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 4537.00149
Prawitasari, J. E. (2006). Psikologi nusantara: Subandi. (2008). Ngemong: Dimensi keluar-
Kesanakah kita menuju? Buletin ga pasien psikotik di Jawa. Jurnal
Psikologi, 14(1). Psikologi, 35(1), 62-79.
Prawitasari, J. E. (2012). Psikologi terapan: Suryomentaram, Ki. A. (2002). (Kawruh jiwa:
melintas batas disiplin ilmu. Jakarta: Wejanganipun Ki Ageng Suryomentaram,
Erlangga. 1989). Falsafah hidup bahagia I: Jalan
Prihartanti, N. (2003). Kualitas kepribadian menuju aktualisasi diri. (Ki Grangsang
ditinjau dari konsep rasa Suryomen- Suryomentaram, Ki Otto Suastiko, Ki