Anda di halaman 1dari 6

Page |1

Mario Joanes Lumanaw


Prodi: Filsafat, Semester III
Tugas Mata Kuliah: Sejarah Filsafat Yunani

AJARAN HERAKLEITOS TENTANG PERUBAHAN


Sebuah Intisari/Sumasi dan Tanggapan atas Ajaran Herakleitos Tentang Perubahan
(Sumber: Bertens Kees. Sejarah Filsafat Yunani. Yogyakarta: Kanisius, 1999, hlm. 53-57)

Herakleitos berasal dari Efesus di Asia Kecil. Ia menulis sebuah buku tapi sudah hilang.
Yang tersisa hanyalah 130 fragmen yang mumuat inti ajarannya. Namun semua fragmen
yang ia tulis berisi tulisan-tulisan atau amsal-amsal pendek yang sering kali tidak jelas
artinya, sehingga Iapun diberi julukan si gelap (ho skoteinos), karena sangat sulit untuk
mengerti maksud pikirannya.

Herakleitos yang hidup sekitar tahun 500 SM hadir dalam arus pemikiran filsafat
dalam rangka menjelaskan tentang perubahan. Ia pun berpendapat bahwa tidak ada
sesuatu pun yang betul-betul ada, melainkan semuanya menjadi. Dapat dikatakan pula
bahwa inti pemikirannya merupakan bentuk sanggahan atas filsafat yang berkembang
sebelumnya (filsafat yang dikembangkan oleh filsuf-filsuf pertama dari Miletos: Thales,
Anaximenes dan Anaximandros) yang mencoba mencari dan menjelaskan prinsip tetap atau
prinsip asali (arkhe) dari realitas. Kalau filsuf-filsuf pertama berhadapan dengan pertanyaan:
adakah prinsip asali dari realitas ?, sedangkan Herakleitos berhadapan dengan pertanyaan-
pertanyaan: Bagaimana perubahan yang terus-menerus yang dialami oleh alam dan
manusia dapat dijelaskan ? Apakah perubahan itu riil ? Apakah terdapat sesuatu yang
menjadi sumber perubahan itu ? dan kalau ada, apakah sumber itu sendiri berubah, atau
kebal terhadap perubahan ? Hal ini akan dijelaskan dalam empat poin berikut ini:

1. Segala Sesuatu Terdiri dari Hal-Hal yang Berlawanan atau Saling Beroposisi.

Tesis dasar dari poin ini adalah: yang satu adalah banyak dan yang banyak adalah
satu. Herakleitos berkeyakinan bahwa segala sesuatu terdiri dari hal-hal yang saling
berlawanan namun hal-hal yang berlawanan itu tetap mempunyai kesatuan (penegasan ini
berbeda dengan apa yang dikatakan oleh Anaximandros yang walaupun mengakui adanya
Page |2

oposisi namun menganggap pertentangan ini sebagai sebuah ketidakadilan). Herakleitos


pun mengambil contoh busur di mana hakekat busur terdiri atas tali yang direnggangkan
antara dua kutup yang saling bertentangan. Dan justru karena ketegangan atau
pertentangan itulah busur disebut busur. Dari contoh sederhana ini, ia bergerak pada
analogi yang lebih rumit. Ia mengatakan bahwa manusia terdiri dari hidup dan mati. Kalau
manusia hidup pasti manusia akan mati. Berarti manusia diciptakan untuk hidup lalu mati.
Dengan demikian dari penegasan ini Herakleitos mau menunjukkan bahwa di balik hal-hal
yang berlawanan ini ada satu prinsip yang utama yakni perubahan. Dari sebab itu ia
mengatakan bahwa segala sesuatu berada dalam arus perubahan yang terus menerus. Tidak
ada sesuatupun yang menetap.

2. Panta Rhei Kai Uden Menei: Seluruh Kenyataan Merupakan Arus Sungai Yang
Mengalir.

Istilah Panta Rhei Kai Uden Menei sebenarnya berasal dari Diogenes Laertions yang
mencoba meringkaskan ajran Herakleitos dengan mengatakan bahwa segalanya mengalir
bagaikan air sungai. Simbolisme air sungai ini sebenarnya hanya ingin mempertegas
pendirian Herakleitos tentang perubahan, di mana segala sesuatu berada dalam arus
perubahan yang terus menerus dan tidak ada yang tinggal tetap. Semuanya ada dalam
proses menjadi, seperti terdapat dalam salah satu fragmennya yang mengatakan: Engkau
tidak bisa turun dua kali ke dalam sungai yang sama. Maksudnya ialah, sungai selalu
mengalir (berada dalam perubahan yang terus-menerus), sehingga orang yang turun ke
dalam sungai yang sama akan dialiri oleh air yang berbeda pada saat/waktu yang berbeda.
Dengan demikian tidak ada sesuatu yang tinggal mantap untuk membasahi kaki orang yang
turun ke dalam sungai yang sama.

Dari sana, bisa juga dipetik penegasan lain tentang perubahan di mana sungai dan
manusia memperlihatkan fakta yang menakjubkan berhadapan dengan arus perubahan.
Seperti contoh sungai, yang meskipun ditimpa perubahan yang terus-menerus, namun
identitasnya tetap sama. Walaupun air sungai X terus-menerus berubah karena mengalir,
namun sungai X tidak berubah menjadi sungai Y. Begitu juga dengan manusia, misalnya
Mario yang walaupun mengalami pelbagai perubahan fisik dan mental, tetapi sejak kanak-
kanak sampai usia lanjut, tetap ia dikenal sebagai Mario. Hal ini mau menunjukkan bahwa
Page |3

walaupun segala sesuatu berubah tetapi segala sesuatu itu tetap mempertahankan
identitasnya. Dengan demikian menurut Herakleitos di antara bentuk-bentuk yang berubah
dan unsure yang menetap, antara yang banyak dan yang satu, harus terdapat kesatuan
dasar tertentu. Dan hal ini ia lambangkan dengan api.

3. Seluruh Kenyataan adalah Api dan Api adalah Sumber Proses Perubahan

Perlu dicatat bahwa api menurut Herakleitos berbeda dengan salah satu anasir,
seperti air menurut Thales atau udara menurut Anaximenes, sebagai asas asali dan dasar
dari realitas. Menurut Herakleitos api merupakan prinsip dasar dari perubahan. Api
merupakan sumber proses perubahan yang dapat berubah-ubah dan juga mengubah segala
sesuatu tetapi api tetap menjadi api. Dikatakan bahwa api dapat mengubah kayu menjadi
arang dan api bisa berubah dari api yang kecil menjadi api yang besar, dari api merah
menjadi api biru, tetapi api yang berubah dan dapat mengubah sesuatu tetaplah api.
Dengan demikian menurut Herakleitos api sangat cocok untuk melambangkan kesatuan
dalam perubahan.

4. Ajaran Herakleitos tentang Logos

Bagi Herakleitos Logos atau rasio merupakan hukum yang menguasai segala-
galanya. Baginya pula arus perubahan yang terus-menerus itu bersumber pada suatu Rasio
atau Logos universal, karena bagi Herakleitos Manusia perorangan terutama jiwanya
mengambil bagian dalam logos tersebut. Logos tersebut pun bersifat ilahi namun
Herakleitos tidak membayangkan seorang person ilahi seperti Allah yang berupa pribadi.
dalam ajaran Herakleitos logos harus disamakan dengan api. Namun walaupun logos
dibayangkan sebagai sesuatu yang material seperti api namun ajarannya tentang logos
melebihi sesuatu yang sifatnya material belaka. Pada intinya lewat logos ini, Herakleitos
hendak mengatakan bahwa Logos atau rasio universal adalah hukum atau sesuatu yang
menguasai segala sesuatu dan mengatur segala sesuatu yang berada dalam arus perubahan.
Pelbagai bentuk yang berubah-ubah dan saling bertentangan disatukan secara harmonis
dalam Yang Satu, yaitu Logos Universal.
Page |4

TANGGAPAN PRIBADI ATAS AJARAN HERAKLEITOS TENTANG PERUBAHAN

Satu kesimpulan yang bisa saya tarik dari ajaran Herakleitos tentang perubahan yakni
Herakleitos menempatkan ajarannya tersebut atas landasan tesis dasar bahwa Hakekat
realitas adalah perubahan. Perubahan itu sungguh riil dan tanpa perubahan realitas tidak
dapat dijelaskan. Dan perubahan ada karena adanya perbedaan atau oposisi.

Bagi saya ajaran Herakleitos ini walaupun masa sesudahnya ajarannya dikritik oleh
Parmenides yang mengatakan bahwa perubahan yang dijelaskan olehnya adalah sesuatu
yang mustahil namun sampai saat ini masih relevan dalam system pemikiran manusia.
Banyak orang percaya dan meyakini bahwa dunia ini senantiasa berjalan dan berubah sesuai
zaman. Bahkan segala bidang kehidupan tak pernah lepas dari arus perubahan, baik dalam
bidang kebudayaan, perkembangan teknologi, ketatanegaraan, hukum, ekonomi dan
bidang-bidang lainnya. Segala bidang kehidupan tersebut berkembang ke arah progresifitas
karena pengaruh dari perubahan. Misalnya bidang informasi dan teknologi yang dulunya
ketinggalan zaman dan sekarang mengalami kemajuan yang signifikan dimungkinkan karena
adanya perubahan. Atau peradaban manusia yang dari zaman purba sampai zaman yang
seperti sekarang ini terkondisi karena satu prinsip yakni perubahan. Perubahan inipun
terjadi karena adanya pertentangan antara dua ketegangan yakni membiarkan diri
ketinggalan zaman atau memilih untuk mengembangkan diri mengikuti perkembangan
zaman; membiarkan diri terkebelakang atau memilih untuk ke arah yang lebih baik.
Misalnya system ketatanegaraan kita yang sering mengalami perubahan karena adanya
refleksi dari petinggi negara untuk menghantar negara kita pada sebuah system yang lebih
baik karena system yang lama kurang memuaskan. Dengan demikian dalam hal ini saya
senada dengan Herakleitos yang mengatakan bahwa hakekat dari realitas adalah
perubahan: Segala sesuatu itu berubah dan perubahan itu tetap serta selalu ada karena
perubahan itu sendiri tidak pernah akan berubah bahkan tidak pernah akan lenyap, sebab
perubahan merupakan prinsip dari realitas.

Akan tetapi dalam konteks realitas manusia, saya rasa ada hal yang tidak dilihat oleh
Herakleitos. Dalam teorinya ia mengatakan bahwa manusia senantiasa berubah baik fisik
maupun mentalnya. Dan yang tidak berubah ialah identitasnya, bahwa Manusia A
tetaplah Manusia A walaupun aspek individualnya senantiasa berubah. Iapun
mempertegas tentang identitas yang tetap dengan simbolisme api, bahwa api yang terus
Page |5

berubah dan bisa mengubah sesuatu tapi identitas api tidak berubah: api tetaplah api. Dari
sini bisa disimpulkan bahwa segala sesuatu yang ada dalam diri manusia baik fisik ataupun
mentalnya selalu berubah, kecuali identitasnya. Perubahan fisik berarti perubahan ciri-ciri
fisik sedangkan perubahan mental menyangkut cara berpikirnya akan segala sesuatu.
Dengan demikian pemikiran seseorang tentang sesuatu akan terus mengalami perubahan.
Berarti tidak ada definisi/konsep yang tetap tentang sesuatu. Misalnya tidak ada kebaikan
yang tetap, tidak ada keadilan yang tetap, dsb. Bagi saya di sinilah letak kekeliruan
Herakleitos.

Letak kekeliruan dari Herakleitos ialah ia tidak melihat prinsip kodrati dalam diri
manusia. Misalnya tentang kebaikan yang adalah prinsip kodrati dari hati nurani. Mungkin
Herakleitos berpikir bahwa definisi tentang kebaikan senantiasa berubah sesuai dengan
realitas zaman, sehingga pandangan manusia tentang kebaikan terus berubah. Akan tetapi
kebaikan tersebut adalah sesuatu yang kodrati dalam diri manusia, bahwa kebaikan adalah
kebaikan. Tidak mungkin orang melihat sesuatu itu baik kalau dalam dirinya tidak ada
prinsip kebaikan. Berarti karena prinsip kebaikan yang tetap dan sama ia bisa mengerti
sesuatu itu baik dan sesuatu itu tidak baik. Dengan demikian perubahan yang Herakleitos
maksudkan dengan kebaikan yang adalah salah satu aspek perubahan mental dalam diri
manusia yaitu menyangkut sesuatu yang ada di luar diri dari manusia. Dengan demikian
secara kodrati tidak ada yang berubah dalam diri manusia.

Atas dasar ini pula berarti tidak ada oposisi yang terjadi. Dalam ajarannya, Herakleitos
mengatakan bahwa oposisi berarti ada sesuatu yang berlawanan atau bertentangan. Dan
perubahan terjadi karena ada pertentangan. Analoginya mungkin seperti ini: A
berlawanan dengan B dan menjadi C. Dengan demikian kalau C ada hanyalah
partisipasi dari A berarti perubahan A ke C bukan karena oposisi, melainkan hanya
sebuah turunan dari A.

Lewat sanggahan ini pula, saya mau mengatakan bahwa berarti konsep perubahan
oleh Herakleitos ternyata mustahil, karena ternyata dapat dibuktikan bahwa perubahan
mental dalam diri manusia seperti yang sudah dijelaskan di atas tentang kebaikan yang
hanyalah turunan dari A ke C, berarti sesungguhnya tidak ada perubahan yang
sempurna, mengingat bahwa ia pernah mengatakan bahwa segala sesuatu ada dalam
Page |6

proses menjadi. Dan menjadi berarti A menjadi C dan bukan A mempengaruhi C


sehingga menjadi C yang ada unsur A.

Akhirnya, dapat disimpullkan bahwa bagi saya walaupun segala sesuatu di dunia ini
berada dalam arus perubahan, ternyata realitaspun dapat dijelaskan tanpa perubahan.

Anda mungkin juga menyukai