Anda di halaman 1dari 13

PRAKTIKUM MANDIRI

PEMBUATAN BIOETANOL DARI KULIT PISANG

A. TUJUAN PRAKTIKUM
Untuk membuat bioetanol dari kulit pisang raja.

B. TEORI DASAR

1. Bahan Baku
Amilum atau dalam bahasa sehari-hari disebut pati terdapat dalam
berbagai jenis tumbuh-tumbuhan yang disimpan dalam akar, batang buah, kulit,
dan biji sebagai cadangan makanan. Pati adalah polimer D-glukosa dan ditemukan
sebagai karbohidrat simpanan dalam tumbuh-tumbuhan, misalnya ketela pohon,
pisang, jagung,dan lain-lain (Poedjiadi A, 1994).
Kulit pisang kepok digunakan karena mengandung karbohidrat.
Karbohidrat tersebut diurai terlebih dahulu melalui proses hidrolisis kemudian di
fermentasi dengan menggunakan Saccharomyces cereviseae menjadi alkohol.
Bioetanol (C2H5OH) adalah cairan dari fermentasi gula dari sumber karbohidrat
menggunakan bantuan mikroorganisme (Anonim, 2007). Bioetanol diartikan juga
sebagai bahan kimia yang diproduksi dari bahan pangan yang mengandung pati,
seperti ubi kayu, ubi jalar, jagung, dan sagu. Bioetanol merupakan bahan bakar
dari minyak nabati yang memiliki sifat menyerupai minyak premium (Khairani,
2007).
Komposisi kulit pisang ditunjukan pada tabel 1.
Tabel 1 Kandungan Kulit Pisang

Unsur Komposisi
Air 69,80 %
Karbohidrat 18,50%
Lemak 2,11%
Protein 0,32%
Kalsium 715mg/100gr
(Anynomous, 1978)
Pospor 117mg/100gr
Besi 0,6mg/100gr
Vitamin B 0,12mg/100gr
Vitamin C 17,5mg/100gr

Berdasarkan tabel 1, komposisi terbanyak kedua pada kulit pisang adalah


karbohidrat. Mengingat akan hal tersebut dan prospek yang baik di masa yang
akan datang, maka penyusun mencoba mencari peluang untuk memanfaatkan kulit
pisang sebagai bahan baku dalam pembuatan bioethanol (Prescott and Dunn,
1959).

2. Mikroorganisme pada Fermentasi


Alkohol dapat diproduksi dari beberapa bahan secara fermentasi dengan
bantuan mikroorganisme, sebagai penghasil enzim zimosa yang mengkatalis
reaksi biokimia pada perubahan substrat organic. Mikroorganisme yang dapat
digunakan untuk fermentasi terdiri dari yeast (ragi), khamir,jamur, dan bakteri.
Mikroorganisme tersebut tidak mempunyai klorofil, tidak mampu memproduksi
makanannya dengan cara fermentasi, dan menggunakan substrat organic untuk
sebagai makanan.
Saccharomyces cereviseae lebih banyak digunakanuntuk memproduksi
alkohol secara komersial dibandingkan dengan bakteri dan jamur. Hal ini
disebabkan karena Saccharomyces cereviseae dapat memproduksi alkohol dalam
jumlah besar dan mempunyai toleransi pada kadar alcohol yang tinggi. Kadar
alcohol yang dihasilkan sebesar 8-20% pada kondisi optimum. Saccharomyces
cereviseae yang bersifat stabil, tidak berbahaya atau menimbulkan racun, mudah
di dapat dan malah mudah dalam pemeliharaan. Bakteri tidak banyak digunakan
untuk memproduksi alkohol secara komersial, karena kebanyakan bakteri tidak
dapat tahan pada kadar alkohol yang tinggi (Sudarmadji K., 1989).

3. Hidrolisis
Hidrolisis adalah reaksi kimia antara air dengan suatu zat lain yang
menghasilkan satu zat baru atau lebih dan juga dekomposisi suatu larutan dengan
menggunakan air. Proses ini melibatkan pengionan molekul air ataupun peruraian
senyawa yang lain (Pudjaatmaka dan Qodratillah, 2002).Hidrolisis diterapkan
pada reaksi kimia yang berupa organic atau anorganik dimana air mempengaruhi
dekomposisi ganda dengan campuran yang lain, hydrogen akan membentuk satu
komponen
Karena reaksi antara pati dengan air berlangsung sangat lambat, maka
untuk memperbesar kecepatan reaksinya diperlukan penambahan katalisator.
Penambahan katalisator ini berfungsi untuk memperbesar keaktifan air, sehingga
reaksi hidrolisis tersebut berjalan lebih cepat. Katalisator yang sering digunakan
adalah asam sulfat, asam nitrat, dan asam klorida.
Dalam reaksi ini menggunakan katalis asam klorida sehingga persamaan
reaksi yang terbentuk
(C6H10O5)n+ nH2O n(C6H12O6)
(Agra dkk, 1973)

4. Fermentasi
Fermentasi adalah suatu proses oksidasi karbohidrat anaerob jenih atau
anaerob sebagian. Dalam suatu proses fermentasi bahan pangan seperti natrium
klorida bermanfaat untuk membatasi pertumbuhan organisme pembusuk dan
mencegah pertumbuhan sebagian besar organisme yang lain. Suatu fermentasi
yang busuk biasanya adalah fermentasi yang mengalami kontaminasi, sedangkan
fermentasi yang normal adalah perubahan karbohidrat menjadi alkohol.
Mikroba yang digunakan untuk fermentasi dapat berasal dari makanan
tersebut dan dibuat pemupukan terhadapnya. Tetapi cara tersebut biasanya
berlangsung agak lambat dan banyak menanggung resiko pertumbuhan mikroba
yang tidak dikehendaki lebuh cepat. Maka untuk mempercepat perkembangbiakan
biasanya ditambahkan mikroba dari luar dalam bentuk kultur murni ataupun
starter (bahan yang telah mengalami fermentasi serupa).
Manusia memanfaatkan Saccharomyces cereviseae untuk melangsungkan
fermentasi, baik dalam makanan maupun dalam minuman yang mengandung
alcohol. Jenis mikroba ini mampu mengubah cairan yang mengandung gula
menjadi alcohol dan gas CO2 secara cepat dan efisien (Sudarmadji K., 1989).
Proses metabolisme pada Saccharomyces cereviseae merupakan rangkaian
reaksi yang terarah yang berlangsung pada sel. Pada proses ini terjadi serangkaian
reaksi yang bersifat merombak suatu bahan tertentu dan menghasilkan energy
serta serangkaian reaksi lain yang bersifat mensintesis senyawa-senyawa tertentu
dengan membutuhkan energi. Saccharomyces cereviseae sebenarnya tidak mampu
langsung melakukan fermentasi terhadap makromolekul seperti karbohidrat, tetapi
karena mikroba tersebut memiliki enzim yang disekresikan mampu memutuskan
ikatan glikosida sehingga dapat difermentasi menjadi alcohol atau asam.
Fermentasi bioethanol dapat didefenisikan sebagai proses penguraian gula
menjadi bioethanol dan karbondioksida yang disebabkan enzim yang dihasilkan
oleh massa sel mikroba.
Perubahan yang terjadi selama proses fermentasi adalah:Perubahan
glukosa menjadi bioethanol oleh sel-sel Saccharomyces cereviseae.
C6H12O6 saccharomyces cereviseae C2H5OH + 2CO2
Glukosa enzim zimosa etanol
(Sudarmadji K., 1989)

Fermentasi bioethanol dipengaruhi oleh faktor-faktor antara lain :


a. Media
Pada umumnya bahan dasar yang mengandung senyawa organik terutama
glukosa dan pati dapat digunakan sebagai substrat dalam proses fermentasi
bioethanol (Prescott and Dunn, 1959)

b. Suhu
Suhu optimum bagi pertumbuhan Saccharomyces cereviseae dan
aktivitasinya adalah 25-35oC. suhu memegang peranan penting, karena secara
langsung dapat mempengaruhi aktivitas Saccharomyces cereviseae dan secra
tidak langsung akan mempengaruhi kadar bioethanol yang dihasilkan (Prescott
and Dunn, 1959).Pada penelitian ini pertumbuhan Saccharomyces cereviseae
dijaga pada suhu 27oC (Rhonny.A dan Danang J.W, 2003).

c. Nutrisi
Selain sumber karbon, Saccharomyces cereviseae juga memerlukan
sumber nitrogen, vitamin dan mineral dalam pertumbuhannya. Pada umumnya
sebagian besar Saccharomyces cereviseae memerlukan vitamin seperti biotin dan
thiamin yang diperlukan untuk pertumbuhannya. Beberapa mineral juga harus ada
untuk pertumbuhan Saccharomyces cereviseae seperti phospat, kalium, sulfur, dan
sejumlah kecil senyawa besi dan tembaga (Prescott and Dunn,1959).
d. pH
pH substrat atau media fermentasi merupakan salah satu faktor yang
menentukan kehidupan Saccharomyces cereviseae. Salah satu sifat
Saccharomyces cereviseae adalah bahwa pertumbuhan dapat berlangsung dengan
baik pada kondisi pH 4 6 (Prescott and Dunn, 1959).

e. Volume starter
Volume starter yang ditambahkan 3-7% dari volume media fermentasi.
Jumlah volume starter tersebut sangat baik dan efektif untuk fermentasi serta
dapat menghasilkan kadar alcohol yang relative tinggi (Monick, J. A., 1968).
Penambahan volume starter yang sesuai pada proses fermentasi adalah 5%
dari volume fermentasi (Prescott and Dunn, 1959).Volume starter yang terlalu
sedikit akan mengakibatkan produktivitas menurun karena menjadi lelah dan
keadaan ini memperbesar terjadinya kontaminasi. Peningkatan volume starter
akan mempercepat terjadinya fermentasi terutama bila digunakan substrat
berkadar tinggi. Tetapi jika volume starter berlebihan akan mengakibatkan
hilangnya kemampuan bakteri untuk hidup sehingga tingkat kematian bakteri
sangat tinggi.

f. waktu fermentasi
Waktu fermentasi yang normal yaitu 3-14 hari, jika waktunya terlalu
cepat, bakteri Saccharomyces cerevisiae masih dalam masa pertumbuhan, dan jika
terlalu lama maka bakteri akan mati dan etanol yang dihasilkan tidak maksimal.

g. konsentrasi gula
Konsentrasi gula yang cocok adalah 10-18 %, jika konsentrasi gulanya
rendah menyebabkan fermentasi tidak optimal sedangkan apabila konsentrasi
gulanya terlalu tinggi akan menyebabkan terhambatnya perkembangan
Saccharomyces cereviseae.

5. Alkohol
Alkohol dapat dihasilkan dari tanaman yang banyak
mengandung pati dengan menggunakan bantuan dari aktivitas mikroba.
Bioethanol merupakan senyawa organik yang mengandung gugus
hidroksida dan mempunyai rumus umum CnHn+1OH. Istilah bioethanol
dalam industri digunakan untuk senyawa etanol atau etil bioethanol
dengan rumus kimia C2H5OH. Etanol termasuk bioethanol primer yaitu
bioethanol yanh gugus hidroksinya terikat pada atom karbon primer. Sifat-sifat
bioethanol yang mudah menguap, udah terbakar, berbau spesifik, cairannya
tidak berwarna, dan mudah larut dalam : air, eter, khloroform, dan aseton
(Rhonny. A dan Danang J.W., 2003).

C. ALAT DAN BAHAN


1. Alat :
Timbangan elektrik
Kertas pH
Pipet tetes
Gelas piala
Blender
Batang pengaduk
Gelas ukur
Kertas saring
Oven
Kompor listrik
Erlenmeyer
Labu leher tiga
Tabung reaksi
Kaca arloji
Corong
Penyumbat gabus
Autoklav

2. Bahan
Kulit pisang raja
Bakteri Saccharomyces cereviseae
Larutan H2SO4 0,5 N
Ammonium sulfat
Urea

D. CARA KERJA

1. Persiapan Bahan
Kulit pisang raja
Dipotong kecil
Diblender
Disaring
Filtrat
Diendapkan
Disaring dan dikeringkan pada oven suhu 45-500C
Analisis kadar air dan kadar pati

2. Hidrolisis Pati
Pati kulit pisang
Ditambahkan H2SO4 0,5 N
Panaskan sampai suhu 1000C selama 2,5 jam
Dinginkan pada suhu ruangan
Saring
Filtrat
Atur pada pH=5

3. Fermentasi
100 mL filtrat
Dimasukkan dalam erlenmeyer
Tambahkan 6 gr amonium sulfat
Tambahkan 6 gr urea
Pasteurisasi pada suhu 1200C selama 15 menit
Dinginkan
Inkolum awal ke dalam medium fermentasi
Inkubasi pada 27-300C
Ulangi dengan waktu dan berat pati bervariasi
Analisis kadar bioetanolnya

4. Uji kandungan alkohol


1 mL hasil fermentasi
Ditambahkan 1 mL Na2Cr2O7
Ditambahkan 1 tetes H2SO4 pekat
Amati perubahan yang terjadi
Note: adanya perubahan warna larutan dari oren ke hijau menandakan adanya
alkohol di dalam larutan tersebut.

E. DATA PENGAMATAN

Sampel : kulit pisang raja


Waktu fermentasi : 7 hari

Tahapan pelaksanaan Hasil Pengamatan


Pati yang dihasilkan berwarna coklat
Persiapan Bahan
kehitaman dengan berat kurang dari 5 gr
Hidrolisis Pati Filtrat berwarna kecoklatan
Fermentasi

v. ragi 30 mL Filtratnya terdapat keputihan

v.ragi 50 Ml Filtratnya terdapat keputihan


Uji alkohol

v.ragi 30 mL Oren-oren (negatif)

v.ragi 50 mL Oren-oren (negatif)

F. PEMBAHASAN
Dalam pratikum mandiri kali ini kami mengangkat sebuah judul yaitu
mengenai Pembuatan Bioetanol Dari Kulit Pisang Raja, kulit pisang raja ini
mengandung serat kasar dengan karbohidrat yang tinggi yaitu, senyawa sellulosa.
Bioetanol ini dibuat melalui proses anaerob dengan bantuan mikroba yaitu
Saccharomyses cerevisiae dengan teknik fermentasi.
Proses pembuatan etanol ini dilakukan dengan beberapa tahap yaitu yang
pertama tahap pengambilan pati dari kulit pisang raja tersebut, dimana kulit
pisang ini dipotong kecil-kecil dan diblender, kemudian disaring dan diambil
filtratnya. Filtrat tersebut kemudian diendapkan dan dikeringkan pada oven
dengan suhu 45-500 C, sehingga diperoleh pati pisang raja.
Selanjutnya tahap kedua yaitu hidrolisis pati dari kulit pisang raja.
Hidrolisis merupakan suatu reaksi kimia antara air dengan suatu zat lain yang
menghasilkan zat baru :
(C6H10O5)n + nH2O n(C6H12O6)

Pati air glukosa


dimana pati kulit pisang raja tadi ditambahkan H2SO4 0,5 N sebanyak 50 ml
sebagai katalisator karena reaksi air dengan pati berlangsung sangat lambat.
Kemudian campuran tadi direfluks sampai suhu 1000C selama 2,5 jam, setelah itu
didinginkan sampai suhu ruangan dan disaring sehingga diperoleh filtrat.
Tahap ketiga dari percobaan ini adalah tahap fermentasi, fermentasi adalah
suatu proses oksidasi karbohidrat yang bersifat anaerob. Dimana fermentasi ini
mengubah glukosa menjadi bioethanol oleh sel-sel Saccharomyces cereviseae
dengan reaksi :
C6H12O6 saccharomyces cereviseae C2H5OH + 2CO2
Glukosa enzim zimosa etanol
dimana langkahnya filtrat hasil hidrolisis dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan
ditambahkan 3 gram amonium sulfat dan 3 gram urea sebagai nutrisi bagi
mikroorganisme yang akan digunakan untuk fermentasi nantinya. Kemudian
disterilkan dalam autoklav selama 15 menit, dan dikondisikan pada suhu 27-300 C.
Selanjutnya filtrat yang telah disterilkan tadi dibagi menjadi dua, dengan
volume yang sama. Kemudian masing-masing filtrat tadi ditambahkan bakteri
saccharomyces cerevisiae dengan volume yang berbeda, volume tabung pertama
dimasukkan 50 ml biakan bakteri dan tabung yang kedua dengan 30 ml biakan
bakteri pula. Biakan bakteri ini menggunakan media cair yaitu yang terbuat dari
glukosa, yeast ekstrak dan pepton yang dicampur menggunakan aquadest sampai
volume 100 ml, dimana campuran ini berfungsi untuk nutrisi bagi bakteri yang
akan ditanam untuk berkembang pada media. Semua campuran itu dimasukkan
kedalam erlenmeyer, dan ditutup serapat mungkin agar bakteri ini tidak
terkontaminasi oleh bakteri lain, selanjutnya dimasukkan kedalam autoklav
dengan tekanan 15 lb selama 15 menit dan didinginkan. Sehingga sudah siap
untuk ditanamkan bibit saccharomyces. Setelah media ini ditanamkan bibit
bakteri, agar bakteri dapat berkembang dengan baik, media ini dishaker selama 3
jam dengan beberapa kali sampai 4 hari. Setelah dilakukan fermentasi, dibiarkan
selama 7 hari pada suhu ruangan, untuk mengubah glukosa menjadi ethanol.
Setelah dianalisa secara kualitatif untuk uji alkohol yaitu dengan cara
penambahan 1 ml natrium bikromat 1% dengan katalis H2SO4 terhadap1 ml
bioetanol yang terbentuk diperoleh hasil negatif ditandai dengan tidak berubahnya
warna orange menjadi warna hijau. Reaksi yang seharusnya terjadi untuk uji
positif adanya ethanol adalah sebagai berikut:
3CH3CH2OH(aq) + Na2Cr2O7(aq) + 4H2SO4(l) 3CH3COOH(aq)+ Cr2(SO4)3(aq)
+ Na2SO4(aq) + 7H2O(l)

Praktikum ini tidak berhasil dikarenakan oleh beberapa faktor, yang


pertama proses fermentasi ini berlangsung secara anaerob yang tidak
membutuhkan oksigen, sedangkan pada saat dilakukan pratikum tepatnya pada
penutupan fermentasi tidak dilakukan secara rapat sehingga ada kemungkinan
oksigen dapat masuk kedalam fermentasi sehingga memicu tumbuhnya jamur
sehingga mengganggu kerja bakteri untuk mengubah glukosa menjadi etanol.
Kesalahan yang kedua yaitu rentang dilakukannya refluk dan fermentasi sangat
renggang sehingga ada kemungkinan hasil hidrolisisnya sudah rusak, sehingga
ada kemungkinan tidak ada glukosa yang terbentuk yang akan diubah oleh bakteri
menjadi ethanol. Dan kemungkinan terakhir bahwa bakteri Sacchromyces tidak
tumbuh dalam media akibat terganggu mikroorganisme lain.

Menurut teori ada beberapa faktor yang mempengaruhi fermentasi


bioetanol yaitu media, suhu, nutrisi, pH, volume starter, waktu fermentasi, dan
konsentrasi gula. pH untuk media fermentasi adalah 4-6 sedangkan pada
percobaan tidak ditentukan pH nya, waktu fermentasi yang normal yaitu 3-14 hari,
jika waktunya terlalu cepat, bakteri Saccharomyces cerevisiae masih dalam masa
pertumbuhan, sedangkan pada percobaan hanya dilakukan selama 7 hari, ada
kemungkinan bakteri masih dalam proses pertumbuhan.

G. KESIMPULAN

1. Pembuatan Bioetanol dari kulit pisang raja ini dibuat melalui proses anaerob

dengan bantuan mikroba yaitu saccharomyses cerevisiae dengan teknik

fermentasi.

2. Proses pembuatan etanol ini dilakukan dengan beberapa tahap yaitu tahap

pertama pengambilan pati dari kulit pisang raja, tahap kedua yaitu hidrolisis pati

dari kulit pisang raja dan tahap ketiga adalah tahap fermentasi.

3. Hidrolisis merupakan suatu reaksi kimia antara air dengan suatu zat lain yang
menghasilkan zat baru, pada percobaan ini di ubah pati menjadi glukosa.
4. Proses fermentasi yang dilakukan pada percobaan adalah mengubah glukosa
menjadi bioethanol oleh saccharomyces cereviseae.
5. Uji analisa etanol pada percobaan ini adalah negatif (tidak menghasilkan etanol).

Ini disebabkan oleh beberapa kesalahan, diantaranya pengaturan pH yang tidak

dilakukan, jarak waktu refluks dengan fermentasi terlalu lama, dll.


DAFTAR PUSTAKA

Arbianto,Purwo. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: Depdikbud.

Lechninger. 1986. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: Erlangga.

Poedjadji,A. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: UI.

Pudjatmaka,A.H dan Qodratillah,M.T. 2002. Kamus Kimia. Jakarta: Balai


Pustaka.

Rhonny dan Danang. 2003. Laporan Penelitian Pembuatan Bioethanol dari Kulit
Pisang. Yogyakarta: Universitas Pembangunan Nasional.

Anda mungkin juga menyukai