PENDAHULUAN
Tubuh manusia terbentuk dari zat-zat yang berasal dari makanan. Karenanya, manusia
memerlukan asupan makanan guna memperoleh zat-zat penting yang dikenal dengan istilah
nutrisi. Nutrisi berfungsi untuk membentuk dan memelihara jaringan tubuh, mengatur proses-
proses dalam tubuh, sebagai sumber tenaga, serta untuk melindungi tubuh dari serangan
penyakit. Dengan demikian fungsi utama nutrisi adalah untuk memberikan energi bagi
aktivitas tubuh, membentuk struktur kerangka dan jaringan tubuh, serta mengatur berbagai
proses kimia di dalam tubuh.
Ketika homeostasis tubuh terganggu atau dalam keadaan sakit, nutrisi yang mencukupi
dan tepat amat dibutuhkan untuk membantu proses penyembuhan. Akan tetapi, nutrisi yang
kurang atau berlebih justru akan memperburuk keadaan tubuh. Beberapa kelainan atau
penyakit memerlukan diet makanan khusus baik jenis dan jumlah asupannya, seperti
gangguan lambung, jantung, diabetes, dan gagal ginjal.
Penerapan proses keperawatan dalam asuhan keperawatan klien dengan masalah nutrisi
sangat diperlukan. Perawat berkesempatan untuk mengenali tanda-tanda nutrisi buruk dan
membuat langkah-langkah perubahan. Lewat kontak sehari-hari dengan klien dan
keluarganya memungkinkan perawat untuk mengobservasi status fisik, asupan makanan,
penambahan atau kehilangan berat badan, dan respon pada terapi klien. Perawat dapat
mengidentifikasi masalah aktual atau potensial dalam status nutrisi dan
mengimplementasikan terapi perawatan, medis dan nutrisi yang tepat untuk mengurangi dan
mengatasi masalah nutrisi klien.
1
1.2 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Nutrisi merupakan zat-zat yang diperoleh dari makanan yang berfungsi untuk
membentuk dan memelihara jaringan tubuh, mengatur proses-proses dalam tubuh, sebagai
sumber tenaga, serta untuk melindungi tubuh dari serangan penyakit.
MASALAH ESOFAGUS
1. 1. Kegagalan menelan
Dysphagia; kesulitan menelan, dapat terjadi karena masalah neuromuscular ataupun penyakit
syaraf seperti pada myesthania gravis, polio bulbar, muscular dystrophy, botulism. Pada
keadaan ini otot tak mampu berkontraksi dan peristaltic saluran cerna menjadi hilang. Hal ini
akan menyebabkan stagnasi makanan. Dysphagia dapat juga diawali oleh adanya tumor yang
menyumbat saluran cerna atau menurunnya kontraktilitas esophagus misalnya pada achalasia.
3
2. Inflamasi mukosa esophagus
Dalam kondisi normal, esophagus dilindungi oleh mucus yang disekresi oleh tunika mukosa
dan kontraksi spincter gastroesofageal yang mencegah cairan lambung masuk ke esophagus.
Jika oleh karena suatu keadaan misalnya pada hiatal hernia, cairan lambung refluks ke
esophagus, hal ini akan menyebabkan iritasi pada esophagus yang akan menyebabkan
esofagitis, sehingga akan menimbulkan rasa nyeri dan sulit menelan.
MASALAH GASTER
Gaster berfungsi mencampur, mengaduk dan memecah molekul makanan menjadi partikel-
partikel yang kecil sehingga permukaan makanan yang akan kontak dengan enzim selama
proses digesti menjadi lebih luas. Gaster juga menghasilkan 2-3 liter cairan per hari yang
berisi elektrolit, air, mucus, asam hidrochlorid, enzim pepsin dan lipase, serta factor intrinsic.
Makanan yang sudah halus bercampur dengan sekresi gaster mempunyai konsistensi yang
kental, membentuk kimus (Chyme). Chyme ini memfasilitasi proses digesti pada usus halus.
Adanya gangguan pada gaster menyebabkan terhambatnya proses digesti pada usus halus
yang akan menghambat juga proses absorpsi.
1. Obstruksi gaster
Obstruksi gaster yang paling sering terjadi adalah karena stenosis pylorus yang terjadi secara
congenital. Manifestasi yang tampak adalah adanya muntah-muntah dan regurgitasi yang
terjadi pada usia 1-2 minggu sehingga pertumbuhan bayi terhambat (failure to thrive). Dapat
juga ditemui pada orang dewasa sebagai komplikasi dan inflamasi yang dihubungkan dengan
ulkus gaster, kanker gaster atau kanker pancreas.
2. Neoplasma gaster
Neoplasma gaster dapat terjadi di berbagai tempat tetapi utamanya terjadi pada daerah
pylorus. Neoplasma dapat berupa tumor benigna ataupun maligna. Benigna pada gaster
seringkali tidak menimbulkan gejala (asimptomatik), kecuali jika tumor tersebut
menyebabkan obstruksi. Sedangkan maligna dapat menimbulkan rasa nyeri yang hebat,
anorexia, muntah-muntah, kehilangan berat badan dan perubahan dalam kebiasaaan defekasi.
3. Inflamasi gaster
4
a. Gastritis Akut
Perubahan degenerative yang biasa terjadi pada lapisan superficial yang disebabkan karena
terpaparnya gaster oleh zat irritant seperti alcohol, aspirin, steroid dan asam empedu.
Manifestasi yang muncul adalah nyeri epigastrium, anorexia, mual dan muntah sehingga
intake nutrisi menurun.
b. Gastritis Kronis
Perubahan degenerative yang menimbulkan atropi beberapa sel fungsional tunika mukosa
sehingga produksi asam lambung dan factor intrinsic menurun. Keadaan ini menyebabkan
gangguan digesti yang dapat menyebabkan gangguan aborpsi zat menurun dan menurunnya
factor intrinsic menyebabkan gangguan absorpsi vitamin B12 yang menyebabkan terjadinya
anemia pernisiosa.
c. Peptic Ulcer
Jika sekresi asam lambung menyebabkan degenerasi dan nekrosis mukosa gastrointestinal,
terjadilah peptic ulcer (Ulkus Peptikum). Adanya ulkus menurunkan kemampuan sekresi sel
gaster yang akan merangsang hipertropi pylorus yang yang akan menyebabkan stenosis
pylorus.
d. Ulcus Duodenum
Hiperstimulasi sel parietal oleh N.Vagus yang menyebabkan massa sel bertambah sehingga
sekresi asam lambung meningkat. Selain itu dapat juga disebabkan oleh peningkatan sekresi
gastrin yang abnormal akibat adenoma sel-sel non pulau Langerhans (Zollinger-Ellison
Syndrome).
Usus halus adalah bagian dari saluran cerna yang merupakan tempat digesti terakhir dan
tempat absorpsi zat makanan, sehingga gangguan pada usus halus menyebabkan gangguan
digesti dan absorpsi.
1. Gangguan digesti-absorpsi
a. Crohns disease
5
Merupakan peradangan kronis yang terutama terjadi pada ileum. Lesi terdapat pada nodus
limfatik sehingga menyebabkan obstruksi limfatik yang mengakibatkan penebalan lapisan
submukosa yang akan menghambat proses absorpsi zat makanan.
b. Zollinger-Ellison syndrome
c. Gastroenteritis akut
Bakteri dan virus menyebabkan inflamasi pada gastroenteritis dan menimbulkan kondisi
patologis. Efek yang umum terjadi adalah meningkatnya motilitas usus dan meningkatnya
kecepatan sekresi cairan dan elektrolit kedalam lumen usus. Akibatnya dengan segera dapat
terjadi dehidrasi, gangguan keseimbangan elektrolit, shock hipovolemik dan kematian,
tergantung dari beratnya kerusakan dan cepatnya kehilangan cairan-elektrolit dan cepatnya
penanggulangan.
d. Celiac disease
Ditandai dengan adanya degenerasi sel usus halus yang menyebabkan defisiensi lactase yang
mengakibatkan gangguan dalam digesti laktosa susu.
6
(edema). Pada keadaan yang berat, sintesa protein menurun, massa otot berkurang,
anemia dan defisiensi enzim.
2. Obstruksi usus
Obstruksi pada usus halus menimbulkan gerakan anti peristaltic dari usus halus yang
menyebabkan cairan usus terkumpul diatas obstruksi dan sebagian kembali ke lambung dan
muntah bersama dengan cairan lambung. Terkumpulnya cairan diatas obstruksi
menyebabkan distensi yang menyebabkan tekanan pada lumen usus meningkat sehingga
mengakibatkan ischemia dinding usus. Terjadi pelepasan bakteri dan toksin dari usus yang
nekrosis ke peritoneal dan system sirkulasi , dan menyebabkan munculnya peritonitis dan
septicemia.
MASALAH COLON
Colon merupakan bagian saluran cerna yang berperan dalam absorpsi cairan dan elektrolit.
Cairan agar bergerak dari tekanan osmotic yang rendah (pada lumen colon) ke tekanan yang
lebih tinggi (pada epitel colon). Jika terjadi gangguan absorpsi pada usus halus akan
mengakibatkan osmolalitas chime pada colon lebih tinggi dari tekanan osmotic pada epitel
colon sehingga proses absorpsi air tidak terjadi bahkan sebaliknya cairan akan tertarik ke
lumen usus yang menyebabkan tubuh akan kehilangan banyak cairan yang biasanya
membawa elektrolit.
1. Inflamasi
a. Diverticulitis
b. Colitis ulcerative
Adalah suatu peradangan pada colon yang ditandai dengan edema dan kongesti jaringan
mukosa yang akan menghambat absorpsi air sehingga feses yang terbentuk menjadi encer
(diare) dan seringkali bercampur darah.
7
c. Obstruksi colon distal
Obstruksi pada colon distal menyebabkan feses tertumpuk diatas obstruksi. Dalam beberapa
minggu klien mengalami konstipasi yang hebat. Pada tahap awal muntah tidak hebat, tetapi
jika colon sudah terisi penuh, kimus dari usus halus tidak dapat bergerak ke colon,
menyebabkan muntah hebat, colon rupture dan hipovolemia.
d. Neoplasma
Neoplasma yang terjadi pada colon bisa berupa tumor benigna maupun maligna. Tumor
maligna yang tumbuh pada area descenden memungkinkan terjadinya manifestasi obstruksi
dan menimbulkan nyeri, distensi abdomen dan diare.
Terdapat dua jenis masalah yang terjadi akibat gangguan pada motilitas usus, yaitu konstipasi
dan diare.
1. Pancreas
a. Pancreatitis akut
Pancreatitis akut, umumnya terjadi karena obstruksi ductus biliaris sehingga sekresi pancreas
(enzim) terbendung. Akan terjadi autodigesti yang menimbulkan nyeri hebat. Jika autodigesti
mencapai permukaan pancreas, enzim akan dikeluarkan dan masuk ke cavum abdomen dan
menimbulkan peritonitis dengan manifestasi demam, leukositosis, distensi abdomen dan
nyeri tekan abdomen. Selain itu terhambatnya pengeluaran enzim ke duodenum
menyebabkan gangguan dalam digesti-absorpsi dan adanya nyeri hebat dan gangguan digesti
menyebabkan perasaan mual dan muntah-muntah
b. Pancreatitis kronis
Merupakan penyakit degenerasi jaringan pancreas akibat suatu radang yang mengakibatkan
terbentuknya jaringan nekrotik yang akan di ikuti dengan pembentukan jaringan fibrotic.
Keadaan ini biasanya dihubungkan dengan alcoholism, malnutrisi atau keduanya .Keadaan
ini menyebabkan terjadinya ikterus, gangguan dalam pencernaan lemak dan pembentukan
8
jaringan ikat pada pancreas menyebabkan kemampuan sekresi pankreas juga menjadi terbatas
sehingga mengganggu digesti-absorpsi. Gangguan absorpsi lemak menyebabkan vitamin K
tidak dapat diabsorpsi dengan akibat terganggunya aktivitas factor pembekuan II, VII, IX dan
X yang dimanifestasikan dengan perdarahan.
Bile diproduksi oleh hepar dan disimpan dikandung empedu untuk disekresikan ke
duodenum. Ada beberapa masalah yang dapat terjadi, diantaranya adalah :
Terjadi karena meningkatnya destruksi sel darah merah sehingga bilirubin unconjugated
meningkat melebihi kemampuan hepar untuk melakukan konjugasi. Bilirubin unconjugated
ini akan kembali bersirkulasi didalam darah dan menyebabkan perubahan warna kulit
menjadi ikterik. Keadaan ini seringkali dijumpai pada bayi baru lahir.
Pada keadaan ini bilirubin yang sudah dikonjugasi dihepar tidak dapat masuk kedalam
duodenum karena kompresi ductus biliaris intrahepatik (pada hepatitis atau chirosis hepatis),
oklusi ductus biliaris ekstrahepatik (misalnya oleh Ca.Pancreas),akibatnya bilirubin yang
sudah dikonjugasi kembali diabsorpsi oleh liver dan masuk kedalam aliran darah sehingga
terjadi ikterik, warna urine seperti teh, feses seperti dempul (pucat), dan gangguan dalam
digesti dan absorpsi lemak dan vitamin yang larut dalam lemak.
Hepatitis
Adalah peradangan pada jaringan hepar yang dapat disebabkan oleh zat toksik (alcohol,
carbon tetrachloride, asetaminophen dalam dosis yang berlebihan) dan virus pathogen. Pada
hepatitis terjadi peradangan yang disertai nekrosis, penurunan fungsi hepar, peradangan sel
hepar yang menyebabkan ductus intrahepatik terdesak sehingga ekskresi bilirubin menurun
9
dan bilirubin yang telah dikonjugasi bersirkulasi kembali didalam aliran darah dan
manifestasinya terutama ikterik.
Cirrhosis hepatis
Adalah penyakit hepar kronis yang ditandai dengan degenerasi fibrotic jaringan hepar oleh
karena pengaruh toksik dari ethanol, infeksi hepatitis virus, toxic hepatitis, biliary statis, atau
perlemakan hati yang hebat karena kekurangan kalori protein yang berat dalam waktu yang
lama. Manifestasi klinis akan berkembang lambat dan asimptomatis untuk periode yang lama.
Tanda dini adalah lesu, anorexia, nyeri tumpul perut kanan atas, mual dan muntah.
Manifestasi lebih lanjut adalah adanya tanda-tanda hepatic cellular failure dan portal
hypertension.
hepatic celluler failure menggambarkan keadaan dimana hepar gagal dalam melakukan
fungsinya. Manifestasi yang dapat dijumpai adalah menurunnya fungsi prothrombin dan
fibrinogen sehingga cenderung terjadi pendarahan, menurunnya produksi albumin sehingga
tekanan osmotic koloid menurun dan menyebabkan edema,terjadi ikterus, hiperglikemia,
meningkatnya ammonia dalam darah karena ketidakmampuan hepar untuk merubah ammonia
menjadi ureum sehingga terjadi penurunan tingkat kesadaran, keadaan tersebut ditambah
dengan menurunnya kemampuan hepar untuk melakukan detoxifikasi lainnya, menyebabkan
terjadinya hepatic coma atau hepatic encephalopathy.
2.3.1 Pengkajian
10
a. Pengukuran Fisik dan Antropometri
Antropometri adalah suatu sistem pengukuran ukuran dan susunan tubuh dan bagian
khusus tubuh. Pengukuran antropometri terdiri atas tinggi badan, berat badan, tebal lipatan
kulit, dan lingkar tubuh di beberapa area seperti kepala, dada, dan lengan.
Tinggi badan
Pengukuran tinggi badan pada klien dewasa dan balita dilakukan dalam posisi berdiri
tanpa alas kaki, sedangkan pada bayi dilakukan dalam posisi berbaring. Pada kasus-kasus
tertentu, seperti pasien yang mengalami cedera dan fraktur tulang belakang, pengukuran
dilakukan dalam posisi berbaring.
Berat badan
Hal-hal yang harus diperhatikan saat mengukur berat badan adalah: alat serta skala ukur
yang digunakan harus sama setiap kali menimbang, klien ditimbang tanpa alas kaki,
pakaian diusahakan tiak tebal dan relatif sama beratnya setiap kali menimbang, waktu
(jam) penimbangan relatif sama, misalnya sebelum dan sesudah makan.
Berat Badan Ideal (BBI)
Berat badan ideal /normal dicapai bila energi yang masuk ke dalam tubuh melalui
makanan sama dengan energi yang dikeluarkan (keseimbangan energi).
Berat Badan Ideal (kg)= [(Tinggi Badan (cm)-100)-10%)]
Berat badan ideal ini bergantung pula pada besar kerangka dan komposisi tubuh dalam
hal otot dan lemak. Seorang yang berkerangka besar dan atau mempunyai komposisi otot
relatif lebih besar mempunyai berat badan ideal yang lebih besar. Cara lain adalah dengan
menentukan Indeks Masa Tubuh/IMT (Body Mass Index/BMI):
IMT= Berat badan (kg)/(Tinggi badan x tinggi badan (m2))
Nilai standar: <20 underweight
20-25 berat normal
25-30 overweight
>30 obese/gemuk
Tebal lipatan kulit
Pengukuran tebal lipatan kulit bertujuan untuk menentukan persentase lemak di jaringan
subkutan, dan status kalori. Selain itu, pengukuran ini dapat digunakan untuk mengkaji
kemungkinan malnutrisi, berat badan normal atau obesitas. Area yang sering digunakan
untuk pengukuran ini adalah lipatan kulit trisep (triceps skinfold, TSF). Area lain pengukuran
TSF adalah bisep, skapula dan otot abdominal.
11
Cara pengukuran TSF:
Klien dianjurkan untuk membuka pakaian guna mencegah kesalahan pada
hasil pengukuran.
Privasi dan rasa nyaman klien harus selalu diperhatikan.
Dalam pengukuran TSF, utamakan lengan klien yang tidak dominan.
Pengukuran TSF dilakukan pada titik tengah lengan atas, antara akromion dan
olekranon.
Ketika pengukuran dilakukan, klien dianjurkan untuk relaks.
Alat yang digunakan adalah Kapiler.
Lingkar tubuh
Lingkar dada dan kepala digunakan dalam pengkajian pertumbuhan dan perkembangan
otak bayi. Sedangkan lingkar lengan atas (MAC) dan lingkar otot lengan atas
(LOLA/MAMC) digunakan untuk menilai status nutrisi. LLA diukur dengan menggunakan
alat ukur yang umum digunakan tukang jahit (tape around) dan dilakukan pada titik tengah
lengan yang tidak dominan dalam satuan sentimeter.
Nilai normal LOLA pada pria sebesar 25,3 dan wanita sebesar 23,3 cm.
12
b. Pemeriksaan Laboratorium dan Biokimia
Nilai-nilai biokimia yang digunakan dalam pengkajian nutrisi adalah:
Total limfosit dan tes antigen kulit, merupakan ukuran fungsi imunitas atau
kemampuan tubuh melawan penyakit.
Serum albumin, merupakan indikator penting status nutrisi dan sintesa protein, yang
biasanya rendah pada penyakit infeksi, gangguan hepar, ginjal dan saluran cerna.
Transferrin, merupakan parameter lain untuk mengkaji status protein viseral.
Keseimbangan nitrogen, untuk menentukan kadar pemecahan protein di dalam tubuh.
Hemoglobin dan hematokrit, mengindikasikan defisiensi berbagai bahan nutrisi.
Lipid serum, berhubungan dengan resiko penyakit jantung koroner.
Glukosa serum, berhubungan dengan resiko diabetes, obesitas dan hipertensi.
Pengkajian riwayat diet dilakukan dengan mengkaji jumlah dan jenis makanan yang
dikonsumsi pasien selama 24 jam. Meliputi jumlah dan jenis karbohidrat, protein, lemak,
sayur-sayuran, buah-buahan, air dan mineral.
13
(Nurachmah, 2001)
Riwayat diet berfokus pada kebiasaan asupan makanan dan cairan klien, termasuk
informasi tentang pilihan, alergi, masalah dan hal yang berhubungan lainnya seperti
kemampuan klien untuk memperoleh makanan. Selain itu juga harus dikaji tingkat aktivitas
klien untuk menentukan kebutuhan energi dan membandingkannya dengan asupan makanan.
Faktor- faktor yang mempengaruhi pola diet klien dan status nutrisi seperti status kesehatan,
latar belakang budaya, agama, status sosial ekonomi, pilihan pribadi, faktor psikologi,
penggunaan alkohol atau obat-obatan, salah informasi tentang makanan juga perlu mendapat
perhatian.
d. Observasi Klinis
Pemeriksaan klinis pada klien adalah penilaian keadaan fisik yang berhubungan
dengan adanya malnutrisi. Prinsip pemeriksaan yang digunakan adalah cephalo caudal
atau head to feet yaitu dari kepala ke kaki.
Berikut adalah tanda-tanda status gizi yang abnormal berdasarkan observasi klinis:
14
e. Kebutuhan Energi
Laju Metabolisme Basal
Basal Metabolisme Rate (BMR) atau laju metabolisme basal adalah jumlah minimal
energi yang diperlukan tubuh ketika tubuh dalam keadaan istirahat untuk menjaga dan
memelihara berbagai fungsi vital tubuh, seperti kerja jantung, aktivitas pernapasan,
aktivitas hormon, aktivitas otot dan sistem istirahat.
Cara menghitung pengeluaran energi basal (Basal Energy Expenditure/BEE)
1. Persamaan Harris-Benedict
Laki-laki:
BEE (kal/hari) = 66,47 + [13,75 x berat (kg)] + [5,0 x tinggi (cm)] [6,76 x usia
(tahun)]
Wanita:
BEE (kal/hari) = 65,51 + [9,56 x berat (kg)] + [1,85 x tinggi (cm)] [4,68 x usia
(tahun)]
2. Persamaan Shofield
Usia (tahun) Laki-laki wanita
15-18 BEE = 17,6 x BB (kg) + 656 BEE = 13,3 x BB (kg) + 690
18-30 BEE = 15,0 x BB (kg) + 690 BEE = 14,8 x BB (kg) + 485
30-60 BEE = 11,4 x BB (kg) + 870 BEE = 8,1 x BB (kg) + 842
>60 BEE = 11,7 x BB (kg) + 585 BEE = 9,0 x BB (kg) + 656
Energi Tambahan
Untuk memperkirakan kebutuhan total kalori klien, BEE dikalikan dengan faktor
aktivitas (FA) dan faktor injuri.
Tabel Faktor Aktivitas dan Injuri
Faktor aktivitas 1,2 Tirah-baring total
(FA) 1,3 Ambulansi
Faktor injuri 1,0-1,2 Non-stres ventilator dependen
(FI) 1,1-1,2 Gagal jantung kongestif, pembedahan
ringan
15
1,13 Demam
1,15-1,35 Trauma skletal
1,2-1,4 Infeksi ringan hingga sedang
1,3-1,5 Pembedahan abdomen/torak yang berat
1,35-1,55 Trauma multipel
1,4 Cedera kepala tertutup
Rata-rata 1,4-1,6 Stres ventilator dependen
1,5 Gagal hati, penyakit kanker
Rata-rata 1,5-1,8 Sepsis
Selama sakit, kebutuhan kalori meningkat menurut beratnya penyakit yang diderita
klien. Penghitungan kebutuhan kalori dilakukan menurut total kebutuhan kalori masing-
masing klien kemudian ditambah dengan kebutuhan kalori tambahan pada tabel berikut.
Tabel kebutuhan kalori pada keadaan sakit
Beratnya penyakit Kebutuhan kalori tambahan
Ringan + 10%
Sedang +25%
Berat +50-100%
16
Kal/hari = 25 kal/kg BB + 40 kal/ %-ase luas luka bakar
(Hartono, 2000)
Selama hamil, perempuan memerlukan energi tambahan sebesar 300 kkal/hari untuk
pertumbuhan janin, plasenta dan jaringan tambahan lainnya. Tambahan keperluan energi ibu
menyusui pada enam bulan pertama adalah sebanyak 300 kkal/hari. Pada enam bulan kedua,
tambahan sebanyak 550 kkal/hari dan untuk tahun kedua, tambahan sebanyak 400 kkal/hari.
17
b. Perubahan nutrisi: lebih dari kebutuhan tubuh, yang berhubungan dengan:
Penurunan laju metabolik
Asupan nutrien dan kalori yang berlebihan dalam diet
Latihan atau aktivitas yang tidak adekuat
c. Perubahan nutrisi: risiko untuk lebih dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan:
pola asupan makanan yang disfungsional.
Gangguan hubungan dengan orang yang penting atau bermakna.
Gangguan menelan akibat jalan napas buatan.
2.3.3 Perencanaan
Perencanaan
18
Letakkan posisi Makanan pada posisi luka
makanan pada bagian akan menimbulkan nyeri
mulut yang tidak luka dan refleks muntah.
untuk memudahkan
menelan.
Risiko Perubahan Klien menyadari Kaji adanya faktor Mengetahui faktor resiko
Nutrisi :Lebih dari adanya faktor risiko risiko kenaikan berat
Kebutuhan Tubuh badan.
Faktor Risiko : Klien berpartisipasi
19
Subjektif dalam program latihan Kelola berat badan Mempertahankan berat
Peningkatan nafsu teratur dengan menentukan badan klien dalam rentang
makan berat badan ideal klien normal.
Makanan sebagai Klien memelihara dan persentase lemak
respons terhadap berat badan ideal _KG tubuh ideal klien.
isyarat internal
selain rasa Kliean makan diet Timbang berat badan Mengetahui berat badan
lapar(missal : yang seimbang. klien pada interval yang klien
ansietas) sesuai.
Melaporkan
penggunaan Pendidikan kesehatan Membantu klien untuk
makanan padat untuk klien/keluarga : mengetahui langkah-
sebagai sumber - Berikan informasi langkah untuk
makanan yang menyangkut sumber- mempertahankan berat
utama sebelum sumber yang tersedia di badan ideal setelah keluar
usia 5 bulan komunitas seperti : dari Rumah Sakit
Konseling diet,
Objektif program latihan.
-diskusikan dengan
Obesitas pada satu pasien tentang
atau kedua orang hubungan antara asupan
tua makanan, latihan,
Memusatkan kenaikan berat badan
asupan makanan dan penurunan berat
malam hari badan.
Disfungsi pola -diskusikan dengan
makan pasien tentang kondisi
Makan sebagai medis yang dapat
respon saraf mempengaruhi berat
eksternal badan
Penggunaan -diskusikan dengan
makanan sebagai pasien tentang faktor
penghargaan atau kebiasaan dan adat
kenyamanan serta budaya serta
Makan sambil faktor hereditas yang
melakukan dapat mempengaruhi
aktivitas berat badan
Transisi yang -diskusikan tentang
cepat dalam resiko yang berkaitan
melewati presentil dengan kelebihan atau
pertumbuhan pada kekurangan berat badan
bayi atau anak -bantu klien dalam
Adanya nilai mengembangkan
dasar berat badan rencana makan yang
yang lebih tinggi seimbangdan konsisten
pada setiap awal dengan tingkat
kehamilan yang penggunaan energi
dapat dilaporkan
atau di observasi.
20
2.3.4 Implementasi
Klien yang sakit atau lemah sering kali memiliki nafsu makan yang buruk. Perawat
dapat membantu klien untuk memahami faktor-faktor yang mengurangi nafsu
makan,menggunakan pendekatan kreatif untuk menstimulasi nafsu makan,mengkaji clien
untuk kebutuhan agen famakologis yang menstimulasi nafsu makan atau mengatur gejala
yang mengurangi nafsu makan
Nutrisi yang baik penting bagi kesehatan dan penyakit, tetapi pola asupan diet yang
spesifik yang menghasilkan nutrisi yang baik sering kali harus dimodifikasi dengan klien
yang berpenyakit khusus. Modifikasi diet penting untuk menyesuaikan dengan kemampuan
tubuh untuk metabolisme nutrien tertentu, memeriksa defisiensi nutrisi yang berhubungan
dengan penyakit, dengan mengeliminasi makanan yang memperburuk gejala penyakit.
21
dengan saluran cerna yang masih berfungsi. Cara pemberiannya bisa melalui jalur
hidung-lambung (nasogastric route) atau hidung-usus (nasoduodenal atau nasojejunal
route). Pemberian nutrisi enteral tidak boleh dilakukan pada keadaan seperti perdarahan
gastrointestinal yang berat, ileus obstruktif, diare yang profus, dan enterokolitis berat.
(Hartono, 2000)
Sebuah riset menemukan bahwa beberapa pengaruh biologis isoflavon bahan makanan
yang menguntungkan bagi kesehatan individu umumnya. Kandungan serat, protein dan
isoflavon pada makanan tradisional tempe yang juga tergolong memiliki indeks glikemik
rendah mendasari pemanfaatannya secara khusus dalam lingkup penatalaksanaan obesitas
dan komorbid. Hal ini tentunya dapat dipertimbangkan dalam intervensi pada klien
dengan diagnosa keperawatan perubahan nutrisi: lebih dari kebutuhan tubuh.
2.3.5 Evaluasi
Evaluasi terhadap masalah kebutuhan nutrisi secara umum dapat dinilai dari adanya
kemampuan dalam:
22
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Nutrisi merupakan zat-zat yang diperoleh dari makanan yang berfungsi untuk membentuk
dan memelihara jaringan tubuh, mengatur proses-proses dalam tubuh, sebagai sumber
tenaga, serta untuk melindungi tubuh dari serangan penyakit.
23
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien.
Jakarta : Salemba Medika.
Mubarak, Wahid Iqbal. 2007. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia: Teori dan Aplikasi
dalam Praktik. Jakarta: EGC
Nurachmah, Elly. 2001. Nutrisi dalam Keperawatan. Jakarta : CV. Sagung Seto
24