PENDAHULUAN
Kesehatan Dunia (WHO) diperkirakan 4,2 juta abortus dilakukan setiap tahun di
Asia Tenggara, dengan perincian 1,3 juta dilakukan di Vietnam dan Singapura,
antara 750.000 sampai 1,5 juta di Indonesia, antara 155.000 sampai 750.000 di
banyak. Dari lima juta kelahiran yang terjadi di Indonesia setiap tahunnya,
Menurut data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2012 (SDKI
meningkat sekitar 57% bila dibandingkan dengan kondisi pada tahun 2007 yang
kesehatan mereka, umumnya menetap. Secara global 80% kematian ibu tergolong
pada kematian ibu langsung. Pola penyebab langsung dimana-mana sama, yaitu
perdarahan (25%), sepsis (15%), hipertensi dalam kehamilan (12%), partus macet
1
(8%), komplikasi aborsi tidak aman (13%), dan sebab-sebab lain (8%)
(Prawirohardjo, 2010).
Berdasarkan data Profil Kesehatan Riau tahun 2012 angka kematian ibu di
Provinsi Riau adalah 112.7 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2012 .
Penyebab kematian ibu di Provinsi Riau tahun 2012, adalah perdarahan sebanyak
39 %, diikuti dengan hipertensi dalam kehamilan sebesar 20% , partus lama 9%,
terutama jika diketahui atau disangka ada kehamilan. Sekitar 20% wanita hamil
tersering adalah abortus. Penyebab lain adalah kehamilan ektopik terganggu dan
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat
hidup diluar kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu
atau berat janin kurang dari 500 mg. Rata-rata terjadi 114 kasus abortus per jam.
Sebagian besar studi menyatakan kejadian abortus spontan antara 15-20% dari
semua kehamilan. Kalau dikaji lebih jauh kejadian abortus sebenarnya bisa
yang tidak bisa diketahui pada 2-4 minggu setelah konsepsi (Prawirohardjo, 2010)
Abortus inkomplit adalah sebagian hasil konsepsi telah keluar dari kavum
uteri dan masih ada yang tertinggal. Tanda gejala abortus inkomplit adalah
2
perdarahan biasa terjadi jumlahnya pun bisa banyak atau sedikit bergantung pada
jaringan yang tersisa, yang menyebabkan sebagian pasien dapat jatuh dalam
keadaan anemia atau syok hemoragik sebelum sisa jaringan konsepsi dikeluarkan
(Prawirohardjo, 2010).
telah dikumpulkan.
pasien.
3
f. Melaksanakan asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada
1.3.1 Waktu
Pengambilan kasus pada laporan kasus ini mulai dilakukan pada
1.3.2 Lokasi
Lokasi pengambilan kasus ini dilakukan di poli kebidanan, RSUD
Selasih, Pelalawan.
pervaginam sejak tanggal 16 November 2015. Hari pertama haid terakhir (HPHT)
Ny.N adalah 5 Oktober 2015. Ny.N sudah melakukan pemeriksaan tes kehamilan
(test pack) pertama kali pada tanggal 10 November dan hasilnya positif. Ny.N
langsung diperiksa USG dan inspekulo oleh dokter spesialis kandungan. Hasil
dan pada pemeriksaan vaginal toucher (VT) dilatasi serviks 1 jari longgar.
Sedangkan hasil pemeriksaan USG adalah gestasional positif dan terdapat sisa
4
kehamilan. Selanjutnya diberikan asuhan kepada Ny.N dan didokumentasikan
5
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 DEFINISI
tertentu) pada atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah
janin dapat hidup di luar kandungan. Berdasarkan variasi berbagai batasan yang
ada tentang usia/ berat lahir janin viabel (yang mampu hidup diluar kandungan),
dari hasil konsepsi telah keluar kavum uteri melalui kanalis servikalis (Saifuddin
masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Jadi, abortus inkomplit adalah pengeluaran
sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu atau berat janin
kurang dari 500 gram dengan sebagian hasil konsepsi masih tertinggal di dalam
uterus.
6
2.2 ETIOLOGI
pemeriksaan karotip.
ditemukan pada 16% kejadian abortus, dimana terjadi fertilisasi ovum normal
7
abortus. Sepertiga dari fetus dengan Sindroma Down (trisomi 21) bisa
bertahan.
Insiden kelainan bentuk uterus berkisar 1/200 sampai 1/600 perempuan. Pada
pasien.
Studi oleh Acien (1996) terhadap 170 pasien hamil dengan malformasi
uterus adalah septum uterus (40-80%), kemudian uterus bikornis atau uterus
hanya yang berukuran besar atau yang memasuki kavum uteri (submukosum)
serta pasokan darah pada permukaan endometrium. Risiko abortus antara 25-
8
2.2.3 Penyebab Autoimun
pasien SLE sekitar 10%, dibanding populasi umum. Bila digabung dengan
aPA merupakan antibodi yang akan berkaitan dengan sisi negatif dari
fosfolipid. Paling sedikit ada 3 bentuk aPA yang diketahui mempunyai arti
a) Trombosis vaskular
- Satu atau lebih episode trombosis arteri, venosa atau kapilar yang
histopatologi.
inflamasi
b) Komplikasi kehamilan
- Tiga atau lebih kejadian abortus dengan sebab yang tidak jelas,
9
- Satu atau lebih kematian janin dimana gambaran morfologi secara
sonografi normal
c) Kriteria Laboratorium
- aCL: IgG dan atau IgM dengan kadar yang sedang atau tinggi
pada 2 kali atau lebih pemeriksaan dengan jarak lebih dari atau
PT dan CT)
fosfolipid
pemakaian heparin
10
kejadian abortus berulang, pada perempuan yang ternyata terpapar
- Bakteria :
Listeria monositogenes
Klamidia trakomatis
Ureaplasma urealitikum
Mikoplasma hominis
Bakterial vaginosis
- Virus :
Sitomegalovirus
Rubella
Parvovirus
- Parasit :
Toksoplasmosis gondii
Plasmodium falsiparum
- Spirokaeta
Treponema pallidum
11
- Adanya metabolik toksik , endotoksin, eksotoksin atau sitokin yang
- Infeksi janin yang bisa berakibat kematian janin atau cacat berat
- Amnionitis
kimia atau radiasi dan umumnya berakhir dengan abortus, misalnya paparan
mengandung ratusan unsur toksik, antara lain nikotin yang telah diketahui
Karbon monoksida juga menurunkan pasokan oksigen ibu dan janin serta
terjadinya abortus.
12
2.2.5 Faktor Hematologik
hiperkoagulasi dikarenakan :
yang baik sistem pengaturan hormon maternal. Oleh karena itu, perlu
2.3 PATOGENESIS
dari abortus provokatus, atau dari abortus iminens yang tidak ditangani dengan
baik. Proses terjadinya abortus berawal dari perdarahan pada desidua basalis yang
kemudian diikuti oleh proses nekrosis pada jaringan sekitar daerah yang
13
perlekatannya merupakan benda asing di dalam uterus dan merangsang rahim
pelepasannya dapat terjadi sempurna sehingga terjadi abortus komplit karena villi
lebih dalam sehingga umumnya plasenta tidak dilepaskan sempurna oleh karena
villi koriales telah tumbuh dan menembus lapisan desidua jauh lebih tebal
sehingga ada bagian yang tersisa melekat pada dinding rahim dan terjadilah
janin disusul kemudian oleh plasenta yang telah lengkap terbentuk. Sisa abortus
pengeluaran darah yang lebih banyak. Perdarahan tidak banyak jika plasenta
Gejala umum yang merupakan keluhan utama ada pasien dengan abortus
dengan kram pada perut bagian bawah bahkan sampai ke punggung. Perdarahan
dapat berjumlah banyak atau sedikit tergantung dari jaringan fetus/plasenta yang
tersisa pada janin. Perdarahan yang pasif pada pasien akan menyebabkan pasien
14
jatuh dalam kondisi syok hipovolemi. Pasien abortus inkomplit datang dengan
riwayat telat haid serta hilangnya tanda-tanda kehamilan. Pada pemeriksaan fisik
rendah dari usia kehamilan. Nyeri tekan dapat ditemukan pada daerah supra
pubik. Pada pemeriksaan dalam (vagina toucher) dapat ditemukan porsio terbuka,
Menurut Maryunani ,dkk. (2009) tanda dan gejala dari abortus inkomplit
adalah :
- Perdarahan bisa sedikit atau banyak dan bisa terdapat bekuan darah
- Pada pemeriksaan vagina jaringan dapat diraba dalam kavum uteri atau
keluar
tergantung pada jaringan yang tersisa yang menyebabkan sebagian placental site
masih terbuka sehingga perdarahan berjalan terus. Pasien dapat jatuh dalam
Pengelolaan pasien harus diawali dengan perhatian terhadap keadaan umum dan
15
mengatasi gangguan hemodinamik yang terjadi untuk kemudian disiapkan
2.5 DIAGNOSIS
a. Anamnesis
diantaranya :
dan autoimun
spontan maupun yang diinduksi, jumlah anak yang hidup dan jumlah
perforasi uterus.
perdarahan per vaginam yang banyak, yang disertai dengan nyeri perut bagian
16
bawah yang hebat. Pasien juga dapat mengeluh mengeluarakna darah yang
sangat penting (jumlah pembalut atau tampon) untuk melihat perdarahan apakah
sisa jan-ringan namun umumnya berat. Adanya bekuan darah atau jaringan
mungkin suatu tanda yang penting untuk mengetahui perkembangan dari abortus
spontan.
b. Pemeriksaan fisik
syok. Perhatikan tanda-tanda vital pasien. Jika terdapat hipotensi merupakan suatu
tanda awal untuk dilakukannya resusitasi cairan atau transfusi darah. Adapun
beberapa pemeriksaan fisik yang dilakukan pada abortus inkomplit adalah sebagai
berikut :
17
- Vagina Toucher akan mendapatkan terbukanya kanalis
ektopik.
c. Pemeriksaan Penunjang
lengkap untuk mengetahui ada tidaknya tanda infeksi, tanda anemia. Pemeriksaan
radiologi berupa USG penting dilakukan untuk menunjukkan ada tidaknya sisa
jaringan dalam uterus. Pemeriksaan plano test juga perlu dilakukan untuk
- Kehamilan ektopik
- Molahidatidosa
2.7 PENATALAKSANAAN
keadaan umum pasien serta gangguan hemodinamik yang terjadi. Bila terjadi
konsepsi, sehingga uterus dapat berkontraksi dengan baik dan perdarahan dapat
18
pada ibu, tindakan penatalaksanaan abortus tidak mengharuskan pasien untuk
dirawat inap.
pengosongan isi uterus baik dengan cara kuretase, aspirasi vakum, dilatasi dan
Pada teknik dilatasi dan kuretase serviks dibuka terlebih dahulu (didilatasi)
dan kemudian sisa jaringan dikeluarkan dengan cara mengerok keluar secara
kuretase maupun aspirasi serta mengurangi risiko terjadinya laserasi serviks dan
perforasi uterus.
pada usia kehamilan 10-16 minggu. Teknik ini dilakukan dalam 2 tahap yaitu
besar yaitu janin dan plasenta dikeluarkan dengan abortus tang, kemudian
(2010), asuhan yang dapat diberikan pada pasien abortus inkomplit yaitu :
minggu, evakuasi dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum
19
perdarahan berhenti, beri ergometrin 0,2 mg I.M atau misoprostol 400 mcg
per oral.
2. Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia kehamilan kurang
I.M (diulangi setelah 15 menit jika perlu) atau misoprostol 400 mcg per
20
langkah-langkah dalam satu urutan yang logis yang menguntungkan baik klien
maupun bidan. Proses manajemen terdiri dari tujuh langkah yang berurutan karena
a. Pengkajian
Kumpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan
mengevaluasi keadaan klien secara lengkap. Terdiri dari data subjektif dan data
Identifikasi yang benar terhadap masalah atau diagnosis dan kebutuhan klien
berdasarkan interprestasi data dasar yang benar sehingga ditemukan masalah atau
asuhan terhadap klien. Masalah sering berkaitan dengan hal-hal yang sedang
dialami wanita yang diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan hasil pengkajian.
21
5) Dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen kebidanan
berdasarkan data subjektif dan data objektif sesuai wewenang, lingkup praktik
berdasarkan data subjektif dan data objektif tentang hal-hal yang berkaitan dengan
pengalaman klien yang ditemukan dari hasil pengkajian atau yang menyertai
diagnosa.
Kebutuhan adalah hal-hal yang dibutuhkan oleh klien dan belum teridentifikasi
dalam diagnosa dan masalah yang didapatkan dengan melakukan analisa data
d. Tindakan segera
Data baru mungkin saja perlu dikumpulkan dan dievaluasi. Beberapa data
bidan bertindak segera untuk dikonsultasikan atau ditanganni bersama dengan tim
22
e. Perencanaan
Langkah ini merupakan kelanjutan dari diagnosis atau masalah yang telah
diidentifikasi atau diantisipasi. Pada langkah ini bila informasi data belum
menyeluruh harus rasional dan benar-benar valid serta sesuai dengan asumsi
f. Tindakan
secara efisien dan aman. Perencanaan ini dapat dilakukan oleh bidan atau
sebahagian oleh bidan dan sebahagian lagi oleh klien atau tenaga kesehatan
lainnya. Dalam situasi bila bidan berkolaborasi dengan dokter, untuk menangani
g. Evaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang telah
diberikan yang sesuai dengan kebutuhan yang telah diidentifkasi dalam masalah
atau diagnosis. Mengingat bahwa proses manajemen asuhan ini merupakan suatu
kontinum, maka perlu mengulang kembali asuhan yang tiak efektif melalui proses
23
2.9 DOKUMENTASI SOAP Notes
1. S : Data subjektif
ringkasan yang berhubungan dengan diagnosa (data primer). Pada bayi atau anak
kecil data subjektif dapat diperoleh dari orangtuanya (data sekunder). Data
2. O : Data objektif
Data ini memberikan bukti gejala klinis pasien dan fakta yang berhubungan
dengan diagnosa. Data yang digolongkan dalam kategori ini antara lain :
a. Data psikologik
c. Informasi kajian teknologi (hasil pemeriksaan lab, Ro, CTG, USG, dan
lain-lain)
Apa yang dapat diobservasi oleh bidan akan menjadi komponen penting dari
3. A : Assesment
keadaan pasien terus berubah dan selalu ada informasi baru baik subjektif maupun
24
adalah segala proses yang dinamik. Mengikuti perkembangan pasien dan
menjamin segala perubahan baru dapat diketahui dan dapat diikuti sehingga dapat
4. P : Planning
kebutuhan pasien yang harus dicapai dalam batas waktu tertentu. Tindakan yang
terutama dalam proses, pasiennya dan harus mendukung rencana dokter bila itu
25
BAB III
TINJAUAN PENATALAKSANAAN KASUS
A. DATA SUBJEKTIF
1. BIODATA
Nama klien/ibu : Ny. N Nama suami : Tn.A
Umur : 34 tahun Umur : 36 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl. Lintas Timur Alamat : Batam
No.Telp/HP : 085365544955
2. Riwayat perkawinan :
Perkawinan ke : 1 Lama Perkawinan : 11 tahun
Usia saat kawin : 23 tahun
26
3. Riwayat menstruasi
Menarche : 15 tahun Lama haid : 5-7 hari
Siklus haid : 28 hari Dismenorhae : Tidak ada
27
Minum : 6-7 gelas/hari
Jenis makanan atau minuman yang sering dikonsumsi : Nasi, ikan, ayam,
telur, sayuran, buah-buahan dan air putih
b. Pola eliminasi :
BAK : 4-5 kali/hari
BAB : 1 kali/hari
Kelainan/ masalah yang ditemukan pada pola eliminasi : Tidak ada
masalah
c. Pola istirahat :
d. Tidur siang : - jam
e. Tidur malam : 5-6 jam
B. DATA OBJEKTIF
1. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Compos Mentis
c. Sikap tubuh : Normal
d. Tanda-tanda vital
TD = 120/80 mmHg
P = 21 x/m
N = 78 x/m
e. Turgor : Baik
f. Berat badan : 53 Kg
g. Tinggi badan : 157 cm
2. HEAD TO TOE
Kepala : Bersih, rambut rontok
28
Mata : Konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterus, penglihatan
jelas.
Abdomen :
a. Inspeksi : Pembesaran tidak tampak, tidak ada bekas luka operasi, tidak
b. Palpasi : Tidak ada nyeri tumpul, tidak ada bengkak, TFU tidak teraba
ostium uteri eksterna terbuka dan pada pemeriksaan vaginal toucher (VT)
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
D. ASSASEMENT
G3P2A0H2, gravid 8 minggu 3 hari dengan abortus inkomplit
E. PENATALAKSANAAN
- Melakukan informed concent kepada pasien sebelum melakukan pemeriksaan.
- Melakukan pemeriksaan tanda vital, inspeksi, palpasi, USG dan inspekulo
pada pasien untuk mengetahui penyebab keluhan pasien
- Menjelaskan kepada pasien tentang hasil pemeriksaan bahwa saat ini
29
kehamilan pasien sudah mengalami keguguran, namun masih ada jaringan
yang tersisa didalam rahim ibu yang belum keluar.
- Menjelaskan kepada pasien dan suami pasien bahwa sisa kehamilan tersebut
harus dikeluarkan karena sisa kehamilan tersebut sudah menjadi benda asing
bagi rahim dan apabila tidak dikeluarkan berisiko terjadinya syok akibat
perdarahan dan infeksi akibat tertahannya sisa kehamilan yang lama didalam
rahim.
- Melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis kandungan untuk memberikan
ibu terapi Cefadroxil 500 mg dan Gastrul 200 mg, sekaligus menjelaskan
kepada pasien tentang cara minum obat tersebut yaitu diminum dua kali sehari
selama 4 hari.
- Menganjurkan pasien untuk istirahat yang cukup dan tetap memenuhi
kebutuhan nutrisinya dengan makan makanan yang bergizi agar kondisi tubuh
pasien tetap terjaga.
- Menyampaikan kepada pasien bahwa jika dalam 4 hari atau setelah habisnya
obat namun perdarahannya belum berhenti, maka ibu harus segera datang
kembali pada tanggal 7 Desember 2015 untuk dilakukan pemeriksaan lebih
lanjut.
30
BAB IV
PEMBAHASAN
sejak tanggal 16 November 2015 hingga saat ini. Perdarahan yang terjadi pada
saat tanggal 16 November tersebut disertai dengan rasa mules dan darah yang
keluar berupa gumpalan merah segar. Terdapat riwayat telat haid dengan hari
pertama haid terakhirnya yaitu 05 Oktober 2015. Ibu sudah melakukan test pack
sendiri dengan hasil pemeriksaan positif. Riwayat trauma/ jatuh dan demam tidak
ada, begitu pula dengan adanya keinginan untuk mengakhiri kehamilan juga tidak
Pada pemeriksaan fisik didapat hasil bahwa tanda-tanda vital ibu masih
normal yaitu tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 78 kali/ menit dan pernapasan 21
kali/ menit. Pada pemeriksaan abdomen didapat bahwa tidak teraba tinggi fundus
uteri, tidak ada nyeri tumpul dan tidak ada pembengkakan abnormal. Inspeksi
jari longgar. Hal ini sesuai dengan teori bahwa tanda dan gejala dari abortus
inkomplit yaitu perdarahan bisa sedikit atau banyak dan bisa terdapat bekuan
darah, adanya rasa mulas yang menandakan adanya kontraksi, ostium uteri
eksterna atau serviks terbuka, pada pemeriksaan vaginal jaringan dapat diraba
dalam kavum uteri atau kadang-kadang sudah menonjol dari eksternum atau
sebagian keluar, dan perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa janin
31
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan pada pasien tersebut pasien ini
pervaginam yang terjadi pada usia kehamilan dibawah 20 minggu serta sebagian
hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri yang diketahui dari terbukanya porsio
dan sisa hasil konsepsi yang masih positif pada saat pemeriksaan dengan
kembali apakah masih ada sisa jaringan yang tertinggal di dalam kavum uteri.
pengeluaran sebagian janin pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada
Kematian janin sering disebabkan oleh abnormalitas pada ovum atau zigot
atau penyakit sistemik pada ibu. Dari anamnesis didapatkan bahwa kejadian
abortus ini adalah kejadian yang pertama kalinya. Namun penyebab terjadinya
abortus inkomplit pada pasien ini belum dapat dipastikan. Untuk mencegah hal ini
kasus ini adalah dengan memberikan terapi Gastrul 200 mg, 21 untuk
yang berkelanjutan dan Cefadroxil 500 mg, 21 sebagai antibiotik yang diberikan
untuk mencegah terjadinya infeksi. Hal ini sesuai dengan sumber panduan praktis
32
pelayanan kesehatan maternal dan neonatal (2010) yang menyatakan bahwa jika
perdarahan terus berlangsung dan usia kehamilan kurang dari 16 minggu namun
evakuasi belum dapat dilakukan segera maka pasien dapat diberi terapi berupa
perdarahan yang sedang berlangsung tersebut. Selain itu, untuk kasus ini tidak
konsepsi yang sedikit. Pasien dianjurkan apabila dalam 4 hari perdarahan belum
2015.
33
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
kehamilan sebelum 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram
darah
34
e) Penanganan dari abortus inkomplit ini dapat berupa pembedahan
secara medikamentosa.
5.2 SARAN
1. Saran Aplikatif
2. Saran Keilmuan
yang lain.
35
DAFTAR PUSTAKA
Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI). 2012. Angka Kematian Ibu (AKI)
Tahun 2007
Dinas kesehatan provinsi Riau. 2012. Profil Kesehatan Provinsi Riau 2012. Dinas
36