Anda di halaman 1dari 11

PENGANTAR

1. PENGERTIAN
Secara umum pengertian tambang bawah tanah adalah suatu sistim penambangan mineral atau
batubara dimana seluruh aktivitas penambangan tidak berhubungan langsung dengan udara terbuka.

2. SYARAT-SYARAT PENERAPAN TAMBANG BAWAH TANAH


Prinsip pokok eksploitasi tambang bawah tanah adalah memilih metode penambangan yang paling
cocok dengan keunikan karakter (sifat alamiah, geologi, lingkungan, dll) endapan mineral dan
batuan yang akan ditambang, dengan memperhatikan batasan tentang keamanan, teknologi dan
ekonomi. Batasan keekonomian berarti bahwa dengan biaya produksi yang rendah tetapi diperoleh
keuntungan pengembalian yang maksimum (return the maximum profit ataupun rate of return ROR)
serta lingkungan.

Untuk menentukan tambang bawah tanah harus memperhatikan:


Karakteristik penyebaran deposit atau geometri deposit (massive, vein, disseminated, tabular,
platy, sill, dll)
Karakteristik geologi dan hidrologi (patahan, sesar, air tanah, permeabilitas)
Karakteristik geoteknik (kuat tekan, kuat tarik, kuat geser, kohesi, Rock Mass Rating, Q-
System, dll)
Faktor-faktor teknologi (hadirnya teknologi baru, penguasaan teknologi, Sumber Daya
Manusia, dll)
Faktor lingkungan (limbah pencucian, tailing, amblesan, sedimentasi, dll).

Catatan:
Rate of Return (ROR) secara umum diartikan sebagai tingkat pengembalian modal yang
dinyatakan dalam prosen. Investasi dinyatakan menguntungkan apabila mempunyai ROR diatas
tingkat bunga bank saat itu.
Cut-off grade:
1. Kadar rata-rata minimum suatu logam yang terdapat dalam bijih supaya dapat ditambang
secara menguntungkan berdasarkan ekonomi dan teknologi saat itu maupun lingkungan.
2. Kadar minimum suatu logam yang terdapat dalam bijih supaya dapat ditambang secara
menguntungkan berdasarkan ekonomi dan teknologi saat itu maupun lingkungan.

3. TAMBANG BAWAH TANAH DAN PROSPEK MASA DEPAN


Kecenderungan umum di masa yang akan datang, sistim tambang bawah tanah akan menjadi pilihan
utama eksploitasi mineral dan enerji (Hartman, 1987). Hal ini karena beberapa hal:
a. Semakin berkurangnya deposit (cebakan) berkadar tinggi pada atau dekat permukaan untuk
ditambang. Dengan kata lain bertambahnya kedalaman deposit akan menyulitkan bila
ditambang dengan sistim tambang terbuka karena setiap tambang terbuka dibatasi oleh
besaran Stripping Ratio.
b. Berkurangnya mobilitas peralatan mekanik pada tambang terbuka apabila penambangan
semakin dalam
c. Pengetatan dan pembatasan mengenai masalah-masalah lingkungan, dimana tambang terbuka
akan memberikan dampak lingkungan yang lebih besar dibandingkan tambang bawah tanah.
d. Pengembangkan teknologi baru dalam peralatan Tambang Bawah Tanah, khususnya dalam
hal teknik penggalian dan peralatan penambangan yang kontinyu, serta sistim konstruksi
penyangga dan perkuatan yang semakin baik.

1
Catatan:
Stripping Ratio (SR) adalah perbandingan antara volume over burden (tanah penutup) dalam
Bank Cubic Meter (BCM) yang harus digali untuk dapat menambang satu ton bijih. Pada
tambang terbuka, penggalian yang semakin dalam akan menghasilkan nilai SR yang semakin
besar.

4. KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN TAMBANG BAWAH TANAH


Keunggulan tambang bawah tanah
a. Tidak terpengaruh cuaca karena bekerja dibawah permukaan tanah
b. Kedalaman penggalian hampir tak terbatas karena tidak berkait dengan SR
c. Secara umum beberapa metode tambang bawah tanah lebih ramah lingkungan (misal: cut and
fill, shrinkage stoping, stope and pillar)
d. Dapat menambang deposit dengan model yang tidak beraturan
e. Bekas penggalian dapat ditimbun dengan tailing dan waste.

Kelemahan tambang bawah tanah


a. Perlu penerangan
b. Semakin dalam penggalian maka resiko ambrukan semakin besar
c. Produksi relatif lebih kecil dibandingkan tambang terbuka
d. Problem ventilasi, bahan peledak harus yang permissible explossive, debu, gas-gas beracun.
e. Masalah safety dan kecelakaan kerja menjadi kendala
f. Mining recovery umumnya lebih kecil
g. Losses dan dilusi umumnya lebih susah dikontrol

Catatan:
Waste adalah sisa-sisa penggalian pada tambang bawah tanah yang tidak bermanfaat yang
diperoleh pada saat underground development (persiapan penambangan bawah tanah).
Barren rock adalah batuan yang tidak mengandung logam atau bagian dari bijih yang mempunyai
kadar bijih sangat kecil.
Mining recovery adalah perbandingan antara bijih yang dapat ditambang dengan bijih yang ada
didalam perhitungan eksplorasi, yang dinyatakan dalam persen
Losses adalah kehilangan bijih pada penambangan bawah tanah karena keterbatasan atau kendala
inheren pada metode yang diterapkan
Dilusi adalah bercampurnya barren rock dengan bijih hasil penambangan sehingga akan
menghasilkan kadar broken ore yang lebih kecil.

Permissible explossive adalah bahan peledak yang menghasilkan gas-gas tidak beracun, dan
dikhususkan pemakaiannya pada tambang bawah tanah.
Smoke adalah gas-gas yang tidak beracun sebagai hasil reaksi kimia bahan peledak yang
meledak, terdiri dari gas-gas H2O, CO2, dan N2 bebas
Fumes adalah gas-gas yang beracun sebagai hasil reaksi kimia bahan peledak yang meledak,
terdiri dari gas-gas CO dan NOX.

5. RUANG LINGKUP TAMBANG BAWAH TANAH


Jenis-jenis pekerjaan pada tambang bawah tanah antara lain:
1. Penyiapan sarana dan prasarana di permukaan
2. Penyiapan sarana dan pekerjaan bawah tanah, meliputi
a. pembuatan jalan masuk utama (main acces pada primary development)
b. pembuatan lubang-lubang sekunder dan tersier (secondary development dan tertiary
development)
3. Kegiatan eksploitasi: breaking (loosening) dengan pemboran dan peledakan,
pemuatan(loading), pengangkutan (hauling, tranporting)
4. Penanganan dan operasi pendukung: penyanggaan, penerangan, ventilasi, penirisan,
keselamatan kerja, dll).

2
Catatan:
Satu round adalah urut-urutan atau siklus eksploitasi tambang bawah tanah yang terdiri dari
kegiatan pemboran dan pengisian bahan peledak, peledakan, smoke clearing, roof controlling,
scalling, supporting, loading, hauling.

6. TAMBANG BAWAH TANAH DI INDONESIA


1. PT. Freeport Indonesia di Tembagapura, Papua, bijih tembaga dan emas, metode block caving
2. PT. Tambang Batubara Bukit Asam di Ombilin, Sumatera Barat, metode Longwall Mining,
dan room and pillar (tetapi sekarang sudah ditinggalkan)
3. PT. Aneka Tambang di Gunung Pongkor Bogor, bijih emas epithermal, metode cut and fill
dan shrinkage stoping
4. PT. Aneka Tambang di Cikidang, bijih emas epithermal, metode underhand stull stoping
5. PT. Kitadin, batubara, metode longwall.
6. Tambang emas rakyat di Tasikmalaya, metode coyoting (lubang tikus)

Catatan:
Metode room and pillar pada batubara dahulu kala menjadi metode utama, tetapi saat ini sudah
ditinggalkan, karena:
1. berkembangnya teknologi penyanggaan
2. nilai batubara yang semakin meningkat
3. semakin berkurangnya endapan batubara
4. meningkatnya kebutuhan batubara.

3
BAB I
PENDAHULUAN

Mengapa aplikasi tambang bawah tanah saat ini mulai menggeser aplikasi tambang terbuka?
1. Kebutuhan logam meningkat (demand, kebutuhan), sedangkan jumlah cadangan dan kadar
logam yang dijumpai sudah mulai menurun (supply, pasokan).
Bila kebutuhan meningkat sedangkan pasokan menurun, maka menurut hukum ekonomi
maka harga akan meningkat, sehingga dimungkinkan untuk menambang bijih dengan kadar
yang lebih kecil.
Kadar bijih yang lebih kecil tersebut, saat ini tidak terdapat di permukaan (yang dapat
ditambang dengan tambang terbuka) tetapi terdapat terbenam jauh di bawah tanah (yang
hanya dapat ditambang dengan tambang bawah tanah).
2. Terjadi perkembangan teknologi dan masalah lingkungan, sehingga terjadi pergeseran aplikasi
dari tambang terbuka ke tambang bawah tanah.
Metode yang dahulu populer (misal stull stoping, square-set stoping, room and pillar, cut-and-
fill), sekarang mulai ditinggalkan
Kadar semakin kecil, sehingga diperlukan produksi besar-besaran (misal: block caving,
sublevel stoping)
Toleransi losses yang semakin tinggi untuk mengejar produktivitas (misal: block caving,
sublevel stoping, stope and pillar)

Cebakan bijih mempunyai karakteristik ore zone maupun country rock yang berbeda-beda, bahkan
didalam satu cebakan. Oleh sebab itu:
1. Suatu sistim tambang bawah tanah hanya cocok untuk cebakan tertentu saja, dan menjadi tidak
cocok untuk cebakan yang lain. Broken sulphide ore tidak cocok dengan sistim shrinkage stoping
(karena broken sulphide ore akan menggumpal bila ditumpuk dalam waktu yang lama dalam
stope sehingga akan menyulitkan dalam penarikan broken ore tersebut), massive ore hanya cocok
dengan sistim caving, cebakan tegak-tipis hanya cocok dengan stull stoping.
2. Cebakan bijih tidak selalu dijumpai dalam karakter yang sama (baik geometri, mekanika batuan,
maupun kadarnya), sehingga sebuah cebakan bijih dapat ditambang dengan dua atau lebih metode
tambang bawah tanah (misal: cut and fill dan shrinkage, square-set stoping dan stull stoping)
3. Disukai sistim yang fleksibel, yaitu suatu metode tambang bawah tanah yang dengan mudah
dapat diubah menjadi tambang bawah tanah lain tanpa banyak melakukan penyesuaian (misal:
sublevel caving menjadi cut-and fill, cut-and fill menjadi shrinkage stoping)

Strategi dalam pemilihan metode tambang bawah tanah ada tiga macam, yaitu
1. Overlying ground disangga pillar permanen dari bijih itu sendiri atau disebut dengan natural
support. Penambangan dilakukan diantara dua pillar, sehingga mining recovery tidak
sempurna sekitar 60%. Cara seperti ini disebut open stope methods.
2. Penambangan dilakukan tanpa atau dengan artificial support dan dilakukan filling (waste
rock, tailing). Dengan teknik pengisian ini, maka pillar dapat ditambang. Cara seperti ini
disebut supported stope methods.
3. Dibuat sebuah undercut dibawah cebakan bijih, sehingga cebakan bijih diatasnya menjadi
runtuh. Metode runtuhan ini tidak memerlukan penyanggan cebakan yang terletak di atas
stope. Cara seperti ini disebut caving methods.

Sebagaimana disebutkan didepan, bahwa cebakan bijih tidak mempunyai sifat yang homogen
malainkan heterogen, artinya pada suatu cebakan bijih selalu atau dimungkinkan terjadi perubahan
bentuk geometri, perubahan karakter mekanika batuan, dan perubahan kadar. Oleh sebab itu,
dimungkinkan sebuah cebakan bijih akan ditambang dengan dua atau lebih metode yang berbeda.
Berikut ini adalah metode penambangan di Tambang Outokumpu Oy di Finlandia.

4
Mine Open Sublev Sublev Shrinkage Room Cut and
(produk utama) Pit Stoping Caving Stoping Pillar Fill
Vuonos Cu (X) (X) V V
Vihanti Zn,Cu V (X) V
Pyhasalmi Cu,Zn V V V V
Kemi Cr V
Kotalahti Ni (X) V
Keretti Cu (X) (X) (X) V
Hammaslahti Cu (X) V
Hitura Ni V
Virtasalmi Cu (X) V
Vammala Ni,Cu (X) V
Keterangan:
V = diterapkan saat ini
(X) = diterapkan sebelumnya

DEFINISI BEBERAPA ISTILAH

Adit adalah jalan rnasuk yang horizontal atau hampir horizontal.


Back adalah atap atau bagian atas dari penggalian bawah tanah.
Chute adalah pengaturan loading yang memungkinkan gravitasi menggerakkan
material dari tempat yang tinggi ke bawahnya.
Cone adalah suatu corong yang ditempatkan di bagian atas dari Raise yang digunakan
untuk mengumpulkan broken ore di bagian atas.
Crosscut adalah bukaan di bawah tanah dengan arah horizontal atau hampir
horizontal, dengan arah memotong ore body.
Dip adalah suatu sudut yang dibentuk oleh kemiringan ore body dengan bidang horizontal.
Drawpoint adalah suatu tempat dimana bijih dapat dimuatkan dan dipindahkan.
Drift adalah bukaan di bawah tanah dengan arah horizontal atau hampir horizontal.
Finger Raise adalah system pengaturan dari beberapa raises yang disatukan pada delivery
point yang sama.
Footwall adalah dinding atau batuan di bawah endapan mineral relatif terhadap dip.
Grizzly adalah alat untuk memisahkan ukuran batuan yang tidak diinginkan masuk ke dalam
system transfer, berupa jejeran lembaran baja untuk menyaring batuan besar.
Hanging wall adalah dinding atau batuan di atas endapan mineral relatif terhadap dip.
Level adalah system penggalian bawah tanah yang horizontal yang dihubungkan dengan
shaft.
Manway adalah bukaan di bawah tanah yang digunakan untuk pengangkutan dan
komunikasi personel.
Ore adalah deposit mineral yang dapat dikerjakan dengan ekonomis pada kondisi ekonomi
tertentu.
Orepass adalah bukaan di dalam tanah dengan arah tegak atau miring yang digunakan untuk
mengangkut ore.
Prospect adalah suatu istilah yang digunakan untuk endapan mineral yang belum dapat
dibuktikan keberadaannya.
Raise adalah bukaan di dalam tanah yang mengarah ke atas dari suatu level ke level
di atasnya atau ke permukaan, dengan arah vertical maupun miring.
5
Ramp adalah bukaan miring untuk menghubungkan beberapa level atau area -area
produksi, biasanya dibuat miring untuk memungkinkan sebagai jalan lintasan
kendaraan dengan arah ke bawah.
Shaft adalah bukaan ke bawah tanah dengan arah miring atau vertical sebagai jalan utama
penambangan.
Slot adalah bagian bijih vertical atau miring yang digali untuk membuka stoping berikutnya,
Stope adalah penggalian di bawah tanah yang dibuat dengan memindahkan bijih dari
batuan di sekelilingnya.
Strike adalah arah utama horizontal dari endapan mineral.
Sublevel adalah system penggalian horizontal, yang biasanya digunakan hanya diantara
stoping area karena tuntutan produksi bijih.
Wall Rock adalah dinding-dinding yang diantaranya endapan bijih berada.
Waste adalah batuan yang mempunyai kadar rendah untuk ditambang secara ekonomis.
Winze adalah bukaan di dalam tanah yang mengarah ke bawah dari suatu level ke
level di bawahnya atau dari permukaan ke sautu level, dengan arah vertical maupun
miring.

TAMBANG TERBUKA YANG BERUBAH MENJADI TAMBANG BAWAH TANAH KARENA


NILAI STRIPPING RATIO YANG MEMBESAR
6
BAB II
PEMILIHAN DAN SISTEM TAMBANG BAWAH TANAH

II.1. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMILIHAN SISTEM TAMBANG BAWAH


TANAH
Pemilihan metode penambangan terhadap suatu cebakan tertentu dapat dibantu dengan
pemahaman terhadap kendala dan aplikasi setiap metode yang ada. Tidak ada satupun rumusan eksak
(pasti) yang dapat mencakup semua variasi yang terdapat secara alamiah dalam suatu cebakan.
Biasanya beberapa metode dapat cocok atau kurang cocok apabila diterapkan pada kadar, ukuran,
bentuk dan posisi badan bijih, dan kekuatan bijih maupun batuan dinding. Dari keadaan itu, maka
pemilihan metode dapat ditetapkan dengan melihat kecocokannya dengan kondisi ekonomi-geologi
dan kondisi lokal. Metode idealnya adalah yang dapat memberi output terbesar dengan jam kerja
minimaldan pemakaian energi dan material terkecil, dan pada saat bersamaan memberikan keamanan
mencukupi terhadap pekerja, dan memberikan pengaruh positif terhadap lingkungan maupun
development tambang dikemudian hari.
Dalam pemilihan suatu sistem tambang bawah tanah, memerlukan pertimbangan-pertimbangan
yang saling terintegrasi dari banyak faktor. Beberapa pertimbangan yang perlu dilakukan antara lain :
1. Panjang, tebal dan lebar cebakan
Ketiga hal ini akan menentukan dimensi stope maksimum, yaitu yang dikenal sebagai Minimum
Stoping With.
2. Kemiringan cebakan
Kemiringan cebakan akan menentukan kemungkinan memanfaatkan grafitasi dalam operasinya.
Menurut W.A. HUSTRULIT, 1982, kemiringan cebakan mempunyai kaitan langsung dengan
metode penambangan yang telah dipilih.

TABEL 2.1 : HUBUNGAN KEMIRINGAN CEBAKAN DENGAN METODE PENAMBANGAN

DIP METODE PENAMBANGAN KETERANGAN

Flat Room-and-pillar Badan bijih mendatar kuat


Flat Longwall Badan bijih lapisan tipis
Medium Room-and-pillar Badan bijih kuat
Medium Inclined room-and-pillar Kemiringan bijih tidak memungkinkan
mekanisasi
Medium Step room-and-pillar Badan bijih steping yang memungkinkan
mekanisasi
Medium Longwall Badan bijih lapisan tipis
Medium Cut-and-fill Badan bijih kuat, selektif dan mekanisasi
Medium Square-set Bijih berkadar tinggi dengan batas teratur

7
Steep Sublevel Badan bijih kuat dengan batas yang teratur
Steep Shrinkage Bijih kuat, batas teratur, pengambilan bijih
tertunda
Steep Cut-and-fill Badan bijih kuat, selektif dan mekanisasi
Steep Sublevel caving Badan bijih besar, perlu development extensive
Steep Block caving Badan bijih massive, perlu development
extensive
Steep Longwall Badan bijih lapisan tipis
Steep Square-set Bijih kadar tinggi, tenaga buruh intensive

Keterangan : 1. Flat dip : 0 - 20


2. Medium dip : 20 - 50
3. Steep dip : 50 - 90

3. Kedalaman Operasi
Rock failure menjadi lebih memngkinkan pada kedalaman yang besar. Pada deep mines metode
yang menggunakan pillar sebagai sistem penyanggaannya kadang kala menjadi tidak layak.
4. Faktor waktu
Waktu akan mempengaruhi strength-stress ratio suatu exposed rock (misal pillar). Semakin lama
waktu suatu pillar berdiri (exposed), maka strength-stress ratio semakin menurun.
5. Kadar cebakan
Sebagai pedoman maka cebakan berkadar rendah memerlukan metoda produksi besar-besaran
yang sering mengabaikan persentase recovery. Di lain pihak, badan bijih kadar tinggi memerlukan
metode yang menjamin recovery tinggi.
6. Fasilitas lokal yang meliputi buruh dan material
Bila biaya buruh mahal, maka memerlukan metode yang mempunyai mekanisasi tinggi.
Ketersediaan timber dan material filling juga mempengaruhi penerapan metode yang akan dipilih.
7. Modal yang tersedia
Biasanya semakin besar modal kerja awal, maka biaya operasi menjadi rendah. Perusahaan
dengan modal kecil memerlukan development yang murah, juga metode yang cepat mendapatkan
hasil.
8. Batas dengan badan bijih lain
Tingkat tegangan yang tinggi mungkin timbul pada pillar di permukaan kerja yang berdekatan.
Dalam kondisi seperti ini, mungkin diperlukan filling pada stope bekas penambangan untuk
mengurangi tegangan yang tinggi.
9. Strength dan karakteristik phisik bijih dan batuan dinding atau material yang berada di atas bijih.
Hal ini akan mempengaruhi kompetensi, amblesan, kemudahan pemboran, karakteristik breaking,
cara handling yang cocok, cara ventilasi dan cara pemompaan.
Karakteristik-karakteristik tersebut termasuk :
a. tipe batuan
8
b. tipe dan penyebaran alterasi
c. weaknesses seperti perlapisan, schistocity, belahan mineral, patahan jointing, cavities dan spasi
maupun pada orientasi yang muncul
d. weaknesses sepanjang dinding cebakan
e. kecenderungan mineral berharga menghasilkan rich fines atau mud (misal emas)
f. kecenderungan broken ore untuk memadat atau menggumpal
g. kecenderungan broken ore teroksidasi dan terbakar (sulphide fires)
h. terjadinya swelling pada lantai
i. abrasiveness
j. terdapatnya air, porositas dan permeabilitas cebakan dan batuan disekitarnya
10. Biaya penambangan
Biaya metode penambangan antara lain berkaitan erat dengan nilai bijih yang akan ditambang,
periode modal kerja bisa diperoleh kembali, tipe keahlian buruh yang tersedia.
TABEL 2.2 BIAYA METODE PENAMBANGAN (menurut B.Acton, 1973)
METODE BIAYA, $/ton
Open pit 1,50
Block caving 1,25
Sublevel stoping 2,50
Room and pillar 3,00
Shrinkage stoping 3,00
Sublevel caving 3,75
Cut-and-fill 6,00
Square set stoping 9,50
Undercut and fill 10,50
Keterangan :
- diambil dari rata-rata pada penambangan di Amerika Utara
- biaya open pit termasuk pengangkutan ke crusher
- biaya tambang bawah tanah meliputi biaya pada stope, seperti filling, peledakan dan slushing, tidak
termasuk transportasi ke permukaan

TABEL 2.3 BIAYA METODE PENAMBANGAN


(menurut William C. Peters, 1978)
METODE BIAYA, $/ton

Open pit 0,4 1,25


Block caving 14
Room and pillar 2 10
Open stoping (longhole) 28
Sublevel stoping 3 15

9
Shrinkage stoping 8 18
Cut-and-fill 2 20
Square set stoping 10 - 22
Keterangan :
- sumber United States and Canadian mining journals
- data diambil dari penambangan di Amerika Utaraselama periode 1970 1976
- hanya menunjukkan direct cost, biaya indirect cost (overhead cost) sebesar 15 30 % biaya direct
cost.
Biaya penambangan akan sangat bervariasi tergantung kondisi spesifiknya. Tabel 2.3 memberikan
gambaran biaya operasi (termasuk pengangkutan) berbagai metode untuk tahun 1971.

11. Produktifitas
Produktifitas bisa dinyatakan dalam tons-per-manshift ratio, yaitu menyatakan kemampuan
setiap tenaga kerja menghasilkan broken ore (dalam ton) setiap gilir kerja.
12. Masalah lingkungan
Beberapa masalah lingkungan yang mungkin terjadi adalah amblesan (subsidence),
berkurangnya hutan lokal untuk penyanggaan, kualitas dump site dan lain-lain.

TABEL 2.4 PRODUKTIFITAS SETIAP METODE PENAMBANGAN

Metode Tons-per-manshift ratio


Penambangan
Normal Tinggi

Room-and-pillar 30-50 50-70


Sublevel caving 20-40 40-50
Block caving 15-40 40-50
Sublevel stoping 15-30 30-40
Cut-and-fill mining 15-20 30-40
Shrinkage stoping 5 - 10 10-15
Square-set mining 13 -

II.2 SISTEM-SISTEM TAMBANG BAWAH TANAH


Klasifikasi sistem tambang bawah tanah yang dikenal saat ini sangat banyak, walaupun demikian
pada dasarnya sistem tambang bawah tanah dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu :
1. Stope dengan penyanggaan alamiah
a. Open stope dengan underhand stoping
b. Open stope dengan overhand stoping
c. Open stope dengan breast stoping (room and pillar)
10
d. Sublevel stoping
2. Stope dengan penyanggaan buatan
a. Cut and fill stoping
b. Shrinkage stoping
c. Square-set stoping
d. Stull stoping
e. Longwall mining
f. Undercut and fill
g. Top slicing
3. Metode Caving
a. Sublevel caving
b. Block caving

11

Anda mungkin juga menyukai