Anda di halaman 1dari 2

Solopos.

com, SOLO Pemerintah akan melakukan ulang tender proyek


pembangunan eksplorasi panas bumi (geothermal) di Gunung Lawu,
Karanganyar. Proyek itu akan dijalankan meskipun muncul penolakan dari
masyarakat setempat.

Hal ini diungkapkan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)
Ignasius Jonan kepada wartawan seusai memberikan kuliah umum kepada
mahasiswa di Aula Gedung Induk Siti Walidah Universitas Muhammadiyah
Surakarta (UMS), Sabtu (5/8/2017).

Kuliah umum dengan tema Kemandirian dan Keberlanjutan Energi Nasionalitu


dihadiri Rektor UMS Sofyan Anif dan ratusan mahasiswa serta dosen.
Menurut Jonan, tender ulang proyek pembangunan panas bumi di Gunung
Lawu dilakukan karena perusahaan pemenang lelang tender sebelumnya
tidak sanggup mengerjakan.

Pihak perusahan entah karena faktor keuangan atau tidak memiliki


kemampuan teknik telah berhenti dan mengembalikan ke pemerintah,
katanya.

Untuk itu, sambung Jonan, pemerintah memilki dua opsi yakni akan
melakukan tender ulang atau dikerjakan oleh PT PLN. Mengenai adanya
penolakan masyarakat di Karanganyar atas rencana pembangunan proyek
panas bumi di Gunung Lawu, Jonan mengatakan akan melakukan sosialisasi.

Disosialisasikan kepada masyarakat tentang dampak dan keuntungan


pembangunan panas bumi tersebut, tandasnya.

Seperti diberitakan, tender pengerjaan proyek eksplorasi tenaga panas bumi


di Gunung Lawu dimenangkan PT Pertamina Geothermal Energy (PGE).
Sedianya, pekerjaan proyek tersebut dimulai pada 2017. Panas Bumi di
Gunung Lawu dapat menghasilkan produksi listrik sebesar 165 megawatt
(MW).

Namun, rencana eksplorasi panas bumi tersebut mendapat penolakan dari


komponen masyarakat karena dituding mengancam persediaan air, kekayaan
religi, dan budaya Gunung Lawu. Sementara itu, saat memberikan kuliah
umum, Jonan, mengatakan kemandirian energi nasional bukan semata-mata
energi itu dihasilkan dan digunakan untuk kebutuahan dalam negeri.

Pemanfaatan energi bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri,


tapi juga luar negeri (ekspor). Sebaliknya juga bisa impor dari luar negeri guna
memenuhi kebutuhan dalam negeri. Paling penting harga energi kompetitif.
Mau menggunakan energi dari dalam negeri, tapi harganya lebih mahal
dibandingkan energi impor, ungkapnya.

Ia menambahkan kemandirian energi dalam arti berdiri diri dengan kaki


sendiri memang benar. Tapi tidak boleh digunakan untuk propaganda,
tandas Jonan.

Anda mungkin juga menyukai