Multiple Sclerosis (MS) adalah suatu penyakit autoimun kronik yang menyerang mielin otak dan medula spinalis. Penyakit ini menyebabkan kerusakan pada selubung mielin saraf manusia sehingga terjadi gangguan sistem hantaran impuls pada saraf tersebut. Di antara populasi multirasial, orang kulit putih memiliki resiko yang paling tinggi mengalami keadaan multiple sklerosis. Di Indonesia penyakit ini tergolong jarang jika dibandingkan dengan penyakit neurologis lainnya. Multiple sklerosis lebih sering menyerang perempuan dibandingkan laki- laki dengan rasio 2:1. Umumnya penyakit ini diderita oleh mereka yang berusia 20-50 tahun. MS bersifat progresif dan dapat mengakibatkan kecacatan. Sekitar 50% penderita MS akan membutuhkan bantuan untuk berjalan dalam 15 tahun setelah onset penyakit.2 Penyebab terjadinya MS sampai saat ini tidak diketahui. Keterlibatan faktor genetik dan non-genetik seperti autoimun, infeksi virus, metabolisme dan faktor lingkungan diduga berperan dalam mencetuskan respons imun yang merusak susunan saraf pusat ini.1 Terjadina respon abnormal pada keadaan autoimun menyebabkan kondisi dimana sel darah putih menghancurkan myelin dan oligodendrocytes yang merupakan sel-sel bertanggung jawab untuk membuat dan memelihara satu lapisan lemak, yang dikenal sebagai sarung pelindung myelin, yang membantu neuron membawa sinyal elektrik. Keadaan ini menyebabkan penipisan atau kerusakan total myelin dan sering memotong perluasan neuron atau axons. Ketika myelin hilang, neuron tidak bisa lagi secara efektif menghantarkan sinyal elektrik.3 Tingkat kerusakan myelin dalam lesi ini menyebabkan sebagian dari gejala bervariasi tergantung atas daerah yang mengalami kerusakan. Hampir semua gejala neurologis bisa menyertai penyakit ini.